NovelToon NovelToon

Finding Wife

Prolog

Semilir angin yang cukup kencang mengusir suasana panas di sore hari saat ada seseorang laki-laki yang telah berdiri di roof top sebuah restauran. Ia tak sekedar mencari angin atau melihat pemandangan yang ada dari ketinggian karena sebenarnya tujuan utama laki-laki tersebut berada di sana adalah untuk mengusir segala kesedihan hatinya akibat dirinya dan sang pujaan hati tak bisa untuk bersatu dalam ikatan suci pernikahan.

Alvin harus merelakan sang gadis demi kebaikan mereka, akan tetapi mau bagaimana lagi jika takdir sudah menuliskan garisnya. Dan Alvin harus dipaksa untuk menerima kenyataan tersebut walau ia tak mau tetapi akan ia ikhlaskan demi kebahagiaan sang gadis.

Dering telepon seakan membuat ketenangannya menjadi rusak dengan suara yang keras mampu membuatnya berdecak sebal dan saat hendak melihat siapa yang telah mengganggu ketenangan saat ini pastinya ia tak akan mengampuni orang tersebut. Akan tetapi ia urungkan di saat melihat nama mama Dina yang tertera di layar handphonenya.

"Ini Mama ganggu banget sih mama enggak tahu apa gue lagi pengen sendiri dan menenangkan diri, kenapa sih semua orang gak ngertiin kondisi gue saat ini, sorry ya ma tapi gue pengin sendiri". Alih-alih mengangkat telepon dari sang Mama, Alvin lebih memilih untuk mematikan hp-nya.

Tetapi mungkin Tuhan tidak menyukai sikap Alvin yang lebih memilih untuk membuat mamanya khawatir, maka dari itu sekarang HP Alvin yang tadinya hendak ia kembalikan ke saku malahan terjatuh di atas pot bunga di bawah balkon tersebut dan lebih sialnya lagi Alvin harus bertaruh nyawa mengambilnya.

"Sial banget sih gue pakai jatuh segala tuh HP, nggak tahu apa cicilannya belum lunas". Alvin membungkukkan badan berusaha meraih benda persegi panjang yang sangat kesulitan ia ambil dikarenakan jarak antara HP dan dirinya agak jauh dan ia harus melewati pagar dan berpegangan dengan erat pada pagar balkon tersebut agar dirinya tidak jatuh dari lantai 4.

"Kak Alvin jangan bunuh diri, aku tahu kak Alvin lagi patah hati tapi jangan nekat kak aku mohon, kak Alvin juga nggak jelek-jelek amat pasti nanti dapat jodoh kok ". Abel yang mengetahui keberadaan Alvin diatas restoran tersebut kini merasa panik karena mengkhawatirkan sang kakak yang akan bunuh diri akibat karena patah hati.

"CK siapa juga yang mau bunuh diri sih". Alvin tak menghiraukan teriakan sang adik yang mencemaskan nya dan ia lebih berfokus kepada HP yang berada di bawah, semakin sulit tetapi semakin hampir berhasil ia gapai HP tersebut, hendak menyayangkan dan mengikhlaskannya saja sangat sulit karena dia teringat akan cicilan hp tersebut yang belum ia lunasi.

"Alvin jangan bego cewek itu jumlahnya gak cuma satu lo meski mikir ke depan nggak cuma mikirin dia doang ". kini giliran Andre yang berteriak, ia dan Abel berusaha mencari Alvin yang mereka ketahui sedang patah hati bahkan di belakang Andre ada beberapa orang yang sedang melihat Alvin karena tindakannya itu membuat dirinya menjadi pusat perhatian.

Merasa tak dihiraukan kedua saudara tersebut akhirnya memilih untuk naik ke atas dan mencegah Alvin yang hendak bunuh diri. Mereka tak menyangka jika Alvin akan melakukan tindakan yang akan dilakukan oleh orang bodoh dikarenakan oleh satu kata yaitu cinta.

"Dasar beg* lo". Andre dengan sekuat tenaga menarik ke Alvin Alvin kembali ke atas sebelum Alvin berhasil meraih hp-nya dan HP tersebut malah masih berada di atas bunga. Andre meraup oksigen sebanyak-banyaknya untuk memulihkan tenaga.

"Percuma papa nyekolahin lo sampai tinggi dan ngasih perusahaan kalau elo cuma jadi orang yang gak berguna gara-gara patah hati aja sampai mau bunuh diri". Andre mencerca Alvin dengan kata-kata kasar dikarenakan ia hampir tidak bisa menahan emosinya.

"Siapa juga sih emang yang mau bunuh diri, gue ke sini cuma mau nenangin diri sama lihat dan pemandangan dan karena kalian berdua sekarang mood gue berantakan ". Alvin tidak terima dirinya disalahkan padahal Iya tidak ada niatan sama sekali untuk menghilangkan nyawanya sendiri.

"Terus kak Alvin kalau nggak bunuh diri ngapain coba tadi sampai kayak mau jatuh gitu, kalau enggak ada ke Andre pasti sekarang kak Alvin udah jadi jenazah dan dikuburkan di makam ". Abel juga ikut bersuara dikarenakan dirinya kesel oleh sang kakak kedua lemah karena masalah Alvin akhir-akhir ini dirinya bahkan harus membagi waktu antara Alvin dan sang buah hati yang juga perlu diperhatikan bahkan suami abel yaitu Excel sendiri merasa lelah karena diganggu oleh Alvin setiap memiliki masalah.

"Gue mau ngambil hp gue yang jatuh tuh di dekat bunga dan karena kalian berdua sekarang hp gue nggak bisa ke ambil, mana cicilannya belum lunas emang kalian mau gantiin HP gue hah ?! ". Alvin bersuara cukup keras raya menunjuk ke arah balkon di mana di bawahnya terdapat HP yang masih tergeletak di sana.

Sedangkan untuk Andre dan Abel kini menepuk dahi mereka masing-masing dikarenakan oleh alasan konyol yang mampu membuat nyawa seseorang melayang. Dan karena alasan itulah saat ini Andre benar-benar ingin menonjok Alvin jika tidak ingat bahwa Alvin adalah adik kandungnya bahkan kembarannya sendiri.

Karena Alvin telah berhasil diselamatkan akhirnya para pengunjung dan orang-orang yang telah berkerumunan melihat kini beralih untuk membubarkan diri. Meninggalkan mereka yang masih kesal akan kelakuan Alvin yang membuat semuanya menjadi heboh.

Tetapi tak hanya Andre dan juga Abel karena Alvin juga merasakan kesal dikarenakan ia hendak mengubah mood-nya menjadi baik tetapi kembali buruk dikarenakan kehadiran kedua saudaranya dan membuatnya berada dalam perhatian semua orang padahal Ia tak sedang ingin bunuh diri.

"Ya udah kalau gitu ayo kita pulang, Marcel pasti nangis nyariin aku karena dari tadi aku belum kasih ASI ke dia". Abel mengajak kedua saudaranya tersebut untuk pulang dan berhenti memikirkan tentang masalah di mana mereka menganggap Alvin akan bunuh diri padahal sebenarnya tidak dan masalah sepele yang menjadi salah paham ini malah membuat mereka melupakan orang orang yang menunggu kabar dari mereka di rumah.

Semua ini dikarenakan karena pada hati ia tidak ditolak ataupun Alvin tidak merasa tidak diinginkan tetapi takdirlah yang menggariskan bahwa dirinya tidak bisa hidup bersama dengan orang yang ia cintai. Ia ingin menyalahkan takdir tetapi bagaimana caranya?.

Alvin terdiam sembari melihat kaca jendela mobil yang terkena tetesan hujan, entah mengapa seolah semesta ikut merasakan kesedihan yang ia rasakan.

Sekarang Alvin memilih untuk memasrahkan takdir cintanya kepada Tuhan dikarenakan ia sudah tak mampu untuk mencintai seseorang lagi. Dan entah ia akan memilih untuk menjomblo seumur hidup atau melakukan apapun, yang penting ia bisa melupakan sang gadis pujaan hatinya yang pernah singgah namun, kemudian pergi seolah-olah hanya numpang permisi dan lewat saja.

Jika Alvin akan menikah suatu hari nanti tentu itu hanya akan menjadi kewajiban karena ia sudah tak mampu untuk mencintai lagi.

"Selamat tinggal cinta pertama gue".

.

.

.

.

.

.

.

Bagi yang mau daftar jadi bininya bang Alvin harap klik like, komen dan juga vote.

Juga serahkan biodata dan surat lamaran untuk bang Alvin ke personalia yang ada di dekat anda, terima kasih.

Mencari Calon Istri

4 Bulan Sebelumnya

Mungkin dari kalian tidak mengerti mengapa Alvin yang begitu hebat dan punya segalanya bisa patah hati akan sebuah hal yang di dasari dengan cinta. Semua berawal dari di mulainya saat ia menetapkan untuk memacari semua wanita yang tertarik akan pesonanya yang mematikan.

Ya, Alvin memutuskan untuk menjadi playboy amatiran dan akan menyeleksi mereka semua sampai terpilihlah satu diantara sekian banyaknya wanita yang akan ia jadikan sebagai seorang istri. Namun sebelum ia memutuskan wanita yang mana, terlebih dahulu Alvin mencoba berpacaran dengan mereka semua.

Seperti halnya hari ini dimana Alvin yang sudah datang sesuai dengan jam dimana ia dan pacarnya yang ke berapa ? Ia tak tak tau telah janjian. Bahkan Alvin sudah menunggu di kafe sebuah mall sejam lamanya hingga habis 2 jus mangga kesukaannya.

"Maaf ya sayang aku lama ya datangnya, ini karena aku pengin dandan cantik buat kamu". Seorang wanita dengan dandanan yang bisa di bilang cukup terbuka karena memakai rok diatas lutut dan atasan yang memperlihatkan salah satu pundaknya datang dan duduk di depan Alvin. Cantik memang sesuai selera Alvin.

"Nggak apa-apa kok aku juga baru datang". Alvin berbohong tapi tak apa, jika memang gadis tersebut lama karena berdandan untuknya maka Alvin akan terima, toh tujuan utama ia datang dan janjian dengan gadis itu adalah untuk di bawa pulang dan di perkenalkan dengan mama Dina dan juga papanya.

"Ya udah yuk sayang kita belanja". Gadis tersebut dengan tanpa rasa canggung lagi melingkarkan tangannya di lengan Alvin.

Kata belanja seketika membuat Alvin merasa ingin meledak, ia sudah menunggu begitu lama bukan untuk mengajak gadis itu menghabiskan tabungan dan menambah jumlah hutangnya pada kartu kredit, ini suatu kesalahan dan Alvin harus luruskan.

"Gini Ran sebenarnya aku mau ngajak kamu buat ketemu sama orangtua aku hari ini, kamu mau kan ?". Alvin bisa melihat Gadis yang biasa ia panggil dengan sebutan Rana langsung berubah raut wajahnya, keterkejutan nampak sekali tetapi senyum yang terlihat di paksakan tersebut muncul.

"Ya udah deh yuk kita ketemu orangtua kamu".

Satu kalimat yang membuat Alvin senang bukan main, bagaimana tidak ? Sejak lama ia ingin membawa pulang dan mengenalkan gadis tersebut kepada sang mama lalu setelah ini tidak akan ada lagi tuntutan bagi Alvin diperkenalkan dengan teman mamanya atau anak rekan papanya. Setelah ini pencarian Alvin akan seorang istri selesai, walaupun jatuh kepada gadis yang selalu menghabiskan tabungan yang ia kumpulkan setiap bulan.

"Rana tunggu !!".

Baru mereka berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang memanggil nama Rena hingga baik Alvin dan Rana menoleh mendapati seorang laki-laki yang mendekati mereka. Alvin menatap lelaki itu dengan pandangan bingung karena tidak merasa kenal, sedangkan Rana melihat lelaki itu dengan raut wajah ketakutan.

"Maaf anda siapa ? Emang kita pernah ketemu ?". Tanya Alvin.

"Elo emang nggak kenal sama gue tapi cewek yang lagi sama elo itu pacar gue". Laki-laki tersebut melepaskan rangkulan tangan Rana dari lengan Alvin cukup keras hingga terlepas.

Alvin memandang Rana dengan keterkejutan yang nyata, perasaannya kini campur aduk antara bingung dan telah di bohongi juga telah diporoti selama ini. "Ini pacar elo ? dan selama ini elo udah habisin uang gue juga pacaran sama gue ?".

"Alvin sayang aku bisa jelasin". Rana menggeleng kuat dan berusaha meraih tangan Alvin tetapi Alvin menghindar dan memilih untuk pergi setelah rasa kecewanya memuncak.

"Mulai hari ini jangan ganggu gue lagi".

"Nggak Alvin tunggu". Rana hendak mengejar namun tangannya di tahan oleh lelaki yang mengaku sebagai pacarnya.

Di lain sisi Alvin meluapkan emosi seraya berjalan menuju arah parkiran dimana mobilnya berada. Ia mengendarai mobil tersebut dengan kecepatan diatas rata-rata, ia mengingat bagaimana bertemu dengan Rana dan menjadi pacarnya juga saat Rana meminta ini dan itu selalu ia penuhi walau jumlah nominalnya langsung menguras kantong Alvin.

Alvin lelah bertemu dan pacaran dengan gadis seperti Rana tetapi selain Rana masih ada juga yang lain yang berstatus sebagai pacarnya. Ya, Rana bukan satu-satunya dan Alvin masih punya cadangan jika Rana gagal seperti yang sudah-sudah.

Alvin melihat jam yang melingkar di lengannya, waktu menunjukkan bahwa dirinya kini harus ke tempat di mana ia akan melakukan janji temu dengan seorang gadis yang lain. Ibarat sedia payung sebelum hujan maka di saat Rana gagal maka akan ada Rana yang lain. Dan sekarang Alvin membelokkan mobilnya menuju ke sebuah restoran yang tidak jauh dari rumahnya berada.

Tadinya jika ia berhasil membawa Rana pulang dan menetap Rana sebagai calon istrinya mana pacar Alvin yang lain akan Alvin putuskan.

Alvin keluar saat dirinya telah memarkirkan mobil dan masuk ke dalam restoran tersebut, untung saja saat masuk disana sudah ada Lina yaitu pacar Alvin yang lain. Sehingga Alvin tak harus menunggu lama lagi.

"Sorry ya aku baru sampai habis meeting tadi". Alvin memberikan alasan klasik yang biasa ia berikan kepada pacarnya yang lain disaat mereka yang terlebih dulu sampai dan harus menunggunya, dan tentu saja hal itu membuat Alvin tak pernah dimarahi.

"No problem sayang aku juga baru sampai kok". Lina memperlihatkan senyuman manis pada bibir yang diolesi lipstick pink tersebut, dibandingkan dengan Rana yang terlihat sekali sangat memoroti Alvin, Lina adalah gadis yang lebih elegan dan lembut bahkan pengertian walau Rana lebih cantik.

"Sebenarnya aku penasaran kenapa kamu ngajak aku kesini ya ? mendadak banget tau nggak".

Alvin tak habis fikir padahal chat yang Alvin kirimkan ke Lina dari semalam dan kini Lina bilang ini terlau mendadak. Dalam hati Alvin berfikir memang seberapa lama wanita mempersiapkan diri hanya untuk sekedar ke restoran ? Aneh.

"Sorry banget nih tapi bisa nggak kalau kita ketemu sama orangtua aku, aku ingin ke jenjang yang lebih serius sama kamu nantinya". Alvin to the poin, ia tak suka basa-basi dan membuang waktu. Jika Lina mengatakan iya maka mulai sekarang hanya Lina yang menjadi prioritas Alvin sementara yang lain akan Alvin putuskan.

Alvin memang playboy tapi ia serius mencari istri dan bukannya playboy cap buaya yang hanya mempermainkan perasaan wanita hingga membuat wanita kecewa juga menangis. Tidak, Alvin tak sebrengs*ek itu.

"Sekarang ? Kok mendadak ? Kok kamu nggak bilang lebih awal ?". Seperti halnya Rana, Lina juga berubah raut wajahnya saat mendengar kata di perkenalkan ke orang tua.

Alvin bingung bukankah harusnya para wanita senang karena dengan begitu mereka tak dianggap sebagai mainan dan niat untuk diajak berkomitmen. Ia bingung sendiri dimana letak kesalahannya.

"Iya gimana ? Mau nggak karena aku sebenarnya cari istri bukan cari pacar lagi". Alvin memperlihatkan keseriusannya, bahwa ia tak main-main atas ucapan yang barusan terlontar dari bibirnya tersebut.

"Kalau aku misalnya nggak mau terus kita putus gitu ?".

"Ya.....iya kan aku nyarinya istri". Alvin takut jika membuat seorang gadis sedih tapi ia tak mau membuang waktunya akan hal yang tentu sudah pasti tak ada masa depannya, jika Lina tak mau maka Alvin anggap Lina telah gugur seperti halnya yang lain.

"Ya udah ayo kita kerumah kamu dan ketemu orangtua kamu".

Senyum Alvin terbit saat Lina setuju, setidaknya tak ada Rana maka Lina yang akan menjadi istrinya. Tetapi langkah mereka terhenti saat didepan ada seorang laki-laki yang menggandeng anak perempuan tengah berdiri dan melihati mereka.

"Lina..". Laki-laki tersebut melihat ke arah Alvin dan Lina secara bergantian begitu juga Alvin yang melihat lelaki tersebut untuk memastikan apakah ia kenal atau tidak.

"Mas Johan ?".

"Mama".

"Apa ? Mama ?".

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Minta like, komen dan votenya yang banyak buat bang Alvin 😘😘😘

Mengubah Penampilan

"Mas Beno ?."

"Mama."

"Apa ? Mama ?." Alvin terkejut saat ada seorang gadis kecil yang memanggil dengan sebutan mama dan gadis kecil tersebut melepaskan gandengan tangannya lalu berlari menuju ke arahnya dan memeluk Lina.

Alvin memandang Lina dengan tatapan bingung dan beralih kepada gadis kecil yang memang agak terlihat mirip dengan Lina. ia mulai menerka jika gadis kecil ini mempunyai ikatan ibu dan anak dan jika itu benar maka selama ini Alvin telah dibohongi.

"Alvin a-aku....." Lina terbata di saat ia melihat Alvin dengan pandangan marahnya, hari ini semua yang telah ia lakukan nyatanya terbongkar disaat suami dan anaknya sendiri malah mendatanginya. Dan sepertinya takdir saat ini sedang tidak berpihak kepadanya dengan sang suami yang mendekat dan menarik tangan Lina. " Ayo kita pulang sekarang."

"Mas Beno kok bisa ada di sini?." Lina dihadapkan pada kenyataan sulit disaat suami dan juga Alvin sedang berada dihadapannya mereka minta penjelasan dari tatapan keduanya, entah siapa dulu yang harus ia jelaskan karena situasi ini membuat fikirannya seolah blank.

"Kenapa memangnya kalau aku ada di sini? kamu bener-bener ya beraninya kamu selingkuh di belakangku dan menelantarkan anak kita."

"Mas aku nggak bermaksud seperti itu."

Alvin lelah dengan semua ini, setelah ia ditipu oleh Rana dan sekarang dirinya juga dibohongi oleh Lina, Alvin merasa seperti menjadi lelaki paling tidak beruntung sedunia telah dipermainkan oleh dua wanita dan keduanya juga adalah wanita yang mata duitan dengan hanya mengincar hartanya saja. Terbukti dari kebiasaan keduanya yang selalu minta diantar belanja dan ia yang harus membayar semua tagihan.

Alvin tidak ingin ikut campur dalam rumah tangga orang lain jadi ia melangkah menjauh dari Lina dan tidak berhenti atau menyahuti suara panggilan dari Lina di belakang. Hari ini ia menyerah tetapi mungkin pacarnya yang lain masih mau untuk menjadi calon istrinya. Alvin adalah seorang lelaki kaya juga tampan dan ia yakin pasti ada satu diantara ribuan gadis yang mau dengannya karena ia merasa dirinya sangat sempurna.

*******

Alvin mendudukkan dirinya di sebuah kursi di depan rumah memandangi bunga-bunga yang terlihat segar setelah disiram oleh mama Dina. Ia lebih merasa tenang melihat di bunga-bunga yang bisa tumbuh tanpa suara dibandingkan dengan gadis-gadis dengan mulut manis yang hanya bisa merayu dengan kebohongan semata. Jika saja bunga itu bisa hidup dan menjadi manusia mungkin Alvin akan menikahi satu diantaranya.

"Kamu pulang sendirian Vin? Katanya mau bawa pacar kamu buat kenalin ke Mama?." Mama Dina masih memegang selang ditangannya dan bunga bunga yang belum terkena siraman air ia sirami dengan penuh kasih sayang layaknya bunga itu adalah anaknya sendiri dan lebih enak dipandang dibanding daripada melihat muka Alvin yang seperti benang kusut.

"Aku gagal lagi ma, tapi jangan khawatir masih ada vindy, Nindi, Alin dan Elis besok buat aku kenalin ke Mama ". Alvin menyebutkan beberapa nama pacarnya dengan menghitung jarinya, ia bahkan lupa berapa jumlah pacarnya saat ini.

"Banyak banget Vin itu nama orang semua apa cuma karangan kamu aja? ". Mama Dina meragukan ucapan Alvin, bagaimana tidak ? jika dari sekian banyaknya pacar Alvin tidak ada satu pun yang sepertinya Alvin anggap serius dan di kenalkan ke dia.

"Ya serius lah ma, tunggu aja pasti salah satu dari mereka bakal jadi calon istriku dan calon menantu, mama siap-siap aja kalau aku bawa salah satu diantara mereka untuk kenalin ke Mama." Alvin dengan pedenya mengatakan itu padahal Ia sendiri masih agak ragu.

"Kak Alvin ?!". Abel memanggil Alvin setelah mendengar jika suara kakaknya tersebut telah terdengar dan pastinya Alvin sudah pulang ia sudah menunggu sedari tadi namun tidak menyangka bahwa kedatangan Alvin malah tanpa ia sadari.

"Apaan sih nggak usah teriak-teriak manggilnya!." Alvin berdecak saat mendengar suara Abel yang nyaring, semenjak Abel tinggal di sini suasana rumah menjadi sangat tidak tenang dikarenakan rumahnya Abel sedang direnovasi.

Untuk itu sekarang Abel beserta Excel tinggal sementara dirumah papa Rey, apalagi dengan Abel yang telah mempunyai bayi dan akan sangat tidak nyaman bayi seorang bayi dan adanya tukang di rumah.

"Cepat sini ikut aku." Abel menarik tangan Alvin dengan paksa, ingin Alvin memberontak tapi ia tak punya tenaga, dan Abel menunjukkan sesuatu yang telah persiapan kepada kakak keduanya tersebut.

"Apaan sih Bel tarik-tarik ini gue bukan tali tambang yang bisa lo tarik-tarik seenaknya." Alvin akan mengikuti Abel karena pasti ada-ada saja dilakukan oleh adiknya ini dan ia merasa bingung saat masuk ke dalam kamarnya Abel dan ia dapati banyaknya baju di atas tempat tidur. Untung saja Marcel ditidurkan di dalam box bayi jika tidak pasti sudah tertimbun oleh banyaknya baju tersebut.

"Ini mall pindah ke kamar elo ?." Alvin heran dengan tumpukan baju tersebut dan di saat dia mengambil salah satunya keterkejutannya bertambah karena baju tersebut adalah baju laki-laki semua. "Ini semuanya buat si Excel?." Tanyanya lagi.

"Nggak ini buat kak Alvin bukan buat kak Excel, kak Alvin kalau mau cari calon istri atau pacar yang gak matre harus dandan ala orang miskin biar nggak diporotin terus dan kak Alvin bisa seleksi mana yang tulus dan mana yang enggak."

Banyaknya baju yang bertumpuk pada kasur Abel tidak ada satupun yang Alvin sukai karena semuanya terlihat dari barang kualitas rendah. Ia heran sendiri mengapa Abel bisa menemukan baju-baju yang sangat tidak level pada dirinya.

"Dapat baju kayak gini dari mana semua, kelihatan lecek banget, dari kang loak ya ?!." Alvin serasa jijik memegang salah satu diantaranya dan ia taruh kembali baju tersebut, Alvin terlalu enggan untuk memakainya barang satu potong baju pun.

"Dapat baju cuci gudang, lumayan kak satu potongnya cuma Rp 50.000 jadi dapat banyak deh, mending cepat sekarang kak Alvin buka itu baju trus cobain ini semua, nanti aku lihat cocok gak sama kak Alvin."

"Ya nggak bakalan cocok lah gue pake baju 200 ribuan aja nggak pernah pakai apalagi lo suruh pakai baju 50 ribuan, harga diri gue mau gue taruh di mana kalau sampai ada yang tahu gue pakai baju 50 ribuan Abeeel."

"Yaelah kak taruh aja di kerincingannya Marcel ribet banget sih, maka dari itu kak Alvin karena nggak pernah pakai baju seharga 50 ribuan makanya mesti coba, sekali-kali ngerasain gimana jadi orang susah, udah sana ganti."

Dengan terpaksa Alvin membawa salah satu baju yang menurutnya paling mending model dan juga coraknya di bandingkan dengan baju yang lain. Kemeja lengan panjang dengan motif kotak berwarna merah kombinasi hitam menjadi pilihannya. Baju itu terlihat bagus di badan Alvin tapi tetap aja wajah di tekuk khas cemberut terpampang di wajah si pemakai.

"Bagus, lebih baik kau memakai pakaian itu mulai sekarang." Excel yang baru pulang setelah membelikan popok bagi Marcel datang dan mengomentari penampilan kakak iparnya, ia senang saat respon Alvin malah sebaliknya.

"Kalian emang kompak banget buat ngerjain gue." Alvin merasakan gatal dan menggaruk lengan tangannya sebelah kanan, ia heran mengapa pakaian yang ia kenakan ada sensasi gatal seperti ini. "Ini baju kenapa gatel banget rasanya ?"

"Oh palingan itu kelamaan di toko kak, udah kak Alvin mulai sekarang pakai baju ini aja, yang lain disimpen dulu."

"Nggak mau."

"Terus emang kak Alvin mau jadi jomblo seumur hidup ? Ingat dalam keluarga kita cuma kak Alvin yang belum pernah nikah." Abel memberikan ancaman yang sekiranya Alvin mau menurutinya, ia tak bermaksud jahat tapi hanya kasihan akan sang kakak yang lebih banyak menghabiskan waktu sendiri disaat yang lain sudah berkeluarga.

"Ya nggak maulah."

"Kalau gitu harus mau."

"Ck, oke fine."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Vote disini aja, kalau di novel Andre nggak bakal kehitung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!