Kinar adalah seorang gadis dewasa yang cantik, berkulit putih, ramah dan suka bergaul. Rambut ikal hitam, bibir merah alami, dan lesung pipinya membuat Kinar semakin manis saat tertawa. Dia terkenal sebagai salah satu wanita tercantik di daerah nya.
Meskipun begitu, diusianya yang hampir menginjak angka 30 tahun, Kinar belum juga berniat mengakhiri masa lajangnya. Bukan karena Kinar tak mau, tapi karena tak ada satu pria pun yang serius mau menikahinya.
Dimasa remajanya dulu Kinar memiliki pacar, bernama Santo, yang kini telah menikah karena dijodohkan oleh orangtuanya.
Hubungan Kinar dan Santo semula baik-baik saja. Tapi entah mengapa, memasuki tahun kedua, hubungan mereka berakhir.
Orangtua Santo menjodohkan Santo dengan Wati, masih teman Kinar juga, seorang wanita biasa-biasa saja jika dibandingkan dengan Kinar.
Kinar kecewa saat tahu orang yang menjadi istri Santo adalah orang yang selalu menghina diri dan keluarganya. Entah ada dendam apa, sehingga Wati selalu berusaha menjatuhkan nama baik Kinar.
" Jadi Kamu memilih menikah dengan Wati...?" tanya Kinar waktu itu.
" Iya. Aku ga bisa nolak. Kalo Aku nolak, Aku kawatir Bapakku tambah parah sakitnya...," jawab Santo.
" Tapi kenapa sama Wati sih...?, Kamu tau kan dia selalu benci sama Aku...?" tanya Kinar lagi.
" Mana Aku tau. Ibuku yang datang ngelamar, udah cocok, sreg juga sama Wati dibanding sama Kamu katanya...," jawab Santo jujur.
Kinar dan Santo terdiam beberapa saat.
" Aku ga bisa maksa Kamu buat bertahan. Kamu aja ga ada usaha buat mempertahankan Aku...," ucap Kinar lirih
" Maafin Aku ya Nar..., Aku takut dosa kalo ngelawan orangtua...," kata Santo sambil memegang tangan Kinar.
Kinar hanya mengangguk dan melepaskan tangan Santo. Kemudian Kinar pergi tanpa air mata perpisahan. Kinar tak ambil pusing saat itu. Ia berpikir bahwa jodoh sejatinya belum datang.
Jadi, sambil menunggu jodohnya datang, Kinarpun bekerja menjadi karyawan sebuah toko mini market di kota tempatnya tinggal.
Lama juga Kinar menjadi karyawan di mini market itu. Penampilannya yang luwes membuatnya disukai oleh para pelanggan mini market. Dan karena dedikasi yang tinggi dalam pekerjaannya, Kinar pun diangkat menjadi pengawas di cabang lain dari mini market itu yang terletak di kota D.
Setelah menjadi pengawas, rupanya perlahan sikap Kinar pun mulai berubah. Dia yang awalnya gadis lugu, ramah dan apa adanya, berubah menjadi gadis yang pemarah, sombong dan judes.
" Kalian bisa kerja ga sih...?, ini kan harusnya taro di sini biar konsumen tau kalo Kita jual ini...," kata Kinar galak pada bawahannya.
" Maaf Bu, tapi kata Mas Umar jangan taro di situ...," kata karyawan mini market takut.
" Mana Umar, Umar...!" panggil Kinar marah.
" Iya Bu...," jawab Umar yang tergesa-gesa menghampiri.
" Kamu yang ngatur letak barang-barang ini di sini ?, Kamu tau ga, ini berantakan banget. Ga menarik!. Saya mau Kamu ganti posisinya ssmua. Sekarang, sebelum jam buka toko...!" kata Kinar sambil berlalu.
" Baik Bu...," jawab Umar sambil menunduk hormat.
Setelah Kinar berlalu para karyawan bekerja sama membantu Umar.
" Buset galak amat dah sekarang si Pratu...," celetuk kawan Umar.
" Ssttt..., jangan ngomong kaya gitu. Ntar Gue lagi yang kena labrak. Gue masih betah kerja di sini lho...," kata Umar pelan.
" Iya, sorry. Abis tuh orang marah-marah mulu kerjanya. Untung cantik, kalo ga udah Gue timpuk aja tuh pake kaen pel...," kata kawan Umar lagi.
" Udah, buruan. Keburu buka nih toko, ga enak kalo masih berantakan...," sahut Umar cepat.
Kasak kusuk karyawan yang merupakan bawahan Kinar pun terhenti dengan sendirinya.
Sementara itu Kinar pun masuk ke ruangannya sambil membanting map berisi laporan ke atas meja. Ia sangat marah karena pekerjaan bawahannya yang tak sesuai dengan keinginannya.
" Padahal dulu Bu Kinar orangnya ramah, low profile, tapi sekarang beda banget ya...," kata seorang karyawati.
" Beda lah..., jabatan naik, tanggung jawab juga gede. Mana sempet ketawa ketiwi lagi sama Kita kaya dulu...," kata karyawan lainnya.
Perubahan sikap Kinar tentu saja membuat kecewa teman-teman yang sudah lama mengenalnya. Tak ada lagi sapaan hangat saat berjumpa, tak ada lagi senyuman manis yang tersungging dibibirnya. Semua lenyap begitu saja. Rupanya seiring jabatan yang diembannya, beban pekerjaannya pun semakin tinggi, membuat Kinar makin mengacuhkan lingkungannya.
\=\=\=\=\=
Kinar menyewa sebuah rumah untuk ia tempati selama bekerja di kota D. Rumah kecil dengan taman kecil di bagian depannya, menjadi pilhan Kinar. Letaknya juga tak terlalu jauh dari mini market tempat Kinar bekerja.
Di lingkungan yang baru, Kinar menjaga jarak dengan tetangganya. Kinar tak mau terlalu dekat, karena Kinar beranggapan bahwa ia hanya sekedar lewat saja di sana.
Beberapa pria yang tinggal di sekitar rumah Kinar pun mencoba mendekatinya. Tapi Kinar seolah enggan menanggapi mereka. Sikap Kinar ini membuat para pria itu penasaran.
" Sstt..., tuh si Kinar baru pulang. Pasti mampir ke warung Mang Otoy. Biar coba Gue deketin ya...," kata Feri kala itu.
" Ah gimana sih Lo Fer, Lo kan udah mau married sama si Lani, kok masih gangguin si Kinar sih. Kasih kesempatan sama yang lain dong...," seru Ujang si tukang ojeg.
" Eh berisik amat sih, ntar dia denger ga enak nih...," jawab Feri marah.
Teman-teman Feri pun terdiam mendengar ocehan Feri. Mereka hanya jadi penonton yang baik saja melihat bagaimana Feri mencoba menggaet Kinar.
" Hai Kinar, baru pulang ya..., mau dianter ga...?" kata Feri menawarkan tumpangan.
" Ga usah, makasih," kata Kinar judes.
" Judes amat sih...," rayu Feri.
Kinar hanya melengos tanpa merespon ucapan Feri.
Melihat hal itu teman-teman Feri tertawa senang. Bagi mereka Feri sudah cukup membuat mereka jengah karena sikapnya yang sok ganteng itu.
" Payah..., belom apa-apa udah ditolak," kata Saman.
" Gue cuma iseng aja godain dia. Lagian calon istri gue lebih Ok daripada si Kinar itu," elak Feri menahan malu.
" Ah masa..., tapi kalo si Kinar mau, pasti Lo embat juga kan...?" sindir Bujang.
" Ha ha ha..., Ya iya lah...," sahut Feri tertawa.
Tawa pun menggema diantara pria-pria yang tertarik pada Kinar itu.
Rupanya diantara mereka ada seorang pria yang naksir berat pada Kinar, bukan cuma sekedar iseng belaka, tapi berniat ingin menikahi Kinar. Pria itu adalah Bujang. Pria berbadan gempal, berkulit hitam, yang bekerja di sebuah pabrik sabun.
Bujang adalah pria yang sopan dan agak tertutup. Hanya dengan orang yang telah lama dikenal saja Bujang bisa bersikap ramah dan memperlihatkan senyum manisnya. Sebenarnya Bujang cukup keren saat tampil rapi. Tapi kesehariannya yang tampil seadanya, membuatnya jarang dilirik cewek.
Bujang juga jarang tertarik pada wanita disekitarnya. Dia beranggapan semua wanita hanya sosok yang cerewet sama seperti Emaknya. Padahal ada seorang gadis yang diam-diam menaruh hati padanya, yaitu Atik. Tapi sayang, Bujang hanya menganggapnya sebagai teman saja.
Atik juga bekerja di mini market yang sama dengan Kinar sebagai kasir. Oleh sebab itulah Bujang mendekati Atik hanya sekedar untuk mencari informasi tentang Kinar. Atik yang tahu niat Bujang mendekatinya karena Kinar, malah makin membenci Kinar.
bersambung
Sore itu Kinar baru saja pulang bekerja. Karena agak demam, Kinar memutuskan pulang lebih awal. Saat berjalan ke arah rumahnya, Kinar teringat untuk mampir ke rumah Pak Wahid pemilik rumah yang disewanya.
" Assalamualaikum...," Kinar memberi salam.
" Wa alaikumsalam...," jawab pak Wahid.
" Lho ada Nak Kinar, mari masuk...," kata bu Wahid.
" Makasih Bu..., ini saya mau bayar uang sewa rumah untuk enam bulan kedepan. Mumpung ada uangnya sekarang...," kata Kinar sambil mengeluarkan amplop berisi uang dari tasnya.
" Alhamdulillah..., kebetulan Kami sedang perlu uang untuk pengobatan si Putra...," jawab pak Wahid dan istrinya dengan mata berbinar.
Kinar tersenyum senang karena datang di saat yang tepat.
" Alhamdulillah kalo Saya dateng di saat yang pas...," kata Kinar sambil tersenyum.
" Iya Mbak Kinar. Kalo ga mengharap dari uang kontrakan Kami susah dapet pinjeman. Kalo pun ada pasti berbunga, dan Kami ga mau itu...," kata bu Wahid lagi.
" Ini kuitansi nya Mbak Kinar. Mudah-mudahan betah ya di rumah itu. Kami senang karena Mbak Kinar orangnya rapi, jadi rumah Kami juga terawat dengan baik...," kata pak Wahid aambil menyerahkan kuitansi.
Setelah menerima kuitansi pembayaran sewa rumah, Kinar pun bergegas meninggalkan rumah pak Wahid.
Saat di jalan Kinar berpapasan dengan Bujang. Mereka saling tatap sejenak. Kinar yang tahu Bujang menaruh hati padanya pun berusaha mengghindarinya sehalus mungkin. Untuk menghilangkan kecanggungan, Kinar pun tersenyum dan menyapa Bujang.
" Permisi Bang, mau numpang lewat," kata Kinar basa basi.
" Ooo..., silakan neng Kinar. Baru pulang ya...?" tanya Bujang ramah.
" Iya Bang, lagi ga enak badan, makanya saya pulang cepet mau istirahat," kata Kinar memberi isyarat bahwa ia tak mau ngobrol lama.
" Mau Abang beliin obat ga...?" tawar Bujang.
" Ga usah, makasih Bang...," kata Kinar sambil berjalan cepat meninggalkan Bujang yang masih menatapnya.
Percakapan singkat sore itu membuat Bujang serasa dilambungkan ke angkasa. Bujang makin berharap bisa lebih mendekati Kinar.
Hingga Bujang sering menunggu Kinar pulang di depan gang rumahnya, bahkan setiap hari.
Kinar merasa risih akan sikap Bujang padanya. Tapi dia bingung untuk menolak perhatian Bujang.
Di tempat Kinar bekerja ada seorang karyawan pria, Wandi yang juga menaruh hati pada Kinar. Kinar tak menyukainya karena jabatannya yang ada di bawah Kinar. Tapi demi bisa mengusir Bujang yang selalu mengganggunya, maka Kinar pun menanggapi begitu saja perhatian Wandi padanya.
Wandi yang tak tahu dirinya dimanfaatkan oleh Kinar, malah memberi perhatian yang lebih. Dia mulai berani mengantarkan Kinar pulang dengan motor usangnya. Dan Kinar tak menolak saat Wandi mengantar jemput dirinya bekerja. Semua karyawan di mini market pun membicarakan kedekatan mereka. Walau belum ada ikatan apapun, tapi Wandi bangga bisa menjadi pria yang paling dekat dengan Kinar saat itu.
\=\=\=\=\=
Kinar melihat gang di depan rumahnya, tak ada Bujang disana. Ia pun minta Wandi menurunkannya disana, dan memintanya agar tidak mengantarnya ke rumah.
" Lho kok sampe sini?, biasanya kan sampe rumah...," kata Wandi.
" Cukup sampe sini aja," kata Kinar ketus.
" Lho kok gitu. Kamu marah...?" tanya Wandi heran.
" Ga !. mulai hari ini Kamu ga usah anter jemput Aku lagi. Dan Kamu ga usah kepedean di kantor ngaku-ngaku kalo kita punya hubungan lebih dari temen !" sentak Kinar kasar.
Wandi yang terkejut, tak bisa menyahuti ucapan Kinar. Ia hanya memandangi Kinar dengan perasaan bingung. Kinar berjalan meninggalkan Wandi. Tapi Wandi mencekal tangan Kinar mencoba memastikan.
" Apa salahku ?" tanya Wandi dengan suara berat.
" Salah Kamu, ga ada. Kita ga cocok. Aku ga bisa jalan sama Kamu. Maaf...," jawab Kinar sambil melepaskan cekalan tangan Wandi dan berlalu.
" Tunggu ! apa cuma alasan itu yang bikin Kamu kaya gini. Aku bisa kok kerja keras, dapet uang banyak, biar Kamu ga malu jalan sama Aku...!" seru Wandi lagi.
Kinar tak peduli dan langsung berlari memasuki gang depan rumahnya. Lanjut masuk ke dalam rumah dan langsung mengunci pintu. Dari balik gorden ia mengintip apakah ada Bujang yang sedang menunggunya. Sedangkan Wandi masih menunggu beberapa menit, berharap Kinar kembali dan meralat ucapannya. Sia-sia menunggu, Wandi pun menstarter motor usangnya, lalu meninggalkan jalan itu dengan perasaan hancur.
Kinarpun membersihkan dirinya, setelah itu berbaring di atas kasur dan bersiap untuk tidur. Tapi Kinar sempat memikirkan sikapnya terhadap Wandi tadi.
" Kasian juga si wandi. Ga tau apa-apa, malah Gue jadiin tameng buat menghindar dari si Bujang. Tapi gapapa lah, salah dia sendiri kenapa kepedean, siapa suruh ngaku-ngaku kalo gue suka sama dia. Ga ngaca apa, dia sama Gue itu ga selevel. Biar cakep juga, tapi kalo ga sepadan, Gue juga harus mikir seribu kali buat terima dia jadi cowok Gue, apalagi jadi suami..."
batin Kinar bermonolog. Akhirnya karena lelah memikirkannya, Kinar pun tertidur pulas.
Esoknya, seperti biasa Kinar berangkat pagi jam tujuh dari rumahnya. Saat tiba di mini market beberapa karyawan tampak berkumpul di pintu masuk. Kinar yang merasa heran menyapa mereka.
" Selamat pagi. Ada apa Kalian berkumpul di depan pintu?, bisa menghalangi jalan pelanggan yang mau belanja kan...," tegur Kinar.
" Pagi Bu, maaf ini si Wandi baru aja ngasih surat resign sama Saya," kata Wati.
" Surat resign ?, emang kenapa, kok mendadak sih. Dia ga tau ya kalo semua tuh ada aturannya. Kaya perusahaan punya nenek moyangnya aja...," kata Kinar sinis.
" Saya juga ga tau Bu...," kata Wati takut.
" Kayanya ada yang aneh Bu...," kata karyawan lainnya.
" Terus anehnya dimana?" tanya Kinar bingung.
" Ituu..., Wandi bilang mau cari pesugihan biar bisa kaya dan ngelamar Bu Kinar...," kata Sari takut.
" Apa ??" tanya Kinar kaget, " Terus Kalian percaya sama bualan si Wandi itu ?" tanya Kinar lagi.
Semua karyawan terdiam, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Tapi kasak kusuk masih terdengar. Bagaimana mungkin Wandi tiba-tiba berhenti dari pekerjaan yang susah payah didapatkannya. Padahal kemarin Wandi masih bekerja dengan riang, seolah tak ada masalah apapun. Mungkin karena ditolak oleh Kinar lah yang menyebabkan Wandi keluar dari pekerjaannya.
Di ruangannya Kinar merasa senang karena tak harus berjumpa dengan Wandi lagi. Dia juga bisa terhindar dari gosip tak sedap yang disebarkan oleh Wandi atas penolakannya kemarin. Kinar tersenyum diam-diam.
Sempat terbersit penyesalan dalam hatinya, tapi Kinar segera menepisnya.
Buat Kinar, Wandi hanya tameng untuk menghindari Bujang yang terus mengejarnya.
Kinar tak peduli betapa tulusnya perasaan Wandi untuknya. Kinar tak menyadari, sikapnya hari ini akan membawa dampak buruk dalam hidupnya kelak.
bersambung.
Setelah mengetahui Kinar tak lagi diantar oleh pria lain, Bujang kembali mendekati Kinar. Bahkan kali ini lebih berani. Bujang sengaja menunggu Kinar di pinggir jalan dan mengiringi jalan Kinar menuju rumahnya.
'' Hai Kinar..., sendirian aja. Mana cowok yang sering nganterin Kamu, udah putus ya...?" tanya Bujang beruntun.
" Cowok yang mana Bang ?" tanya Kinar pura-pura bingung.
" Aahh itu, yang sering nganter Kamu pake motor butut...," jawab Bujang sambil garuk-garuk kepala.
" Ooo..., itu bawahan Saya di kantor. Saya juga minta tolong sama dia bayar, ga gratis kok Bang...," kata Kinar setengah menyombongkan diri.
" Kalo gitu, Saya aja yang jemput Kamu, gimana...?" tanya Bujang nekad.
" Makasih, ga usah Bang," jawab Kinar sambil tersenyum.
" Kenapa, Kamu ga usah takut sama Saya.Mampir bentar yuk ke warung baso nya mang U'ung...," ajak Bujang.
" Maaf Bang, Saya capek mau istirahat...," elak Kinar halus.
" Saya cuma minta waktu kamu sedikit aja. Saya..., suka sama Kamu. Gimana, Kamu mau jadi pacar saya...?" tanya Bujang nekad.
" Maaf Bang, kasih saya waktu buat berpikir yaa...," pinta Kinar mengulur waktu. Saat itu Kinar benar-benar muak dengan sikap Bujang yang terus mengejarnya.
" Ok, tiga hari ya, Saya minta Kamu jawab dalam tiga hari...," kata Bujang tersenyum sambil meninggalkan halaman rumah Kinar.
Kinar memandangi kepergian Bujang dengan marah. Dia tak habis pikir dengan Bujang yang tak bisa melihat isyarat darinya yang menolak kehadiran Bujang dalam hidupnya.
" Dasar laki-laki bodoh...! ,sekarang atau tiga hari lagi, atau setaun lagi, jawaban Gue tetep sama. Ogah Gue jadi pacar orang model Lo...," maki Kinar dalam hati.
\=\=\=\=\=
Tiga hari kemudian.
Bujang kembali datang ke rumah Kinar. Dengan berpakaian lebih rapi dari biasanya. Dia berharap Kinar mau membuka hati untuknya.
" Gimana Kinar..., apa Kamu bisa jawab saya sekarang ?, Saya ga suka digantung kaya gini. Apapun jawaban Kamu, saya akan terima...," kata Bujang penuh harap.
Mendengar kalimat Bujang, Kinar seolah mendapat angin segar untuk mengatakan yang sejujurnya pada Bujang.
" Maaf Bang, Saya ga bisa terima Abang...,"
" Kenapa...?" tanya Bujang penasaran setelah beberapa detik terdiam.
" Mmm..., Abang bukan type Saya. Saya ga bisa jalan bareng sama Abang, saya malu. Apalagi kerjaan Abang kan cuma karyawan kecil, ga mungkin bisa memenuhi kebutuhan saya yang banyak. Daripada Abang ngeluarin uang banyak buat saya, mending uangnya dikasih ke ibunya Abang aja yang lebih membutuhkan...," ucap Kinar tanpa perasaan bersalah.
Ucapan Kinar yang lembut tetap saja menyakiti perasaan Bujang. Awalnya Bujang sadar bahwa ia pasti ditolak. Tapi kalimat yang mengalir dari mulut Kinar telah membuatnya tersinggung. Harga dirinya sebagai laki-laki terluka.
Bujang berdiri dengan tatapan marah.
" Saya sadar siapa saya, tapi Kamu ga perlu ngomong kaya gitu. Saya punya harga diri. Kamu ga bisa menghina saya kaya gini. Kalo kamu ga suka, tinggal bilang aja 'Maaf, Bang. kita temenan aja' kan bisa...?!" kata Bujang marah lalu pergi dengan tergesa-gesa.
Kinar yang terkejut, mencoba meralat ucapannya. Tapi Bujang sudah menghilang di kegelapan malam. Kinar menutup pintu rumahnya.
" Kalo ga suka masa dipaksa, dasar orang aneh. Ditolak kok marah...?", batin Kinar.
Lagi, tanpa merasa menyesal Kinar telah melukai hati seorang laki-laki yang menaruh hati padanya.
Kinar menganggap kehadiran mereka hanya beban karena tak sepadan dengannya.
\=\=\=\=\=
Setelah hari itu, Bujang tak pernah terlihat lagi di kampung itu. Kinar pun bisa bernafas lega karenanya. Kinar tak peduli apa yang terjadi pada Bujang setelah penolakannya tempo hari. Hingga hari dimana Kinar harus pindah dari kota D atas permintaan ibunya.
Hari-hari Kinar berjalan seperti biasa, tak ada yang aneh. Hanya saja Kinar mulai merasa, secantik apapun ia berdandan, tak ada seorang pria pun yang tertarik padanya. Kadang Kinar harus menyiapkan penampilan extra saat hadir ke undangan pernikahan temannya, supaya bisa menarik lawan jenisnya. Tapi semua sia-sia.
" Aneh, Gue udah dandan heboh gini tuh cowok-cowok ga ada yang nengok. Mereka buta kali ya ga bisa ngeliat kecantikan Gue...," batin Kinar sombong.
Kinar yang merasa dirinya cantik, mulai gelisah saat satu per satu teman wanitanya ( yang kebetulan tak secantik dirinya ) mulai menemukan jodohnya dan menikah.
" Apa yang diliat si Arman sih..., Si Vita itu kan biasa aja, ga cantik-cantik amat. Kok bisa segitunya minta Vita jadi istrinya...," kata Kinar dalam hati.
Ibu Kinar pun ikut gelisah saat usia Kinar sudah lebih dari 25 tahun, tapi belum ada tanda-tanda Kinar akan melangkah ke pelaminan.
Jangankan menikah, pacar pun Kinar tak punya.
" Makanya jangan terlalu galak sama cowok Nak..., Mereka ga suka sama cewek judes. Cantik tapi judes, buat apa...," nasehat ibu Kinar pada putri tersayangnya.
Tapi Kinar hanya menganggap angin lalu nasehat sang ibu.
" Ah Ibu nih gimana sih. Wajar dong Aku judes. Aku kan juga ga mau dapet cowok sembarangan. Biar mereka ga seenaknya aja nganggep Aku cewek gampangan...," jawab Kinar membela diri.
Ibu Kinar hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sang anak.
Saat masuk usia 28 tahun, ibu Kinar membawa masalah yang dihadapinya pada seorang teman. Sang teman menyarankan untuk membawa Kinar ke paranormal. Tapi ibu Kinar menolak.
" Coba ke paranormal Jeng. Kayanya ada yang ga beres deh sama si Kinar. Wong cantik, ayu kok. Masa iya ga ada yang mau. Kan aneh namanya...," saran teman ibu Kinar.
" Saya ga mau pake cara mistis gitu ah Jeng, takut, ntar dosa juga ...," kata Ibu Kinar.
" Cari yang alirannya putih lah Jeng...," kata teman ibu Kinar lagi.
" Iya. Makasih sarannya Jeng...," kata ibu Kinar mengiyakan karena tak ingin membahas lebih jauh.
Tapi dalam hati, ibu Kinar memang menolak cara seperti itu. Ibu Kinar yakin masalah anaknya itu masih bisa diselesaikan dengan cara yang lebih baik yaitu sholat dan doa.
Saat usia Kinar 29 tahun, kedua orangtua Kinar meninggal karena kecelakaan saat mengantar kerabat yang menikahkan anaknya di kampung. Kecelakaan itu melibatkan pengantin pria yang juga tewas dalam perjalanan ke Rumah Sakit.
Kinar sangat terpukul karena menjadi yatim piatu sekaligus dalam satu hari. Kinar terus menangisi kepergian kedua orangtua yang dicintainya.
" Aku sendirian Bu..., Yah..., ga punya siapa-siapa lagi. Gimana Aku ke depannya Bu...," rintih Kinar sambil menangis di samping jasad kedua orangtuanya.
Kinar merasa asing di kota tempatnya dilahirkan tanpa kedua orangtuanya. Apalagi gunjingan tetangga tentang dirinya yang belum menemukan jodoh juga mengganggunya.
Setelah pemakaman kedua orangtuanya, Kinar memutuskan menjual rumah peninggalan orangtuanya dan pindah ke kota lain, yaitu kota B.
bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!