NovelToon NovelToon

Jodoh Masa Kecil

Rumah Mewah Suami

"Ayah sekarang Putri sedang didandani!" teriak wanita paruh baya dari dalam kamar pengantin wanita yang tengah dirias.

"Foto  dan video grfernya aku bawa masuk ya Bun?" lelaki paruh baya yang sedari tadi berdiri diluar meminta izin untuk masuk.

"Iaa...."

Lelaki paruh baya itu dibarengi dengan dua orang pria lainnya masuk membawa kamera dan perlengkapan merekam lainnya.

"Cepat-cepat, lakukan dengan cepat. Jangan sampai obat biusnya tidak bertahan lama." Wanita paruh baya itu memberi perintah dengan tergesa-gesa.

Kedua lelaki yang memegang kamera, bergegas melaksanakan tugas mereka. Mulai dari merekam proses merias pengantin wanita hingga memotret pose pengantin wanita yang menunggu mempelai pria dengan mata terpejam.

Proses pemotretan selesai tanpa hambatan. Sementara di lain tempat, dimana mempelai pria berada. Di sana sedang bersitegang antara mempelai pria dengan kedua orang tuanya.

"Apa-apaan ini? tiba-tiba orang-orang menculikku dari rumah kemudian memaksa mengganti pakaian!" mempelai pria meronta-ronta saat dia dipaksa memakai setelan pengantin pria lengkap.

"Turuti saja apa keinginan mamamu, jangan sampai dia melakukan sesuatu yang lebih buruk dari ini." Lelaki paruh baya yang ada di sana menasehati.

"Benar sekali!" wanita paruh baya yang ada di sana pun membenarkan dengan antusias.

"Bukankah sudah aku katakan, aku tidak ingin terlibat lagi dengan kencan buta atau perjodohan yang mama rencanakan!" meski meronta mempelai pria tidak dapat membebaskan diri dari tujuh orang pria yang menahannya.

"Mama sudah memberimu cukup waktu untuk mencari pacar atau wanita yang kamu inginkan. Akan tetapi tidak kamu hiraukan, jadi terima saja wanita yang sudah mama pilih untukmu. Jika tidak...."

"Apa lagi yang akan mama lakukan jika aku melarikan diri?" mempelai pria begitu frustasi dengan wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Mama akan membayar wanita penghibur kemudian memaksamu meminum obat per*ngsang, setelah itu mau tidak mau kamu pasti akan menikahinya!" wanita paruh baya ini berkata tanpa ekspresi, begitu kejamnya bahkan kepada anak sendiri.

"Mama mau menjerumuskan anak sendiri kedalam dosa besar?!" si anak tidak habis pikir dengan apa yang ada didalam kepada ibunya itu.

"Kamu mau masuk kedalam lingkaran dosa atau menikahi wanita baik-baik dengan halal?"

Pilihan untuknya hanya salah satu dari semua yang terburuk.

Yang terbaik saat ini adalah mengikuti keinginan orang tuanya, karena apa yang ibunya katakan pasti akan wanita itu lakukan.

"Sesuai keinginan mama!" pasrah mempelai pria pada akhirnya.

Berangkat lah kedua calon pengantin itu menuju mesjid besar yang kebetulan mempelai pria itu sendiri yang mengucurkan dana untuk membangunnya.

Pernikahan berjalan hikmat tanpa hambatan satu pun.

*****

Putri Qabil Alghani POV

Aku tidak pernah menyangka ayah benar-benar menjodohkanku! Setelah perdebatan panjang yang benar-benar tidak bisa aku menangkan.

Ini benar-benar perjodohan kilat satu arah. Bagaimana bisa aku sudah menjadi istri orang lain yang bahkan wujudnya saja tidak pernah aku  lihat. Jangankan bentukannya, namanya pun aku tidak tahu sama sekali. Miris sekali kehidupan ini.

Kejamnya ayah dan Bunda memberiku obat tidur kemudian mendandaniku. Parahnya, rekaman yang mereka buat begitu alami tanpa hal mencurigakan. Padahal jelas-jelas aku sedang dibius waktu itu. Teganya mereka!

Sebenarnya aku tidak masalah dengan perjodohan ini. Karena tidak ada siapa pun yang patut aku tunggu alias jomblo dari lahir wkwkwk. Namun naas terjadi sedikit masalah dengan lelaki yang sudah sah menjadi suamiku ini.

Sudah seminggu aku menikah dengannya, namun tidak terhitung berapa kali dia berbicara padaku. Karena memang dia tidak pernah berniat sekali pun berbicara denganku.

Apa dia mendadak bisu setelah mengucapkan ijab qobul? Menyebalkan sekali!

Saat ini aku masih berdiri mematung di ruang tamu. Aku bahkan tidak di persilakan duduk olehnya. Sudah 30 puluh menit lebih 03 detik aku berdiri sejak pertama kali tiba di tempat ini.

"Bi Lia, tolong antar ibu ke kamarnya." Terdengar suara pria yang sudah menjadi suamiku ini dari dapur.

Tidak lama setelah itu, seorang wanita paruh baya menghampiriku.

"Mari Buk saya antar ke atas," ujarnya sambil mengambil sebuah koper besar yang sedari tadi aku tenteng.

"Terima kasih," jawabku dengan senyum se-ramah mungkin.

Aku berjalan mengikutinya menuju lantai dua rumah ini.

Saat menapaki tangga, aku bertanya siapa namanya. Namun dia hanya menjawab.

"Ibu panggil saya bi Lia saja,"

aku hanya mengangguk dan kembali melangkah. Padahal aku ingin akrab dengannya.

Bisakah dia sedikit lebih cerewet agar aku mendapat teman mengobrol di tengah kehampaan rumah ini?

"Ini kamar ibu. Jika perlu apa-apa ibu tinggal panggil saya." Ujar Bi Lia sambil membuka pintu.

"Bu... saya permisi ke dapur," ujarnya setelah aku masuk ke dalam kamar.

Aku kembali mengangguk. Setelah bi Lia pergi dan menutup pintu. Aku kembali sendirian. Kali ini aku benar-benar sendiri di dalam kamar. Aku tidak mempermasalahkan hal itu toh aku sudah kebal akan kesendirian yang benar-benar sendiri.

Sedari kecil, ayah dan bunda selalu sibuk bekerja hingga aku terbiasa mandiri dan mengerjakan segala keperluanku sendiri. Hal ini pula yang membuat kepekaan dalam diriku semakin tinggi.

Aku tahu laki-laki yang menjadi suamiku saat ini tidak menyukaiku. Bahkan untuk berbicara denganku dia enggan. Akan tetapi aku masa bod*h dengan hal ini. Yang jelas aku terbebas dari kungkungan dan keinginan orang tuaku akan mencari pasangan.

Saat ini aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari. Setelah lama melamun aku seolah kehilangan seluruh energi dalam tubuhku. Bahkan untuk melangkah pun aku merasa tidak sanggup.

Kurebahkan raga lelah ini di atas tempat tidur. Ukuran king size kurasa terlalu besar untuk tempat tidurku seorang diri. Aku terlalu kurang kerjaan memikirkan hal ini. Lebih baik aku tidur sejenak sebelum mandi dan mengisi kekosongan dalam perutku.

...*******...

Achmat Ares Mahendra POV

Saat melewati kamarnya menuju kamarku yang memang berdampingan.  Aku sempatkan untuk menyapanya. Namun dia sedang tertidur. Aku merasa bersalah memanfaatkannya demi ketentraman hidupku.

Entah dia beruntung atau malah si*l menjadi wanita yang aku terima untuk menjadi istriku.

Aku sudah sangat lelah menghadiri perjodohan dan kencan buta yang diatur sedemikian rupa oleh mama.

Jika menikah dan melakukan kontrak, hal ini bisa memberiku keamanan kira-kira dalam waktu lima tahu ke depan. Jika wanita ini setuju.

Aku benar-benar tidak dapat mempercayai seorang wanita lagi. Wanita terakhir yang aku berikan seluruh rasa cintaku sudah cukup banyak merusak kepercayaanku.

Wanita ini anak yang cukup penurut untuk di manfaatkan. Melihat dari CV yang di berikan oleh Stefan. Dia anak yang sangat cerdas, setidaknya itu yang aku tahu saat ini.

Besok aku akan melakukan kontrak dengannya. Sepertinya dia cukup cepat memahami situasi ini.

Setelah aku berhasil membongkar kedok wanita si*l*n itu dan ayahnya. Aku akan segera bercerai dengan wanita ini dan hidup bebas di suatu tempat seorang diri. Ah mungkin stefan dan yang lain boleh berkunjung sesekali.

...*******...

Author POV 

Putri tertidur cukup lama. Malam benar-benar larut saat dia terbangun. Bunyi perutnya cukup nyaring untuk menerbangkan gagak-gagak dalam hutan belantara.

Putri segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. dia tidur sangat pulas hingga berkeringat. Setelah 30 menit, Putri baru keluar dari kamar mandi. Dia hanya mengenakan handuk menuju kopernya yang tergeletak di samping lemari.

"Perutku benar-benar keroncongan! aku bahkan malas memakai baju untuk segera mencari makanan," gumamnya sambil membuka koper.

Setelah memakai pakaian d*lam. Putri hanya mengenakan mini dress yang benar-benar pendek hingga hampir seluruh pah*nya terekspos. Tidak seperti kebiasaan di rumahnya, yang selalu mengenakan baju kaos oblong dan celana pendek selutut.

Namun kali ini dia langsung mengambil baju tersimpel yang ia punya. Akibat rasa lapar yang sudah tidak dapat dia tahan. Dia juga berfikir bahwa semua orang pasti tengah tertidur saat ini.

Setelah menutup pintu pelan. Putri meregangkan tubuhnya sesaat sebelum menapaki tangga. Setidaknya ia tahu dimana letak dapur rumah ini.

"Wih baru sadar ternyata tangga ini sangat cocok dan pas buat perosotan!"

Tanpa pikir panjang, Putri langsung duduk menyamping di salah satu sisi tangga dan melesatkan diri ke bawah. Di saat yang bersamaan Ares baru saja keluar dari ruang kerjanya dan hendak kembali ke kamarnya.

"Wuaaahhh... minggir!" pekik Putri kala melihat Ares menapaki anak tangga keduanya.

Ares yang mendengar teriakan melengking yang mampu memecahkan gendang telinga itu langsung menatap ke arah sumber suara.

Belum sempat membuka mulut. Putri sudah mendarat tepat di atas tubuhnya yang terkapar di atas lantai akibat tubrukan dengan Putri sesaat sebelumnya.

Putri buru-buru bangkit dan memegangi jidatnya yang bertubrukan dengan dada bidang milik Ares. Ia berani bertaruh salah satu tulang rusuk pria yang telah sah menjadi suaminya itu patah.

Tidak lama kemudian Ares bangkit dan melotot ke arah Putri. Sumpah serapah siap ia lontarkan sesaat sebelum ia sadar bahwa wanita di hadapannya yang kini berstatus sebagi istrinya itu benar-benar hampir tel*njang.

"Kamu..!! Arkh...." geram Ares tertahan.

"Kita selesaikan ini besok!" ucap Ares sesaat sebelum mengambil langkah seribu menuju kamarnya.

Ares bahkan menapaki dua anak tangga sekaligus dan membanting pintu kamarnya kuat-kuat. Entah karena dongkol atau apa. Itu hanya Ares yang tahu.

Putri yang semula lapar kini berdiri mematung. Jantungnya hampir melompat keluar mengingat kejadian barusan. Dia masih cukup waras untuk menjadi janda di usia pernikahannya yang baru satu minggu.

Jika disamakan dengan umur jagung maka pernikahannya baru memasuki tahap kecambah!

*********

TBC

Selamat menikmati, semoga terhibur dan memberi manfaat.

Apabila terjadi kesalahan baik dalam pengetikan dan ejaan, mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Nama tokoh dan jalan cerita yang memiliki alur sama, merupakan suatu kebetulan yang tidak disengaja.

Karya ini murni karangan penulis dan memiliki hak penuh atas karya cipta dari tulisan ini.

Sampai jumpa pada episode cerita selanjutnya.

Salam hangat dari penulis ^_^

Hari Pertama Jadi Istri

Bangun subuh bukan kebiasaan Putri namun alarm yang memekik nyaring sedari tadi membuatnya harus bangkit dari tempat tidur.

Ia berjalan malas menuju lemari pakaian. Dengan sedikit berjinjit Putri meraih smartphone miliknya dan mematikan alarm yang memekakkan telinga itu.

Semalam Putri sengaja meletakkan smartphone miliknya di atas lemari. Sudah kebiasaan buruk baginya untuk mematikan alarm dengan setengah sadar kemudian tidur kembali jika smartphone itu ia letakkan tak jauh dari jangkauannya.

Taktik jitu ini ia lakukan agar terhindar dari kesiagaan dan melalaikan kewajiban sakralnya, kepada sang Pencipta.

Setelah mematikan alarm. Putri bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sebelum jin qorin membisikkan buaian manis, ia harus segera menyegarkan diri guna untuk melaksanakan kewajibannya pada sang pencipta.

Di kamar sebelah, Ares tak henti-hentinya mengumpat. Bagaimana tidak, pagi yang biasanya tenang dan damai harus ternodai dengan bunyi alarm yang mampu memecahkan gendang telinga itu.

Ia yang tengah membaca kitab suci Al-Quran hampir kehilangan detak jantungnya mendengar alarm dari kamar sebelah.

***

Setelah menyambut terbitnya sang surya dengan kegaduhan yang di timbulkan oleh alarm Putri. Ares menggedor pintu kamar sebelah bak orang kesetanan.

Tidak lama kemudian Putri keluar dengan pakaian yang semalam ia pakai dengan rambut kusut berantakan.

Tidak perlu di jelaskan, siapapun yang melihat kondisi Putri saat ini. Sudah pasti tahu bahwa dia belum mandi.

Ares bergidik ngeri. Sudah pasti dia ilfil dengan gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu.

Yang benar saja? bagaimana bisa seseorang menyukai gadis jorok sepertinya. Orang setengah waras pun enggan.

"Kenapa? " tanya Putri malas.

"Kita sarapan setelah itu ada hal penting yang harus aku bicarakan! "

Tanpa menunggu jawaban Putri. Ares berlalu pergi entah kemana.

***

Putri Qabil Alghani POV

Apaan sih pagi-pagi uda kayak maling aja gedor-gedor pintu, mana make perintah-perintah segala. Pagi-pagi udah ngerusak mood orang aja. Males banget. Pengen aku tonjok tuh orang, terus aku banting ke lantai! Biar tau rasa. Rese'nya kebangetan.

Ganteng sih ganteng tapi kalo rese gitu mending cari suami baru dah. Mana aku paling malas mandi pagi. Gak papa lah dari pada kualat. Udah dosa masuk neraka lagi. Negri amat hidup!

Setelah selesai dengan kekesalanku. Aku berjalan malas menuju kamar mandi. 30 kemudian aku baru keluar. Walau aku malas mandi. Setelah masuk kamar mandi dan ketemu air. Entah kenapa ritual mandi yang aku lakukan banyak banget. Bertahap gitu. Gak usah di ceritain entar lama.

***

Setelah berpakaian dengan setelan rumahan yaitu baju kaos oblong serta celana selutut. Aku segera turun sebelum monster berdarah dingin itu mengamuk.

Terlebih tadi malam aku shock banget, mana pakaianku cetek gitu. Meskipun dia udah jadi suami aku. Aku masih agak risih tampil terbuka seperti semalam. Gak rela aku dia liat uratku eh maksudnya aurat!

Entah kenapa tangga ini sangat menggoda di mataku. So bod*h amat kalau monster itu marah. Tanpa pikir panjang aku langsung merosot ke bawah dan mendarat dengan sempurna. Setelah itu aku melenggang ria ke meja makan.

"Lama banget, " celetuk suamiku ini saat aku baru duduk di hadapannya.

Aku hanya pura-pura tuli dan bertanya ke bi Lia, asisten rumah tangga kami.

"Masak apa bi? "

"Nasi goreng bu. "

"Panggil Putri aja bi, ketuaan saya di panggil ibu! "

"Tapi bu...."

"Gak papa bi! "

"Yau udah panggil non Putri saja ya? " usul bibi pasrah.

"Ya udah deh bi' itu aja. " Jawabku pasrah.

Ya kali aku mau di panggi ibu. Di pikirnya aku emak-emak yang udah punya anak gitu?

Setelah berdebat dengan bibi masalah panggilan. Aku segera meminta bibi memanggil pak Agus. Dia tukang kebun rumah ini. Umurnya udah tua banget. Tidak lama kemudian bibi beserta pak Agus tiba.

"Ayo duduk bi' pak," kataku yang di sambut gelengan oleh mereka.

"Gak papa bi' kita sarapan bareng biar rame! "

Aku segera bangkit dan mendudukkan pak Agus dan bibi di samping kiri kananku. Setelah itu aku mengambil nasi goreng untuk pak Agus dan bi Lia.

"Pak mau ayam apa telur dadar? "

"Gak usah Non. " Tolak pak Agus halus.

Rasanya aku pengen nangis ingat sama kakek aku yang udah lama mangkat.

"Gak papa kok pak, " jawabku sembari mengambil paha ayam untuk pak Agus.

"Kalau bibi mau apa? "

"Gak usah Non, nanti bibi ambil sendiri! "

"Ya udah. Kalau kamu mau apa? " aku bertanya pada Ares.

Aku gak tau mau panggil dia apa. Lagian baru tadi pagi dia bicara sama aku mana make gedor-gedor pintu segala kek orang mau ngegusur rumah.

"Terserah! " jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari handphone dalam genggamnya. 

Dengan malas aku mengambil nasi goreng serta paha ayam untuknya. G*la ni orang! Apa jangan-jangan dia gak sadar bi Lia sama pak Agus lagi duduk di hadapannya. Aku benar-benar kesal dengannya.

Setelah acara pembagian nasi goreng buat mereka usai. Kami pun sarapan dengan nikmat. Hanya ada suara gemencing sendok dan piring yang terdengar, selain itu semua bisu.

***

Achmad Ares Mahendra POV

Baru kali ini aku bertemu seorang majikan yang mengajak asisten rumah tangganya sarapan bersama, satu meja pula. Aku sih diam saja melihat tingkah Putri ini. Males buat ikut campur urusan dia yang tukang rusuh.

Saat dia nanya. "Kamu mau apa? "

Rasanya tuh aku kayak orang asing padahal ini kan rumahku. Rumah yang aku beli pakai uang dari hasil memeras keringat para karyawanku.

Tanpa memandangnya aku langsung bilang terserah. Mana ada tuan rumah di perlakukan bak tamu asing. Sifatnya itu keterlaluan sekali!

Setelah sarapan aku langsung meninggalkan meja menuju ruang keluarga. Kulihat Bi Lia tengah membereskan meja makan, sementara pak Agus rebutan cuci piring dengan Putri.

Aku gak habis pikir sama tuh anak. Buat apa coba punya pembantu kalau dia masih kerja. Meskipun cuma cuci piring. Aku benar-benar gak ngerti gimana pola pikirnya. 

Setelah berapa lama, Putri menghampiriku dan bertanya.

"Tadi mau ngomong apa? "

"Ikut aku, " jawabku sambil berlalu menuju ruang kerja.

"Duduk! " aku memintanya duduk di hadapanku.

Kemudian menyerahkan selembar surat perjanjian padanya. Di sana telah aku bubuhi tanda tangan di atas materai 6.000. Tinggal tunggu dia tanda tangan maka perjanjian sempurna!

"Apa ini? " tanyanya.

"Baca saja. Bisa baca kan? " jawabku ketus.

Setelah beberapa saat membaca, dia tertawa terbahak-bahak. Ngeselin kan dia. Nyesel deh aku mau di jodohin sama dia.

"Wah tampang aja yang cakep tapi otak kamu kolot juga ya? kita gak lagi main sinetron dan juga gak lagi dalam drama kolosal. Atau jangan kamu lagi mainin peran salah satu novel romantis masa kini, yang temanya nikah kontrak?

Ngapain sih buat perjanjian konyol kayak gini.

Kalau gak suka sama aku tinggal bilang aja! Gampang kok. Aku gak masalah, lagi pula dari awal aku sudah tahu kalau kamu terpaksa menikah dengan aku, dan aku mengerti akan hal itu. Karena aku juga dipaksa waktu itu, sampai harus dibius segala!

Kamu pasti berfikir aku suka sama kamu, sehingga dengan sukarela menikah denganmu. Maaf saja, aku menerima hal ini karena memanfaatkan kesempatan.

Jika menikah dengan orang yang memiliki kemungkinan 0,0001 persen menyukaiku maka aku tidak akan menerima perjodohan ini. Karena bisa repot nantinya.

Aku ingin bebas dan tidak di recoki soal pernikahan di usia ini tahu. Dengan kata lain aku memanfaatkanmu! Cerdas kan aku? " tuturnya panjang lebar dan entah kenapa aku merasa menjadi orang tol*l di hadapnnya!

Tanggapannya membuatku shock sekaligus heran nih cewek manusia apa bukan sih. Gak sakit hati! apa jangan-jangan gak punya hati. Aku pikir tadi dia bakalan nangis sesenggukan. Taunya malah ketawa. Dia kira aku lagi bercanda apa?

"Tapi gak papa deh toh tawarannya lumayan. Mana sini pulpen! "

Mendengar jawaban berikutnya membuatku berfikir dia gadis yang matre. Aku rasa dia mau menerima perjodohan ini karena tau aku kaya raya. Bod*h amatlah yang jelas dia sudah tanda tangan.

Sekarang aku sudah lega setidaknya masalah aku dengannya sudah rampung dan gak akan ada masalah di kemudian hari. Jika dia macam-macam. Aku akan memenjarakan dia dengan adanya surat perjanjian ini.

"Terima kasih dan senang bekerja sama dengan anda! " ujarnya sambil mengulurkan tangan.

Aku dengan malas membalasnya.

"Permisi! " katanya lagi sambil meninggalkan ruanganku.

Gila! aku gak habis pikir dengan dia kok santai amat. Mana make bilang senang berkerjasama. Apa aku yang terlalu drama. Aku merasa sangat bod*h berhadapan dengan tukang rusuh sepertinya.

************

TBC

Giman-gimana?

Suka gak dengan ceritanya?

Mohon dukungannya ya ^_^

Kontrak

Author POV

Putri menaiki tangga dengan mulut bersungut-sungut. Sesekali ia melontarkan sumpah serapah sekaligus kutukan pada suaminya.

Meski terdengar durhaka. Munafik jika Putri tidak marah atau sedih harus di ceraikan. Mana ada orang yang sukarela jadi janda. Janda kembang lagi! Sedikit lucu tapi itulah kenyataan.

Janda kembang? Apa ada yang berfikir seseorang akan berbunga-bunga setelah bercerai dengan suami ganteng dengan karir mantap. Tajir melintir pula! Author sih gak rela yah hohoho. (Curahan hati penulis 🤧)

Putri masuk ke kamarnya dengan membanting pintu. Tapi emang dasar si Putri. Dia selalu saja berfikir positif. Setelah membanting pintu ia malah merasa bersalah karena telah melampiaskan kekesalannya pada benda mati itu.

Membakar rumah sekali pun tidak ada gunanya bagi Putri. Benar-benar orang yang aneh. Putri menghempaskan diri di atas tempat tidur. Kedua tangannya dia rentangkan dan kedua kakinya ia lipat kemudian menyembunyikan telapak kakinya di bawah paha.

Tak lama kemudian ia terlelap dalam damai dengan posisi yang menurut pandangan mata cukup aneh. Bagaimana bisa seseorang tertidur dangan badan terlipat seperti itu, yang ada setelah bangun badan malah encok.

Di lain tempat Ares sedang menapaki tangga menuju kamarnya. Sebelum masuk ke kamarnya, ia sempat mengintip ke dalam kamar sebelah. Di sana di dapatinya sang pemilik kamar sedang terlelap.

"G*la nih cewek aku pikir dia lagi nangis kejer atau setidaknya menghancurkan barang yang ada. Ini malah tidur tanpa beban. Atau jangan-jangan benar lagi! dia cuma mau hartaku!" batin Ares berburuk sangka.

Setelah itu Ares berlalu pergi sesaat setelah menutup pintu perlahan.

***

Putri Qabil Alghani POV

"Huaa..." jam berapa ini aku kalau tidur suka lupa waktu. Bom meledak gak bakal kedengaran juga kalau aku lagi tidur. Ya wajar sih, kan aku bukan anjing penjaga yang walau tertidur telinganya harus tetap terjaga.

Oh ia aku hampir lupa kejadian tadi pagi. Wahaha bisa-bisanya ari-ari itu nyuruh tanda tangan kontrak. Mana isinya ngaco semua lagi. Kalau pun benar mau ceraiin aku, kenapa harus pakai kontrak. Langsung saja kan bisa.

Dasar aneh! Atau emang dasarnya orang-orang kaya kayak gitu kali ya? Terlebih seorang pengusaha kayak titisan iblis satu itu. Emang sih hartanya bejibun tapi otaknya cetek.

Tau gak isi kontraknya apaan. Pertama nih yah paling absurd itu di sana tertera bahwa gak boleh make baju cetek kapan pun dimana pun. Wahaha aneh kan dia. Ya kali aku mau nurutin. Mau make baju apa pun serah aku lah. Toh dia juga gak suka sama aku.

Terus poin selanjutnya. Dia bakal ceraiin aku setelah hak kepemilikan perusahaan ada di tangannya. Lah dia kan seorang CEO terus ownernya siapa?

Poin lainnya nih ya, aku gak boleh ngurusin urusan dia begitupun sebaliknya. Terus aku bebas mau lakuin apa aja asal gak mengganggu ketenangannya. Apa lagi ya? aku lupa abis banyak bangeeeeeet.

Ouh poin terakhirnya itu dia ngelarang aku ngunci kamar sama nyalain alarm. Katanya biar dia aja yang bangunin, soalnya alarm itu mematikan buat dia.

Terserah dia deh setidaknya aku punya jaminan gak bakal kesiangan. Hampir lupa, dia juga nyuruh aku panggil dia Ares bukan nama depannya. Entahlah apa masalahnya dengan panggilan. Kalau bisa sih aku mau panggil dia om aja wahaha.

Tawaran perjanjiannya sih lumayan menggiurkan buat cewek matre tapi aku kan bukan cewek matre. Kalau masalah uang aku bisa cari sendiri. Aku lupa tuh berapa jumlah yang dia janjikan abis nol nya banyak banget.

Yang pasti abis di ceraiin dia bakal tetap biyayain aku sampe aku nikah dan ada orang yang bisa menghidupiku. Males deh, aku mau nikmatin aja apa yang ada hari ini.

Toh aku juga gak tau masih hidup apa kagak sebelum di ceraiin.

Umur kan gak ada yang tahu sama dengan dia yang jadi jodoh nyasarku!

Aku hampir lupa makan sama lupa hari gara-gara perjanjian konyol itu. Hari ini kan minggu jadi aku mau ngerjain tuh si ari-ari. Aku mau pura-pura minta uang sekarang biar dia marah.

Sekarang kan waktu istirahatnya dia dari kesibukan kantor. Kalau aku langsung nyelonong ke kamarnya gak papa kali ya.

Gak butuh ngeluarin keringat buat nyampe di kamarnya. Hahaha ya jelas lah. Orang tinggal migrasi ke kamar sebelah.

"Klek...."

Hihihi (tertawan setan)

Pintunya gak kekunci. Aku cukup kagum dengan dekorasi kamarnya. Bagus juga seleranya. Tapi kok penghuninya gak ada ya?

"Wuaah!!!" hanya itu kalimat yang mampu keluar dari mulutku saat liat Ares keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk mana handuknya pake melorot segala lagi. Kan mata aku jadi ternodai.

Aku buru-buru ngacir kembali ke kamar sebelum melaksanakan niat balas dendamku. Gini-gini aku masih polos ya kali aku mau tinggal pelototin dia di sana.

Waduh gimana nih. Aku bisa di mutilasi sama si ari-ari itu.

Tringg tring...

Siapa sih yang nelfon pada saat begini. Dengan malas aku menggeser tombol hijau kemudian menekan speaker.

"Woii CURUT NGAPAIN KE KAMARKU?!!"

Wadu dari mana tuh ari-ari dapet nomorku. G*la! dia marah. Mana berani aku jawab. Ya kali aku bilang mau balas dendam. Dengan kecepatan cahaya, aku langsung melepas baterei smart phone milikku.

Ya tuhan selamatkan aku dari siksa api neraka dan si ari-ari itu. Dengan gemetar aku sembunyi di balik selimut. Aku meringkuk ketakutan di bawah sana.

Lagian si ari-ari gak bakal bisa masuk soalnya kamar udah aku kunci dan kuncinya aku lelepin di closed. Waduh kok aku jadi bod*h. Gimana caranya aku keluar nanti? huaa aku cuman bisa nangis tapi air mataku kok gak mau keluar ya.

Udah kering kali gara-gara suka nangis pas masih bayi. Lah emang pas bayi aku suka nangis ya? Tapi kan bayi-bayi pada umumnya suka nangis. Apa-apa nangis. Gak bisa langsung ngomong aja gitu apa yang gak dia suka atau apa yang di mau. Gak usah nangis?

Buang-buang kandungan air dalam mata aja.

Aduh kok pikiranku jadi ke sana?

***

Achmad Ares Mahendra POV

Gila tuh mahluk curut! ngapain sih dia masuk kamar orang tanpa permisi. Mana nomornya gak aktif. Awas aja aku bakal tenggelamin dia di samudera hindia biar m*mpus sekalian.

Sumpah lama-lama aku bisa struk tiap hari harus tinggal satu atap sama curut itu. Tapi kalau aku usir mama bisa hapus aku dari kartu keluarga. Mending di coret sih daripada di masukin balik ke perutnya.

Mama kan kadang sadis gitu. Anak satu-satunya aja mau di kandangin. Ya kali aku monyet di kandangin. Genteng gini kok. Aku harus buat perhitungan sama tuh curut satu.

"Woii keluar gak!!!" teriakku di depan kamar Putri.

Sial baru kali ini dia ngunci pintu. Awas aja! dia pikir aku gak punya kunci cadangan apa. Dengan langkah seribu aku langsung menuju kamar mengambil kunci serep kamar yang ditempati Putri.

"Slek...."

Aku membuka pintu kamar dengan kasar. Aku melihat Putri tengah meringkuk di balik selimut. Dengan sekali hentakan selimut itu sudah tergeletak di atas lantai. Aku yang tadinya marah menggebu-gebu merasa iba melihat kondisinya saat ini.

Wajahnya pucat dan badannya gemetar. Melihat keringat bercucuran di wajahnya aku yakin saat ini dia sedang ketakutan.

Apa dia sebegitu takutnya denganku? Sampai segininya!

***

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!