Raja Yun Dae Hoo dan Ratu Han Soo Hwa tak pernah menyangka bahwa hubungan terlarang mereka telah melahirkan sebuah kutukan yang nyata menimpa putra tunggal mereka, Putra Mahkota Yun Jae Hwa..
Flashback
Semua ini bermula dari pertemuan Yun Dae Hoo dan Han Soo Hwa yang tidak disengaja. Pertemuan yang menumbuhkan benih-benih cinta dalam hati keduanya hingga mengabaikan peraturan dan kehendak langit.
Raja Yun Dae Hoo adalah Raja dari kerajaan Pyehan yang terkenal akan kewibawaan dan kebijaksanaannya. Setelah Raja Yun Dae Soo mangkat akibat penyakit yang dideritanya, Raja Yun Dae Hoo secara otomatis menggantikannya ketika usianya baru 16 tahun. Meski masih berusia muda Yun Dae Hoo memiliki sederet prestasi kepemimpinan yang gemilang. Kini Dae Hoo sudah berusia 21 tahun, namun sampai saat ini ia belum mendapatkan calon permaisuri. Berbagai tawaran dari kerajaan lain, para menteri, jenderal namun tidak ada yang mampu memikat hati Dae Hoo.
Kerajaan di sebuah dinasti puluhan tahun yang lalu dibagi menjadi 5 kerajaan besar...kerajaan Pyehan, kerajaan Muyeol, kerajaan Jangsil, kerajaan Hanreum, dan kerajaan Sungji. Selain kelima kerajaan tersebut masih terdapat 20 kerajaan kecil yang berdiri dibawah kelima kerajaan tersebut. Kerajaan Pyehan, Sungji dan Hanreum sudah lama menjalin kerjasama dan persahatan, namun lain halnya dengan kerajaan Muyeol dan Jangsil. Raja Muyeol Yoon Tae San berambisi ingin menjadi satu-satunya kerajaan di masa dinasti itu sehingga tidak habisnya melakukan berbagai cara untuk menaklukan kerajaan-kerajaan besar seperti Pyehan, Sungji dan Hanreum. Sama halnya dengan Raja Jangsil Jung Hang Dan, karena dendam akan penolakan dari putri kerajaan Hanreum Dae Ha Ri yang lebih memilih menikah dengan Pangeran So Ji Woo dari kerajaan Sungji. Sebenarnya Jung Han Dan hanya memusuhi kedua kerajaan tersebut namun karena kerajaan Pyehan bekerjasama dengan kedua kerajaan tersebut ia menganggap kerajaan Pyehan sebagai ancaman yang akan membantu kerajaan Sungji dan Hanreum.
Kerajaan Pyehan terkenal akan kehebatan pasukan dan strategi perangnya. Yun Dae Hoo selain mahir dalam pemerintahan juga lihai dalam mengatur strategi dalam perang. Ketrampilan bela diri, pengetahuan dan wawasan yang luas ditambah dengan wajah yang rupawan tidak heran mampu memikat siapapun wanita yang melihatnya, Han Soo Hwa salah satunya. Seorang manusia biasa yang mampu memikat hati seorang dewi tentulah sangat istimewa dan luar biasa, namun bagi langit itu adalah sebuah petaka yang merenggut kebahagiaan mereka nantinya.
Han Soo Hwa bukanlah orang biasa, dia adalah seorang dewi dari kerajaan langit. Soo Hwa adalah dewi Alam yang ditugaskan menjaga keseimbangan alam dibumi. Sebagai seorang dewi tentu parasnya yang indah dan tampilan fisik yang menawan berbeda dari manusia biasa dibumi mampu memikat siapapun. Sebenarnya Soo Hwa memiliki rambut berwarna putih, dengan pupil mata berwarna biru, namun ketika berada dibumi rambut Soo Hwa berubah menjadi hitam dengan beberapa helai warna biru dan berpupil mata cokelat.
Suatu hari saat hari perburuan kerajaan Pyehan di hutan utara Donggi (perbatasan wilayah kerajaan Pyehan dan Hanreum)..
Raja Dae Hoo memerintahkan pasukan untuk berpencar selama perburuan. Raja ditemani pengawal pribadinya Cha Ji San serta 3 pengawal lainnya. Setelah berpencar mereka menelusuri hutan dengan berhati-hati menelisik hewan buruan yang mungkin bisa mereka temukan didepan mereka. Pendengaran Dae Hoo menangkap sebuah pergerakan, dengan cepat ia melihat seekor rusa yang tengah asik menikmati daun-daun segar yang tidak jauh dari tempatnya ia berdiri saat ini. Senyum tipis merekah di wajah Dae Hoo yang sangat bersemangat menangkap rusa buruannya, ia mengendap-endap sambil memegang anak panahnya dengan mata elangnya memicing memburu rusa tersebut.
SREETTTT...anak panah Dae Hoo melesat tepat ketubuh rusa, rusa tersebut perlahan ambruk dengan darah bercucuran akibat terkena anak panah. Setelah memastikan hewan buruannya tak bergerak Dae Hoo memerintahkan pengawalnya untuk membawa rusa tersebut ke perkemahannya.
"Kalian bertiga bawalah pulang rusa itu ke perkemahan..aku ingin berjalan-jalan sebentar disekitar sini",ucap Dae Hoo.
"Tapi Yang Mulia.."
"Pergilah..aku bersama Ji San..kalian tidak perlu khawatir", potong Dae Hoo.
"Baik Yang Mulia", ketiga pengawal tersebut membungkuk hormat dan berjalan pergi.
" Apa yang ingin Yang Mulia lakukan?", Ji San penasaran
"Ahh..aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar..ku dengar disini ada mata air yang indah..aku mau beristirahat disana", Dae Hoo berjalan kedepan sambil melihat sekeliling. Tiba-tiba terlintas pikiran jahilnya untuk menguji Ji San.
"Ji San bagaimana jika aku menantangmu menemukan mata air itu?jika kau cepat sampai menemukan mata air itu terlebih dahulu aku akan memberikan hadiah padamu tapi jika kau kalah kau harus menuruti apapun yang kuinginkan", ucapnya sambil menoleh ke arah Ji San.
"Yang Mulia bagaimana bisa hamba berani menantang Yang Mulia..tentunya tidak ada yang menjaga Yang Mulia jika hamba harus berlomba menemukan mata air tersebut dengan Yang Mulia..bukankah hamba selalu menjalankan setiap perintah dan keinginan Yang Mulia", Ji San kebingungan.
"Haisss..kau itu..memangnya aku anak kecil tiap kali harus dijaga..hutan ini masih diwilayah Pyehan juga..tidak akan ada yang terjadi padaku..kau ini benar-benar pengawal pribadi yang tidak asik", Dae Hoo sedikit mendengus.
"Tapi.." belum sempat menyelesaikan kata-katanya Ji San melihat Dae Hoo sudah berlari menjauhinya dengan secepat kilat.
"Yang Mulia" teriak Ji San sambil berlari menyusul.
"Tawaranku masih berlaku..ayo siapa cepat dia dapat..hahahaha", teriak Dae Hoo dari kejauhan.
"Yang Mulia ini" gumam Ji San sambil terus berlari. Ji San terus mempercepat langkahnya, ia sangat khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada junjungannya nanti yang pergi tanpa pengawalan.
Dae Hoo sudah menghilang jauh dalam hutan. Matanya terus melihat ke segala penjuru untuk menemukan mata air tersebut. Perlahan ia mulai mengurangi kecepatan larinya, tiba-tiba langkahnya terhenti. Samar-samar ia mendengar suara seorang perempuan tertawa tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia mencoba
mencari sumber suara tersebut dengan langkah perlahan-lahan dan hati-hati sambil tetap mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Sesaat langkahnya terhenti ketika menemukan sumber suara tersebut.
Sungguh pemandangan yang menakjubkan..Dae Hoo terpana dengan pemandangan yang ia temukan didepannya..terlihat sumber mata air yang sangat indah...namun bukan itu saja yang membuatnya takjub..
"Sangat indah dan menawan", Dae Hoo masih terpaku tak mengedipkan mata melihat pemandangan didepannya itu.
Hi, sobat readers..cerita yang ditulis ini murni hanya fiktif dan dikarang ya..tidak ada sangkut paut dengan sejarah korea..so, sobat readers harus bijak dalam membaca. Yuk ikuti kelanjutannya..
Pemandangan yang sangat indah didepan Dae Hoo adalah sesosok perempuan dengan rambut hitam bercampur biru tergerai..wajahnya begitu menawan..dengan pupil mata cokelat..bibir tipis dengan senyuman yang memperlihatkan gigi putih yang berjajar rapi..kulit yang putih dan halus..tubuh ramping yang berbalut kain putih yang panjang..Ya..gadis itu adalah Han Soo Hwa..ia berdiri dipinggir mata air bersenda gurau dengan beberapa burung di sekelilingnya. Gadis itu belum sadar jika ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya dari jauh..
"Deg..deg..deg..deg.." dada Dae Hoo berdegup..ia terpesona dengan sosok didepannya..baru pertama kali ini dalam hidup Dae Hoo merasakan getaran aneh yang mendebarkan dalam hatinya. Sudah banyak wanita yang pernah Dae Hoo temui dalam hidupnya namun ia tak pernah merasakan debaran-debaran aneh menyusupi hatinya seperti saat melihat gadis didepannya itu.
Perlahan Dae Hoo mendekat ke arah gadis itu namun tidak sengaja ia menginjak ranting kering sehingga menimbulkan suara.."Kretakk"
Burung-burung disekeliling gadis itu tersadar mendengar gangguan tersebut dan segera berhambur pergi, gadis itu akhirnya tersadar dan segera melesatkan pandangannya ke arah suara yang menakuti burung-burung itu..pandangan mereka bertemu..ia mendapati sesosok laki-laki yang rupawan yang tengah mengamatinya sedari tadi..sejenak gadis itu terpesona..ia merasakan debaran dihatinya..
"Ahemm.."deheman Dae Hoo memecahkan kesunyian diantara mereka.
"Engg..siapa tuan?sejak kapan tuan berada disini?" , segera Soo Hwa menundukkan pandangan dan melempar pertanyaan kepada Dae Hoo.
"Maaf jika kehadiranku menganggu nona..perkenalkan aku Yun Dae Hoo..aku sedang berjalan-jalan mencari mata air ini..dan kebetulan ketika aku mendengar suara nona akhirnya menuntunku sampai disini", balas Dae Hoo dengan sopan.
"Kalau boleh aku tau siapa nona ini?kenapa nona ada dihutan sendirian?" tambah Dae Hoo.
"Ahh..ya..perkenalkan namaku Han Soo Hwa..dan aku memang tinggal dihutan ini tuan", jawab Soo Hwa lembut.
"Tinggal dihutan ini??", Dae Hoo kaget, bagaimanapun seorang wanita tinggal dihutan adalah sebuah hal yang tidak biasa bagi Dae Hoo mengingat masih banyak binatang buas yang berkeliaran dihutan ini.
"Iya tuan"
"Dengan siapa kiranya nona tinggal dihutan ini?"
"Hamba tinggal sendiri tuan"
"Sendirian??????", Dae Hoo terperangah tak percaya..bagaimana mungkin seorang gadis cantik seperti dia tinggal dihutan sendirian..apa ini masuk akal?atau jangan-jangan gadis ini gadis jadi-jadian? Batin Dae Hoo sedikit bergidik ngeri.
"Iya tuan?Ada apa tuan?" Soo Hwa sedikit tertegun dengan ekspresi wajah Dae Hoo.
"Ahh..tidak apa-apa..hanya saja aku sedikit terkejut karena ada gadis yang sangat berani tinggal sendirian didalam hutan seperti ini..apa kau tidak takut nona?sudah berapa lama nona tinggal dihutan ini?" selidik Dae Hoo.
"Tentu tidak tuan..bagi saya alam ini adalah keluarga..saya senang bisa menjaga dan melindunginya...saya tinggal disini sudah sangat lama tuan", jelas Soo Hwa.
'Alam adalah keluarga?Menjaga dan melindungi?sudah lama dihutan?', berbagai pertanyaan timbul dibenak Dae Hoo..'jika dia sudah tinggal dihutan ini sangat lama tapi kenapa beberapa tahun yang lalu saat musim berburu aku tidak pernah bertemu dengannya?jangan-jangan dia ini bukan manusia' gumamnya lagi.
"SYUUTTT.."seseorang melesat tepat dibelakang Dae Hoo.
"Yang Mulia" sebuah suara membuat Dae Hoo tersentak dari lamunannya. Soo Hwa pun juga tak kalah kagetnya dengan Dae Hoo ketika melihat seseorang datang dengan tiba-tiba. Mereka serempak mengarahkan pandangannya ke arah orang itu.
'Siapa dia' batin Soo Hwa.
Ya..siapa lagi jika bukan Ji San. Akhirnya dia menemukan junjungannya itu.
"Heh..kau kalah Ji San", ejek Dae Hoo melihat kemunculan Ji San.
"Hamba mengaku kalah Yang Mulia"
"Hemmm", Dae Hoo sembari tersenyum tipis.
"Ehem..Nona perkenalkan dia Ji San pengawal pribadiku"
Soo Hwa dan Ji San saling menundukkan kepala menghormati satu sama lain.
"Apakah tuan ini seorang raja?", Soo Hwa sedikit tertegun saat Ji San memanggil Dae Hoo dengan sebutan Yang Mulia.
"Ahh..ya..aku raja dari kerajaan Pyehan", tukas Dae Hoo.
"Engg Hormat hamba Yang Mulia..maafkan atas kelancangan hamba..", Soo Hwa merendah.
"Ahh nona tidak apa-apa..nona tidak perlu seformal itu padaku..panggillah aku seperti tadi saja"
"Baik tuan..terima kasih"
"Apakah nona berkunjung ke ibukota?, selidik Dae Hoo. Ji San hanya diam dibelakang junjungannya sambil mendengarkan pembicaraan Dae Hoo dan Soo Hwa.
"Engg..iya tuan..saya berkunjung ke ibukota untuk membeli beberapa kebutuhan saja tuan", Soo Hwa sedikit gugup..tentu saja..Soo Hwa bukan manusia biasa..dia seorang dewi..tidak pernah berinteraksi dengan keramaian manusia..makan dan minum bahkan tempat tinggal bisa ia dapatkan secara mudah dengan pulang ke kerajaan langit. Ia tidak tahu dan tidak pernah belajar bagaimana kehidupan manusia dibumi, Raja Langit hanya memerintahkan Soo Hwa turun ke bumi untuk menjaga alam. Saat ini pun bertemu dengan Dae Hoo dan Ji San merupakan kali pertama baginya. Sebenarnya Soo Hwa sangat ingin mengetahui seperti apa kehidupan dibumi dan bagaimana cara hidup seperti manusia dibumi. Namun selama ia tinggal dibumi belum sekalipun ia pernah bertemu manusia.
"Benarkah?kalau begitu bagaimana jika saat perayaan festival lampion dikerajaan Pyehan tepatnya 3 hari lagi nona berkunjung ke istana Pyehan..aku akan sangat senang jika nona bersedia datang", Dae Hoo berbinar.
"Ahh..ya..terima kasih tuan atas undangannya..tapi perayaan lampion apa itu tuan?", Soo Hwa tak paham.
"Perayaan festival Lampion itu menerbangkan Lampion pada malam hari dengan menuliskan setiap harapan pada lampion itu..seperti jika mereka memiliki harapan akan pasangan maka harapan itu akan terkabul", jelas Dae Hoo sedikit merona.
"Lampion?ahh..semacam kertas permohonankah tuan?" Soo Hwa bertanya dengan polosnya.
"Ahh..bukan..seperti balon udara..tapi terbuat dari kertas dan diterbangkan menggunakan sumbu minyak yang diberi api..dikertas yang membungkus lampion itu kita menulis harapan", Dae Hoo sedikit bingung menjelaskan karena sebenarnya dari dulu ketika perayaan festival lampion dia tidak pernah tertarik untuk hal-hal sepele semacam itu..dan mungkin saja itu hanya akal-akalan Dae Hoo untuk bisa bertemu Soo Hwa lagi.
'Ada apa dengan Yang Mulia?', batin Ji San sambil mengernyitkan dahinya. Bagaimanapun Ji San telah mengabdi lama sejak Dae Hoo dan dia masih sama-sama berumur 7 tahun, tentunya ia lebih kenal dengan sifat dan kebiasaan junjungannya. Ia tahu bahwa Rajanya tidak pernah tertarik dengan hal-hal yang membuang waktu seperti itu. Sepertinya Ji San bisa mengambil sedikit kesimpulan jika junjungannya ini memiliki ketertarikan dengan gadis itu.
"Engg..." Soo Hwa masih belum bisa menjawab Dae Hoo. Sebenarnya ia penasaran dengan apa yang disebut perayaan festival lampion tapi dia belum siap untuk bertemu dengan banyak manusia di keramaian.
"Bagaimana nona Soo Hwa?" Dae Hoo sangat berharap Soo Hwa tak menolak.
"Engg baiklah tuan..saya akan datang"
Tentu saja mendengar jawaban Soo Hwa hati Dae Hoo sangat senang..wajahnya berbinar..ia pun tersenyum sambil memandang Soo Hwa. Soo Hwa yang ditatap dengan senyuman indah Dae Hoo menunduk malu. Keduanya menjadi salah tingkah.
Sekejap suasana menjadi hening..sebelum akhirnya Ji San memecah suasana canggung itu.
"Yang Mulia sudah saatnya kita kembali ke perkemahan..hari sudah semakin sore..hamba takut para bangsawan dan pengawal mengkhawatirkan Yang Mulia", ucap Ji San.
"Ahh..ya..kita harus kembali" sejenak pandangan Dae Hoo memandang ke arah Soo Hwa..rasanya berat untuk pergi dari sana..ia baru saja bertemu dengan gadis yang menggetarkan hatinya..apakah ia bisa bertemu dengan gadis itu kembali disini..Dae Hoo mematung melihat Soo Hwa..Soo Hwa yang sedari tadi menyadari tatapan itu hanya menunduk malu.
"Yang Mulia?" Ji San memecahkan lamunan Dae Hoo. Dae Hoo segera tersadar dari lamunannya dan beralih memandang Ji San.
"Baiklah kita akan kembali Ji san..eumm..nona aku dan pengawalku akan kembali..3 hari lagi di sore hari Ji San akan menjemputmu ditempat ini"
"Baik tuan..selamat jalan..hati-hati tuan", Soo Hwa membungkuk menghormat.
Dae Hoo dan Ji San bergegas berjalan meninggalkan Soo Hwa dibelakang..Soo Hwa memandang punggung Dae Hoo hingga si pemilik punggung itu hilang dari pandangannya.
Yah..pertemuan singkat itu sangat membekas dihati Dae Hoo dan Soo Hwa..ingin rasanya mereka segera melewati 2 hari setelah itu..
Gaess tunggu kelanjutannya ya..jangan lupa like and comment yah..
Hari itu tiba...
Ji San bergerak menjemput Soo Hwa dihutan sesuai perintah Dae Hoo, sementara Dae Hoo mununggu mereka didekat gerbang kota tentunya dengan penyamaran yang tidak diketahui banyak orang. Ji San membawa 2 ekor kuda, Dae Hoo tidak menyiapkan kereta kuda karena Ia sengaja pergi sembunyi-sembunyi untuk bertemu Soo Hwa, akan lebih bebas jika menaiki kuda.
Ji San sudah bertemu dengan Soo Hwa, ia kemudian membantu Soo Hwa menaiki kuda. Kuda Dae Hoo jinak sehingga tidak menyulitkan Soo Hwa menaikinya. Mereka segera bergegas ke ibukota. Namun saat diperjalanan menuju ibukota sekelompok bandit menghentikan laju kuda mereka.
"Berhenti!!!jika kalian ingin hidup serahkan harta kalian dan serahkan wanita itu juga!!!"perintah ketua bandit itu sambil tersenyum menyeringai melihat kecantikan Soo Hwa.
"Coba saja kalau kalian bisa" ,ucap Ji San datar.
Ji San melompat dari kudanya. Para bandit yang berjumlah 10 orang itu segera mengepung Ji San. Terjadilah pertarungan sengit antara Ji San dan para bandit, tentu saja hal itu bukan masalah besar bagi Ji San, sebagai pengawal pribadi Raja tentu keahlian pedang dan bela diri Ji San sudah tidak perlu diragukan lagi. Perlahan satu per satu bandit itu tumbang..masih tersisa 5 orang.
Soo Hwa masih berada diatas kuda sebenarnya ingin sekali membantu Ji San namun ia takut jika dia mengungkapkan kekuatannya untuk melawan manusia Raja Langit akan tahu dimana keberadaanya saat ini. Raja Langit sebenarnya telah melarang Soo Hwa berhubungan dengan manusia dibumi selama menjalankan tugasnya..namun karena rasa kesepiannya dihutan ia mengabaikan perintah rajanya.
SRINGGGGG.........SRANGGG.......BUGH....BUGH..akhirnya Ji San berhasil mengalahkan para bandit itu..mereka yang masih tersisa lari terbirit-birit.
Ji San segera naik kekudanya lagi dan mengangguk ke Soo Hwa tanda perjalanan segera lanjutkan.
Sesampainya digerbang ibukota..
"Yang Mulia", Ji San turun dari kudanya dan segera menghormat pada Dae Hoo.
"Ssstttt kau ini..jangan panggil aku ditempat umum seperti itu..panggil tuan seperti biasa kalau kita sedang diluar", dengus Dae Hoo.
"Baik tuan, Maafkan hamba"
"Hemmm" jawab Dae Hoo, ia pun segera mengalihkan pandangannya ke Soo Hwa.
"Deg" jantung Dae Hoo berdetak. "Can..cantik" tak sengaja keluar kata dari Dae Hoo yang terpaku memandang Soo Hwa.
Malam itu Soo Hwa terlihat sangat cantik dengan memakai kain berwarna merah muda dengan rambut hitam campur biru yang tergerai indah..Soo Hwa hanya memakai tusuk konde perak berbentuk bunga teratai yang melilit rambutnya sedikit. Bagaimanapun ia seorang dewi..tak berhias sedikitpun tak memudarkan kecantikannya.
"Tu..tuan", Soo Hwa tersipu dengan perkataan Dae Hoo, walaupun hampir tak terdengar tapi jelas Soo Hwa masih mendengarnya. Seketika suasana menjadi canggung. Dae Hoo tak berhenti menatap Soo Hwa..membuat Soo Hwa semakin merona dan malu.
"Ahemm" Ji San segera menyadarkan Dae Hoo yang sedari tadi menatap Soo Hwa tak henti-hentinya.
Dae Hoo yang tertangkap basah sedikit gelagapan mendengar deheman Ji San. Segera ia mengulurkan tangannya membantu Soo Hwa turun dari kuda.
"Terima kasih tuan", Soo Hwa sedikit malu.
"Ji San kau awasi aku dari jauh..aku dan nona Soo Hwa akan berjalan-jalan disekitar sini sebelum perayaan dimulai", yah..jelas itu kalimat usiran untuk Ji San. Ia tidak mungkin akan membuntuti Dae Hoo terus menerus, seperti obat nyamuk saja nanti.
"Baik tuan".
Saat berjalan ditengah-tengah kerumunan pasar Soo Hwa benar-benar takjub. Suasananya benar -benar berbeda dari Kerajaan Langit, dikerajaan langit semua keinginan para dewa dewi selalu terpenuhi tanpa harus pergi ke pasar untuk membeli. Soo Hwa benar-benar tak mengerti apa gunanya benda-benda yang dijual dipasar itu seluruhnya.
Sepanjang perjalanan banyak sekali yang berbisik-bisik memuji-muji keindahan tampilan Soo Hwa. Soo Hwa tak henti-hentinya menyapa dan tersenyum. Tak sedikit laki-laki mata keranjang yang melihatnya dengan tatapan nafsu. Soo Hwa yang terlalu polos menyapa dengan senyum merekah tak tahu jika Dae Hoo dari tadi sudah jengah dan jijik melihat pelototan para lelaki mata keranjang, ia berusaha menutupi tubuh Soo Hwa dibelakangnya.
"hush..hush..hentikan tatapan menjijikkan kalian..huh benar-benar tidak tahu malu!!", Dae Hoo sangat kesal.
Dae Hoo akhirnya gerah dengan kelakuan para lelaki mata keranjang itu. Ia kemudian menyeret tangan Soo Hwa ke sebuah toko, Dae Hoo membelikan Soo Hwa cadar tipis warna merah muda.
"Apa ini tuan?"
"Pakailah ini agar tidak banyak laki-laki yang ingin memakanmu!!", Dae Hoo memasangkan cadar itu ke wajah Soo Hwa. Soo Hwa tersipu melihat wajah Dae Hoo yang sangat dekat saat memasangkan cadar ke wajahnya.
"Te..terima kasih tuan", Soo Hwa sedikit tergagap.
"Baiklah...sekarang ayo kita membeli lampion, perayaan akan segera dimulai", Dae Hoo berjalan dengan tanpa sadar terus menggenggam tangan Soo Hwa. Wajah Soo Hwa menjadi semakin merona dibalik cadarnya. Bagi sang dewi Soo Hwa, ini adalah pertama kalinya seorang laki-laki menggenggam tangannya begitu erat, sungguh mendebarkan.
...
"Bagaimana?apakah ada pergerakan dari Dae Hoo?", seorang laki-laki tampan disebuah ruangan tertutup dengan penerangan yang sedikit redup, terlihat pakaian bangsawan melekat ditubuhnya.
"Lapor pangeran Dae Jun hamba melihat Raja sedang berada dipusat kota bersama seorang gadis", laki-laki berpakaian hitam itu berbisik didekat telinga.pangeran Dae Jun.
"Bersama seorang gadis?huh..menarik..
"Bagaimana dengan pengawal pribadinya?"
"Pengawal pribadi raja mengawasinya dari kejauhan..kami akan mengalihkan perhatiannya dengan mengirim 10 orang untuk mengulur waktu"
"Bagus...pancing mereka ke hutan..bunuh Dae Hoo..buat seolah-olah dia mati diterkam harimau..jangan biarkan dia lolos kali ini..dan jangan lupa bawa gadis yang bersamanya itu padaku hidup-hidup!!", pangeran Dae Jun tersenyum menyeringai.
"Baik pangeran, hamba pamit undur diri"
Pangeran Dae Jun melambaikan tangan tanda setuju..
'Aku akan merebut semua milikmu Dae Hoo..kali ini kau akan mati', batin Dae Jun sembari mengepalkan tangannya dan tersenyum menyeringai.
Yah sudah bukan rahasia lagi jika disetiap kokohnya tembok istana..persaingan diantara para pangeran untuk memperebutkan tahta selalu terjadi..berbagai cara dilakukan untuk menyingkirkan Raja dan pewarisnya yang sah, pangeran Dae Jun adalah salah satunya, ia merupakan putra selir pertama Na Ju yeon dengan raja Yun Dae Soo.
Raja Yun Dae Soo menikah dengan Permaisuri Baek Shin Ye dan memiliki 1 orang putra dan 1 orang putri kembar, Raja Yun Dae Hoo dan putri Yun Dae Yeon.
Raja Yun Dae Soo memiliki 2 orang selir lain.. Yaitu selir pertama Na Ju yeon dan selir kedua Su Ga Eun. Selir Na Ju Yeon memiliki 2 putra dan 1 putri, pangeran Yun Dae Jun, pangeran Yun Dae Mo dan Putri Yun Dae Bi. Sedangkan selir Su Ga Eun memiliki 2 putra yaitu pangeran Yun Dae Gu dan pangeran Yun Dae Woo.
Selain pangeran Dae Jun yang berambisi menduduki tahta, pangeran Yun Dae Gu juga sama menginginkannya. Selir pertama juga sama piciknya dengan pangeran Dae Jun, berbeda dengan selir kedua yang bersifat lembut dan baik hati. Para pangeran dan putri lain tidak berminat sama sekali dengan urusan kerajaan. Setelah raja Dae Soo mangkat, para selir beserta anak-anaknya harus kembali kekediaman mereka dulu. Hal ini mempermudah gerakan mereka dalam merencanakan segala kejahatannya untuk menyingkirkan Dae Hoo. Rencana pembunuhan kali ini juga bukan pertama kalinya terjadi, rencana itu bahkan sudah dilakukan sejak Dae Hoo masih dalam kandungan permaisuri.
Dipusat kota Pyehan, perayaan festival lampion akan segara dimulai, sekelompok pria berbaju hitam dengan wajah tertutup sebagian bergerak diantara para pengunjung, mereka mengawasi Dae Hoo dengan hati-hati.
Ji San menyadari adanya pergerakan yang mencurigakan dari beberapa pengunjung perayaan. Pandangannya segera tertuju pada Rajanya. Ia segera bergerak mendekat, namun langkahnya tiba-tiba dihentikan oleh beberapa orang berpakaian hitam, sadar bahaya mengancam rajanya Ji San segera berlari kearah lain untuk memberi rajanya peringatan ada bahaya sedang mengintainya, namun lagi-lagi langkahnya diblokir oleh orang-orang berpakaian hitam yang muncul dari arah lain, Ji San terkepung.
"Huh..sial!!", geram Ji San.
,,,,
"Apa yang kau tulis dikertas lampion itu Soo Hwa?", Dae Hoo penasaran.
"Engg...hanya permintaan kecil tuan"
"Ssshhh..bisakah kau memanggilku Dae Hoo saja..aku lebih nyaman jika mendengar kau memanggilku seperti itu"
"Emm..baiklah Dae Hoo" , Soo Hwa sedikit canggung.
"Baiklah..ayo kita terbangkan lampion ini bersama-sama", Dae Hoo bersemangat. Mereka pun melepaskan lampion dari tangan masing-masing perlahan dan menatap lampion-lampion yang perlahan-lahan berterbangan menghiasi langit malam.
"Wahhh..sangat indah", Soo Hwa terpukau dengan indahnya pemandangan malam itu.
"Benar sangat indah..indah seperti dirimu Soo Hwa", ucap Dae Hoo sambil tersenyum memandang Soo Hwa. Soo Hwa tersentak mendengar perkataan Dae Hoo barusan..dia tersipu dan segera menundukkan pandangannya dari tatapan Dae Hoo. Dae Hoo tersenyum melihat tingkah Soo Hwa, perlahan Dae Hoo meraih tangan Soo Hwa dan mengecup punggung tangan itu dengan lembut...Ia pun menatap Soo Hwa dengan penuh kelembutan..membuat Soo Hwa semakin tersipu malu.
Pandangan dan senyum Dae Hoo tiba-tiba teralih oleh beberapa orang yang sepertinya sedang mengawasinya dari jauh..curiga ada yang tidak beres Dae Hoo segera menggenggam tangan Soo Hwa dan menariknya menjauh dari kerumunan. Soo Hwa sedikit terkejut.
"A...ada apa Dae Hoo?", tanya Soo Hwa.
Langkah Dae Hoo terhenti sejenak.."Sepertinya ada yang sedang mengawasi kita..kita harus segera mencari tempat yang aman", Soo Hwa menggangguk dan Dae Hoo segera menggandengnya berjalan menjauh. Para pengintai segera berlari menyusul mereka berdua dari berbagai arah..mereka memblokir setiap jalan menuju istana..mereka sengaja melakukannya agar memancing Dae Hoo kearah hutan. Benar saja Dae Hoo dan Soo Hwa terpojok..mereka pun tidak ada pilihan lain selain berlari keluar gerbang keluar kota Pyehan menuju arah hutan.
"Ahhhh..Sial..mereka pasti sudah merencanakan ini!!", geram Dae Hoo sambil terus berlari bersama Soo Hwa. Ia kemudian mengeluarkan suar merah tanda bahaya yang dilemparkan ke atas langit agar para pengawal bayangannya tahu ada bahaya yang mengincar rajanya.
Sementara itu ditempat lain...
"SRINGGGG...SRAATTTT...BUGHH...BRUKKKK...AKHHHH"
"SRATTT......BRUKK......BUGHH..AKHHHH"
Suara itu terus berulang..Ji San terus melawan sengit dan membabi buta..ia benar-benar harus segera menyingkirkan para penghadang dengan cepat agar segera bisa menyelamatkan rajanya. Rasa khawatir bercampur marah akan yang terjadi pada junjungan terlihat jelas...'berani-beraninya para pengkhianat ini mengincar Yang Mulia'.
Hi gaess..apa ya kelanjutannya?apakah Dae Hoo akan mati?yuk simak terus..jangan lupa like dan komentarnya yahhhh....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!