NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Duda Tampan

Prolog

Semua kisah yang ada didalam cerita ini hanyalah fiksi belaka.Mohon maaf bila ada kesamaan cerita,nama,dan tempat.

###############################

Febby Safitri

Anak pertama dari dua bersaudara. Dia masih kuliah dan berusia 20 tahun. Memiliki sifat yang keras kepala, cuek, hangat dan peduli terhadap orang orang yang dia sayangi. Namun semenjak ayahnya jatuh sakit,dia terpaksa berhenti kuliah guna menggantikan peran ayahnya menjadi tulang punggung keluarga.

Febby Safitri.

Dea Rosalina

Adik dari Febby Safitri. Umurnya 16 tahun dan masih duduk di bangku SMA. Sifatnya yang periang dan suka usil selalu sukses membuat orang yang diganggunya naik darah.

Mereka hidup bertiga dengan ayahnya yang bernama Yahya Mahardika. Ibunya sudah lama meninggal sejak Dea masih kecil. Sebenarnya ayah Febby dulu adalah seorang pengusaha kaya. Namun meskipun begitu Pak Yahya selalu mengajarkan hidup sederhana dan mandiri kepada putri putrinya.

Sampai pada akhirnya dia jatuh bangkrut. Dan bersamaan dengan itu dia jatuh sakit yang ternyata mengidap Kanker Otak stadium 4. Semenjak saat itulah Febby terpaksa berhenti kuliah dan menggantikan peran ayahnya mencari nafkah.

Hingga pada suatu saat sakit ayahnya semakin parah yang mengharuskan ayahnya untuk segera di operasi.

Dea Rosalina

"Kakak cepat kemari, keadaan ayah semakin memburuk kata dokter harus segera dioperasi," ucap Dea dengan sesenggukan ditelepon.

"Iya sebentar lagi kakak pulang, ini lagi beres beres mau pulang."

Febby sangat bingung harus bagaimana, uang dari mana buat biaya operasi ayahnya, sedangkan gajian dia bulan ini saja sudah diambil lebih dulu buat biaya perawatan ayahnya.

Apa mungkin aku harus pinjam lagi sama bos ya, tapi dia kan pelit mana boleh.

Febby berusaha mencari bantuan dari sahabat sahabatnya dan juga teman teman kuliahnya. Hanya Tary yang memberinya pinjaman, namun itupun tidak cukup untuk biaya ayahnya. Tary adalah sahabat terdekat Febby sejak mereka masih SMP.

"Maaf ya aku cuma bisa bantu segini."

"Iya gapapa kok Tar, aku malah berterima kasih banget kamu sudah berbaik hati memberi aku pinjaman, makasih ya."

Aku minta bantuan kesiapa lagi ya, oh iya Neddy.

Akhirnya Febby berusaha menelfon Neddy namun Neddy tidak bisa dihubungi, nomornya tidak aktif. Neddy Mahesa adalah salah satu teman masa kecil Febby.

Febby memberanikan diri datang kekantor Neddy untuk menemuinya langsung karena tidak dapat dihubungi lewat telefon.

"Permisi mbak, apa pak Neddy nya ada?" tanya Febby kepada resepsionis.

"Ada mbak, ada yang bisa saya bantu?" jawab resepsionis itu dengan sopan.

"Saya ingin bertemu dengan dia, bilang nama saya Febby."

"Oh iya baiklah." Resepsionis itu menghubungi atasannya bahwa Febby ingin bertemu dengannya. Setelah mendapat izin dari atasannya akhirnya Febby diperbolehkan menemui Neddy.

"Mari mbak saya antar keruangannya." Resepsionis itu mengantarkan Febby sampai depan pintu ruangan Neddy.

"Iya makasih."

Sesampainya didalam ruangan Neddy, dia disambut dengan sangat baik oleh Neddy. Namun didalam ruangan itu ternyata ada ayahnya Neddy. Febby jadi bingung jika harus mengatakan maksud kedatangannya didepan ayahnya Neddy. Sampai akhirnya Febby memutuskan untuk mengurungkan niatnya dari maksud kedatangannya dan memilih untuk pulang saja.

"Hai Elsaku tumben banget datang kesini, pasti ada sesuatu yang penting ya."

"Emm tidak kok, tadi aku cuma kebetulan lewat depan kantor kamu jadi aku mampir," jawab Febby mencari alasan dengan senyuman manisnya.

"Kenapa harus berbohong, aku tahu wajahmu itu tidak bisa berbohong tau."

"Enggak kok aku serius cuma mau mampir saja. Tapi sepertinya aku mengganggu kalian ya, maaf ya Om aku mengganggu," sambil menundukkan wajahnya dan langsung keluar tanpa permisi.

Neddy berniat ingin mengejarnya, namun dicegah oleh ayahnya. Ayahnya memberi saran sebaiknya Neddy menemuinya nanti setelah semua pekerjaannya yang menumpuk itu selesai. Neddy hanya bisa mengiyakan saran dari ayahnya meskipun sebenarnya dia ingin mengejar Febby.

"Kenapa dia langsung pergi sih liat Papa," gerutu Neddy sambil pasang wajah cemberut didepan Papanya.

Ayahnya hanya terkekeh dengan tingkah anaknya. "Mungkin dia malu sama papa."

Febby akhirnya memutuskan untuk ke Rumah Sakit menemui adiknya dan juga ayahnya. Dia melihat adiknya masih duduk disisi ranjang ayahnya sambil menangis.

Perlahan Febby mendekatinya dan memeluknya. " Kak bagaimana, apa kakak sudah mendapatkan uangnya untuk biaya pengobatan ayah? "

"Belum maafkan kakak. Ya sudah kamu jaga ayah ya, kakak akan mencari uangnya," jawab Febby menenangkan adiknya.

Aku harus mendapatkan uang entah bagaimana caranya.

Akhirnya Febby pergi meninggalkan adiknya Dea dan berjalan keluar area Rumah Sakit untuk mencari pekerjaan tambahan. Tiba tiba "Aauuuuu ..." jerit Febby bersamaan dengan seorang laki laki bertubuh kekar dan juga tampan.

"Apa kau tidak punya mata hah," bentak laki laki itu sambil menatap Febby tajam.

Dia adalah tuan Angga Wijaya pemilik perusahaan terbesar dan ternama dikota X. Sifatnya dingin, kasar dan juga kejam.

"Maa ... maaf saya tidak sengaja maafkan saya tuan," ucap Febby sembari menundukkan kepala mengakui kesalahannya.

"Haha maaf katamu enak saja kau bilang maaf apa kau tidak liat kau menjatuhkan ponselku dan kau harus menggantinya. Aku tidak ingin memakai ponsel yang sudah rusak."

"Mengganti? hey kau yang berjalan tidak lihat jalan. Aku sudah meminta maaf padamu, lagipula ponselmu juga baik baik saja," sambil mengacungkan telunjuknya kearah wajah Tuan Angga sambil menatapnya tak kalah tajam.

"Hey !!! jangan menunjukku seperti itu. Kau tidak tau kau berhadapan dengan siapa?" Tuan Angga balik mengacungkan telunjuknya kearah Febby. Mereka saling menunjuk dan saling menatap.

"Tentu saja aku tahu, kau adalah laki laki gila yang nyasar kesini," masih dengan mengacungkan tangannya.

"Hahaha ... dasar payah !!! aku adalah pemilik Rumah Sakit ini."

"Hahaha ... aku tidak percaya."

"Baiklah, jelaskan padanya siapa aku disini," Tuan Angga menyuruh asistennya untuk memberi tahu kepada Febby.

"Iya Nona, dia adalah Angga wijaya pewaris tunggal Wijaya Enterprize. Dan dia adalah pemilik saham terbesar di Rumah Sakit ini."

"Kau sudah dengarkan? kau tidak tuli kan? sekarang minta maaf padaku. Atau ..."

"Atau apa, apa yang akan kau lakukan. Memangnya kenapa jika kau pemilik Rumah Sakit ini. Aku tidak takut," masih tetap keras kepala tidak mau mengalah.

"Baiklah baiklah, katakan padaku mengapa kau ada disini, siapa yang sakit kau menjenguk siapa?!"

"Bukan urusanmu," jawab Febby ketus seraya pergi meninggalkan Tuan Angga.

"Jika aku tau ada keluargamu yang ada disini, akan kupastikan dia tidak akan mendapatkan perawatan disini. Jadi sebaiknya kau bawa pergi keluargamu ke Rumah Sakit lain, disini tidak menerimanya."

Sontak Febby kaget mendengar perkataan Tuan Angga. Dia menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya kearah Tuan Angga.

"Baiklah, tolong maafkan saya Tuan. Saya yang salah telah menabrak anda."

Tuan Angga tergelak mendengar ucapan Febby. "Sudah terlambat, aku tidak butuh permintaan maafmu. Jika memang keluargamu ada disini sebaiknya kau bawa pulang saja, di Rumah Sakit ini tidak menerimanya," sambil tersenyum sinis kearah Febby.

"Tidak, kumohon jangan lakukan itu. Ayahku harus disini dia harus mendapatkan perawatan disini."

Bagaimana mungkin aku membawa ayah pergi dari sini, ini adalah Rumah Sakit terbaik di kota ini.

"Kalau begitu mudah, kau hanya perlu mengganti ponselku yang sudah lecet ini."

"Tapi Tuan saya tidak punya uang. Jangankan untuk mengganti ponsel Tuan untuk membayar biaya perawatan ayah saya saja saya tidak punya," jawab Febby menunduk, semua keberaniannya kini sudah lenyap.

Mendengar pernyataan Febby, Tuan Angga tersenyum sinis kearah Febby. Entah apa yang dipikirkannya sekarang.

"Haha jadi kau orang miskin? Aku punya penawaran bagus untukmu, apa kau mau?" Tuan Angga memberikan penawaran kepada Febby.

Angga Wijaya

Terjebak

" Baiklah aku bersedia apa penawaran anda, " ucap Febby langsung menyetujuinya.

Hem kau harus membayar mahal perbuatanmu padaku gadis sombong.

" Kau harus bekerja untukku mematuhi semua perintahku, mudah bukan? "

Kalau hanya bekerja itu sangatlah mudah, bukankah aku selama ini juga sudah terbiasa bekerja keras, itu hal kecil.

" Ok, saya setuju. Tapi apa untungnya untukku jika aku bersedia kerja denganmu. "

" Aku tidak akan menuntutmu untuk mengganti ponselku, dan kau akan tetap mendapatkan gaji dariku. Satu lagi aku berbaik hati padamu membiarkan ayahmu tetap dirawat disini dengan perawatan yang terbaik. Kau tidak perlu khawatir semua biayanya akan menjadi urusanku. "

Febby hanya mengangguk pelan. Dan mulai saat itu dia resmi bekerja untuk Tuan Angga meskipun dia tidak tahu pekerjaan seperti apa yang akan diberikan padanya.

" Baiklah, mulai sekarang kau bekerja untukku. Ayo ikut aku, " Febby hanya mengangguk lalu mengikuti kemana Tuan Angga pergi. Ternyata mereka menuju rumah Tuan Angga. Melihat rumah yang begitu megah Febby hanya bisa terdiam takjub sambil memandang kesegala arah.

" Benar-benar seperti istana dinegeri dongeng, sangat indah, " gumam Febby tanpa ia sadari dan Tuan Angga mendengarnya.

" Apa kau suka tinggal disini? kalau kau suka tinggallah disini menemaniku agar rumah ini tidak sepi lagi, " ucap Tuan Angga datar.

" Tapi bukankah disini banyak sekali pelayan dan juga pengawal, bagaimana anda bisa merasa kesepian. "

" Jadi kau membantahku?! apa kau tau apa yang bisa kuperbuat kepadamu dan juga ayahmu hah. "

Apa yang akan dia lakukan kepada ayahku, tidak tidak hal itu tidak boleh trjadi. Ayahku harus selamat, ah iya sebaiknya aku menurut saja dengan apa yang ia katakan itu akan lebih baik.

" Iya maafkan saya Tuan saya berjanji tidak akan membantah lagi apapun yang anda katakan. Tolong maafkan saya dan selamatkan ayah saya, saya mohon apapun akan saya lakukan. "

Seketika wajah Tuan Angga menjadi tersenyum mendengar apa yang diucapkan oleh Febby. Namun tidak dengan Febby, dia menatap kesal kearah Tuan Angga.

" Lalu apa pekerjaanku sekarang? "

" Aku lapar aku ingin makan tapi kau yang memasaknya untukku. "

Febby hanya menurut saja, dia menuju dapur dengan diantar oleh pelayan. Setelah agak lama Tuan Angga menunggu Febby memasak akhirnya Febby keluar dengan membawa masakannya.

" Hemm masakanmu enak juga, mulai hari ini aku ingin kau yang memasak untukku, " ucap Tuan Angga sambil menikmati makanan yang dihidangkan oleh Febby.

Apa? jadi ini pekerjaanku? dia menjadikanku pelayan di Rumahnya? dasar mentang mentang orang kaya seenaknya saja.

Setelah selesai makan Tuan Angga pergi menuju kamarnya dan Febby mengikutinya dibelakang. Dia tidak tahu harus melakukan apa setelah itu, jadi dia memutuskan untuk mengikuti kemanapun langkah Tuan Angga pergi.

" Heyy kenapa kau mengikutiku, apa kau juga ingin mematuhi perintahku untuk menemaniku tidur hem? " tiba tiba menghentikan langkahnya dan berbalik badan.Tentu saja Febby langsung menabraknya karena bosnya berhenti mendadak dan reflek tangan Tuan Angga langsung memegangi Febby yang hampir terjatuh.

" Aaa ... sasa ... saya hanya bingung harus apa Tuan jadi saya mengikuti Tuan sampe disini, " ucap Febby terbata-bata namun tidak melepaskan diri dari pelukan Tuan Angga. Cukup lama mereka saling menatap, jarak mereka sangat dekat hanya berjarak beberapa senti saja.

Sebenarnya dia tampan juga kalau dilihat dari dekat, andai saja sifatmu tidak menyebalkan.

" Kenapa kau menatapku seperti itu, apa kau takjub melihatku? "

Febby segera terjaga dari lamunannya, menarik dirinya dari pelukan Tuan Angga. Wajahnya memerah menahan malu, ucapan Tuan Angga membuatnya menjadi salah tingkah.

" Ah iya maaf, habisnya aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Jadi aku memutuskan untuk mengikutimu saja, " jawabnya ketus.

" Ah iya kenapa aku bisa lupa ya, sekarang aku punya asisten pribadi yang siap membantuku kapanpun aku membutuhkannya, " ucap Tuan Angga sambil tersenyum menatap Febby.

" Ya sudah katakan apa tugasku. menyapu, mengepel atau apa, " jawab Febby ketus.

" Bereskan kamarku, lalu setelah selesai kau pijiti aku. Badanku terasa pegal semua, " jawabnya sambil masuk kedalam kamarnya dan merebahkan dirinya disofa. Febby hanya mendengus kesal, tak butuh waktu lama dia sudah selesai membereskan kamar itu.

Febby merebahkan dirinya kesofa disamping Tuan Angga. " Kenapa kau ikut duduk disini, ayo lakukan pekerjaanmu selanjutnya untuk memijatku. "

Dia tidak bisa melihat aku istirahat sebentar apa ? huh awas saja kau pasti akan kubalas.

Namun sial, lagi lagi kaki Febby tersandung karpet saat hendak melangkah sehingga jatuh tersungkur menindih Tuan Angga yang lebih dulu berjalan didepannya.

Tubuh Febby terjatuh menindih tubuh Tuan Angga. Lama mereka saling menatap, tiba tiba kecupan lembut mendarat di bibir Febby.

" Apa kau sudah tidak sabar untuk aku sentuh? kau tidak perlu mencari kesempatan agar bisa memelukku seperti ini. "

Wajah Febby langsung memerah menahan malu sekaligus kesal. " Hey memangnya kau semenarik apa sampe aku harus mencari kesempatan untuk memelukmu. Kau tidak lebih dari pria yang menyebalkan, " ucap Febby ketus seraya berusaha menarik dirinya, namun ternyata Tuan Angga malah semakin memeluknya erat.

" Kau tau kau tidak perlu sok jual mahal untuk bisa tidur denganku, aku akan dengan senang hati untuk menidurimu. "

Plaakkk ....

Febby langsung menampar Tuan Angga dan langsung melepaskan diri dari dekapan Tuan Angga. " Apa kau pikir aku sehina itu? aku memang butuh uang banyak sekarang tapi aku tidak akan pernah menjual diriku hanya demi uang. "

Tuan Angga mengelus pipinya yang memerah karena tamparan Febby cukup keras.

Kemarahan tampak jelas terlihat diwajahnya.

" Aku tidak perduli kau mau atau tidak, yang jelas malam ini aku ingin kau disini menemaniku, " ucap Tuan Angga dingin sambil menatap Febby tajam.

Seketika Febby terlonjak kaget dan reflek dia memandang kearah Tuan Angga dengan melotot. Rasanya dia ingin sekali memukul pria yang ada didepannya ini.

" Kupikir kau berbeda dengan pria lain, tapi aku salah menilaimu. Ternyata kau sama saja, lebih baik aku pergi dari sini aku tidak membutuhkan pertolonganmu. "

Kemarahan, kebencian dan kekecewaan tampak terlihat dari sorot matanya. Dia tidak mengira bahwa pria menyebalkan yang dia anggap sebagai malaikat penolongnya ternyata tidak jauh berbeda dengan pria hidung belang lainnya.

" Kenapa kau menatapku seperti itu. Apa kau yakin kau tidak membutuhkan aku? " ucap Tuan Angga meremehkan Febby.

" Ya aku tidak butuh bantuanmu, " ucap Febby seraya melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar itu.

" Tidak masalah jika kau tidak mau untuk menemaniku malam ini. Aku bisa mendapatkan 100 wanita yang lebih cantik dari dirimu. Silahkan saja jika kau ingin pulang, tapi jangan harap ayahmu akan selamat. Ha ... ha ... ha ... " ucap Tuan Angga sinis dengan seringai liciknya.

Ketakutan Febby

" Ahh bukan begitu maksud saya Tuan. Tapi saya tidak bisa melakukan itu dengan Tuan. Kita kan belum menikah jaa ... jadi saya tidak mungkin melakukan itu, " jawab Febby gugup karena takut.

" Aku akan menikahimu jika malam ini kau mau menuruti keinginanku. "

Ah sudahlah lagipula apa yang bisa kuperbuat untuk menolong ayah, mungkin ini satu-satunya cara, meskipun aku harus mengorbankan diriku, hiks hiks hiks.

" Hey kenapa kau berkeringat seperti ini. Apa kau takut? tenanglah aku tidak akan menyakitimu jadi kamu jangan takut, okey? " ucap Tuan Angga sembari mendekat lalu mengelus-elus rambut Febby yang tergerai panjang tidak diikat.

Dia menatap lekat wajah Febby yang terlihat sangat cantik dan menggoda, ditambah keringat dingin yang menetes didahi dan pipinya semakin membuatnya terlihat sangat seksi.

" Kau sudah membuatku tidak bisa menahan hasratku sayang, " ucap Tuan Angga sambil mengecup bibir Febby, membuat Febby semakin ketakutan.

" Aahh Tuan jangan teruskan ... hentikan Tuan ... kum .... " belum sempat Febby meneruskan ucapannya Tuan Angga langsung menarik Febby ke dalam pelukannya.

" Nikmatilah sayang jangan bicara, aku tau kau juga sangat menikmatinya bukan? "

Dengan sekuat tenaga Febby memberanikan diri untuk mendorong Tuan Angga hinga terpental menjauh darinya. Hal itu tentu saja membuat Tuan Angga marah, dia kemudian menarik rambut Febby. " Jadi kau berani menolakku, hah! "

Febby hanya diam meringis menahan sakit.

" Tidak Tuan kumohon jangan lakukan ini, saya rela melakukan apa saja demi ayah saya tapi tidak dengan ini. Hiks hiks hiks, " ucap Febby terbata- bata sambil menangis menunduk tidak berani memandang kearah Tuan Angga.

Melihat Febby yang menangis sesenggukan semakin membuatnya geram. Tuan Angga langsung mencium Febby, lalu ciuman itu turun ke leher Febby. Perlahan tangannya berusaha melepas baju Febby. Namun Febby langsung menepis tangannya dan mendorongnya.

Perlawanan Febby semakin membuat Tuan Angga geram. Dia langsung menarik kembali Febby ke dalam pelukannya. Kemudian melemparnya ke ranjang. Secepat kilat dia sudah menindih tubuh Febby. Tangannya berusaha melawan, namun tenaganya sama sekali tak mampu menggoyahkan tubuh Tuan Angga.

" Lepaskan aku, kumohon jangan lakukan ini padaku, " tangisnya terisak sambil memohon.

" Apa untungnya bagiku melepaskanmu. Lagipula kau tahu diluar sana banyak sekali wanita yang mengantri ingin aku tiduri," jawabnya tegas dengan seringainya yang menakutkan.

" Baiklah lakukan saja apa yang kau mau, kau menginginkan tubuhku bukan? Lakukan apapun sesukamu, aku menyerah. Mungkin ini terakhir kalinya kau melihatku dan melakukan ini padaku, " ucapnya datar dan pandangannya kosong.

" Apa kau sedang menggertakku? " menatap wanita didepannya itu dengan tatapan yang dingin.

" Aku rasa kau sudah kebal dengan gertakan- gertakan seperti ini bukan? Jadi untuk apa aku menggertakmu. "

" Apa kau tidak sayang dengan ayahmu?hem? "

" Justru karena aku sangat sayang dengan ayahku, aku tidak ingin ayah mendapatkan biaya perawatannya dengan cara hina seperti ini. " Air matanya mengalir deras,tatapannya kosong, pikirannya melayang layang entah kemana.

Hati Tuan Angga terasa nyeri mendengar kata katanya. Dia tidak menyangka wanita didepannya memang benar benar menjaga kehormatannya.

" Maafkan aku, aku tidak bisa mengontrol diriku. Maafkan aku yang telah memaksamu untuk menuruti hawa nafsu ku, " sembari menggeser tubuhnya dan berbaring disampingnya.

Keadaan menjadi hening. Mereka sama sama diam, menatap langit langit kamar dengan pikirannya masing masing. Tuan Angga membuka percakapan.

" Febby, apa kau mau memaafkanku? " masih tetap menatap keatas.

Tak ada jawaban. Hanya air mata yang kembali mengalir deras di pipinya. Tuan Angga melihat itu, dia menyeka air matanya. Namun sama sekali tak ada respon dari Febby.

" Aku tahu aku melakukan kesalahan padamu, aku minta maaf tolong maafkan aku demi ayahmu, " Tuan Angga memohon pada Febby. Baru kali ini dia memohon pada seseorang.

" Ya aku memaafkanmu, " ucapnya lirih bahkan nyaris tidak terdengar.

Tuan Angga tersenyum menatap Febby. Dia kemudian menggeser tubuhnya mendekati Febby lalu memeluknya.

" Sudahlah jangan menangis lagi. Maafkan aku, tadi aku gak bisa mengontrol emosiku. "

Entah mengapa dia merasa kasihan melihat Febby yang seperti itu, hatinya terasa sakit saat melihat Febby menangis sedih seperti itu. Dia adalah wanita pertama yang menarik perhatiannya setelah dirinya bercerai dengan istrinya.

Kau berbeda dengan wanita lain, kau bahkan mati matian menjaga kehormatanmu. Kau wanita yang aku cari selama ini, kelak kau harus menjadi istriku, menjadi ibu dari anak anakku.

" Sudahlah ayo kita tidur, kau harus istirahat, " ajak Tuan Angga sembari menatap lembut wajah cantik Febby. Nafsu yang tadi sudah menggebu gebu kini menjadi rasa iba dan kasihan.

Febby hanya diam, sambil melepaskan tangan Tuan Angga dari perutnya. Perasaannya masih campur aduk meskipun dia sudah memaafkannya.

" Aku ingin tidur disofa saja, " ucap Febby kemudian.

" Sudahlah ayo tidur, aku tidak akan menyakitimu. Menurutlah sebelum aku berubah fikiran, " ucap Tuan Angga dengan nada datar.

Tapi aku tidak ingin tidur satu ranjang denganmu! " ucapnya ketus dengan tatapan sengit.

" Kau tahu aku laki laki sejati. Aku tidak akan melakukan sesuatu seperti itu saat kau sedang lengah. Lagi pula kau dikasih hati malah minta jantung! " ucap Tuan Angga tak kalah ketus dan sengit.

Kini mereka saling memandang dengan tatapan sengit. Seperti sedang berperang lewat sorot mata mereka.

" Kau !!! " ucap mereka bersama lalu berbalik saling membelakangi. Mereka sudah seperti pasangan suami istri yang sedang marahan.

Memangnya siapa yang mau tidur seranjang dengan laki laki seperti dirimu, menyebalkan.

Dasar wanita keras kepala. Aku sudah berbaik hati melepaskannya dari cengkramanku. Tapi apa? dia malah semakin melonjak.

Mereka saling memaki dalam hati, berusaha memejamkan matanya namun tetap tidak bisa. Akhirnya mereka membalikkan badannya lagi secara bersamaan, tentu saja mereka menjadi saling menatap lagi.

" Hey kenapa kau masih menatapku, " ucap Febby kesal.

" Harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau menatapku. Kenapa kau masih belum tidur, " Tuan Angga menjawabnya tak kalah kesal.

Dia ini benar benar menyebalkan.

" Aku membuat batas pemisah diantara kita dengan guling ini. Ingat! ini batas wilayahku dan ini batas wilayahmu. "

" Apa? Mengapa bagianku sempit? dan lihat bagianmu luas. Kau curang ya! " ucap Tuan Angga tidak terima karena bagiannya lebih sempit dari bagian Febby.

" Kau kan laki laki, jadi mengalah sedikit sama perempuan! " ucap Febby ketus sambil membalikkan badannya membelakangi Tuan Angga. Senyum manis mengembang diwajahnya.

Hahaha rasain kamu, emangnya enak.

Sedangkan Tuan Angga masih menatap Febby dengan tatapan kesal.

" Baiklah tidak masalah, kali ini aku mengalah."

Awas saja kau wanita menyebalkan. Mengapa aku bisa menolong wanita seperti dirimu.

Tanpa sadar mereka sudah saling terlelap. Tidur dengan posisi yang saling membelakangi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!