NovelToon NovelToon

PENGKHIATAN CINTA

Berita duka itu benar

"Sebuah travel bus yang berpenumpang tujuh orang jatuh ke dalam jurang sedalam lima ratus meter dan tenggelam ke dalam sungai di daerah Pagar Alam Palembang. Kejadian ini terjadi kemarin sore, dan beberapa saksi mata menyatakan bahwa sebelum travel bus tersebut jatuh ke dalam jurang terlihat laju kendaraan seperti kehilangan arah. Tak lama kemudian terlihat kendaraan tersebut menabrak pagar di sisi jurang lalu terguling- guling ke dalam jurang lalu tercebur ke sungai dan tenggelam. Sampai siang ini kendaraan tersebut belum bisa ditemukan, dan masih terus dicari oleh tim SAR dibantu masyarakat setempat".

Maya dan adiknya Mega sedang menghadapi televisi saat berita itu disampaikan oleh pembawa berita.

Tapi mereka berdua tampak tak peduli, keduanya sibuk dengan ponselnya masing- masing.

Maya sibuk dengan grup chat teman sekelasnya, sementara Mega sibuk dengan game nya.

Ibu mereka Soraya sedang sibuk dengan laptop nya, dia sedang mempersiapkan materi yang akan disampaikan besok kepada mahasiswanya.

Di luar hujan cukup lebat, sehingga membuat hari minggu ini semakin malas untuk melakukan kegiatan apapun.

"Maya....Mega...apakah Papa ada menghubungi kalian? Soalnya sejak semalam tidak bisa Mama hubungi ponselnya," Soraya ingin tahu apakah suaminya ada menghubungi salah satu anaknya.

"Tidak Ma, ke Maya sih tidak, entah kalau Mega," sahut Maya sambil mata dan tangannya sibuk dengan ponselnya.

Mega diam saja tak menyahuti apa yang kakaknya katakan.

"Mega...apakah Papa ada kontak sama kamu sayang?" tanya Soraya kepada anak bungsunya.

Mega masih tak menyahuti ketika ibunya bertanya langsung kepadanya.

"Heh!!!" Maya melempar wajah adiknya dengan bantal kursi.

"Apaan sih Kak Maya?! Ganggu orang saja deh. Menyebalkan!" seru Mega kesal kepada kakaknya.

"Mama nanya sama kamu, ditelepon sama Papa tidak ?!" Maya juga berkata dengan nada tinggi.

"Oh...enggak kok. Papa kan biasa seperti itu. Paling juga meeting atau apalah, gitu aja kok repot," sahut Mega sambil kembali ke permainan game nya.

"Mama aneh sama kalian, setiap Papa keluar kota pasti kalian tak pernah peduli sama sekali. Giliran minta uangnya saja baru sok manja sama Papa kalian," ujar Soraya mencoba menyindir anak- anaknya.

"Ma, bukan kami tak peduli. Tapi kan sejak dulu kala juga kalau Papa keluar kota pasti susah dihubungi dan kalau sempat dihubungi jawabannya cuma sibuk, sibuk dan sibuk," kata Maya menanggapi pernyataan Mamanya.

"Iya sih, cuma memang agak aneh juga sih Papa sejak kemarin sore ponselnya tidak aktif sama sekali. Entah apakah memang sibuk sekali atau bagaimana yah," kata Soraya sambil merasa aneh.

"Biasa sajalah Ma, nanti juga pasti telepon sendiri. Paling bilang kemarin meeting dengan siapalah atau siapalah. Yang penting sih oleh-olehnya saja yang dibawa Papa dari luar kota," sahut Maya sambil acuh tak acuh.

Soraya hanya bisa menghela nafas saja melihat tingkah kedua anaknya.

Pernikahannya dengan Mario selama tujuh belas tahun ini merupakan sesuatu yang indah setiap harinya.

Mario memang kerap bekerja di luar kota karena dia adalah seorang insinyur pembangunan.

Saat ini ada beberapa proyek yang sedang dikerjakannya, ada tiga proyek sedang berjalan di Banten, Madura dan juga di Lombok.

Dia sering mendapat tender dari pemerintah untuk pembangunan jembatan atau irigasi, sehingga dia bisa berada di rumah sekitar seminggu itu pun sebulan sekali. Sisanya harus ada di luar kota untuk memeriksa semua proyeknya agar bisa selesai sesuai tengat waktu yang ditetapkannya pihak pemerintah.

Kemarin siang Soraya masih sempat berbincang dengan suaminya di telepon, kabar terakhir suaminya akan meninjau pembangunan jembatan di Madura yang letaknya cukup jauh di pedesaan terpencil.

Sebenarnya suaminya sudah berkata agar Soraya jangan marah kalau misalkan nanti suaminya akan sulit dihubungi karena kemungkinan di tempat pembangunan jembatan sedang berjalan agak susah sinyal.

Tapi kadang suaminya suka tidak menghubunginya tetapi menelepon anak-anaknya, dan seringnya suaminya lebih suka saling berkontak dengan Maya atau Mega dibanding dirinya.

Kedua anaknya pasti ingin tahu dimana ayahnya dan apakah ada sesuatu dari lokasi tersebut yang bisa dibawa dan diberikan kepada mereka berdua.

Sampai malam hari suaminya belum juga menghubungi, sesungguhnya hal seperti ini sering terjadi namun entah mengapa hari ini perasaannya agak sangat terganggu.

Tidak biasanya ada pikiran buruk mengganggunya, Soraya malam itu hanya bisa berdoa agar suaminya diberikan keselamatan dalam bekerja di luar kota sana.

Senin pagi Maya dan Mega turun dari lantai atas menuju ruang makan, Maya sekarang kelas satu di Sekolah Menengah Atas favorit di kota Depok dan Mega masih duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Pertama.

Soraya sedang menyiapkan roti bakar selai untuk kedua anaknya, untuk Maya selai kacang dan Mega selai nenas.

Dua gelas susu juga sudah tersedia di meja makan, Soraya dan kedua anak gadisnya sarapan pagi bersama.

"Papa masih belum juga bisa dihubungi sejak kemarin, ada apa yah gerangan?"ujar soraya kepada kedua anak gadisnya.

"Mama lebai banget deh, paling juga Papa di hutan tak ada sinyal. Sudahlah Ma, jangan suka begitu nanti juga Papa pasti telepon," sahut Maya sambil mengunyah rotinya.

Mega diam saja sambil tetap makan roti buatan Mamanya.

Anak itu memang agak tidak peduli dengan apapun, agak introvert dan sulit diajak bicara.

Mau bicara kalau dia ada perlu atau ada yang mengganggu pikirannya dan memang harus dia sampaikan, kalau baginya tak penting maka dia tak akan ambil peduli.

Ketika selesai makan, mbak Mince baru datang sambil membawa belanjaan sayur dan ikan. Dia itu pembantu rumah tangga yang pulang sore hari, sebenarnya namanya Minah tapi Maya dan Mega menggantinya dengan Mince agar lebih kekinian.

"Mince, nanti kamu masak ikannya jangan terlalu pedas yah agar Mega bisa makan. Saya nanti pulang sehabis Maghrib karena banyak pekerjaan di kampus".

"Ini ada uang belanja dan lain- lain di kotak biasa yah, nanti saya pulang agak terlambat. Kamu kalau sudah beres, tak usah menunggu saya pulang. Silahkan saja pulang duluan," kata Soraya sambil meraih tas kerjanya dan juga kunci mobil sambil menjelaskan kepada Mince.

"Siap Nyonya, pokoknya Nyonya tahu beres saja deh," sahut Mince yang sudah bekerja di rumah mereka sejak lima tahun lalu.

Soraya tak banyak bicara lagi, segera ke garasi masuk ke mobil, Mince membuka pintu garasi dan pagar.

Kedua gadis kalau pagi hari diantar oleh Mamanya ke sekolah, tetapi pulang sekolah sendiri-sendiri karena jadwal mereka pulang berbeda.

Biasanya Mince akan pulang ke rumahnya kalau kedua gadis sudah pulang ke rumah, sudah makan siang, sudah mandi sore dan yakin keduanya sudah tidak butuh bantuannya baru dia pulang ke rumah.

Untung rumah Mince tak jauh letaknya dari rumah Soraya yaitu di kampung belakang, dan karena Mince cekatan kerjanya maka selama ini Soraya tak pernah pusing dengan urusan rumah.

Sesungguhnya Mince sangat merasa kasihan kepada Soraya, karena majikannya ini wanita yang baik hati dan sangat peduli kepada siapapun.

Soraya tidak pernah berkata kasar atau memperlakukan buruk kepada Mince, bahkan selama ini Mince merasa sudah dianggap saudara oleh majikannya itu.

Kedua gadis juga sangat baik, apalagi Mega yang paling dekat dengannya, dan selama ini antara Mince dan Mega menyimpan rahasia yang tak bisa diungkapkan kepada Soraya atau Maya kakaknya.

Waktu itu Mega sedang mencuci sepatu olah raganya, dan Mince sedang membongkar koper Mario yang baru pulang dari luar kota.

Semua pakaian kotor Mario dia buka dan periksa satu persatu, takut ada uang atau nota atau dokumen yang tertinggal di saku pakaian atau celana panjang.

Mince sangat terkejut sekali ketika melihat ada pakaian dalam wanita di dalam koper majikan lelakinya itu, sialnya saat itu Mega sedang membantunya setelah selesai mencuci sepatunya.

Saat itu Mega terdiam sambil melihat pakaian dalam itu, dia sangat yakin itu bukan milik ibunya karena dia sangat paham jenis dan merek yang selalu digunakan oleh ibunya.

Mega meminta Mince untuk membuang benda itu, lalu berlalu ke kamarnya meninggalkan Mince yang merasa kebingungan.

Disatu sisi ingin rasanya menanyakan langsung benda ini milik siapa kepada majikan lelakinya itu, tapi tak mungkin dia melakukan hal tersebut.

Melaporkan kepada Soraya tentu lebih mudah, tapi dia juga tak tega saat melihat kedua majikannya sedang duduk santai di ruang makan dan terlihat sangat mesra.

Soraya tengah menyuapi suaminya suatu makanan dan di sana juga ada Maya yang sedang tertawa gembira mendengar cerita yang tengah disampaikan oleh ayahnya.

Mince berjalan perlahan ke ruangan makan, berpura-pura mau menambahkan air panas ke dalam poci teh yang ada di atas meja itu sambil menatap majikan lelakinya.

Dan disana terlihat lelaki itu tengah menikmati kebersamaan dengan istri dan anak sulungnya, tak terlihat sedikitpun kalau sebenarnya lelaki itu menyimpan dosa besar.

"Mince, mana Mega? tadi dia bersama kamu kan di belakang?" tanya Mario Maliangkay majikan lelakinya.

Ingin rasanya ujung lidah ini bertanya benda tadi milik siapa karena dia paham itu bukan punya Nyonya Soraya.

"Tadi sih langsung naik ke kamar, mungkin mengerjakan PR nya Tuan," sahut Mince sambil rasanya ingin menyiramkan air panas yang sedang ada ditangannya ke wajah majikan lelakinya itu.

"Anak itu memang susah sekali untuk diajak kumpul, semoga saja kalau sudah SMA sih tidak begitu," keluh Mario kepada istrinya.

"Ya itulah Pap, anak kita yang satu itu memang unik," sahut Soraya sambil menghela nafas.

Dan saat itu Mario menarik bahu istrinya ke pelukannya kemudian mencium kening istrinya.

Tapi mulai hari itu juga Mince melihatnya sebagai suatu kebohongan, dan dia merasa sedih karena Soraya setidaknya sedang dikhianati oleh suaminya.

Sejak saat itu juga Mega semakin tertutup sampai sekarang, semakin sulit diajak bicara dan semakin jarang berkata apapun.

Sore ini Maya dan Mega sedang duduk menanti Mamanya pulang karena hujan sangat besar sekali dan petir juga terus bersahutan.

"Mbak Mince, jangan pulang dulu dong. Takut nih banyak petir, biasanya suka mati listrik," pinta Maya kepada Mince.

"Tenang, kalau hujan besar sih nanti Mince menginap saja di sini deh. Tapi kalau Mama pulang lebih cepat, Mince ijin pulang yah," kata Mince sambil duduk memeluk Mega yang diam saja sejak tadi.

"Kak Maya lihat berita di televisi tidak? Ada travel Bus masuk jurang lalu tenggelam ke dalam sungai di Palembang," ujar Mega kepada Maya.

"Sempat lihat sih, memangnya kenapa?" Maya berbalik tanya.

"Kok aku merasa kalau Papa ada di sana yah," sahut Mega dengan wajah penuh rasa khawatir.

"Papa itu sedang di Madura, kamu tahu peta tidak sih. Madura dimana letaknya dan Palembang juga ada dimana. Aneh banget kamu tuh Mega," tukas Maya dengan ketusnya.

"Iya Non Mega, kata Mama juga kemarin cerita ke Mince kalau Papa sedang ada di Madura. Katanya minggu depan baru mau pulang ke rumah," Mince juga berkata demikian agar Mega menjadi tenang.

Mega kembali diam, tapi entah mengapa hati kecilnya kembali berkata kalau ada sesuatu yang buruk sedang menimpa ayahnya.

Dan entah mengapa tragedi kecelakaan di kota Palembang yang diberitakan di televisi sangat membuat hatinya merasa kalau ayahnya menjadi salah satu korban dalam kejadian itu.

"Mega dengar kamu itu terlalu banyak membaca cerita seram dan juga menonton film horor. Jadi saja selalu berpikiran buruk," lanjut Maya sambil menatap tajam kepada adiknya.

Tiba-tiba terdengar telepon rumah berbunyi dan Mince segera beranjak untuk mengangkatnya.

"Selamat sore, kami dari Kepolisian Kota Depok mau menanyakan apakah benar yang kami hubungi ini berada di jalan Mawar nomor dua belas, kediaman Bapak Mario Maliangkay?"tanya seseorang yang diduga suara seorang Polisi dari seberang telepon sana.

"Betul Pak, apa ada yang bisa kami bantu?"tanya Mince dengan nada gemetar karena ditanya Polisi.

"Maaf saya berbicara dengan siapanya Bapak Mario?".

"Oh saya pembantunya Pak".

"Apakah istri Pak Mario ada di rumah?".

"Ibu belum kembali dari mengajar di kampus, mungkin agak malam katanya ada pekerjaan".

"Baik kalau begitu, tolong sampaikan kepada istri Bapak Mario kalau besok pagi kami dari Kepolisian akan datang menemui beliau," kata Polisi tadi meminta Mince menyampaikan kepada Soraya.

"Maaf Pak, ada apakah gerangan agar nanti saya sampaikan kepada Nyonya Soraya?"Mince minta penjelasan kepada Polisi tersebut.

"Nanti saja besok pagi kami akan langsung menemui istri Bapak Mario. Terima kasih atas bantuannya dan nanti tolong sampaikan apa yang kami ucapkan di telepon ini".

Kemudian Polisi tadi menutup telepon dari seberang sana dan Mince yang sekarang merasa kebingungan.

"Dari siapa sih Mbak?"tanya Maya.

"Dari....".

DUAAAAARRRRRRR!!!!!!!

Suara petir menggelegar sangat kencang sekali dan...

PET ...listrik mati seketika.

"Mbak Mince dimana!!!!" teriak Maya dan Mega berbarengan.

"Di sini dekat meja telepon, nyalakan senter di ponselnya Non !!!" teriak Mince kepada kedua gadis.

Lalu Maya menyalakan senter di ponselnya dan Mince berjalan ke arah mereka berdua.

"Mbak jangan pulang dong, kami takut," rengek Mega kepadanya.

"Iya Mince tidak pulang, Non Maya tolong dong telepon ke Ridwan, bilangin Mince menginap di sini," pinta Mince agar Maya menelepon Ridwan anaknya Mince.

Anak Mince sudah SMK kelas tiga jurusan mesin sepeda motor, namanya Ridwan dan anak satu-satunya. Mince dulu menikah sangat muda sekali, suaminya seorang buruh bangunan dan meninggal dunia saat terjatuh sewaktu ikut dalam tim pembangunan jalan layang.

Waktu itu Ridwan masih kecil, tapi Mince bertekad untuk tidak menikah lagi, dia takut kalau punya suami yang tidak sayang kepada anaknya.

Sekarang dia tinggal bersama ibunya dan juga Ridwan, untung Ibunya punya usaha warung sayuran sehingga setiap hari Mince bisa datang ke rumah Soraya sambil membawa sayur dan lauk dari dagangan ibunya.

Mince sekarang bekerja menjadi pembantu di rumah Soraya untuk memenuhi biaya sekolah Ridwan, anaknya itu berencana setelah lulus SMK akan bekerja di bengkel sepeda motor.

Tak lama tampak ada cahaya sorotan lampu mobil di depan pagar, Mince dan kedua gadis berbarengan membuka pintu pagar dan garasi.

Soraya memarkirkan mobilnya, dan listrik masih dalam kondisi padam.

"Ini sudah lamakah mati listriknya?"tanya Soraya saat turun dari mobilnya.

"Sudah lama, sudah sejak setengah jam yang lalu," sahut Mega sambil memeluk ibunya.

"Jadi Mince menginap di rumah sini? kamu tidur saja bersama di kamar Maya dan Mega yah. Kan kasur di bawah tempat tidur Mega bisa ditarik keluar," kata Soraya sambil masuk rumah dan tangannya merangkul bahu Mega.

"Nyonya sudah makan malam?"tanya Mince.

"Sudah tadi, ayo kunci semua pintu tampaknya akan lama mati listriknya. Kita ke atas saja semua, kalian masuk kamar dan tidur. Mama juga mau mandi lalu tidur," kata Soraya sambil mencium kepala Mega.

Kedua gadis naik ke atas duluan, dan Mince berjalan beriringan dengan Soraya sambil menyampaikan pesan telepon yang tadi dia terima.

"Polisi....hmmm...ada apakah gerangan. Kok aku jadi was-was begini yah," ujar Soraya dengan terkejut.

"Semoga bukan apa-apa Nyonya, jangan terlalu dipikirkan".

Soraya membawa lampu tanpa kabel ke kamarnya, dan satu lampu tanpa kabel juga dibawa Mince ke kamar kedua gadis.

Setelah mandi lalu Soraya berdoa kepada Tuhan meminta petunjuk semoga tidak terjadi sesuatu terhadap suaminya.

Esok paginya benar saja ada dua orang Polisi datang dan mengetuk pintu rumah Soraya.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi dan listrik baru menyala sekitar lima belas menit yang lalu.

Pagi itu semua tampak sibuk karena Maya dan Mega baru bisa mandi, karena air di tong penampungan habis jadi saat listrik menyala mereka harus rebutan air untuk mandi agar tidak terlambat ke sekolah.

Maya dan Mega turun dari kamar atas dan mendengar ibunya sedang berbicara dengan nada tinggi kepada tamu yang datang.

Keduanya mengintip ingin tahu siapa yang datang bertamu di pagi itu.

"Iya memang benar pak, tapi mungkin anda salah. Bukan Mario Maliangkay suami saya yang meninggal. Karena hari minggu siang kemarin suami saya menelepon dan mengatakan sedang ada di Madura. Dan pak Polisi mengatakan Mario Maliangkay meninggal di Palembang. Saya yakin kalian salah," kata Soraya sambil bibirnya bergetar karena mendapat berita kalau suaminya Mario Maliangkay telah meninggal dunia.

"Maaf Bu, ini data foto tanda pengenal yang kami terima dari Kepolisian Palembang. Disini tertera Kartu Penduduk atas nama suami anda dengan alamat di rumah ini. Dan sekarang jenazah masih ada di Rumah Sakit Kepolisian Palembang".

"Mohon Ibu bersedia menanda tangani berkas ini, agar jenazah dapat segera dikirim ke kota ini," ujar Polisi tadi sambil memperlihatkan foto kartu penduduk dan beberapa tanda pengenal milik suaminya.

Soraya menangis dan menjerit.

"TIDAAAAAKKKKK!!!!!!"

Seharusnya masih hidup

Pengeboran minyak lepas pantai di Kabupaten Indramayu sedang berlangsung.

Dan hari ini seorang Insinyur senior sedang bertugas di sana, dia dengan timnya sedang memeriksa dan mengamati proses pengeboran minyak yang sedang berlangsung.

Pria itu bernama Fuad Rahardian, insinyur senior yang bertugas di rig tempat pengeboran minyak lepas pantai di daerah Kabupaten Indramayu.

Dia bekerja seharian di tengah laut dan tentu saja sangat sulit untuk menerima sinyal telekomunikasi, sehingga Fuad hampir tak pernah membawa ponselnya.

Dia bekerja dari jam delapan pagi sampai jam lima sore, dan biasanya kembali ke mess karyawan. Dia termasuk suami yang jarang pulang karena istrinya tinggal di kota Cirebon.

Jarak antara Indramayu dan Cirebon sekitar satu sampai satu jam setengah, Fuad memiliki rumah yang ditinggali istrinya di Cirebon.

Asmila istrinya yang dia nikahi lima tahun lalu adalah seorang wanita karier yang sukses di bidang Asuransi Jiwa.

Saat ini posisi Asmila adalah seorang Direktur yang memiliki kantor dan tim sendiri, dan sudah sering mendapatkan penghargaan dan juga hadiah bonus perjalanan ke luar negeri.

Orangnya cantik, ramah dan selalu penuh semangat. Hanya sayang selama ini mereka belum dikaruniai keturunan, tapi Fuad tidak pernah mempermasalahkan.

Fuad juga sadar dirinya juga jarang di rumah bersama istri, lalu istrinya juga sering pergi keluar kota untuk seminar atau memberikan pelatihan dan motivasi.

Siang itu ketika Fuad sedang sibuk meneliti kedalaman pemboran bawah laut, tiba-tiba ada sebuah kapal dari kantornya datang.

"Pak Fuad, maaf Bapak harus segera ke kantor karena ada tamu menunggu. Penting sekali Pak," kata petugas yang menjemputnya itu.

"Tamu siapa ? rasanya aku tak ada janji dengan siapapun juga," ujar Fuad merasa aneh.

"Pak, ada Polisi dua orang menanti di kantor pimpinan. Jadi bapak harus segera kesana," kata petugas tadi lagi menjelaskan.

Fuad sebenarnya merasa bingung karena dia tak merasa punya salah, tapi sekarang ditunggu oleh Polisi.

Koordinator timnya segera memintanya ikut dengan petugas tadi, agar Fuad mendapatkan penjelasan mengenai kedatangan Polisi yang mencarinya.

Lalu Fuad ikut dengan petugas tadi naik kapal menuju ke pantai dan segera berjalan ke ruang pimpinannya.

"Nah datang juga, ayo masuk saudara Fuad. Ini ada bapak berdua dari Kepolisian," kata Pak Nugraha selaku atasannya langsung.

Fuad menyalami kedua Polisi tadi dan lalu dia duduk di kursi yang sudah disediakan di ruangan itu.

"Begini Pak Fuad, mohon maaf kami mau menyampaikan berita duka. Istri anda Asmila Maryana telah meninggal dunia karena kecelakaan di kota Palembang".

"Sebuah Travel bus yang ditumpangi istri anda jatuh ke jurang dan tenggelam ke dalam sungai. Sopir dan semua penumpang tidak ada yang selamat, termasuk istri anda. Saat ini jenazah istri anda masih berada di rumah sakit Kepolisian Palembang," kata Polisi yang duduk dihadapan Fuad menjelaskan apa yang telah terjadi.

"Pak, maaf istri saya benar bernama Asmila Maryana, dan saya kira nama seperti itu pasti banyak yah. Karena setahu saya, istri saya sedang mengikuti seminar di Jakarta. Jadi tak mungkin ada di Palembang," kata Fuad sambil tersenyum sinis kepada Polisi tadi.

"Begini Pak Fuad, kami juga belum tahu pasti. Tapi dari data yang kami dapat dari Kepolisian Palembang adalah begini adanya, silahkan bapak melihat semua berkas ini," kata Polisi tadi sambil menyodorkan berkas yang mereka bawa kepada Fuad.

Lalu Fuad membuka map berisi berkas data istrinya, di dalam map itu dia melihat ada foto kartu penduduk dan juga tanda pengenal perusahaan atas nama istrinya.

Fuad juga melihat foto istrinya terpampang jelas pada setiap foto kartu tadi, juga ada beberapa foto kartu nama dan pin kecil berlogo perusahaan tempat istrinya bekerja juga tertera nama istrinya yang selalu disematkan di pakaian kantor istrinya. Dia membaca dengan jelas nama yang tertera di pin itu yaitu Asmila Maryana.

"Istri saya ijin berangkat ke Jakarta pada hari minggu pagi, dan saya yang mengantarkannya ke stasiun kereta api. Dia berangkat dari stasiun Cirebon pukul sembilan pagi, dia berkata kepada saya akan ada acara makan siang dengan Direktur Utamanya di Jakarta".

"Istri saya menelepon saya hari minggu siang pukul satu, dia berkata sudah tiba di Jakarta dan saat itu sedang menuju hotel untuk makan siang bersama Direktur Utama dan juga bersama Komisaris perusahaannya," Fuad berkata sambil wajahnya memerah dan bibirnya bergetar.

"Jadi tak mungkin dia bisa ada di Palembang, saya tak paham mengapa bisa begini," lanjut Fuad sambil mulai menangis.

Pak Nugraha segera menenangkan dirinya, beliau menepuk bahu Fuad agar dan memintanya beristigfhar.

"Betul pak, kejadian tersebut sekitar pukul lima sore dan benar travel bus itu membawa penumpang dari bandara di Palembang menuju ke arah kota," kata Polisi tadi kembali menjelaskan.

"Saya masih tak habis pikir pak, istri saya jelas ke Jakarta untuk seminar selama seminggu ini. Mengapa bisa ada di Palembang dan mengapa bisa sampai terjadi kecelakaan. Asal bapak Polisi tahu, dia wanita karier yang terkenal, tak mungkin dia bisa pergi keluar dari jadwalnya," Fuad begitu terpukul sekali dengan kenyataan ini.

"Pak Fuad, mohon maaf agar bisa segera menandatangani berkas ini, agar jenazah dapat segera dikirim ke kota anda," ujar Polisi tadi memintanya menanda tangani berkas tadi.

Sambil menanda tangani berkas, Fuad masih bersikukuh tak percaya kalau istrinya sudah meninggal.

"Saya yakin istri saya masih hidup".

Kasus yang sama juga sedang dihadapi oleh Aletha, dia seorang dokter gigi terkenal di kota Semarang dan mempunyai suami seorang dosen di bidang arsitektur yang mengajar di salah satu Universitas terkenal di kota itu.

"Pak Polisi, saya ini benar istri dari Asrul Mubarok dan memang benar suami saya sedang pergi ke kota Palembang karena ada pekerjaan di sana. Tapi saya tidak bisa terima pernyataan anda kalau suami saya meninggal bersama dengan istri muda dan bayinya," ujar Aletha sambil berurai air mata.

"Tapi benar bu, Asrul Mubarok telah menikah lagi dengan Jena Anindia. Ini ada surat keterangan pernikahannya dan juga ada surat keterangan kelahiran dari salah satu rumah sakit di Jakarta. Dan menurut keterangan keluarga Jena Anindia yang sudah berhasil kami konfirmasi, bahwa suami anda dan istrinya sedang dalam perjalanan mengantarkan pulang istrinya ke Palembang," terlihat Polisi tadi juga bingung menyampaikan kasus ini kepada Aletha.

"Lalu bagaimana dengan jenazah suami saya, dimana sekarang berada?"tanya Aletha sambil menangis.

"Maaf bu, jenazah suami ibu beserta dengan jenazah Jena Anindia dan bayi mereka sudah dibawa oleh keluarga almarhumah Jena di Palembang. Dan menurut rencana akan segera dimakamkan hari ini," Polisi tadi menjelaskan lagi.

"APA!!!!!"teriak Aletha dengan kencang, sehingga perawat yang sejak tadi mendengar langsung mendekati Aletha yang terlihat gemetar.

"Aku ini istrinya, bahkan aku belum melihat bagaimana kondisi jasad suamiku. Berani sekali mereka menguburkan suamiku tanpa ijin dariku," Aletha meraung sambil terus berkata-kata.

Perawat yang ada di ruangan itu segera memegang bahu Aletha, dan benar saja Aletha tampak sudah tak bisa berpikir apapun lagi. Dia menangis sejadinya di pelukan perawat tadi.

Lalu teman lainnya yang ada di klinik segera menghambur masuk ke ruangan prakteknya, kemudian mereka meminta penjelasan kepada Polisi tadi dan betapa terkejutnya semua setelah mendengarnya.

"Suster Nana, sepertinya kita harus memanggil dokter Haris karena sekarang tak mungkin dokter Aletha menangani pasien dengan kondisi seperti ini," kata petugas administrasi meminta perawat untuk segera menghubungi dokter pengganti yang tak lain masih adik tingkatnya Aletha.

Beruntung dokter Haris yang belum lama lulus itu bisa menggantikan dokter Aletha sementara waktu.

Lalu Aletha diantar pulang ke rumah oleh teman kerjanya di klinik, dan pasien yang sudah lama menanti diberitahu oleh perawat Nana kalau kondisi dokter Aletha sangat tidak memungkinkan untuk memeriksa pasien.

Tapi mereka semua diminta untuk menunggu karena dokter pengganti akan segera tiba.

"Saya mengikuti berita itu loh, jadi di mobil itu ada lima penumpang dewasa, satu bayi merah dan satu sopir, semuanya meninggal tenggelam," kata seorang ibu yang mengantar anaknya untuk periksa gigi.

"Iya saya juga melihat berita itu, tapi suami dokter Aletha yang mana yah?"tanya seorang lain yang juga mengantar saudaranya periksa gigi.

"Bisa jadi yang duduk di samping sopir karena yang duduk di belakang tampaknya semuanya pasangan suami istri. Aduh kasihan yah, mana bawa bayi pula," komentar yang lain yang sama menanti di ruang tunggu pasien.

"Iya miris yah, katanya mobil itu melaju kencang lalu tak terkendali, masuk ke jurang terbanting-banting beberapa kali baru tercebur ke sungai dan tenggelam".

"Kalau kata saudara saya yang kebetulan tinggal di Palembang, rumornya itu mobil adalah travel bodong. Dan penumpang juga tidak semua suami istri, bahkan katanya ada salah satu korban itu penipu ulung. Tapi entahlah saya juga cuma dapat gosip dari saudara di sana, dan sedang heboh beritanya".

"Oh masa sih, seram sekali yah ceritanya. Tapi suami dokter Aletha yang mana belum jelas yah".

"Entahlah, Wallahu a'lam, kita tidak tahu benar atau tidaknya berita yang beredar".

Teman kerja dan perawat mendengar apa yang sedang diceritakan para pasien atau yang menemaninya, yang pasti di ruang tunggu klinik gigi itu ramai membicarakan berita tentang kejadian di Palembang sana.

Semua pasien yang merupakan langganan tetap dokter Aletha, semua sama sekali tak menyangka kalau dokter cantik, ramah dan handal itu ternyata suaminya menjadi salah satu korban.

Keesokan harinya Soraya dan kedua anaknya tengah menanti ambulans yang akan membawa jenazah suaminya ke kediaman mereka.

Sudah banyak kerabat yang datang, bahkan mertua dan orang tua Soraya juga sudah hadir di sana.

Semua bersedih karena kehilangan sosok Mario Maliangkay, dia orang yang pintar, ramah dan bersahaja.

Bahkan di gereja tempat beliau beribadah, Mario adalah salah satu penatua. Dulu dia diangkat menjadi penatua gereja karena dikenal kalau Mario adalah orang yang bijak dan penyayang keluarga.

Rumah tangganya baik, pekerjaannya sukses, istrinya dosen bahasa sastra Inggris dan kedua anak gadisnya selain cantik juga semuanya pandai di sekolahnya.

Hampir semua orang yang mendengar Mario meninggal, merasa terpukul dan kehilangan bahkan sosok Mario hampir menjadi buah bibir baik di lingkungan atau gereja sebagai orang yang sangat baik.

Tak sedikit orang yang mengidolakan bapak Mario Maliangkay, bahkan dirinya selalu dijadikan contoh kalau ada pasangan muda menikah.

"Contohlah keluarga Pak Mario Maliangkay, sukses bekerja dan rumah tangga bahagia karena beliau selalu mendahulukan Tuhan dalam rumah tangganya".

Itulah yang sering didengar kalau mendengar nama Mario Maliangkay dan keluarganya.

Tapi sekarang Soraya berada dalam kebimbangan, dia memang harus ikhlas kalau suaminya saat ini sudah tiada.

Namun mengapa ada sesuatu yang janggal dalam kematiannya, hari minggu siang dia masih ingat kalau suaminya mengatakan sedang di Madura.

Tapi Polisi kemarin mengatakan kalau kejadian kecelakaan yang menimpa suaminya terjadi di Palembang.

Jarak yang sangat jauh sekali antara Madura dan Palembang, berarti ada suatu kebohongan yang sedang dibuat suaminya kala itu.

Tapi apa sebenarnya yang terjadi dia juga tak paham, dan buntutnya dia harus menutupi rahasia yang dia sendiri tidak ketahui.

Setiap orang bertanya pasti dijawab kalau suaminya memang sedang tugas di Palembang, bahkan hal ini juga dia sampaikan kepada pendeta yang akan memimpin pemakaman nanti siang.

Ambulans datang membawa jenazah Mario yang sudah dimasukan ke dalam peti mati.

Soraya dan kedua anaknya tak kuasa menahan tangis ketika peti diturunkan dari ambulans.

Beberapa kerabat tua bersepakat untuk membuka peti dan memandikan lagi jenazah karena takut belum layak untuk dimakamkan nantinya.

Lalu peti dibuka dan menyeruak bau mayat yang mulai membusuk, tapi sesuai kesepakatan keluarga jenazah akan dimandikan lagi agar layak di makamkan.

Saat itu Soraya sudah tak sadar diri ketika melihat jenazah suami nya yang terlihat membengkak seluruh tubuhnya.

Selesai dimandikan, jenazah kembali dimasukan ke dalam peti lalu ada ibadah penutupan peti dan kemudian setelah peti ditutup rapat semua orang bersama-sama berangkat menuju pemakaman.

Sepanjang jalan Soraya terus menangis, bahkan ketika peti mati sudah turun ke liang lahat, dia kembali pingsan lagi, untung Mince selalu sigap memegangi majikannya sejak dari rumah sampai ke pemakaman.

Kedua anaknya terus memberikan kekuatan kepada ibunya agar bisa kuat dan tabah menerima cobaan ini.

"Kasihan Ibu Mario, mereka itu pasangan romantis dan harmonis, tentunya mendapat kejadian ini pastinya sangat terpukul," kata seorang pelayat.

"Iya betul, kasihan sekali. Walau pak Mario itu sering keluar kota kerjanya tapi mereka itu selalu tetap harmonis. Apalagi kalau pak Mario pulang dari luar kota, wah mereka laksana romeo dan juliet, lengket terus berdua".

Itu omongan orang sekitar yang merasa iba melihat Soraya yang terlihat begitu terpukul dan terpuruk.

Sementara di kota lain juga tampak Fuad masih begitu sedih karena kehilangan istri tercintanya.

Padahal Fuad sudah berjanji kalau awal tahun depan akan mengajukan cuti panjang tanpa dibayar selama enam bulan untuk dia bersama Asmila akan berobat ke dokter.

Mereka sudah merencanakan ingin punya momongan, karena selama lima tahun pernikahan keduanya masih juga belum mendapati kalau Asmila hamil.

Fuad juga merasa tidak baik kalau hanya menyalahkan istrinya seperti yang kebanyakan orang lakukan.

Bagi Fuad mungkin dirinya juga yang bekerja terlalu keras bisa menjadi salah satu faktor memiliki bibit yang tidak bagus.

Saat ini Fuad masih menangis ketika kembali dari pemakaman istrinya.

"Fuad, sudah nak. Kamu harus iklhas, ridho semua kehendak Allah. Sudah jangan ditangisi terus kasihan jangan dibebani langkahnya," kata Ibunya Asmila sambil mengelus punggung menantu kesayangannya.

Fuad adalah menantu kebanggaan orang tuanya Asmila, di mata mereka Fuad adalah suami baik yang tidak menyalahkan Asmila anak mereka yang tak kunjung hamil.

Bahkan Fuad selalu membela Asmila ketika masih hidup, adakalanya di pertemuan keluarga suka ada celetuk soal anak. Dan Fuad selalu. membela Asmila, bahwa soal anak adalah rahasia Allah.

Kedua orang tua Asmila sangat menyayangkan kalau anak mereka masih belum sempat berhijab ketika meninggal karena kecelakaan ini.

Sempat ibunya Asmila memarahi almarhumah anaknya itu agar segera berhijab, tapi kembali Fuad selalu membela dengan mengatakan kalau Asmila belum siap jangan dipaksa dan mungkin karena tuntutan pekerjaan sehingga Asmila belum siap berhijab.

Semuanya sudah terlanjur, Asmila sudah tiada dan Fuad hanya bisa menyesali mengapa dia memberi ijin istrinya keluar kota.

Sama dengan Soraya yang ada di kota lain, saat ini Fuad juga merasa ada sedikit keanehan.

Dia masih ingat minggu pagi mengantarkan istrinya ke stasiun karena akan ada seminar di Jakarta selama satu minggu.

Tapi kenyataan istrinya meninggal karena kecelakaan di kota Palembang di hari yang sama di sore harinya.

Dia tak mengerti kenapa bisa terjadi, dalam pikirannya saat ini pasti ada urusan kantor yang begitu mendadak sehingga istrinya harus ke kota tersebut.

"Fuad, tadi ada petugas ambulans memberikan tas dan barang-barang milik istrimu. Sudah bapak simpan dikamar kalian, nanti kalau sempat periksa saja yah," kata ayah mertuanya yang sama terlihat sangat sedih karena kematian anak perempuannya.

"Iya pak, biar nanti Mida bantu Fuad membongkarnya. Sekarang kita siap-siap untuk tahlilan nanti malam yah. Jangan khawatir Fuad, nanti Mbak akan disini sementara waktu bersama Ayah dan Ibu," ujar Asmida kakak kandung istrinya Fuad.

Fuad hanya bisa mengangguk lemah karena pikirannya masih tertuju kepada almarhumah istrinya.

Aletha sedang berkumpul bersama keluarga besarnya dan juga keluarga besar almarhum suaminya.

Kedua keluarga sangat terguncang apalagi mendengar dan tahu kalau almarhum Asrul Mubarok telah dimakamkan oleh keluarga lain di kota Palembang.

Dan keluarga yang tidak mereka ketahui itu menyatakan kalau Asrul adalah suami dan ayah dari sesama korban kecelakaan yaitu seorang wanita bernama Jena dan bayinya.

"Anwar dan Dita, mbak mohon bantuan kalian berdua untuk menemani Mbak ke Palembang. Kita harus mencari tahu kebenarannya akan tragedi ini," pinta Aletha kepada adik iparnya dan istrinya, kebetulan mereka berdua adalah pasangan pengantin baru.

"Anwar siap Mbak, benar kita harus kesana mencari tahu karena keluarga juga tak mau kalau sampai almarhum mas Asrul mendapat fitnah keji," sahut adik iparnya itu karena sama dia juga merasa geram.

"Bapak setuju, cuma nanti saat kalian bertemu dengan keluarga wanita bernama Jena itu jangan sampai tersulut emosi. Sebab kalau kalian emosi tentu tak akan ada jalan keluar dari masalah ini," ujar Ayahnya Asrul menasehati mereka yang akan berangkat.

"Benar Letha, ayah juga setuju dengan mertuamu. Tolong nanti kalian bersikap dewasa dalam bertanya dan mencari kebenaran semua ini," ayahnya Aletha juga ikut menimpali.

"Edwin sayang, kamu sementara bersama Nenek dan Kakek yah. Bunda akan ke Palembang dulu bersama Oom Anwar dan Tante Dita. Kamu harus turuti apa kata Nenek dan Kakek yah sayang," ujar Aletha sambil memeluk anak lelakinya.

"Win ingin ikut bunda, Win juga mau tahu makam ayah,"rengek anaknya yang baru kelas tiga Sekolah Dasar itu.

"Nanti yah nak, kalau semua masalah sudah beres, pasti bunda akan bawa Edwin melihat makam ayah".

Aletha menjerit dalam hatinya, begitu juga Soraya dan Fuad yang berada di kota berbeda.

Andai saja waktu bisa diputar ulang, mereka ingin tidak. mengijinkan pasangannya pergi.

Seharusnya mereka masih hidup andai saja kemarin ini dihalangi untuk pergi.

Saat Dosa Mengalir

Mario baru saja selesai urusan bisnis di kota Bandung dan sekarang dia harus ke Jakarta selama tiga hari untuk urusan pekerjaan juga.

Siang itu dia naik taksi online menuju stasiun Bandung untuk naik kereta api menuju Jakarta.

"Eh, maaf pak," kata seorang wanita yang tak sengaja badannya menabrak Mario yang baru saja turun dari taksi online.

"Tak apa-apa," sahut Mario sambil terus masuk ke dalam stasiun.

Wanita yang menabraknya tadi memang tampak sibuk mengeluarkan koper besar dari bagasi mobil.

Mario tak ambil pusing dan segera menuju mesin cetak tiket, lalu berjalan menuju petugas yang memeriksa tiket dan juga tanda pengenal.

Setelah itu dia berjalan masuk mencari kereta api yang akan membawanya ke Jakarta.

Sudah dua hari dia di Bandung memeriksa pekerjaan pembangunan di sana, dan sekarang dia ditunggu oleh kawannya untuk mega proyek akan mereka garap bersama.

Setelah menemukan kereta apinya lalu dia mencari gerbong eksekutif sesuai dengan tiket yang dia pesan.

Tak lama dia menemukan gerbong tersebut dan segera menemukan juga kursi yang sesuai dengan yang tertera pada tiket.

Kopernya dia simpan di rak atas, lalu segera duduk di bangku samping jendela dan segera memejamkan mata.

Sebenarnya Mario merasa lelah karena kemarin dua hari di Bandung cukup menguras banyak energi, karena staf kepercayaannya melakukan salah perhitungan sehingga bangunan yang sedang didirikan bisa roboh sewaktu- waktu.

Untung Mario datang tepat waktu, melihat tembok miring sehingga hal tersebut harus segera diperbaiki dan itu menguras tenaga dan pikirannya.

Hampir dua puluh empat jam dia harus mengawasi dan memeriksa proses perbaikan tembok bangunan miring tersebut, sampai lupa makan dan juga lupa tidur.

Mario selalu ingin memberi yang terbaik kepada nasabah yang sudah percaya atas hasil kerjanya dan juga seluruh tim nya.

Padahal kereta api sama sekali belum bergerak tapi Mario sudah tidur di bangku kereta karena kelelahan.

Dia tak tahu siapa yang duduk disebelahnya, hanya mendengar suara wanita bicara tapi karena sangat mengantuk sehingga dia tak peduli lagi.

"Aneh sekali bapak ini, seharusnya saya yang duduk di samping jendela. Tapi malah tidur pulas dan sama sekali tidak bisa dibangunkan,"

kata wanita yang duduk di samping kursi Mario.

Wanita itu merasa kesal, karena seharusnya dia yang menempati nomor kursi disamping jendela. Tapi Mario malah mendahului dan duduk di tempat itu.

"Ya sudah Bu, nanti kalau bapak itu sudah bangun, bisa minta tukar tempat saja," kata orang yang duduk di seberang kursi yang wanita itu tempati.

"Ya nanti kalau bapak ini bangun akan saya minta tukar. Tapi coba saja lihat, dari tadi tidur pulas tak bisa dibangunkan," wanita itu tampak kesal sekali kepada Mario.

Perjalanan hampir dua berlalu, perkiraan sekitar satu jam lagi sudah tiba di Jakarta, dan Mario masih juga belum bangun.

Wanita yang duduk disebelahnya sudah semakin kesal saja dengan Mario, karena saat ini dia mendapat bonus suara mendengkur dari mulut Mario.

Tiba- tiba kereta api berhenti dan hentakan rem nya cukup kencang terasa ke seluruh gerbong, otomatis Mario terbangun dan langsung melirik jam tangannya.

Dia merasa kaget juga karena tenyata dia sudah hampir dua jam tertidur di kursi kereta api tersebut.

Dengan wajah masih kusut karena bangun tidur, dia melirik ke orang yang duduk di kursi sebelahnya. Ternyata seorang wanita dan tampaknya dia pernah melihatnya tapi entah dimana.

Wanita itu tampak sebal kepadanya dan meliriknya dengan tajam sambil berkata,

" Pak, seharusnya saya yang duduk di samping jendela dan bapak duduk di kursi yang saya duduki ini".

"Oh begitu ya Bu, maaf yah saya tadi tidak memeriksa lagi nomornya dan saya pikir sama saja kursinya," sahut Mario sambil mencoba tersenyum.

Tapi wanita itu tetap cemberut dan tetap memasang wajah kesal.

"Ibu mau tukar tempat dengan saya?" tanya Mario dengan sopan.

"Terlambat pak, sebentar lagi juga sampai ke Jakarta. Saya juga sudah malas pindah duduk lagi," jawabnya dengan ketus sekali.

"Baiklah, kalau ibu mau tukar tempat silahkan. Kalau tidak jadi juga tidak masalah, saya permisi sebentar mau ke toilet lalu ke gerbong restoran. Saya lupa belum makan sejak kemarin," ujar Mario sambil beranjak berdiri dan minta jalan kepada wanita itu.

Wanita itu memberi jalan dengan mata yang masih mendelik tajam dan menyiratkan kekesalan kepada Mario.

Tapi Mario tak ambil pusing, dia mengusap rambutnya dengan kedua tangannya lalu berjalan menuju toilet dan setelah itu dia masuk ke gerbong restoran untuk memesan makanan.

Asmila, nama wanita yang duduk di kursi sebelah Mario sedang merasa keheranan.

Ada suara ponsel bunyi tapi ketika dia periksa di tasnya ternyata bukan miliknya yang bunyi.

Tapi suara ponsel itu cukup keras, nyaring dan sangat dekat dengannya.

Lalu Asmila mencari di kursi sebelahnya dan benar saja ponsel Mario rupanya terselip di pinggir kursi, lalu ponsel itu diambilnya untuk dihentikan suaranya, tapi tetap saja berdering lagi terus menerus.

Tertera nama "My Mega", pasti wanita muda yang menelepon atau jangan-jangan wanita simpanan orang tadi. Itu yang terbersit dalam benak Asmila saat melihat nama tersebut dan dia beberapa kali menghentikan suara dering ponsel itu.

Mario sedang makan nasi goreng dan saat itu dia baru sadar kalau ponselnya tak ada disaku celana panjangnya.

Dia segera makan dengan cepat dan setelah membayar langsung berjalan cepat menuju gerbong tempat dia tadi duduk.

Asmila memberikan ponsel milik Mario sambil tetap memasang wajah cemberut.

Mario melihat anaknya menelepon, lalu dia balik menghubungi Mega si bungsu kesayangannya.

"Ada apa sayang? kangen sama Papa yah?"tanya Mario dengan penuh cinta.

"Mega disuruh Mama tanya apakah Papa sudah tiba di Jakarta? Mamanya sedang menyetir mobil. Kami habis pulang dari supermarket, Mama belanja bulanan banyak sekali," Mega langsung bercerita kepada Papanya.

"Oh begitu, mengapa bukan Mama sendiri yang tanya kepada Papa?"tanya Mario padahal dia tahu kalau istrinya sengaja karena Mega memang paling susah diajak bicara.

"Entahlah Mama," sahutnya dengan nada acuh tak acuh.

"Ya sudah, nanti hari sabtu Papa akan pulang yah. Mega tunggu Papa ya sayang. Bilang Mama sama Kakak juga yah, kalau Papa kangen sama kalian," ujar Mario sambil senyum sendiri dan mengakhiri pembicaraan dengan anaknya.

"Cowok pecinta keluarga juga rupanya orang ini," ujar Asmila dalam hatinya.

"Anak bungsu saya yang telepon, kangen mungkin sama Papanya," kata Mario sambil menatap Asmila dan dibalas dengan lirikan sebal oleh Asmila lalu menutup matanya.

"Ada yah perempuan sampai dendam seperti itu gara-gara kursi kereta api saja," batin Mario sambil merasa geli hatinya.

Tak lama mereka tiba di kota Jakarta, Asmila menurunkan kopernya dengan susah payah dan Mario hanya melihat saja sambil ingin tertawa. Dia geli saja melihat wanita sok gengsi dan penuh dendam seperti itu kepadanya.

Lalu Mario keluar gerbong kereta dan segera menuju pintu keluar utama, lantas dia memesan taksi untuk menuju ke sebuah hotel.

Tak lama dia tiba di sebuah hotel berbintang dan segera menuju customer service untuk segera check in karena sebelumnya memang sudah memesan sebuah kamar via online.

Setelah mendapat kunci kamar, segera dia menuju lift dan naik ke lantai tiga karena nomor kamarnya adalah 306.

Mario masuk kamar dan langsung merebahkan diri ke tempat tidur, dia merasa penat seluruh tubuhnya.

Ponselnya berdering, tenyata dari temannya yang akan mengajak kerjasama.

"Rio, kau sudah Jakarta? jam berapa kita bisa ketemu?" tanya Wildan teman baiknya.

"Sudah bro, aku menginap di Kempinski. Kau kemari saja kita makan dan ngobrol di resto sini," sahut Mario kepadanya.

"Oke, jam tujuh malam aku kesana yah. Kita ketemu di resto yah, nanti aku bersama Danu dari perusahaan lain," ucap Wildan dan disetujui oleh Mario.

Waktu menunjukkan setengah tujuh malam, Mario sudah mandi dan saat ini sedang mengenakan pakaian. Lalu mematut di cermin untuk menyisir rambut lurusnya sambil merapihkan pakaiannya.

Kalau sudah dandan rapi, Mario memang terlihat sangat hot daddy, kulit putih, tubuh tinggi, wajahnya tambah ganteng dengan bulu tipis di pipinya.

Ketika merasa sudah rapih, lalu dia mengambil tas selempangnya yang berisi dompet dan ponsel, lalu dia keluar dari kamarnya.

Bersamaan dengan itu, dari kamar sebelah nomor 308 keluar seorang wanita berpakaian rok terusan berwarna merah, bersepatu high heels hitam sambil menjinjing tas kecil berwarna hitam.

Wajahnya di pulas sederhana tapi sangat menggoda, ditambah dengan perona bibir yang berwarna merah menyala senada dengan pakaiannya.

Mario sampai tertegun memandang wanita itu, begitu juga dengan wanita itu tampak terhenyak melihat sosok Mario.

Setelah Asmila sadar kalau pria tampan di depannya adalah orang yang tadi siang duduk di sampingnya saat di kereta api, langsung saja wajah cemberutnya dia pasang lagi dan berjalan melewati Mario untuk menuju lift.

Mario juga sadar kalau itu adalah wanita yang tadi siang bersamanya di kereta api, melihat wanita itu berjalan menuju lift maka Mario juga mengikutinya dari belakang.

"Mengapa bapak mengikuti saya sih?!"tanya Asmila dengan ketus.

"Loh, saya juga mau turun ke lantai bawah. Jadi harus pakai lift ini juga dong, masa saya loncat dari jendela," sahut Mario dengan santai.

Asmila yang mendengar itu mulai merasa lucu dengan jawaban Mario, tapi dia menahan gengsi dan tetap diam mempertahankan wajah judesnya.

Ketika sampai di lantai bawah, ternyata mereka menuju tempat yang sama yaitu resto di hotel tersebut.

Masing-masing sudah ditunggu oleh temannya, Mario mendapati Wildan dan Danu sedangkan Asmila terlihat bersama kelompok besar orang entah dari mana.

Mario bersama Wildan temannya dan juga Danu kenalan barunya membahas proyek yang akan segera mereka terima dari salah satu Badan Usaha Milik Negara.

Ketiganya membahas dengan serius mengenai proyeknya, dananya dan juga pengelolaan nantinya.

"Aku tak mungkin bergerak sendiri, jadi aku ajak kau, Rio, dan juga Danu. Kita diminta presentasi hari Jum'at pagi besok, dan aku bilang kepada mereka di hotel ini saja. Aku sudah booking satu ruangan meeting untuk hari Jum'at," kata Wildan dengan semangat karena sebenarnya dia yang menerima penunjukkan untuk proyek tersebut.

"Maksudmu nanti aku dan Mario adalah sebagai sub kontraktor atas pekerjaan yang kau terima atau bagaimana?" tanya Danu ingin tahu.

"Tidak bro, kita gabung dengan memakai bendera perusahaan baru, besok aku bawa tim lalu kita buat bahan presentasi bersama," ujar Wildan lagi.

"Kita buat di sini saja, aku juga besok panggil Jimmy adikku dan satu orang insinyur lagi yang ada di tim aku. Menurutku kalau kita meeting di salah satu perusahaan kalian atau di perusahaanku, nanti jatuhnya tidak enak karena proyek ini di luar kepentingan perusahaan kita masing-masing," ujar Mario menjelaskan keinginannya.

Ketiganya sepakat, dan mereka sekarang membahas masalah dana dan lain hal lagi.

Sambil berbincang serius, sesekali mata Mario mencuri pandang ke arah Asmila yang tengah sibuk dengan kelompok besarnya. Sepertinya ada acara ulang tahun atau perayaan sesuatu yang dilakukannya di resto itu.

Mario merasa tertarik dengan penampilan Asmila, terlihat klasik dan sensual dengan gaun merah yang dikenakannya. Apalagi di antara kelompok orang yang ada di sana, Asmila terlihat sangat menonjol dan semua orang seperti sangat mengaguminya.

"Sebenarnya perempuan judes itu siapa yah? mengapa dia tampak disoroti oleh kelompok orang itu?"tanya Mario dalam hatinya sambil diam-diam menatap Asmila.

"Jadi begitu yah Rio, besok kita kumpul lagi di sini sambil membawa tim sendiri-sendiri, Rio....?Rio....?"Wildan melambaikan tangannya ke depan wajah Mario.

"Hei...iya...oke," sahut Mario gelagapan.

"Lihat apa sih bro? dari tadi aku bicara malah melamun," ujar Wildan sedikit kesal.

"Tenang bro, cuma ingat sesuatu saja. Oke besok jam delapan pagi kita kumpul dulu di sini, nanti coba cari ruangan dan kita buat bahan presentasi untuk jum'at," Mario kembali menegaskan dan mereka semua sepakat.

Mario menghubungi Jimmy adiknya yang bekerja bersama di perusahaannya, meminta agar besok membawa salah satu teknisi ke hotel ini untuk meeting bersama.

Lalu Mario menemui petugas hotel dan memesan satu ruangan meeting lagi untuk besok.

"Pak Mario, bagaimana kalau misalkan di tempat yang sama dengan yang sudah dipesan oleh Bapak Wildan. Jadi nanti ruangan tersebut saya catat untuk dua hari pemakaian," kata petugas hotel menjelaskan kepada Mario.

Tentu saja Mario setuju, dan segera menandatangani pemesanan tersebut.

Setelah itu dia berjalan sambil mengetik chat di ponselnya, dia menuju lift untuk kembali ke lantai kamarnya.

Mario masuk ke dalam lift ketika pintunya terbuka sambil tetap mengetik chat, setelah selesai dia mendongak dan terkejut karena Asmila ada disampingnya.

"Enak sekali yah, mengetik chat lalu segera tiba di lantai kamar. Luar biasa...," ujar Asmila sambil berlalu ketika pintu lift terbuka.

Mario kembali tertawa kecil sambil melangkah di belakang Asmila, dia melihat wanita itu berjalan cepat menuju kamarnya.

Setibanya di kamar, lalu Mario menelpon anak dan istrinya memberi kabar mengenai pekerjaan dan kondisinya.

Setelah selesai menelepon, tenyata dia merasa belum mengantuk. Mungkin karena efek tadi siang dia tidur lama, sehingga sekarang dia masih terjaga.

Sementara jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam, lalu timbul niat iseng ingin menggoda orang di kamar 308.

Mario menghampiri telepon yang ada di meja kecil di samping tempat tidur dan menekan tombol 308, tuuuutttt...tuuuutttt....nada tersambung.

Asmila belum mengantuk, dia baru selesai membersihkan wajahnya sambil hanya mengenakan pakaian dalam saja.

Kriiingg....kriiingg...telepon di kamarnya berbunyi dan segera dia angkat karena dipikirnya pasti dari pihak hotel.

"Selamat malam, maaf Ibu 308 saya mengganggu. Ini saya dari kamar 306 mau minta maaf, barangkali saya ada kesalahan kepada Ibu," ujar Mario kepada Asmila.

"Astaga bapak ini, sekarang jam berapa yah. Dan mau apa sih mengganggu hidup saya,"

sahut Asmila dengan kesal.

"Saya hanya mau minta maaf saja kok bu, masa sih tidak boleh berteman dengan ibu yang tampak cantik dan ramah ini?" goda Mario sambil menahan tawa.

"Ya sudah saya maafkan, lalu apa lagi?"tanya Asmila masih dengan ketus.

"Ngobrol dong, masa sama teman tidak ngobrol," jawab Mario.

"Pak, tangan saya pegal kalau ngobrol sambil pegang telepon," kata Asmila lagi.

"Ya sudah buka saja pintu penghubung kamar, nanti kita ngobrol di depan pintu itu yah," kata Mario sambil melihat ada pintu penghubung antar kamar di hotel itu.

"Hmmm...," sahut Asmila sambil menutup telepon.

"Ini orang mau apa sih? baiklah aku mau tahu sampai dimana orang itu menggangu aku," ujar Asmila bicara sendiri dengan kesalnya.

Segera dia memakai pakaian tidurnya, lalu membuka pintu penghubung antar kamar tersebut.

Mario tampak sudah ada di depan pintu dan menyapanya dengan ramah.

"Ini apel buat ibu cantik dan ramah,"kata Mario sambil memberikan sebutir buah apel yang digenggamnya kepada Asmila.

Tapi Asmila diam saja tak mau menerima buah apel itu. Lalu dia berkata," Bapak dapat buah itu darimana? Mana saya tahu apelnya sudah diisi racun atau obat apalah, lalu saya ambil dan saya makan. Nanti saya pingsan, diperkosa dan harta saya diambil".

"Apel ini dari resto tadi, dan tak ada racunnya. Kalau ada juga dan ibu pingsan, pasti saya pilih opsi pertama deh. Sebab kalau ambil harta sih repot," sahut Mario sambil mengedipkan mata kepada Asmila.

Semakin sebal rasanya Asmila kepada pria itu, tapi hatinya tak bisa bohong kalau Mario itu termasuk pria yang tampan dan menggoda.

Mario menjulurkan tangannya untuk mengenalkan dirinya.

"Mario Maliangkay".

"Asmila," jawab Asmila sambil menyambut salam tangannya Mario, tapi segera dia tarik kembali.

"Kita berteman yah, jadi jangan judes lagi sama saya," kata Mario sambil senyum.

"Insyaallah yah...sudah malam saya mau istirahat," Asmila segera menutup pintu penghubung itu. Tapi ketika sudah menutup, jantungnya berdebar kencang. Rupanya pesona Mario sangat menggoda ke dalam hatinya, apalagi tatapan matanya sangat lembut menghujam ke arah jantung.

"Astagfirullah Mila, kamu sudah punya suami," kata Asmila menasehati diri sendiri, lalu diapun segera naik tempat tidur dan memejamkan matanya.

Tapi ternyata sulit rasanya memejamkan mata ini, wajah tampan Mario membayangi dirinya.

Asmila duduk sambil menatap ponselnya, dia berpikir ingin menelepon suaminya. Tapi dipikir lagi olehnya, suaminya jam segini pasti sudah tidur.

Saat resah, tiba-tiba telepon kamar berdering lagi membuatnya terkejut, tapi dia mengangkatnya.

"Lapar tidak? kalau iya turun yuk kita jalan cari kuliner. Kalau tidak berarti ibu sombong tak mau berteman".

Asmila terdiam sebentar, kesal sih hatinya tapi karena tidak bisa tidur maka dipikir olehnya ajakan itu cukup lumayan.

"Lima belas menit, ketemu di lobby," jawab Asmila.

"Yes...!!!"seru Mario sambil menutup telepon.

Benar saja sekitar lima belas menit kemudian Asmila turun memakai pakaian kasual yang simpel tapi tetap terlihat menarik.

Mario sudah memesan taksi online dengan tujuan kota tua yang merupakan salah satu tempat wisata bersejarah yang sangat unik dan menarik.

Biasanya banyak penjual kuliner malam di pinggir museum kota tua, dan di sana banyak sekali pilihan aneka makanan yang menggiurkan.

Setibanya di sana Mario dan Asmila berjalan kaki memilih makanan yang menarik untuk mereka. Akhirnya terpilihlah angkringan, Mario memesan nasi kucing dan Asmila memesan susu jahe hangat.

"Asmila menikah?"tanya Mario sambil mengunyah perkedel.

"Ya, suami saya insinyur pertambangan yang bekerja di lepas pantai".

"Wow...Perusahaan Minyak Negara, banyak duitnya dong".

"Hmm...pak Mario menikah?".

"Ya, istri dosen dan dua anak gadis cantik. Anakmu berapa orang?".

"Belum punya anak".

"Oh...sabar saja memang ada sebagian orang susah juga mendapatkannya".

"Asmila muslim? mengapa tak pakai hijab?".

"Hahaha...KTP Pak, saya belum siap berhijab, pak Mario muslim atau non?".

"Non...dan sama KTP juga, berdoa cuma hari minggu saja di gereja dan itupun kalau sempat...hahahah".

"Mungkin karena kesibukan ya pak, asal jangan berbuat jahat sajalah".

Lalu mereka juga saling cerita soal pekerjaan mereka masing-masing, dan ternyata Asmila adalah seorang Agency Director di salah satu perusahaan asuransi jiwa terkenal.

Tadi adalah acara makan malam karena Asmila mendapatkan penghargaan lagi tahun ini sebagai orang yang mendapatkan pencapaian produksi tertinggi.

"Luar biasa ternyata ibu ini".

"Terima kasih pak Mario".

"Panggil Mario saja atau Rio".

Asmila menganggukan kepala dan tak lama mereka kembali lagi ke hotel karena sudah larut malam dan mulai ada rasa kantuk.

Keesokan harinya ternyata tempat meeting mereka saling berhadapan. Mario berada di ruangan bertembok kaca, sedangkan Asmila di suatu ruangan yang cukup besar untuk menampung sekitar seratus orang lebih.

Mario membawa tim dari perusahaannya yaitu Jimmy adiknya dan juga Beni salah satu insinyur senior. Wildan dan Danu juga masing- masing membawa tim dari tempat kerja mereka.

Bersembilan mereka sibuk membuat bahan presentasi untuk esok hari akan disampaikan kepada pihak pemberi kerja.

Sementara Asmila tampak begitu bersemangat memberi motivasi kepada setiap orang yang hadir di seminar yang diadakannya.

Mario dan kawan-kawannya akhirnya selesai juga dengan semua materi yang akan mereka angkat kepada pemberi kerja esok hari.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan ruangan seberang sudah kosong.

"Bang Rio, kok tidak pulang ke Depok saja sih. Kan lewat tol dekat juga kemari?"tanya Jimmy adiknya sekaligus tangan kanannya.

"Aku lelah Jim, kalau di rumah mana mungkin bisa meeting begini. Kau tahu sendiri kedua keponakanmu pasti saja ada ini dan itu walau sudah besar juga," sahut Mario kepada adiknya.

"Iya juga sih, oke lah aku pulang dulu. Kasihan Mama pasti sudah masak di rumah," kata adiknya yang masih jomblo itu.

"Kapan kau nikah Jim?".

"Nanti sajalah, aku belum siap. Tahun depan Rinjani dulu Bang, baru nanti aku pikirkan lagi untuk mencari jodoh," sahut Jimmy yang penggemar naik gunung.

"Awas saja kau menikahi kambing gunung, tiap tahun naik gunung. Ya sudah sana, salam untuk Papa dan Mama. Bilang nanti hari minggu aku ajak Soraya dan anak-anak ke rumah".

"Siap Bang, sampai besok".

Mario masuk ke kamarnya dan merebahkan badannya, besok pagi harus meeting dengan pemberi kerja yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. Sehingga dia tak boleh meleset dalam menyampaikan materinya nanti.

Setelah mandi dia membuka laptop dan mempelajari lagi segala hal untuk bahan presentasi besok.

Akhirnya selesai sudah, tapi masih jam sembilan malam dan belum merasa mengantuk.

Mario mematikan dan menutup laptop nya, lalu meregangkan badannya yang terasa pegal.

Kring...Kring...gantian kamar Mario yang teleponnya sekarang bunyi.

Lantas dia mengangkatnya dan terdengar suara lembut,

"Rio, ternyata di hotel ini ada karaoke room loh. Minat tidak?".

"Lima menit aku tunggu di depan kamarmu".

Lalu mereka berdua turun ke lobby dan mencari tempat karaoke, ternyata ada di bagian belakang gedung hotel.

Lalu mereka memesan satu bilik karaoke berukuran kecil yang cukup untuk empat orang.

Mereka berdua memesan minuman juice dan mulai memilih lagu.

Asmila ternyata pandai bernyanyi dan suaranya sangat merdu sekali, Mario juga tak kalah enak suaranya sehingga mereka berdua padu padan dalam menyanyi.

Memilih lagu yang bisa dibawakan duet, dari lagu pop Indonesia, barat dan lagu daerah.

Keduanya larut dalam kegembiraan dan bisa tertawa lepas, bahkan saking terbawa suasana Mario mulai memeluk pinggang Asmila.

Lagu romantis mendayu menghanyutkan suasana tenang berdua di bilik karaoke itu. Tak lama merekapun terbawa suasana dan saling berciuman sambil berpelukan erat.

Pagi harinya Mario siap dengan meeting bersama dengan tim pemberi kerja. Semua tim sudah lengkap dan meeting pun dimulai.

Wildan dan Mario bergantian membawakan materi meeting mengenai proses dan teknik pembangunan di beberapa tempat. Kemudian Danu bagian menyampaikan dana yang harus disediakan untuk pembuatan proyek tersebut.

Setelah dipelajari dan dibahas lebih lanjut ternyata proposal mereka bisa disetujui, akhir bulan akan diadakan tanda tangan kontrak dan awal bulan depan mulai pekerjaan proyek tersebut. Terobosan baru yang luar biasa, mereka harus menyelesaikan pembangunan irigasi dan jembatan di hampir seluruh wilayah Pulau Jawa dan Madura.

Target dalam tiga tahun harus selesai semua proyek untuk beberapa wilayah terpencil.

Malamnya mereka merayakan kemenangan dengan makan dan minum sepuasnya, di resto tersebut.

Sesudah selesai, Mario kembali ke kamarnya karena kepalanya terasa agak pusing habis minum anggur.

Dia merebahkan diri di tempat tidur, tiba-tiba notifikasi chat pada ponselnya berbunyi.

"Aku di pintu penghubung".

Mario segera bangkit dan membuka pintu penghubung yang ada di kamarnya.

Terlihat Asmila membawa kue dan botol untuk mereka berdua, dan Asmila melangkahkan kakinya memasuki kamar Mario.

Mereka berdua kembali berbincang dan besok siang keduanya akan berpisah.

Asmila kembali ke Cirebon dan Mario pulang ke Depok, malam ini Asmila merayakan dengan membawa kue dan sebotol anggur.

Keduanya makan kue sambil minum anggur dan akhirnya mereka mulai mabuk.

Mata Asmila mengerjap karena tersorot sinar matahari pagi, dia membuka matanya dan terkejut sendiri.

Dia ada di kamar Mario dalam keadaan tertutup selimut tapi tanpa busana, begitu juga Mario.

Asmila menangis dan meratapi diri karena dia telah berdosa karena berbuat zinah dengan Mario.

Tak lama Mario bangun, dan sama dia juga tak habis pikir mengapa bisa sampai terjadi perzinahan antara dia dan Asmila.

Tanpa banyak kata, Asmila turun dari tempat tidur, mengambil semua pakaiannya dan berlari ke kamarnya lalu dia menutup pintu penghubung.

Mario juga segera mandi dan kemudian berkemas, dia mencoba menghubungi kamar Asmila dan tak ada jawaban.

Selesai berkemas, lalu Mario segera keluar kamar dan dia kaget karena kamar sebelah sedang mulai dibersihkan oleh petugas hotel, pertanda penyewa sudah tidak di situ lagi.

Dikejar ke lobby juga sudah tak nampak lagi, dan akhirnya dia menyerah dan pulang ke rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!