Jonathan Smith atau Nathan adalah seorang Mafia terkenal dari Amerika yang kini akan pergi ke Jepang untuk mengerjakan sebuah misi khusus. Ia dengan beberapa anak buahnya sudah naik ke helikopter miliknya sendiri.
Beberapa saat lagi mereka semua akan mendarat di Jepang tepatnya di Tokyo ibu kota Jepang saat ini. Di tempat lain ada seorang wanita yang tengah bertengkar dengan beberapa pria yang terlihat lebih tua dari si wanita.
"Kalian akan membawa aku kemana?" tanya wanita itu berusaha melepaskan tarikan tangannya.
Ketiga pria yang menarik tangan wanita itu membawa si wanita ke sebuah rumah megah dengan beberapa pengawal di setiap penjuru rumah itu, "Diam jangan banyak bicara!" bentak salah satu pria yang terus memegang tangan si wanita.
Wanita itu bernama Haruka Kujo, wanita ini adalah adik sepupu dari salah satu pria yang saat ini bersamanya.
"Kalian tunggu dulu di sini, Tuan Nathan sebentar lagi datang," salah satu orang yang menjaga rumah itu meminta keempat orang tersebut duduk terlebih dahulu di sofa, untuk menunggu kedatangan pemilik rumah.
"Paman mengapa kau membawaku ke sini?" tanya Haruka menatap pamannya yang duduk di samping kirinya.
"Aku akan menjual kau pada pemilik rumah ini, aku dan istriku sedang butuh uang sekarang," jelas pamannya menatap tajam Haruka tanpa belas kasihan.
"Apa? Paman mau jual aku? Tidak bisa, pokoknya aku mau pulang," Haruka mencoba melepaskan tangan pamannya karena ia tidak mau di jual.
"Diam atau kau akan ku pukul!!" tegas pamannya Haruka sembari mengangkat tangannya yang siap memukul Haruka jika Haruka kembali melawan.
Haruka terdiam karena takut, "Kau juga harus ingat, jika kau tidak mau menuruti semua permintaan ku. Aku akan melukai kedua orang tuamu," pamannya Haruka mengancam Haruka agar Haruka menuruti setiap ucapannya.
Haruka lagi-lagi terdiam, ia tak bisa bicara apapun atau melawan lagi. Yang bisa ia lakukan hanya menerima nasibnya saja, ia pasrah apapun yang akan terjadi selanjutnya asalkan ayah dan ibunya aman.
Kedua orang tua Haruka sangat miskin dan menumpang hidup pada pamannya yang bernama Mizuki, kemarin Mizuki kalah judi dan untuk membayar semua hutannya ia akan menjual Haruka pada Nathan.
Kemarin anak buah Nathan meminta seorang gadis untuk di jadikan teman Nathan pada beberapa preman di Jepang, atau orang-orang yang butuh uang. Dan sedari tadi beberapa wanita berdatangan menunggu kedatangan Nathan, mereka suka rela tanpa paksaan menyerahkan dirinya pada Nathan untuk di nikmati hanya karena mereka ingin uang.
Berbeda dengan Haruka yang melakukan ini karena terpaksa, setelah menunggu sekian lama Nathan dan beberapa anggotanya datang memasuki rumahnya yang amat sangat megah itu.
Beberapa wanita yang memang sudah menunggu Nathan sangat terpesona melihat ketampanan Nathan, Nathan memiliki postur tubuh tinggi, warna kulit putih, rahang tajam dan bola mata berwarna coklat, wajahnya juga terlihat sangat tampan.
Para wanita itu menghampiri Nathan untuk di pilih, sedangkan Haruka masih terdiam di sofa. Setampan apapun prianya ia tak mau melakukan itu, saat ini ia hanya ingin pulang.
"Cepat kau pergi ke sana! Dan perlihatkan padanya kalau kau juga layak menjadi bidaknya," Mizuki memaksa Haruka untuk berjalan ke arah Nathan.
Haruka terbangun dengan wajah malas.
Tuhan tolong jangan sampai pria angkuh itu memilihku, aku saat ini ingin pulang saja.
Haruka berjalan menghampiri Nathan yang tengah di serbu para wanita gatal, Haruka berhenti beberapa meter dari Nathan. Haruka menatap Nathan dengan tatapan tajam.
Memangnya dia siapa? Sampai harus memilih wanita dengan cara seperti ini? Memangnya dia pikir kita itu barang?
Tanpa Haruka sadari Nathan sedari tadi memperhatikan Haruka, Nathan berjalan menghampiri Haruka dan membelah kerumunan wanita yang mendekatinya tadi.
"Aku memilih wanita ini," ucap Nathan dengan suara keras membuat para wanita di belakangnya menghembuskan nafas kesalnya, karena bukan mereka yang Nathan pilih.
Haruka membulatkan matanya tajam, "Aku? Kamu tidak salah bicara? Em aku tidak cantik, aku juga sebenarnya tidak mau di pilih," tanya Haruka dengan wajah kebingungan dan kaget.
Nathan bisa berbahasa Jepang, jadi ia bicara menggunakan bahasa Jepang, "Karena memang itu alasannya, kau tidak cantik dan juga bodoh. Aku suka wanita yang seperti itu," balas Nathan berjalan meninggalkan Haruka menuju lantai atas.
Haruka masih tak mengerti dengan apa yang sebenarnya ada di pikiran Nathan, sedangkan di sisi lain Mizuki senang dengan apa yang Nathan lakukan.
Nathan menghentikan langkahnya di depan tangga, "Kalian usir semua wanita yang tak aku pilih, lalu bawa gadis itu ke kamar dan kasih uang yang ku janjikan tersebut," ucap Nathan tanpa berbalik.
Setelah bicara Nathan melanjutkan langkahnya, Haruka di persilahkan masuk oleh pelayan rumah tersebut ke sebuah kamar yang ada di lantai satu dan kamar itu tak jauh dari tempat ia berdiri sekarang.
"Paman aku tidak mau tinggal di sini, tolong bawa aku pulang," Haruka berniat kabur dari rumah itu, tapi pelayan rumah Nathan langsung menahan Haruka dan memaksa Haruka masuk ke kamar.
Jika sampai Haruka kabur bisa mati mereka semua karena kemarahan Nathan nanti, sedangkan tangan kanan Nathan kini tengah mengambil koper yang berisikan uang untuk ia beri pada Mizuki.
"Ini, senang bekerja sama dengan anda," ucap Herry tangan kanan termasuk sekertaris Nathan sembari memberikan koper uang pada Mizuki.
"Terimakasih aku juga senang bekerja sama dengan anda, baik kami akan pergi dari sini sekarang, selamat tinggal dan semoga kita bertemu kembali," setelah menerima uang perjanjian Mizuki dan kedua temannya pergi dari tempat itu dengan keadaan senang.
Sedangkan itu di kamar Haruka sedang menangis, ia tengah memikirkan cara untuk kabur dari tempat yang bahkan ia tak tau ini sebenarnya rumah atau neraka. Karena saat ia masuk ke rumah ini suasananya sudah sangat berbeda, auranya sudah sangat mencekam dan mengerikan.
Di sini terdapat banyak orang namun mereka bekerja dengan wajah tanpa ekspresi dan nampak tidak bahagia, Haruka berjalan ke kanan dan ke kiri dengan hati yang amat sangat gelisah.
Di kamar lain Nathan baru saja menidurkan tubuhnya di kasur, beberapa pelayan menyiapkan makanan dan minuman di meja samping tempat tidur Nathan.
"Kalian keluar saja! Aku sedang tak mau di ganggu. Dan tolong panggilkan gadis tadi, suruh ia ke kamar ku. Kalau dia tak mau kalian paksa saja," perintah Nathan dingin dan dengan wajah yang datar.
Para pelayan yang menyiapkan makanan dan minuman segera keluar untuk memanggil Haruka yang tengah berada di kamarnya, seorang pelayan wanita berjalan untuk memanggil Haruka di kamarnya. Pelayan itu masuk tanpa mengetuk pintu ke kamar Haruka, Haruka yang sedang berjalan ke sana kemari langsung menghentikan langkahnya dengan tatapan dan wajah yang kaget.
"Kau mengagetkan ku," ucap Haruka menatap pelayan wanita yang masuk tanpa izin ke kamarnya.
"Tuan Nathan memanggil Anda ke kamarnya, Anda mau pergi sendiri atau mau saya paksa?" Tanya pelayan itu dengan wajah yang datar pastinya.
"Aku bisa berjalan sendiri ke kamar pria itu," Haruka berjalan sendiri ke kamar Nathan.
"Kamar Tuan Nathan ada di lantai tiga yang berada di paling ujung kanan," ucap pelayan Nathan membantu Haruka menunjukkan kamar Nathan.
Haruka berjalan dengan hati yang ragu dan takut, tapi wanita itu berusaha keras menutupi apa yang ia rasakan.Haruka menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengetuk pintu kamar Nathan.
"Masuk," teriak Nathan dari dalam kamar.
Haruka membuka perlahan pintu kamar lalu berjalan menuju kasur Nathan, "Ada apa kau memanggil ku?" tanya Haruka berhenti di hadapan Nathan dengan tatapan yang tak dapat di artikan.
"Bawakan aku minum dan juga makanan," titah Nathan tanpa menatap Haruka.
Haruka menatap meja di samping tempat tidur Nathan, "Bukannya di meja itu sudah tersedia makanan dan minumannya? Kenapa harus saya ambilkan lagi?" tanya Haruka menunjuk makanan yang berada di samping kasur Nathan dengan matanya.
Nathan ikut menatap makanan di meja, "Aku ingin kau yang mengambilnya, ambilkan aku makanan sekarang atau kau ingin ku hukum," Nathan menatap Haruka dengan tatapan tajam.
"Tapi....." Haruka tak melanjutkan ucapannya.
Nathan bangun dan mencekik leher Haruka, "Kau turuti semua permintaan ku, karena kau sudah jadi milikku sekarang," tegas Nathan tepat di depan wajah Haruka.
Haruka berusaha keras melepas tangan Nathan yang berada di lehernya, Haruka kesakitan dan tidak bisa bernafas.
"Aku akan lepaskan kau jika kau mau menuruti permintaan ku, bagaimana kamu mau?" tanya Nathan tegas.
Haruka menganggukkan kepalanya, lalu Nathan melepas tangan yang berada di leher Haruka. Haruka terjatuh ke lantai karena lemas, Haruka berusaha menarik nafas agar oksigen kembali mengalir ke dalam paru-parunya.
Nathan berdiri di hadapan Haruka yang masih terduduk di lantai, "Cepat pergi ke dapur ambil makanan dan juga minum saya! Jangan lama-lama!" titah Nathan tegas.
Haruka bergegas berjalan menuju dapur, sesekali Haruka memegang lehernya yang masih terasa sakit. Bahkan saat ini lehernya sangat merah karena ulah Nathan tadi, sesampainya di dapur Haruka langsung masak untuk Nathan.
Setelah selesai masak Haruka tidak sengaja menabrak seorang pelayan wanita yang terlihat agak muda, berbeda dengan pelayan lainnya. Membuat gelas minum yang Haruka bawa pecah, "Kenapa menabrak ku? Bisa lihat tidak kalau aku sedang lewat?" tanya pelayan muda itu memarahi Haruka.
"Saya minta maaf, saya akan bereskan ini setelah mengantarkan makanan ini ke kamar Tuan Nathan," ucap Haruka minta maaf menundukkan badannya juga.
"Tidak bisa, kau bereskan ini sekarang juga!" teriak pelayan itu tak mau perintahnya ia bantah.
"Lalu kalau makanan ini dingin bagaimana?Tuan Nathan juga meminta saya tidak lama berada di disi," balas Haruka tak bisa membersihkan pecahannya sekarang juga.
Pelayan wanita yang agak tua berjalan menghampiri mereka, "Biarkan saya saja yang bereskan," pelayan itu berniat membantu Haruka membereskan pecahan kaca.
"Tidak usah, biarkan orang ini saja yang membereskannya. Nanti kalau di bantu yang ada dia malah jadi merasa Nona rumah ini, padahal cuman sekedar-" Pelayan wanita muda itu tak melanjutkan ucapannya karena Nathan dari lantai tiga menembaknya begitu saja.
Semua pelayan di sini tak terkejut dengan apa yang Nathan lakukan, mereka sudah terbiasa dengan kelakuan Nathan yang membunuh orang dengan sembarangan.
Haruka terlihat sangat terkejut, selama hidupnya ia belum pernah melihat orang mati di tembak tepat di depan wajahnya. Bahkan beberapa tetesan darah mengenai wajahnya, lutut Haruka terasa sangat lemas tapi Haruka berusaha terlihat biasa saja, walaupun keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuhnya.
"Dengarkan baik-baik! Tidak ada di antara kalian semua yang berhak memarahi gadis itu atau bahkan melukainya. Karena dia sudah jadi milikku dan hanya aku yang bisa melakukan itu padanya," Nathan memberikan peringatan pada orang-orang yang berada di rumah itu agar tidak boleh melakukan apapun pada Haruka.
"Dan kau cepat antar makanan itu ke kamar ku sekarang juga, kalau tidak kau akan ku tembak seperti wanita itu," Nathan meminta Haruka segera naik ke kamarnya.
"Kalian bakar saja mayatnya, dan bersihkan darahnya juga," tambah Nathan.
Nathan berbalik lalu berjalan dengan santai menuju kamarnya kembali, Haruka juga mulai berjalan ke kamar Nathan sembari mengambil makanan dan minum yang telah ia siapkan untuk Nathan.
Sesampainya Haruka di kamar Nathan, Haruka langsung membereskan makanan nya di meja, sedangkan makanan yang tadi di meja Haruka bawa ke dapur kembali.
Nathan sekarang sedang makan menikmati makanan yang Haruka buat untuknya, Nathan tersenyum tipis, "Ternyata masakannya bisa dinikmati," ucap Nathan.
Haruka memang bisa masak, karena dulu saat Haruka berada di rumah pamannya dia lah yang selalu masak untuk makan pamannya dan juga orang-orang yang tinggal di rumah pamannya.
Haruka kembali ke kamarnya dengan badan yang bergetar, Haruka masih terkejut dengan kejadian tadi di dapur, Haruka menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Kakinya lemas, "Siapa sebenarnya pria yang bernama Nathan itu? Orang macam apa dia sebenarnya? Sepertinya dia bukan manusia, tetapi iblis yang tengah menyamar menjadi manusia," Haruka bertanya-tanya tentang siapa Nathan yang sebenarnya.
"Aku sepertinya sudah salah besar masuk ke rumah ini, aku pokoknya harus kabur dari neraka ini," Haruka ingin kabur, tapi ia tak tau harus kabur lewat mana dan bagaimana.
Seseorang mengetuk pintu kamar Haruka, "Nona kau belum makan dari tadi, ini saya siapkan makanan untukmu," ucap seseorang dari luar kamar Haruka.
Haruka segera membuka pintu kamarnya, di luar ada seorang pelayan wanita yang tadi sempat ingin membantu Haruka membersihkan pecahan kaca di dapur.
"Saya masuk yah," pelayan itu masuk ke kamar Haruka lalu menyiapkan makanan yang ia bawa ke meja.
Haruka berjalan di belakang pelayan itu lalu duduk di kasur, "Nama kamu siapa?" tanya Haruka yang ingin tau siapa nama orang itu.
Haruka merasa pelayan ini beda dengan pelayan lainnya yang bersikap sombong dan sinis padanya.
"Namaku Fiona, aku bukan orang Jepang, sebenarnya kita di sini semuanya bukan orang Jepang. Kita adalah orang Amerika yang ikut ke Jepang karena Tuan Nathan ada pekerjaan di sini," jelas Fiona.
"Memangnya pekerjaan apa?" tanya Haruka penasaran.
"Nathan adalah Mafia," Fiona tak memberitahu pekerjaan apa yang Nathan lakukan di Jepang, Fiona hanya mengatakan siapa Nathan itu.
Haruka tidak terlalu kaget dengan ucapan Fiona mengenai Nathan yang ternyata adalah Mafia, karena Haruka dari awal memang menduga kalau Nathan adalah Mafia atau kalau bukan Mafia Nathan adalah seorang pembunuh bayaran, itulah yang Haruka pikirkan sedari tadi.
"Kamu jangan pernah punya niatan untuk kabur dari rumah ini, karena percuma saja di setiap sudut di rumah ini terdapat kamera pengintai jadi apapun yang kita lakukan pria itu pasti tau," jelas Fiona tak mau Haruka kenapa-napa.
"Benarkah?" Haruka mencari kamera pengintai di kamarnya, ternyata benar di sudut kamarnya terdapat kamera mengintai.
Setelah selesai makan Nathan kembali memanggil Haruka, "Haruka," panggil Nathan dari pengeras suara yang langsung ke kamar Haruka.
Haruka yang sedang makan langsung mencari asal suara tersebut, "Itu panggilan dari kamar Tuan Nathan, kau di panggil ke kamarnya," ucap Fiona yang masih ada di kamar Haruka.
"Aku ke kamar pria itu dulu, nanti aku bereskan setelah dari sana," ujar Haruka menatap Fiona.
"Tidak papah biar aku saja yang bereskan semua piring dan juga gelasnya, kau pergi saja kalau terlambat bisa di marahi kamu olehnya," balas Fiona tersenyum meminta Haruka cepat pergi ke kamar Nathan.
"Makasih, aku pergi dulu," pamit Haruka terburu-buru.
Sampailah Haruka di kamar Nathan, Haruka menghadap ke arah Nathan.
"Bereskan semuanya! Habis itu kau siapkan pakaian karena aku akan mandi, kau siapkan pakaian tidur di sini," titah Nathan datar tanpa menatap Haruka, Nathan sedang membaca sebuah koran.
Haruka langsung membereskan piring dan gelas, lalu pergi dari kamar Nathan menuju dapur, sesampainya di dapur Haruka berniat mencuci piring tapi seseorang melarang Haruka mencuci piring.
"Biar aku saja yang mencucinya, kau kerjakan yang lainnya saja," ucap seorang pelayan wanita yang ingin membantu pekerjaan Haruka, karena ia yakin kalau Nathan memberikan tugas lain pada Haruka saat ini.
"Terimakasih, kalau begitu saya ke kamar Tuan Nathan lagi," Haruka berjalan ke kamar Nathan kembali untuk menyiapkan pakaian tidur Nathan.
Sedangkan Nathan saat ini sedang merendam dirinya di kamar mandi, telpon milik Nathan berbunyi. Haruka berjalan ke arah kamar mandi untuk memberitahu Nathan kalau ponselnya berbunyi, "Tuan, ponsel mu bunyi," ucap Haruka dari balik pintu kamar mandi.
"Ambil dan bawa kemari," Titah Nathan.
"Apa kau bilang?" tanya Haruka kaget, yang benar saja Nathan meminta Haruka masuk padahal di dalam dirinya sedang mandi.
"Aku bilang kau ambil ponsel ku dan bawa kemarin!" tegas Nathan mengulang ucapannya.
Haruka buru-buru mengambil ponsel Nathan lalu dengan hati yang bingung Haruka membuka kamar mandi Nathan, dengan mata yang terpejam Haruka memberikan ponsel Nathan ke arah lain.
"Kau buka matamu, aku di sini," titah Nathan dengan tatapan bingung.
Haruka dengan takut membuka matanya pelan-pelan, Haruka menarik nafasnya dengan lega karena hanya kepala Nathan yang terlihat, seluruh badannya terendam dalam air yang di penuhi sabun.
Haruka memberikan ponselnya pada Nathan dengan arah yang benar, "Ini ponselnya," ucap Haruka, setelah selesai memberikan ponsel itu Haruka langsung berlari keluar.
Nathan tersenyum kecil melihat kepergian Haruka, ada hal yang sangat menarik di diri Haruka yang membuat Nathan sedikit tertarik pada gadis polos itu.
Nathan tak mengangkat telponnya, tadi ia hanya ingin memanggil dan melihat gadis itu saja. Masalah telpon ia tak peduli sama sekali, karena kalau ia tak mengangkatnya pun tak jadi masalah untuknya.
Haruka kembali meneruskan aktivitasnya menyiapkan pakaian untuk Nathan, setelah selesai Haruka berjalan ke depan kamar mandi Nathan kembali, "Semuanya sudah aku siapkan, Sekarang aku harus apa?" tanya Haruka.
"Kau tunggu aku keluar di sana, jangan ke mana-mana," titah Nathan.
"Baiklah," Haruka berjalan menuju sofa dan duduk di sofa untuk menunggu Nathan keluar dari kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Nathan keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk saja. Haruka menutup wajahnya menggunakan telapak tangan, Tiba-tiba Nathan mendorong tubuh Haruka sampai terjatuh, Nathan menumpuk tubuh Haruka di bawahnya.
Haruka kaget, kini kedua tangan Haruka di pegang oleh Nathan, Wajah Nathan berada tepat di depan wajahnya, "Kau mau apa?" tanya Haruka takut.
"Kau sudah jadi milikku bukan? Jadi aku berhak melakukan apapun padamu," balas Nathan dengan suara beratnya.
Haruka ketakutan, selama hidupnya ia belum melakukan hal seperti ini, "Aku takut," ucap Haruka dengan mata yang berkaca-kaca menahan air matanya.
Nathan mencium bibir Haruka dengan sangat Nafsu bahkan tak membiarkan Haruka bernafas sedikitpun, Haruka mencoba mendorong tubuh Nathan. Tapi Haruka tak bisa melakukannya Nathan terlalu kuat baginya.
Nathan mengangkat bibirnya dan membuka pakaian Haruka, Haruka benar-benar pasrah dengan apa yang sekarang akan Nathan lakukan padanya. Percuma saja ia melawan, Nathan lebih kuat di bandingkan dirinya.
Beberapa saat kemudian, Nathan kini telah selesai memakai Haruka, Haruka tertidur lemas di kasur Nathan. Hari sudah mulai pagi, Nathan berbalik menatap Haruka yang sedang tertidur karena perlakuan Nathan semalam membuat Haruka benar-benar kelelahan.
"Ternyata kau memang belum pernah melakukan hal itu sebelumnya," ucap Nathan memandangi wajah Haruka yang tengah tertidur pulas di sampingnya.
Nathan bangun dan memakaikan pakaian pada Haruka, setelah itu Nathan keluar dari kamarnya untuk sarapan di meja makan. Saat Nathan turun semua makanan untuk ia sarapan sudah tertata rapih, Nathan duduk di kursi lalu mulai sarapan.
"Setelah aku pergi kalian siapkan sarapan untuk gadis itu, tapi jangan bangunkan dia," titah Nathan.
"Baik Tuan," balas Fiona, Fiona menjadi ketua pelayan di rumah Nathan.
Setelah selesai sarapan Nathan langsung pergi dengan asistennya menuju sebuah tempat tersembunyi yang sudah ia siapkan sedari dulu, Nathan ingin melihat persediaan obat-obatan dan juga beberapa senjata api ilegal yang ia bawa dari beberapa negara Eropa untuk di kirim ke Mafia lain.
Di kamar Haruka membuka matanya dengan perlahan, ia menatap ke arah samping, "Dia sudah pergi?" tanya Haruka pada dirinya sendiri.
Haruka memegang pipinya yang merah karena semalam Nathan sempat menampar dirinya yang ingin melawan, "Ah," rintis Haruka kesakitan.
Haruka turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, ia ingin mandi di kamarnya Nathan saja. Karena ia tau kalau sekarang Nathan tak ada di rumah, semalam Nathan juga sempat bilang kalau hari ini Nathan akan pergi.
Setelah selesai dari kamar mandi Haruka berjalan menuju kamarnya dengan pakaian yang sama, ia lupa kalau di kamar Nathan tak ada pakaiannya. Sesampainya di kamar Haruka sudah melihat Fiona yang tengah menunggu dirinya dan Fiona membawa makanan untuk Haruka sarapan.
Haruka berjalan menuju Fiona, "Aku gak bawa pakaian ganti, boleh pinjam baju tidak?" tanya Haruka.
"Boleh nanti aku ambilkan terlebih dahulu, sekarang kamu sarapan dulu saja. Aku sudah buat sarapan untukmu," balas Fiona.
"Ini kenapa?" tanya Fiona menempelkan telapak tangannya di pipi Haruka yang merah.
"Ah," Haruka merintis kesakitan.
"Maaf-maaf, nanti aku kompres pakai air dingin yah, sekarang kamu makan saja," ucap Fiona berjalan pergi untuk mengambilkan air dingin.
Haruka makan sarapan yang Fiona bawa dengan perlahan-lahan, Fiona menghubungi asisten Nathan untuk menanyakan pakaian Haruka, apakah ia harus beli pakaian untuk Haruka atau harus bagaimana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!