Tinnnn...Tinnnn
"Sabar dong kak, buru-buru amat." ucap Kevin yang kini sudah duduk di bangku SMA tingkat 3.
"Sekali lagi kamu terlambat bangun, kakak akan tinggali kamu." jawab Rasya ketus, dan Kevin sama sekali tidak memperdulikan nya.
Waktu berlalu begitu cepat, 15 tahun berlalu membuat Rasya dan Rini kini sudah tumbuh menjadi dewasa.
Rasya yang berwajah tampan membuat banyak wanita mengagumi nya, begitu juga dengan Rini tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan manis, hingga banyak lelaki yang menginginkan diri nya. dan tidak kalah dengan Kevin, anak ketiga dari Iren dan Sigit, yang juga sudah tumbuh dewasa, ketampanan nya berhasil meluluh kan hati wanita di sekolah nya dan termasuk lelaki yang paling di kagumi dan di gemari di kalangan nya.
Seiring bertambah nya waktu, hungungan antara Sigit dan Fahri semakin erat, di tambah dr Albern yang hadir di antara mereka, membuat persahabatan mereka lebih meriah, begitu juga dengan Iren dan Zahra kedetakan mereka sudah seperti saudara kandung, di tambah keberadaan Sinta semakin memperindah hubungan sahabat mereka.
"Jangan ngebut-ngebut, mama tidak mau selalu jemput kamu dari kantor polisi." ucap Zahra yang sangat memanjakan Miko anak pertama nya bersama Fahri.
"Iya ma. mama jangan bilang-bilang papa ya, kalau tidak Miko pasti akan di hukum. suami mama sangat kejam dengan anak sendiri." jawab Miko yang sangat dekat dengan Fahri, namun kekerasan Fahri mendidik nya, membuat nya selalu berbohong, agar terhindar dari hukuman Fahri yang kadang tidak masuk akal. mendengar jawaban Miko, Zahra hanya bisa senyum geleng-geleng, karena bagaimana pun bandel nya Miko, Fahri sangat menyayangi putra tunggal nya itu.
Setahun menikah, akhir nya Sinta dan dr Albern di karuniai gadis kecil yang sangat cantik dan manis, Fania yang kini sudah duduk di bangku SMA tingkat 2, juga memiliki banyak penggemar, termasuk Kevin dan Miko. namun melihat kedekatan hubungan orang tua mereka, membuat mereka terjebak dalam friend Zone.
Rasya dan Rini yang kini sudah berusia 22 tahun, membuat Iren dan Sigit menyerah kan semua pilihan untuk mereka. Iren dan Sigit tidak ingin menjadi orang tua yang memaksa, hingga membuat anak-anak mereka harus menderita. Rasya yang memilih untuk bergabung di perusahaan Sigit sedangkan Rini yang memilih untuk menjadi seorang model profesional. Iren dan Sigit akan selalu mendukung serta menjadi sahabat untuk ketiga anak mereka.
semakin dewasa sikap Rasya jauh berbeda saat ia masih kecil dulu, sewaktu masih kecil Rasya merupakan anak yang cerewet, namun sekarang sifat nya tidak kalah jauh seperti Sigit saat belum mengenal Iren, dimana Rasya sekarang menjadi lelaki tampan yang bersifat dingin dan cuek, hanya anggota keluarga serta sahabat-sahabat Iren dan Sigit yang bisa bicara dengan nya. berbeda dengan Rini, Rini yang sewaktu kecil pendiam, pemalu kini menjadi gadis yang ramah, periang, dan juga sangat penyanyang. sifat nya juga tidak kalah jauh dari alm Tasya ibu kandung nya dan Iren ibu sambung nya.
"Kamu kapan ke Jakarta sayang.?" tanya Iren saat membantu Rini mengemas barang milik nya.
"2 hari lagi Rini berangkat ma, ada pemotretan disana, sekalian Rini akan berkunjung ke rumah grand pa dan grand ma, dan juga Rini ingin ziarah ke makam mama." jawab Rini, yang sudah mengetahui semua nya. Iren dan Sigit sama sekali tidak pernah merahasiakan nya, agar kelak Rasya dan Rini tidak salah paham, dan untung Rasya dan Rini tumbuh menjadi anak yang baik, mereka bisa menerima keadaan dan sangat menyanyangi Iren.
"Mama ingin sekali ikut dengan kamu, tapi mama juga masih banyak kerjaan, dan mama tidak ingin meninggalkan Kevin sendirian, kamu tau sendiri papa dan kakak kamu selalu sibuk dengan bisnis nya." sambung Iren dengan wajah lesu nya. Iren dan Sinta masih melanjut kan pekerjaan mereka sebagai pengacara, apalagi sekarang ketenaran mereka semakin naik daun, mereka banyak memenang kan kasus, hingga menjadi pengecara yang paling di incar dengan bayaran yang sangat menggiurkan.
"Mama tidak usah sedih, kali ini Rini berangkat untuk kerja, lain kali kita berangkat untuk liburan. kita akan senang-senang, jadi tidak ada kesedihan, Rini akan menyakin kan papa dan kak Rasya untuk pergi." jawab Rini semangat, membuat Iren tersenyum melihat gadis kecil nya yang kini sudah tumbuh dewasa.
Saat acara wisuda selesai, putri sahabat Iren dan Sinta memutuskan untuk mengambil s2 keguruan, karena sejujur nya putri ingin menjadi seorang guru, dan akhir nya kini putri sudah menjadi seorang dosen di salah satu universitas yang sangat terkenal di Jakarta, kepindahan orang tua Putri membuat Putri harus mengadu nasib ke ibu kota Jakarta, hingga suatu ketika Putri bertemu dengan Andi. sejak pertemuan itu membuat mereka dekat dan memutuskan untuk menikah, hingga mereka di karuniai seorang putri bernama Vina. dan Vina yang baru selesai menyelesaikan pendidikan SMA nya berniat ingin melanjutkan kuliah ke Singapur. Andi dan Putri yang sangat memanjakan putri semata wayang nya tidak bisa menolak dan selalu menuruti ke inginan putri mereka.
"Kenapa wajah lo musam begitu.?" tanya Fahri yang selalu bisa mengambil celah untuk mengomentari Sigit.
"Musam apa an, wajah gue selalu tampan begini. emang lo masih punya anak satu punya wajah tua dan kusam. lihat gue dong, punya anak 3 tetapi selalu tampan, membuat Iren semakin hari semakin tergila gila dengan gue." jawab Sigit memuji diri.
"Uwekkk. gue mau muntah dengar ucapan lo yang terlalu percaya diri. ohh iya hari ini gue terima sekretaris baru untuk lo, mungkin besok dia baru masuk, melihat perusahaan kita yang semakin pesat membuat gue tidak bisa mengurus lo sendirian, dan lo tau, gue juga punya kelurga yang harus gue urus." ucap Fahri dan Sigit pun mengerti, keputusan yang di buat Fahri memang tepat dan Sigit pun hanya mengangguk setuju.
"Gue serahin semua untuk lo, dan tolong berkas ini lo antar untuk Rasya, agar kerjaan kita bisa cepat selesai, lalu pulang untuk bermanja dengan istri tercinta." ucap Sigit.
"Malam ini gue puasa bro." jawab Fahri, membuat Sigit tidak mengerti..
" Maksud lo apa an." tanya Sigit penasaran.
"Zahra lagi datang bulan." jawab Fahri lalu pergi meninggalkan Sigit
"Kurang ajar lo." jawab Sigit sambil melemparkan remasan kertas kepada Fahri yang selalu bersikap jahil. melihat itu Fahri hanya bisa tertawa, sambil berjalan menuju ruangan Rasya.
**Tokk...tokk...tokk**..
"Masuk." ucap Rasya tanpa mengetahui Fahri yang kini sedang mengituk pintu, mendengar intruksi Rasya Fahri pun langsung memasuki ruangan keponakan angkat nya itu.
"Paman, ngapai pakai ketuk pintu segala, Rasya pikir siapa." ucap Rasya yang sangat menghormati Fahri.
"Sudah santai saja, ini di kantor jadi kita harus bisa menunjukkan sikap sopan santun di hadapan pegawai lain nya." Jawab Fahri sopan.
"Sejak kapan paman bisa berfikir bagus begitu" tanya Rasya yang juga suka menggoda Fahri.
"Sudah lama lah, jauh sebelum kamu lahir, dulu waktu kamu masih kecil, paman yang selalu mengajari papa kamu untuk bersikap sopan dan ramah, kalau tidak papa kamu itu seperti es beku yang sangat dingin, sangat cuek dan tidak peduli apa pun, sifat nya gak jauh sama kamu sekarang. kok bisa sifat papa kamu yang lama jadi turun ke kamu." ucap Fahri
"Tidak ada yang salah dengan bersikap seperti ini." jawab Rasya, membuat Fahri mati kutu, dengan Sigit ia bisa saling menggoda, tapi dengan Rasya selalu membuat nya kalah talak.
"Hmmm,,suatu saat kalau kamu seperti papa kamu, menemukan seorang wanita akan mengubah kamu jadi lelaki yang cengeng, paman jamin itu." sambung Fahri yang masih tidak mau menyerah.
" Rasya lihat paman juga begitu, depan tante Zahra paman juga selalu bersikap seperti anak kecil, hingga Miko yang selalu membohongi paman saja paman tidak tau." Jawab Rasya, membuat Fahri terkejut apa maksud dari ucapan nya.
"Maksud kamu apa." tanya Fahri penasaran.
"Mulai sekarang paman harus lebih teliti, Rasya sering melihat Miko dan Kevin mengunjungi tempat yang aneh-aneh, bolak balik masuk kantor polisi, dan tante Zahra selalu merahasiakan dari paman." jawab Rasya jujur, membuat Fahri sangat terkejut, berkat didikan Iren Rasya selalu berkata jujur, walau terlihat cuek, Rasya sebenar nya peduli, hanya saja ia tidak ingin terlalu memamerkan nya.
"Ini berkas dari papa kamu, kamu cek baik-baik, paman pergi dulu." ucap Fahri lalu pergi meninggalkan ruangan Rasya, melihat itu Rasya hanya bisa geleng-geleng.
Rasya yang terikat dengan Rini, tidak bisa membiarkan Rini untuk pergi lama-lama, karena saat Rini memulai karir jadi model, membuat nya banyak menghabiskan waktu untuk berlatih, serta harus mengikuti karantina. karena itu Rasya jatuh sakit karena terlalu merindukan Rini kembaran nya.
"Kamu jangan pergi lama-lama. kakak gak mau terlalu merindukan kamu." ucap Rasya, membuat Iren dan Sigit tersenyum melihat kedekatan anak kembar mereka.
"Iya kak, aku gak mungkin biarin kakak sakit karena merindukan aku. maka nya kakak cari pacar, agar kakak tidak terlalu terikat dengan ku." jawab Rini yang selalu menggoda Rasya.
"Aku masih harus menjaga kamu, Kevin, papa dan mama. jadi kakak tidak punya waktu untuk wanita lain." sambung Rasya dengan wajah cuek nya.
"Kamu seperti nya menyepelekan papa, kalau kamu punya pacar papa juga bisa menjaga pacar kamu." sambung Sigit yang tidak ingin kalah.
"Mama, tolong jelasin ke Rini dan Papa, kalau aku sama sekali tidak ingin pacaran, hanya ucapan mama yang bisa membuat papa dan Rini mengerti." ucap Rasya yang sangat manja dengan Iren, di balik sikap cuek dan dingin nya, Rasya begitu sangat manja dengan Iren.
"Sudah sudah, kasihan kakak kamu, mas juga jangan ikut-ikutan, sifat Rasya begini juga kan karena mas." ucap Iren membela Rasya, spontan Rasya pun menjulurkan lidah nya pertanda bahagia karena Iren selalu membela nya.
"Tenang pa, kak, Kevin akan masuk ke tim papa dan kak Rini. Kevin juga setuju untuk kak Rasya mencari pacar, agar Kevin bisa bebas tanpa kak Rasya yang selalu mengawasi gerak gerik Kevin." ucap Kevin, Rini dan Sigit pun saling merangkul, untuk menyerang pertahanan Iren dan Rasya.
"Oh begitu, mulai sekarang mama akan cabut semua fasilitas yang sudah mama berikan. jadi kamu tinggal pilih, kamu mau bergabung ke tim siapa." jawab Iren mengancam, membuat Sigit dan Rini lepas tangan, karena bagaimana pun semua kuasa ada di tangan Iren, Sigit saja tidak bisa untuk melawan.
"Mama ku cantik yang baik hati, heheheh, apa lagi kak Rasya, kakak tertampan yang ada di dunia, kakak terbaik yang sangat menyanyangi adik-adik nya." ucap Kevin dan langsung memeluk Rasya dan Iren, melihat itu membuat Rini dan Sigit tertawa. bagaimana tidak mereka memiliki keluarga yang sangat bahagia.
Setelah itu Rini beserta agency nya pun terbang ke Jakarta, walau berat hati Iren dan Sigit harus bisa mengikhlaskan untuk selalu jauh dari putri semata wayang nya itu.
selepas dari bandara, Sigit dan Rasya pergi ke kantor bersama, sedangkan Iren harus mengantar Kevin ke sekolah.
"Ma, Kevin ikut mama saja ya, ini sudah jam berapa, Kevin malas harus di hukum guru karena terlambat." pinta Kevin manja.
"Tidak ada alasan, mama sudah minta ijin ke guru kamu, jadi tidak ada alasan untuk tidak belajar."
"Mama..." rengek Kevin manja.
"Kevin, sampai kapan kamu begini, kamu ingin membiarkan papa dan mama membebas kan kamu, sementara sifat kamu begini. kamu harus bisa dong sayang belajar dari kakak-kakak kamu. apa kamu gak minder melihat kak Rasya dan kak Rini yang memiliki niat belajar tinggi." ucap Iren yang selalu mengajarkan hal baik untuk ke tiga anak nya dengan lembut.
"Mama selalu membela mereka, sementara yang anak kandung kan Kevin. mereka hanya anak tiri mama." ucap Kevin, membuat Iren merasa sedih dan kecewa, bagaimana bisa Kevin bicara hal yang sangat menyakit kan hati nya. spontan mata Iren berkaca kaca. lalu melajukan kembali mobil nya, sadar akan kesalahan nya, membuat Kevin sangat menyesal, dan memukul mulut nya yang sudah lancang.
"Mulut bodoh." ucap Kevin tapi Iren sama sekali tidak memperdulikan nya.
"Ma,,Kevin minta maaf. Kevin tidak bermaksud seperti itu, please mama jangan diam begini. Kevin tidak suka melihat mama yang marah harus diam, lebih baik mama pukul Kevin, dari pada mama harus diam begini." ucap Kevin sambil menggoyang lengan Iren, membuat Iren kesusahan untuk memutar setir mobil nya. dengan terpaksa Iren pun meminggirkan mobil nya.
"Mama tidak menyangka, kamu bisa bicara seperti itu. apa kamu pernah mendapat perlakuan yang tidak adil, kak Rasya sampai rela harus selalu mengantar kamu ke sekolah, itu semua karena dia sangat menyanyangi kamu. begitu juga dengan kak Rini, setiap kak Rini pergi yang di pikirkan itu kamu, oleh-oleh yang di utamain itu untuk kamu, karena kak Rini juga sangat menyanyangi kamu. hanya kamu yang menganggap mereka kakak tiri, sedangkan mereka tidak pernah menganggap kamu adik tiri. jujur mama sangat kecewa dengan kamu. mama merasa gagal, mama tidak bisa mendidik anak kandung mama sendiri." ucap Iren, tanpa di sadari air mata nya pun mengalir, membuat Kevin semakin merasa bersalah.
"Kevin janji, Kevin tidak akan mengulangi nya lagi, Kevin janji Kevin akan menjadi anak yang baik yang bisa mama banggakan, Kevin janji tidak akan pernah membuat mama menangis lagi, tolong mama jangan membenci Kevin, dan jangan diam kan Kevin begini."
"Mama sudah lupa ini janji kamu yang ke berapa untuk bisa berubah. mulai sekarang mama tidak akan melarang-larang kamu lagi, sekarang terserah kamu. mama sudah gagal. jadi untuk apa mama harus berjuang untuk merubah dan mendidik kamu. sementara kamu sendiri tidak menginginkan itu." ucap Iren yang ingin menguji Kevin.
"Kamu ingin bebas kan, ini' kamu bisa bawa mobil mama, kamu pegang kartu atm mama. kamu bisa pergi kemana pun yang kamu ingin kan." sambung Iren, lalu menyerah kan semua untuk Kevin dan langsung keluar dari mobil nya. dengan cepat Kevin pun langsung keluar mengejar Iren. dan langsung berlutut di kaki Iren.
"Mama jangan begini, Kevin tau Kevin salah, mulai sekarang Kevin akan berubah, Kevin tidak akan melakukan ini lagi. tolong mama jangan marah. Kevin tidak butuh ini semua, Kevin hanya butuh mama.". ucap Kevin tulus, membuat Iren tidak tega untuk mengabaikan nya.
"Mama kasih kamu kesempatan terakhir, jika kamu ingkari janji kamu, mama akan lepas tangan."
"Kevin janji ma, ya sudah kita masuk mobil, disini panas, nanti bisa buat kulit mama terbakar." ucap Kevin membuat Iren tidak bisa menahan ketawa nya. kepolosan Kevin kadang membuat Iren dan lain nya tidak bisa marah lama-lama. Iren pun kembali melajukan mobil nya, lalu membawa Kevin ke kantor nya.
Fahri yang sedang menyidang Zahra dan Miko membuat ke dua nya tidak bisa buka suara untuk melawan.
"Ada yang bisa menjelaskan, kenapa kalian tega untuk membohongi aku." ucap Fahri tegas.
"Pa, Miko harus sekolah, papa sidang nya nanti malam ya, Miko sudah terlambat." ucap Miko, dengan keras Fahri pun memukul meja, walau kesakitan Fahri pura-pura kuat, meyadari itu membuat Zahra dan Miko menahan ketawa nya.
"Kenapa.?. kalian mau mentertawakan aku." tanya Fahri menyinggung.
"Tidak mas, aku tidak ingin membuat mas stres karena kenakalan Miko. itu sebab nya aku merahasiakan semua dari mas." ucap Zahra buka suara.
"Terus kamu, apa yang ingin kamu jelaskan untuk papa." tanya Fahri menyinggung Miko.
"Pa, Miko tidak pernah berbohong, hanya saja papa yang terlalu mudah percaya." jawab Miko, membuat Fahri geleng geleng, memiliki anak yang sangat nakal.
"Dimana harga diri papa, mengetahui kebohongan kalian dari orang lain. papa merasa gagal tidak bisa mendidik kamu dengan baik. mulai sekarang kalau kamu melakukan kesalahan sekali lagi, papa tidak segan segan memasukkan kamu ke sekolah asrama, biar mereka yang mendidik kamu." ucap Fahri mengancam, membuat Miko takut, karena bagaimana pun Fahri tidak pernah main-main dengan ucapan nya.
"Mas jangan terlalu keras begitu, kasihan Miko." ucap Zahra yang selalu membela Miko.
"Bagaimana anak bisa benar, kamu selalu membela dan menutupi kesalahan nya." jawab Fahri kesal.
"Bukan begitu mas, hanya saja kamu terlalu berlebihan."
"Berlebihan.?. ya sudah, kamu urus anak kamu sendiri. buat apa aku menjadi kepala keluarga jika ucapan aku tidak pernah di hargai." ucap Fahri lalu pergi meninggalkan Zahra dan Miko. melihat kepergian Fahri membuat Zahra dan Miko saling menatap kebingungan.
Sesuai instruksi, sekretaris baru yang bernama Kanya itu pun memulai hari pertama nya di perusahaan Sigit. perasaan kagum dan bahagia seakan memenuhi hati Kanya, bagaimana tidak. sudah bertahun-tahun Kanya mendambakan untuk bisa menjadi sekretaris di perusahaan yang sangat terkenal di kota itu.
"Apa kamu sudah siap.?" tanya Fahri yang akan menjadi pembimbing Kanya.
"Iya pak. saya akan melakukan yang terbaik." jawab Kanya semangat. melihat semangat Kanya yang tinggi membuat Fahri tersenyum tipis, bagaimana bisa Kanya akan tahan kerja dengan bos yang cuek dan kaku.
Fahri pun membawa Kanya ke ruangan Sigit, sembari menyapa seluruh karyawan, Fahri selalu bersikap seperti orang yang sangat tampan.
Tokk...Tokkk..Tokkk
"Masuk." ucap Sigit mempersilah kan. dengan bangga Fahri pun berjalan sambil mengarah kan Kanya.
"Lo. gue kira siapa. sejak kapan lo bersikap sopan begini." tanya Sigit yang merasa kejanggalan.
"Saya harus mencerminkan hal baik untuk pegawai baru disini. perkenalkan ini Kanya, mulai sekarang Kanya akan menjadi sekretaris baru disini." ucap Fahri, dengan sopan Kanya mengulurkan tangan nya, dan di sambut oleh Sigit.
"Kanya ini Sigit, pemilik dari semua perusahaan yang ada di kota ini mau pun di kota luar bahkan luar negeri. jadi saya harap kamu tidak mengecewakan beliau." sambung Fahri, tutur nya yang sopan semakin membuat Sigit kebingungan, apa yang salah dengan sahabat nya itu.
"Saya akan melakukan yang terbaik pak." ucap Kanya kembali. melihat Kanya yang masih muda dan berparas cantik membuat Sigit merasa tidak nyaman, dengan cepat Sigit pun langsung memberi kode dengan halus untuk Fahri, dengan cepat Fahri pun langsung bisa mengerti apa maksud dari sahabat nya itu.
"Kanya, kamu tunggu di luar sebentar ya, ada sesuatu yang ingin kami bicarakan." pinta Fahri, dan Kanya pun langsung menuruti nya.
"Kenapa sih bro, apa yang salah.?" tanya Fahri yang merasa tidak mengerti, kenapa Sigit tidak menerima Kanya.
"Lo make otak gak sebelum menerima orang, lo tau sendiri gue gak mau punya sekretaris perempuan, di tambah lo ambil orang yang masih muda begitu, apa kata Iren nanti. gak lucu gara-gara dia gue harus bertengkar dengan Iren." ucap Sigit menjelas kan, spontan Fahri pun menggarut kepala nya yang tidak terasa gatal.
"Sorry bro, gue baru sadar. gue juga punya istri, otomatis kalau kita pergi keluar kota bertiga apa kata istri-istri kita nanti. wah gue gak sanggup ngebayangin nya." jawab Fahri polos, dengan cepat Sigit pun langsung menjitak kepala Fahri.
"Makanya sebelum ngelakuin sesuatu lo harus mikir panjang dulu. kalau begini siapa yang mau tanggung jawab, kasihan dia kalau sudah langsung di pecat." sambung Sigit mempertegas. dengan wajah kebingungan Fahri pun mencoba untuk berfikir, apa yang harus di lakukan, jika langsung memecat Kanya membuat ia merasa tidak tega, dengan bahagia Fahri pun membunyikan jari nya karena mendapat ide baru.
"Aha, gue punya Ide, kebetulan Rasya memiliki sekretaris lelaki, bagaimana kalau mereka di tukar, gue yakin Rasya tidak akan menolak, bagaimana bisa Rasya menolak wanita cantik seperti Kanya." ucap Fahri semangat, mendengar itu membuat Sigit menyembunyikan senyum nya, Sigit sudah sangat jelas mengenal sifat Rasya, bagaimana pun Fahri harus membutuhkan tenaga extra untuk membujuk Rasya putra nya.
"Ya sudah silah kan." jawab Sigit singkat, dengan cepat Fahri pun berlari menuju ruangan Rasya.
"Selamat jadi pengemis bro." bathin Sigit saat Fahri sudah meninggalkan ruangan nya.
Setiba nya di ruangan Rasya, dengan langkah perlahan, Fahri pun mendekati Rasya ke kursi nya, membuat Rasya curiga ada sesuatu yang ingin di pinta oleh Fahri.
"Jika paman butuh sesuatu tinggal bilang saja, gak usah bersikap manis seperti ini." ucap Rasya ketus, membuat Fahri menghela nafas nya.
"Rasya, paman sangat butuh pertolongan kamu, semalam paman menerima sekretaris baru, paman tidak tau dimana salah nya papa kamu menolak pilihan paman. kalau langsung memecat dia paman tidak tega, bagaimana kalau sekretaris kamu kerja sama paman dan papa kamu, dan sekretaris baru yang akan kerja dengan kamu." pinta Fahri dengan hati-hati.
"Kenapa harus sekretaris ku yang harus di korban kan, kalau papa tidak menyukai nya tinggal ganti saja, itu pertanda paman sudah melakukan kesalahan, kalau bukan dengan alasan jelas, papa tidak mungkin tidak menyukai nya." ucap Rasya yang sangat mengenal baik papa nya.
"Anak sama bapak sama saja, sama-sama keras kepala." bathin Fahri saat mendengar jawaban Rasya.
"Aku bisa mendengar apa yang paman ucap kan." ucap Rasya membuat Fahri terkejut.
"Paman hanya bercanda, bagaimana kalau paman perkenalkan dulu sekretaris baru nya, kalau kamu tidak menyukai nya paman akan mencari yang baru." pinta Fahri kembali yang tidak ingin langsung menyerah, dengan kode Rasya pun menyetujui nya, lalu Fahri pun langsung memanggil Kanya untuk masuk ke ruangan Rasya.
"Kamu pasti tidak bisa menolak Rasya sayang." bathin Fahri dengan senyum licik di bibir nya.
Dengan langkah kaki yang anggun, Kanya pun berjalan menuju ruangan Rasya, Fahri sudah sangat percaya diri, Rasya tidak akan bisa menolak karena kecantikan Kanya, namun Rasya sama sekali tidak memberi respon apa-apa. justru Kanya lah yang langsung jatuh cinta melihat ketampanan Rasya.
melihat Rasya yang bersikap biasa membuat Fahri bingung, dan kembali menggarut kepala nya yang tidak sama sekali terasa gatal.
"Apa kemampuan kamu." tanya Rasya dengan ketus, tidak lupa Rasya juga memarken wajah cuek nya.
"Saya bisa mengoperasikan komputer pak. ms word, exel. dan lain sebagai nya." ucap Kanya mempromosikan diri.
"Lagi." tanya Rasya kembali, membuat Kanya bingung apa yang harus di katakan.
"Saya bisa menjadi sekretaris yang baik pak, yang bisa membantu semua pekerjaan bapak, dan menyusun semua jadwal bapak." sambung Kanya.
"Itu bukan keahlian,itu pekerjaan, tugas sekretaris memang seperti itu, dan kamu tidak seharus nya memuji diri tentang itu." ucap Rasya, membuat Kanya merasa malu. Fahri yang mendengar itu hanya bisa menyembunyikan muka. Rasya sama sekali tidak mempan dengan wajah cantik dan selaku bersikap cuek dan dingin terhadap orang baru.
"Maaf pak, saya salah." jawab Kanya, tidak tahan menahan malu, air mata Kanya pun berjalan mulus di wajah cantik nya.
"Dasar cengeng. jadi bagaimana.? apa kamu masih ingin bekerja disini." tanya Rasya, mata Fahri pun langsung terbuka lebar mendengar pertanyaan yang sangat indah di telinga nya.
"Iya pak, saya bersedia." jawab Kanya tegas.
"Saya kasih kamu waktu seminggu untuk belajar dengan sekretaris lama saya, jika kamu tidak mampu maka dengan cepat saya bisa mencari pengganti kamu, dan satu kamu harus tau saya tidak suka orang yang lelet apa lagi sampai teledor, saya sudah peringat kan kamu, dan saya harap kamu bisa ingat dengan baik." ucap Rasya, dengan rasa takut Kanya pun hanya bisa mengangguk. setelah itu Fahri pun membawa Kanya keluar.
"Bagaimana hasil nya.?" tanya Sigit penasaran, saat Fahri sudah memasuki ruangan nya.
"Anak lo benar-benar parah, sifat nya jauh lebih kejam dari lo dulu, gue tidak menyangka Fahri bisa se arogan itu." jawab Fahri tanpa memperdulikan Sigit yang sedang memburuk kan putra nya.
"Maksud lo apa an, yang lo bicarakan itu anak gue." ucap Sigit protes.
"Justru karena Rasya anak lo gue bicara begini, kalau Rasya bukan anak lo gue juga tidak peduli."
"Terus hasil nya bagaimana.? " tanya Sigit yang tidak ingin berdebat.
"Jangan panggil gue Fahri kalau gue tidak bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah." jawab Fahri dengan sangat percaya diri.
"Terserah lo deh, gue tidak ingin berdebat. oh ia malam ini dr Albern dan sinta ngundang makan malam. apa lo dan zahra juga di undang juga." tanya Sigit yang baru mendapat kabar dari Iren.
"Sebentar gue cek hp dulu." jawab Fahri lalu memeriksa ponsel nya. benar saja zahra sudah mengabari nya tentang makan malam yang di lakukan di rumah dr Albern dan Sinta.
"Iya, gue baru baca pesan dari zahra." jawab Fahri yang tidak semangat.
"Kenapa. seperti nya lo tidak bahagia. apa lo ada masalah." tanya Sigit yang langsung bisa merasakan kejanggalan.
"Jujur bro, sampai detik ini gue masih teringat kenangan saat bersama Sinta, kadang gue merasa tidak nyaman, bukan karena gue masih suka dengan Sinta, hanya saja perasaan tidak nyaman itu ada, dan gue tidak mengerti kenapa itu bisa." ucap Fahri yang sama sekali tidak bisa menyembunyikan rahasia dari Sigit.
"Gue paham posisi lo, tapi itu masa lalu, kita semua sudah saling memiliki keluarga, lo jangan terjebak masa lalu lagi dong. gak lucu rasa nya jika harus ada drama tentang kisah cinta lo lagi." ucap Sigit menyindir.
"Sialan lo, gue jadi malu." ucap Fahri, setelah itu mereka pun memutuskan untuk pulang, dan siap-siap untuk makan malam di rumah dr Albern dan Sinta.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!