Sebuah cerita tentang pengorbanan. Dimana kesedihan, dendam, amarah menjadi satu saat tidak bisa meraih seseorang yang begitu diinginkan.
Visual Cast
J King, 26 tahun
Juliett Vetra Harrison, 21 tahun
***
Cuaca malam yang buruk dengan hujan mengguyur lintasan balap. Suara mesin mobil Bugati Veyron menderu di atas aspal yang basah.
Kuda besi itu melesat jauh meninggalkan mobil mewah lainnya di belakang. Tinggal satu putaran lagi dan si pengendara akan memenangkan balapan.
Suara sorakan bergemuruh di pinggir lintasan. Hujan masih setia membuat bumi kebasahan, tetapi tidak menyurutkan semangat para pendukung untuk melihat idola mereka menjadi juara.
Satu putaran sudah dihabiskan si pengemudi Bugati Veyron. Maka tidak ada yang bisa mengalahkannya lagi.
"Sudah kuduga, dia tidak terkalahkan," ucap seorang pria bertubuh kekar pada rekan pria kulit hitam yang terlihat kecewa.
"Maaf, Kawan. Sesuai kesepakatan, Ferrari mu aku ambil, Deal?" Pria itu tersenyum penuh kemenangan.
"J King, kau membuat kita kaya!! Wooo!!" Pria itu bersorak senang, pria kulit hitam yang kalah taruhan hanya bisa pasrah dan memberikan kunci mobil pada sang pemenang.
...
Seorang pria dengan tampilan casual turun dari kuda besi yang baru saja dia kendarai. Kemenangan mutlak selalu dia dapatkan atas keterampilannya mengemudi.
Pria itu selalu menjadi magnet bagi kaum hawa penyuka balapan liar yang memicu adrenalin. Para gadis dari berbagai penjuru kota sengaja datang hanya untuk bertemu dengannya.
Seperti semut yang mengerubuti gula, gadis-gadis itu tebar pesona pada sang primadona lintasan yang memukau di mata mereka.
"Hei, J? Kau memang hebat!" sapa seorang gadis seksi sambil menyentuh tangan pria yang dipanggil J.
"Hei, J?"
"Hei, J?"
Seolah tidak ada lagi pria lain yang lebih menarik, para gadis tidak ragu untuk menggoda J yang hanya berjalan melewati mereka, bahkan ada yang dengan berani menyentuh perut J dan mengusapnya menggunakan tangan dengan jemari yang berhias cat kuku yang mengkilat.
"J King!! Yooo. Kita sambut dia!!" Pria yang menang taruhan melempar kunci mobil ke arah J.
"Terimah kasih, Roman." Suara berat J terdengar membuat semua orang kembali bersorak dan bertepuk tangan untuk sang pemenang.
"Kita rayakan, Kawan!" ucap pria yang dipanggil Roman.
J hanya mengangguk tanpa senyuman di wajahnya. Pria itu tidak terlihat senang seolah kemenangannya adalah hal yang tidak berharga.
"Aku masih ada urusan, aku akan menyusul kalian nanti. Aku akan menyuruh Toddy membawa mobilnya ke garasi." J berucap dengan nada suara yang dingin. Setelahnya dia kembali menuju mobil dan melaju meninggalkan semua keramaian.
"Dasar pria dingin," ucap Roman setelah J meninggalkan tempat tersebut.
"Kapan dia akan berubah?" tanya temannya yang lain.
"Entahlah, hanya Tuhan yang tahu," jawab Roman sambil mengedikkan bahu, "ayo, Fablo! Kita akan bertemu lagi dengannya di klub."
Roman dan Fablo juga pergi dengan mengendarai mobil Lamborghini Aventador SVJ milik Roman. Seperti yang direncakan mereka akan merayakan kemenangan J King malam ini di klub Tan's yang sudah pasti menyambut kedatangan mereka dengan suka cita.
This Is Side Of You (J King)
Setelah semalaman diguyur hujan, akhirnya sinar hangat matahari muncul dengan cantik dari ufuk timur. Seolah tidak ingin terlambat menyinari dunia yang sudah melewati kegelapan.
Pagi ini seorang gadis tengah sibuk bersiap pergi ke kampus. Dia bangun terlambat seperti kemarin karena tidur terlalu larut setelah menyelesaikan tugas kuliah.
"Sayang, sebaiknya kau sarapan dulu!!" teriak seorang wanita dari arah dapur saat melihat puterinya yang sedang terburu-buru.
"Aku terlambat, Ma. Aku pergi!!" Gadis itu dengan cepat keluar dari rumah tanpa menghiraukan panggilan sang ibu.
Juliet Vetra mengendarai skuternya dengan kecepatan penuh. Dia tidak ingin terlambat dan mendapat hukuman dari dosen lagi. Mungkin dia bukan murid jenius yang bisa bersantai dengan semua materi pelajaran. Atau murid kaya raya yang bisa menyogok untuk mendapat nilai.
Juliet mendapat beasiswa penuh dengan nilai yang standar. Mungkin gadis itu hanya beruntung bisa sedikit melewati batas angka untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Dia harus lebih giat untuk mendapat cita-cita. Ibunya hanya seorang pengajar di sebuah taman kanak-kanak, sedangkan ayahnya hanya seorang karyawan perusahaan.
Juliet juga punya seorang adik perempuan yang bernama Miliet yang masih duduk di bangku sekolah menengah.
...
Saat tiba di kampus, Juliet segera memarkirkan skuternya di tempat yang tersedia. Dia melihat kerumunan para gadis kampus di pelataran parkir mobil. Gadis-gadis kaya dan populer yang selalu berkerumun untuk menunggu sang pembalap idola.
J King, tentu Juliet juga tahu karena kepopuleran J King menguasai seisi kampus bahkan mungkin seisi dunia, ya tapi dunia gelap dan ilegal.
Abaikan tentang J King, gadis itu tidak punya waktu untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan para gadis di dekat mobil mewah milik J King.
"Molly!!" panggil Juliet pada sang sahabat yang sedang sibuk mengambil foto diri dengan menggunakan ponselnya.
"Juliettt!! Aaa, aku senang. J King menang balapan tadi malam." Molly berteriak gembira, Juliet mengangkat sebelah alisnya karena tingkah Molly.
"Lalu? Apa yang kau dapatkan?" tanya Juliet, dia tidak mengerti pada sikap Molly yang mengidolakan pembalap liar seperti J King.
Molly tertawa tanpa menghentikan kegiatannya mengambil gambar. "Tidak ada," jawabnya enteng, membuat Juliet berdecak.
"Ayolah, Sayang! Dia itu idola kami semua," rajuk Molly.
"Kami?" Juliet mengulangi perkataan sang teman.
"Iya, kami ... karena kau tidak termasuk. Tapi jika kau bergabung maka kata itu kuganti menjadi kita," jawab Molly sambil mengedipkan sebelah mata. Gadis pirang itu memasukkan ponsel ke dalam tas selempangnya, mungkin dia sudah selesai dengan kegiatan berfoto.
"Tidak mau, tidak ada untungnya sama sekali." Juliet berkata sambil menyilang tangan di dada. "Kurang dari lima menit pelajaran akan dimulai, kau masih ingin di sini?"
"Tentu tidak, lagi pula si Tampan J sudah lewat tadi," jawab Molly, dia merangkul pundak Juliet, mereka berjalan menuju kelas sambil bercanda.
...
Seolah masalah J King tidak luput di dunia kampus, seorang teman Juliet mengadakan sebuah pesta ulang tahun di sebuah klub dengan tamu istimewa J King si pembalap liar yang populer.
"Kau akan pergi, 'kan?" tanya Molly pada Juliet. Saat ini mereka sedang makan siang bersama di sebuah cafe di luar kampus. Kenapa mereka tidak ke kantin? Jawabannya kantin selalu penuh oleh para fans J King dan kawan-kawan.
"Aku tidak tahu," jawab Juliet, dia tidak punya waktu untuk hal seperti itu, dia lebih nyaman saat berada di rumah.
"Hmm, aku ada janji dengan Fablo. Kalau kau ikut itu pasti menyenangkan." Molly terlihat tidak semangat.
"Molly. Kenapa kau pergi dengan orang itu? Apa kau tidak takut?" tanya Juliet, dia tahu Fablo mana yang sedang dibicarakan Molly.
Fablo adalah salah satu teman J King yang terkenal suka mempermainkan para gadis. Selain itu Fablo juga dikenal sebagai pecandu seks bebas.
"Tadinya aku hanya ingin mencari info tentang J, kau tahu dia itu misterius sekali," ucap Molly. Sungguh Juliet merasa bosan mendengar sang sahabat terus membicarakan nama itu.
"Hey, Cherry akan membunuh siapa saja yang dekat dengan J King. Apa kau lupa itu?" Juliet kembali mengingatkan Molly pada salah satu fans fanatik J King.
"Dia itu fans fanatik yang terobsesi. Yah, aku ingat dan itu sangat menyebalkan," jawab Molly, gadis itu mendesah.
"Molly, apa kau juga terobsesi pada J King? Atau mungkin kau jatuh cinta padanya?" Molly mendengus mendengar pertanyaan Juliet.
"Itu pertanyaan bodoh. Dia memang liar tetapi tidak akan ada yang tahan oleh pesonanya. Ayolah, Julie. Jangan katakan kau tidak sependapat denganku!" Kali ini Juliet yang tertawa.
"Tidak perlu memaksa diriku," ucap Juliet sambil tertawa.
"Dari semua gadis kampus hanya kau yang kebal dengan pesonanya. Aku heran," ucap Molly lagi. "ah, aku lupa. Hatimu sudah kau jatuhkan pada Toddy." Juliet terdiam saat mendengar ucapan Molly.
Seperti gadis lain dia juga punya idolanya sendiri. Jika semua gadis kampus menyukai sosok dingin J King yang misterius, maka berbeda dengan Juliet yang menyukai sahabat J King yang selalu tampak bersinar dan ceria--Toddy Muller.
J King, Toddy Muller, Roman Vonseca dan Fablo Oriestes adalah para idola kampus yang merupakan empat sekawan. Selain J King, tiga pria lain adalah para pewaris dari tiga perusahaan besar Amerika.
Tidak banyak yang diketahui tentang J King, semua orang hanya tahu pria muda itu anak seorang pengusaha terkenal. Ibunya sudah meninggal saat dia berusia tujuh tahun.
Pria muda berwajah dingin itu seperti menutup dunia masa lalunya begitu rapat, sehingga tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana kehidupan J King yang sebenarnya.
This Is Side Of You (J King)
Pesta meriah di klub Bloomy's, Juliet dan Molly datang bersama. Pada akhirnya Juliet menyerah pada bujukkan Molly dengan rayuan andalannya.
'Ah, aku lupa. Toddy juga akan hadir.'
Perkataan Molly seperti mantra yang menyihir pikiran Juliet, terlebih gadis itu juga berhasil membujuk ayah dan ibu Juliet untuk memberi izin pada puterinya menghadiri pesta ulang tahun teman kampus.
"Kau cantik sekali, Juliet!!" seru Molly saat melihat penampilan sang sahabat.
"Berkat dirimu," jawab Juliet singkat. Jangan berpikir bahwa si gadis bermata indah rela berdandan dan menghabiskan waktu di meja rias atau mengacak seisi lemari untuk mencari pakaian yang cocok.
Juliet tidak punya itu semua, semua barang dan riasan yang dia kenakan adalah milik Molly. Karena paksaan Molly dia jadi seperti seorang gadis yang terlihat modis dan cantik.
"Tersenyumlah sedikit! Sekali-kali kau harus tampil cantik. Toddy pasti melihatmu hari ini," ucap Molly sambil merapikan riasan Juliet yang dirasa masih kurang.
Juliet tersenyum kecil, dari raut wajahnya terlihat rona tipis. Apakah nama Toddy begitu berpengaruh untuknya.
Toddy Muller adalah pria impian Juliet sejak dua tahun lalu. Toddy adalah seniornya di kampus. Bukan tanpa alasan dia suka pada pria berambut pirang tersebut.
Toddy yang selalu menebar senyum manis membuat Juliet terpana. Senyuman pria muda itu menembus jantungnya sampai menciptakan debaran yang membuat Juliet tidak bisa bernafas.
Namun, kehadiran Juliet seperti tidak terjamah oleh pandangan Toddy. Terlalu banyak gadis cantik yang masih bisa dia pilih.
Cinta Juliet sangat tulus, dia tidak berharap perasaannya akan terbalas. Biarkan hanya dia yang merasakan nikmatnya rasa sakit dari cinta tak terbalas.
"Ayo berangkat. Kita ubah takdir mulai saat ini!" Molly berkata girang.
Benarkah takdir bisa diubah? Juliet ragu akan hal itu. Nasib mungkin bisa diubah tetapi tidak dengan takdir.
Juliet tidak akan pernah tahu takdir apa yang sedang mengintainya saat ini. Tuhan punya rencana sendiri bagi setiap hambaNya.
To be Continue
See you next chapter 😘😘😘
Sedikit pemberitahuan usia J King disini memang sedikit lebih dewasa, di chap² berikutnya akan dijelaskan alasannya kenapa di usia itu dia masih menjadi mahasiswa. ✌️✌️☺️☺️
Toddy Muller, 22 tahun
Cherry Shayk, 21 tahun
***
Tidak ada kebetulan, semua sudah guratan takdir.
***
Tidak perlu mencari cinta yang begitu jauh, saat ada seseorang yang membutuhkanmu melebihi siapapun. Dia begitu dekat sampai kau tidak menyadari karena tatapanmu terlalu jauh ke depan.
Apalah arti kegelapan malam, saat dunia menguasai kesadaran dan menduduki tempat tertinggi dalam hasrat, tidak akan ada ketakutan bagi mereka yang berani menantang ketentuan.
Setitik api cemburu bisa membakar hatimu. Kau cemburu saat api kecil tersebut justru menghangatkan tubuh orang lain. Saat Kau begitu membutuhkannya untuk membuatmu merasa hangat dari dinginnya gumpalan kesepian dunia.
J King menatap lekat seorang gadis yang sedikit menarik perhatiannya. Saat seluruh dunia menatapnya, si gadis berambut sepinggang justru berpaling dan tidak mengindahkan atensinya sebagai pusat perhatian.
J King bahkan tidak bisa mengindahkan celotehan tiga temannya, Toddy, Roman dan Fablo yang tengah sibuk menatap para gadis yang mengerubungi mereka.
"Itu dia. Molly Gibson yang ingin berkencan denganku," ucap salah satu teman J King yang duduk tidak jauh darinya.
J mengalihkan perhatian, Molly Gibson? Apakah si gadis berambut sepinggang yang dimaksud Fablo si cassanova kelas emas? Dua gadis mendekat ke arah mereka, satu dari mereka terlihat antusias saat melihatnya.
J mendengus dalam hati, kenapa semua bersikap sama pada dirinya? Termasuk gadis bertubuh sekal dan terlihat seksi. Satu gadis lain benar-benar membuat J lebih kesal. Dari seisi keramaian klub hanya gadis itu yang tidak menunjukkan gerak tubuh yang menggoda pada dirinya.
Jika Molly mau berkencan dengan Fablo, mungkin memang benar gadis itulah yang tidak peka pada tatapan dingin J King.
"Hai, Molly?" sapa Fablo si cassanova pada dua gadis yang menghampiri.
"Hei, Fablo? Hei, J?" Tanpa dikomando gadis bertubuh sekal menyapa J setelah menjawab sapaan dari Fablo.
Entahlah, apakah itu perasaannya atau kebetulan, terdengar helaan nafas lega dari mulut J karena gadis bertubuh mungil yang sejak tadi dia lihat bukanlah Molly.
"J, kenalkan dia temanku, Molly. Dan, hei, siapa temanmu yang cantik ini?" Fablo berkata pada J sambil memperkenalkan dua gadis tersebut.
"Aah, dia temanku. Juliet Vetra." Molly menjawab dengan segera karena dia tahu Juliet tidak akan mau memperkenalkan dirinya.
'Juliet?'
Molly mengulurkan tangan dan bersalaman dengan J yang tidak menatapnya. Tatapan J justru tertuju pada Juliet yang sama sekali tidak melihatnya.
"Ini dua temanku, Roman dan Toddy." Fablo kembali berkata. Mereka bersalaman kecuali J King yang betah duduk di sofa malas. Hanya dia yang tidak bersalaman dengan Juliet.
"Baiklah, Molly. Kita bisa berdansa dan biarkan Juliet bersama temanku saja," ucap Fablo, pria muda itu menarik tangan Molly tanpa memberi kesempatan untuk menolak.
Juliet merasakan debaran saat berjabat tangan dengan seseorang yang dia sukai. Toddy Muller terlihat sempurna di matanya.
Ada rasa sakit yang menyenangkan dalam dadanya. Seperti ada sesuatu yang memukul-mukul jantung sampai suaranya akan terdengar orang lain.
"Nona, Juliet. Silahkan duduk!" Toddy menunjuk sebuah sofa kosong kepada Juliet.
"T-terima kasih," jawab Juliet dengan gugup. Mungkin lidahnya kelu karena terlalu terpesona pada pria impiannya itu.
"Bersantailah dan nikmati pestanya!" ucap Toddy dengan senyuman yang sangat disukai Juliet. Senyuman itulah yang membawa cinta di dalam hati Juliet. Pria muda Toddy tidak menyadari bahwa dia sudah menebar benih asmara dalam kalbu gadis tersebut.
…
Mata Juliet memindai sekeliling klub, dia mencari sang tambatan hati yang menghilang entah kemana. Dia duduk tidak jauh dari sofa J King yang terhalang dua sofa lainnya.
Ternyata bertemu langsung dengan para idola tidak membuatnya merasa bahagia. Sikap J sangat dingin, tetapi itu bukan masalah karena Juliet tidak peduli akan hal itu.
Senyuman terlukis di bibirnya saat mengingat perkenalan dengan si pria impian--Toddy Muller. Memang tidak salah jika dia menyukai pria muda itu. Toddy bersikap begitu ramah dengan senyuman yang sangat manis.
Juliet menatap Toddy yang sedang minum bersama teman-temannya. Dia tidak menyadari ada yang memperhatikannya sejak tadi.
Toddy adalah pusat perhatian bagi Juliet sehingga dia tidak bisa lagi melihat ke arah lain, seolah tidak ada yang lebih indah dan membuatnya merasa bahagia.
Tatapan dingin J King semakin menjadi saat mengikuti pusat perhatian Juliet. Dia tidak suka disaingi oleh siapapun terlebih oleh Toddy si bocah ingusan.
Selama ini dia tidak pernah terkalahkan oleh siapapun. Lalu kenapa setitik api kecil itu bisa membuatnya terbakar dan kesal. Tatapan hangat Juliet pada Toddy membuat J King merasakan darahnya mendidih.
"J, aku akan mengantar Molly pulang. Bisakah kau mengantar temannya?" pinta Fablo, tetapi J tidak memberi jawaban.
"Roman dan Toddy sepertinya sedang sibuk," tambah Fablo.
"Aa, tidak apa-apa, aku bisa pulang sendiri," ucap Juliet saat Fablo meminta J untuk mengantarnya pulang. Dia menolak halus permintaan Fablo pada J.
Juliet tidak mau pergi bersama J, selain tidak saling kenal dia juga takut pada tatapan J yang begitu dingin dan mengintimidasi. Dia merasa seperti itu karena tanpa sengaja bertemu tatap dengan mata kelam J King.
"Sst, Julie. Sudah pergi sana!!" Molly berbisik. "Ini kesempatan bagus," lanjutnya. Juliet paham dengan apa yang dimaksud Molly. Mungkin dia berharap Juliet bisa lebih kenal dengan J King. Kapan lagi? Kesempatan bagus tidak akan datang dua kali.
"Tapi- …."
"Ayo cepat, J!! Kali ini saja." Fablo menarik tangan J yang masih duduk dengan malas.
"Hn …." J bergumam kemudian beranjak dan berjalan.
"Juliet, kau pulanglah bersama J!!" ucap Fablo.
"Bagaimana denganmu, Molly?" tanya Juliet dia terlihat cemas.
"Molly akan pulang bersamaku! Sudah pergi sana, J tidak suka menunggu!!" Fablo mendorong bahu Juliet untuk segera mengikuti J. "Jangan cemas Molly aman bersamaku, Oke?"
Melihat senyuman Fablo, Juliet bisa bernapas lega, kecemasan terhadap Molly sedikit berkurang. Dia tidak bisa ikut campur pada urusan sahabatnya. Jika Molly ingin bersama Fablo itu adalah haknya.
Semoga saja tidak terjadi apapun pada Molly mengingat predikat dan gelar yang disandang Fablo Oriestes sebagai playboy. Mungkin Juliet takut terjadi sesuatu pada sahabat terbaiknya itu.
Kecemasan lain dirasakan Juliet. Dia menatap punggung tegap J yang berjalan di depannya. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut J. Apakah pria itu merasa keberatan mengantarnya pulang?
"J …!!" Juliet yang sedang berjalan menunduk hampir saja menubruk punggung J saat pria muda itu tiba-tiba berhenti karena sebuah teriakkan yang memanggil namanya.
Seorang gadis cantik menghampiri J dan Juliet yang sudah berada di pelataran parkir klub Bloomy's. Mata Juliet membulat sempurna saat mengetahui siapa gadis yang berteriak tadi.
'Cherry Shayk.'
Juliet memegang erat tali tas selempangnya. Dia tahu reputasi Cherry si ratu bullyer. Apa yang akan terjadi jika gadis itu tahu J akan pergi dengannya?
"J, kau mau ke mana? Aku baru saja datang. Bukankah ulang tahun Kely belum selesai?" tanya Cherry sambil melirik ke arah Juliet.
"Aku ada urusan," jawab J. Untuk pertama kalinya Juliet mendengar suara berat pria itu.
"Siapa dia?" tanya Cherry lagi sambil melihat Juliet dengan tatapan tidak suka.
"Teman Fablo," jawab singkat J.
'Mati aku.'
Sepertinya hari ini adalah hari sial untuk Juliet. Selama ini dia menghindari berurusan dengan orang-orang seperti mereka. Baik di kampus atau kehidupannya, tetapi sekarang takdir benar-benar sudah berubah.
"Apa kau ada urusan dengan dia?" Pertanyaan Cherry seperti seorang polisi yang mengintrogasi seorang penjahat, atau seorang isteri yang memergoki suaminya selingkuh.
"Bukan urusanmu!" Benar-benar pria yang dingin J menjawab pertanyaan Cherry dengan jawaban yang tidak memuaskan.
"Jangan pergi, J! Aku tidak punya teman di pesta Kely." Cherry merangkul lengan J sambil berkata dengan manja.
"Pergilah!" J melepaskan rangkulan di lengannya. Cherry terlihat marah dan kecewa.
"Masuk!!" perintah J pada Juliet setelah membukakan pintu mobil. Sungguh Juliet merasa takut pada tatapan J yang sangat tajam. Dengan segera gadis itu mendaratkan bokongnya di kursi penumpang.
"J, please!!" rajuk Cherry, tetapi J tidak menghiraukannya. Dia segera masuk ke dalam mobil setelah Juliet masuk lebih dulu. Mobil mewah itu meninggalkan Cherry yang terbakar amarah. Tatapan gadis itu terlihat penuh dengan dendam.
Juliet meringis saat mengingat perlakuan J terhadap Cherry. Tidak bisakah dia bersikap lebih baik pada seorang wanita. Cherry yang begitu cantik bisa diabaikan oleh pria itu, apalagi dirinya.
Juliet menyesal pergi bersama Molly. Besok pagi dia pasti mendapat masalah di kampus karena Cherry Shayk pasti mencarinya. Dan dia tahu J King tidak akan membantu dan ikut campur padahal masalah itu ditimbulkan olehnya.
Keheningan di dalam mobil mewah milik J terasa mencekik bagi Juliet, padahal mobil itu sedang melaju kencang, tidak terdengar deru mesin sama sekali. Untuk pertama kalinya dia duduk di dalam mobil mewah yang bahkan tidak ada dalam bayangannya selama ini.
"Kau takut padanya?" Juliet terkejut, J membuka suara lebih dulu. Siapa yang sedang J bicarakan? Apakah itu Cherry?
"A, i-itu- …." Sejujurnya dia ingin menjawab iya. "Aku hanya … aku- …."
"Tidak perlu takut!" J memotong ucapan Juliet yang kesulitan menjawab pertanyaanya.
Juliet tidak memahami ucapan ambigu J. Hal apa yang tidak perlu ditakutkan Juliet? Sudah jelas dia akan mendapat masalah dan wajar saja jika dia merasa takut.
"Kau punya kekasih?" tanya J tanpa mengalihkan tatapan pada Juliet bahkan suaranya terdengar dingin.
"Eh? Ti-tidak ada," jawab Juliet dengan ragu.
"Jadilah kekasihku, maka mereka tidak akan mengganggumu," ucap J masih dengan suara yang dingin.
"Ap-apa?" Juliet menatap J, apa pria itu sedang bercanda. Wajah pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Kau setuju?" Juliet terdiam, apakah J King bersungguh-sungguh dalam ucapannya?
Cukup lama dia terdiam tanpa menjawab, lagi pula J tidak bertanya lagi. Juliet cinta pada Toddy tidak mungkin dia bisa berpacaran dengan orang lain selain pria muda itu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap J yang membuyarkan lamunan Juliet tentang Toddy. Pria muda itu mengalihkan perhartian dan menatap langsung ke dalam mata gadis tersebut.
"I-Iya- …." Juliet menggigit bibir, kenapa semua jadi kacau. Pertanyaan apa yang baru saja dia jawab? J tidak mengulang perkataanya sehingga membuat Juliet kebingungan.
Juliet merasa melakukan kesalahan, dia memberikan jawaban yang salah. Seharusnya dia tidak menerima pernyataan J, tetapi dia juga terlalu takut untuk menolak karena melihat tatapan tajam J King yang menembus ke dalam hatinya.
Setitik api yang membakar rasa cemburu berada dalam genggaman. Dia tidak tahu titik itu akan membawa penderitaan yang lebih dalam untuk dirinya.
Harapan mendapat cinta kasih sang pujaan lenyap sudah di telan kegelapan yang kelam. Tanpa disadari, dia menyerahkan kehidupannya kepada rantai iblis yang akan membawanya pada nestapa yang menghancurkan segalanya.
Kisah cinta dengan dua arah yang berbeda, bagaimana mereka bisa bertemu di satu titik, jika salah satu diantaranya memilih jalan yang berbeda?
To be continue
See you next chap ...
Gimana ini guys ...
Molly Gibson, 21 tahun
Roman Vonseca, 22 tahun
Fablo Oriestes, 22 tahun
***
Setiap insan pasti melakukan kesalahan, hanya saja tidak ada yang tahu akan kemana kesalahan itu membawa kita, tidak sedikit dari kesalahan membawa pada kebahagiaan dan berujung kisah manis.
Namun, apakah kesalahan yang dilakukan Juliet akan membawanya pada tempat indah itu? Ataukah ke jurang gelap yang memberinya kesengsaraan.
Setelah sampai di rumah, Juliet segera turun dari mobil J dan berputar untuk mengucapkan terima kasih pada pria itu yang sudah menurunkan kaca mobilnya.
"Terima kasih untuk tumpangannya, dan terima kasih karena mengantarku pulang," ucap Juliet, gadis itu sedikit menunduk saat berbicara pada J.
"Tidak perlu berterima kasih. Besok mau kujemput?" tanya J dengan nada suara yang dingin.
"Eh, tidak perlu. Aku- ...."
"Baiklah, kita bertemu di kampus," potong J pada ucapan Juliet.
"Sampai jumpa," ucap J.
"Selamat jalan," jawab Juliet, pria muda itu mengangguk kemudian menyalakan kembali mobilnya dan meninggalkan Juliet di depan rumahnya.
"Hah, aku lupa, aku tidak menawarkan dia untuk mampir," sesal Juliet. Dia mungkin tidak suka pada J tetapi dia bukan orang yang tidak tahu berterima kasih pada seseorang yang memberi kebaikan padanya.
Pukul 11:00 malam
Kriet ...
Juliet membuka pintu kamar, dia terkejut saat melihat sang adik--Miliet yang tiba-tiba menerjangnya dengan pelukan.
"Kakak!! Baru pulang, ya?" tanya Miliet saat memeluk sang kakak.
"Milie? Kau belum tidur?" tanya Juliet pada adiknya yang berusia empat belas tahun.
"Tadi aku mau tidur, tapi aku mendengar suara mobil. Aku tidak jadi tidur." Miliet menjelaskan pada sang kakak. "Pria tadi yang mengantar Kakak, apa itu pacar Kakak?"
Deg ...
Juliet merasakan debaran di dadanya, dia lupa akan hal itu. Apakah benar bahwa J adalah kekasihnya sekarang? Juliet takut salah menafsirkan kejadian di mobil tadi.
"Kakak!! Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" Miliet kembali bertanya, dia melihat kakaknya yang seperti kebingungan.
"Entahlah," jawab Juliet. Dia menghempaskan tubuh di atas tempat tidur yang selalu dia bagi bersama sang adik.
"Kakak, dia itu J King, 'kan?" tanya Miliet sambil mengikuti kakaknya berbaring.
Juliet mengalihkan perhatian pada adiknya itu, dia juga menatap heran. "Dari mana kau tahu, Milie?" tanyanya.
"Aah jadi benar?" Miliet berteriak seolah tidak percaya. "Aku tidak menyangka dia jauh lebih keren dari yang kubayangkan?"
"Apa maksudmu?" Juliet kembali bertanya pada adiknya yang begitu kegirangan.
"Kakak ini bagaimana? J King sangat terkenal. Semua teman sekolahku mengidolakan dia." Miliet mengerucutkan bibirnya.
'Apa J King benar-benar populer?'
Juliet memikirkan ucapan adiknya, kenapa nama J King seperti wabah yang menyebar? Apakah dunia semua orang sudah berpusat pada pria itu saja? Molly Gibson sang sahabat, teman kampus, dan sekarang adiknya sendiri yang masih begitu kecil untuk memikirkan seorang pria, malah bicara tentang J King yang justru membuatnya mendapat masalah.
"Jadi apa benar dia pacar Kakak? Kalau iya biarkan aku menjerit sekarang!" ucap Miliet dengan ekspresi yang meluap-luap.
"Kakak tidak tahu," jawab Juliet, dia memang tahu.
"Aku akan katakan ini pada semua temanku dan mereka semua pasti iri padaku," ucap Miliet.
"Jangan lakukan itu, Milie!!" sergah Juliet. Seharusnya gadis itu tidak menambah masalah lagi dengan nama J-- ... rasanya Juliet tidak ingin lagi menyebut nama itu.
"Ck. kakak membosankan." Miliet merajuk kemudian dia berbalik dan membelakangi kakaknya, mungkin gadis remaja itu merasa kesal dan marah pada Juliet.
Juliet memijat kepalanya yang terasa berdenyut tidak karuan. Dia berharap yang dialaminya hari ini adalah mimpi dan besok pagi semua akan kembali seperti sedia kala.
...
Orang tua Juliet sudah berkumpul di ruang makan, pagi ini gadis itu tidak bangun terlambat seperti kemarin. Miliet terlihat lahap saat menyantap sarapannya.
"Selamat pagi, Sayang?!" sapa sang ayah--Collin Harrison pada puteri sulungnya.
"Selamat pagi, Pa." Juliet mencium pipi sang ayah dan ibunya.
"Siapa yang mengantarmu pulang semalam, Sayang?" tanya Emma Harrison pada Juliet.
"Kakak diantar pacarnya semalam," sela Miliet saat Juliet hendak menjawab pertanyaan ibunya.
"Benarkah?" Emma kembali bertanya. "Mama tidak tahu kau sudah punya pacar," lanjutnya.
"Dia- ...." Juliet kebingungan, jawaban apa yang harus dia jawab.
"Dia pacar Kakak. Kenapa mengucapkan itu saja sulit sekali?" gerutu Miliet.
"Aku tidak tahu," jawab Juliet dengan suara yang pelan.
Collin yang melihat kebingungan Juliet kembali bertanya. "Apa dia pria yang baik?" tanyanya.
"Papa, pacar Kakak itu sangat terkenal, namanya J King. Dia idola semua temanku di sekolah," ucap Miliet dengan penuh semangat.
"Dia seorang artis?" tanya Collin lagi.
Juliet menggelengkan kepalanya. Wajah gadis itu terlihat sedih. Sejujurnya semua terasa rumit bagi Juliet. Secara tiba-tiba Miliet menjadi lebih cerewet dari biasanya.
"Bukan, Pa. Kak J King itu- ...."
"Milie, Papa bertanya pada Kakakmu. Jadi kau diam saja!" Collin berkata lembut pada puteri bungsunya. Miliet kembali mengerucutkan bibirnya.
"Tidak apa jika kau berpacaran. Asalkan kau memilih pria yang baik," ucap Collin dengan sangat bijak. Pria itu panutan bagi Juliet, di matanya pria itu adalah sosok paling penting dalam hidupnya. Pria yang paling bertanggung jawab pada keluarganya.
Masalahnya bukan pada hal apapun, masalah ada pada dirinya sendiri. Juliet tidak suka pada J, dia tidak punya perasaan sedikit pun pada pria muda itu. Terlebih J bukanlah pria baik seperti yang dimaksud sang ayah.
Juliet menganggap J bukan pria baik karena dunia mereka berdua sangat berbeda. Mungkin pria baik yang dimaksud sang ayah adalah seorang pria dengan kehidupan normal, tidak seperti J yang penuh dengan kontroversi, kegelapan dan juga liar.
Satu masalah yang lain, Juliet tidak yakin jika J benar-benar menginginkannya sebagai kekasih. Mungkin semalam dia salah mendengar karena ketidak jelasan J yang tidak mengulang perkataannya.
...
Juliet hampir terkena serangan jantung saat Molly sang sahabat berteriak keras di hadapannya. Gadis itu histeris saat mendengar cerita Juliet tentang J.
"Ah, Ya Tuhan. Katakan aku bermimpi. Aku tidak percaya ini!!" seru Molly, "Kau beruntung, Julie."
"Molly, ini belum pasti, lagi pula kau tahu siapa orang yang kucintai?" keluh Juliet.
"Kau benar. Ambil sisi baiknya kau mendapatkan apa yang semua orang inginkan. Kau ingin emas tapi mendapat berlian." Molly berusaha menyemangati sahabatnya.
"J tidak pernah punya pacar, dia bahkan tidak pernah menyatakan cinta apalagi menginginkan seorang gadis untuk menjadi kekasihnya."
Itu mungkin benar, tetapi J punya banyak koleksi teman kencan, sehingga julukan bastard juga bersanding dengan namanya.
Juliet terdiam, mungkin tidak ada ruginya memiliki kekasih seperti J, akan tetapi hatinya tidak bisa berbohong dia tidak menginginkan hubungan itu dengan J.
"Ini bukan tentang kepopuleran atau keuntungan. Ini tentang hatiku, aku tidak tahu harus berbuat apa." Juliet masih berharap bahwa J tidak pernah mengatakan hal itu, tetapi sebuah kenyataan menyadarkan Juliet bahwa semua itu nyata.
Seorang gadis cantik dan sekelompok temannya menghampiri Juliet serta Molly. Tatapan mereka mengintimidasi. Apalagi masalahnya selain tentang J King yang menjadi obsesi bagi mereka semua.
"Hey, ada hubungan apa kau dengan J ku?" Gadis berambut coklat pendek mulai bertanya. Gadis modis itu bahkan menggebrak meja yang dipakai Juliet untuk makan siang.
"Jadi dia gadis itu, Cherry? Hah, kampungan sekali," ejek salah seorang gadis yang berpakaian sangat minim.
"Hey, jawab aku sedang bertanya padamu?!" Cherry Shayk berteriak sehingga perhatian semua orang yang ada di kantin segera beralih dan menjadikan kejadian tersebut seperti tontonan.
Juliet sudah menduga, Cherry pasti akan bertanya dan mungkin akan membuat perhitungan dengan siapa saja yang berhubungan dengan J King. Jujur saja dia tidak peduli pada J yang diperebutkan, dia hanya terjebak di tempat dan waktu yang salah.
Juliet segera berdiri dan menjawab pertanyaan Cherry. "Itu bukan urusanmu," jawab Juliet, jujur saja dia juga merasa kesal, dalam satu malam dia berubah populer dengan masalah kontroversi karena seorang pria yang sudah mengganggu ketenangan hidupnya.
Molly menutup mulut karena tidak percaya Juliet akan melawan Cherry yang sangat ditakuti oleh semua gadis.
"Apa? Berani sekali kau!" Cherry tidak terima pada ucapan Juliet yang mengacuhkannya.
"Sikapmu itu tidak menunjukkan jati diri seorang bangsawan," ucap Juliet dengan nada suara yang dingin, "padahal kupikir gadis kaya yang terhormat tidak punya sikap kampungan seperti dirimu," tambahnya.
"Apa? Kau?!"
Plak ...
Tangan Cherry melayang dan mendarat di pipi Juliet dengan sangat keras. Gadis itu terlihat begitu marah. Semua teman Cherry tampak begitu puas, sedangkan Molly justru terlihat terkejut dan merasa kasihan pada Juliet.
Juliet bergeming, dia hanya melihat sekeliling, semua orang hanya melihat tanpa ada yang mau menolongnya. Mereka terlalu pengecut untuk melawan ketidak adilan yang terjadi di hadapan mereka.
"Dengar!! Kau pikir dirimu istimewa, J tidak akan pernah peduli pada gadis kampungan sepertimu. Kau hanya beruntung kemarin malam." Cherry kembali berkata.
"Jangan pernah dekati dia, atau kau akan rasakan akibatnya!!" ancam Cherry seolah tamparannya pada Juliet tidak cukup untuk memperingatkan gadis berambut panjang tersebut.
"Kau pikir aku peduli? Jika kau begitu menginginkannya, kenapa tidak pergi dan dapatkan dia!!" jawab Juliet yang semakin membuat Cherry naik darah.
"Kau?!!"
Greb ...
Tangan Cherry yang hampir melayang untuk kedua kalinya terhenti karena seseorang mencekal tangan gadis itu.
"J- J?"
"Apa yang kau lakukan?" Suara berat seseorang membuat semua orang terkejut. Dialah si biang permasalahan Cherry. J King menatap dingin pada gadis berambut pendek tersebut.
"J, aku hanya- ...."
"Pergilah!!" ucap J dengan nada dinginnya.
Cherry terlihat gugup, dia dan temannya terlihat ketakutan dan memilih menuruti perkataan J dari pada mereka yang akan menjadi sasaran kemarahan J.
Juliet berpaling, dia tidak ingin bertemu tatap dengan pria muda yang sudah menempatkan dirinya pada masalah yang sangat rumit.
"Kau tidak apa-apa?" tanya J pada Juliet, dia menyentuh pipi kiri Juliet yang memerah. Mungkin semua orang tidak menyadari ada getar kecemasan pada ucapan pria muda itu karena seperti biasa nada suaranya selalu terdengar dingin.
Juliet menepis pelan tangan J. "Aku baik-baik saja," jawabnya tanpa menatap wajah J.
"Semua orang akan tahu kau kekasihku," ucap J, pria itu kemudian berlalu bersama Roman yang hanya diam sejak datang tadi.
Juliet terdiam, kenapa pria itu selalu menegaskan sesuatu dengan sedikit kata. Tidak bisakah dia mengatakan dengan lebih jelas apa yang dia inginkan? Juliet yakin semua orang yang berada di kantin juga kebingungan dengan semua yang mereka dengar.
Namun, tatapan mereka memang berubah padanya. Setelah merasakan ketegangan karena ulah Cherry, senyum ramah terlukis di bibir setiap orang pada Juliet.
Selama ini kehadiran Juliet tidak pernah mereka sadari. Bahkan Juliet ragu semua teman kampusnya pernah mendengar namanya sedikit pun, tetapi sekarang dia mendadak mendapat keramahan semua orang karena pengaruh J King.
Seringkali status sosial membedakan setiap orang atas kedudukan mereka. Apa yang dimiliki? Berapa banyak harta yang kita punya?
Juliet hanya ingin hidup tenang, setidaknya biarkan dia, tidak perlu ada drama picisan dalam hidupnya, apalagi drama percintaan yang sama sekali tidak dia harapkan.
Takdir memang berubah, itu bukan kesalahan siapapun. Itu hanya sebuah jalan yang harus dia lalui dalam kehidupan.
Seandainya waktu bisa kembali maka Juliet tidak perlu menyesal dan memilih ikut bersama Molly ke pesta ulang tahun temannya.
Namun, sang waktu begitu angkuh meninggalkan semua orang dengan kesalahan mereka tanpa berpaling dan peduli. Waktu terus berjalan dan tidak ada seorangpun yang bisa memutarnya.
...
Juliet sudah selesai dengan jam kuliahnya, dan sekarang dia harus menunggu bis untuk pulang, sudah dua hari dia tidak mengendarai skuter karena benda itu sedang rusak dan belum diperbaiki.
Sebuah mobil sport hitam mengkilat berhenti tepat di depan halte bis di mana Juliet dan calon penumpang lain sedang menunggu kedatangan kendaraan besar tersebut.
Semua orang yang di halte berdecak kagum dengan tatapan berbinar saat melihat pria yang merupakan pemilik roda empat mewah menurunkan kaca mobilnya.
Juliet menatap tanpa minat pada pria tersebut. J si pemilik Bugati menampilkan wajah dingin seperti biasa. Dia menatap Juliet sekilas kemudian dengan cepat mengalihkan perhatian pada hal lain.
"Masuklah!" Singkat dan padat itulah perkataan J pada Juliet, sebenarnya itu lebih pantas dikatakan perintah.
Juliet hanya bisa menurut dan mengikuti perintah sang kekasih, ahh, rasanya dia masih tidak percaya dan tidak ingin percaya pada kenyataan itu.
Mobil J melesat dan membelah jalanan yang sedikit lengang di sore hati. Mereka terdiam tanpa ada seorang pun yang membuka percakapan. Juliet merasa kesal setengah mati, dia ingin sekali bertanya tentang status mereka yang sebenarnya.
"Mulai besok aku akan menjemput dan mengantarmu," ucap J, raut wajahnya terlihat begitu tenang.
Juliet berpaling, dia tidak percaya J akan memulai percakapan lebih dulu. Mungkin itu adalah kalimat panjang yang pernah dia dengar dari mulut kekasihnya.
'Kekasih?' Kepala Juliet terasa berdenyut. Mulutnya terasa gatal ingin bertanya tentang hal itu, dia ingin meluruskan kesalah pahaman yang sedang terjadi diantara mereka.
Juliet ingin menjelaskan bahwa sebenarnya dia tidak bisa menerima J sebagai kekasihnya, status mereka sangat berbeda jauh dari sudut pandang manapun.
Gadis itu melihat penampilan J yang berbalut pakaian sederhana, tetapi dia tahu dengan pasti semua barang yang melekat di tubuh J bernilai jutaan atau bahkan bisa lebih dari itu.
Kepalanya semakin terasa sakit, Juliet tidak akan pernah bisa mengimbangi pria tersebut. Dia yang hanya mengenakan celana jeans dan atasan katun yang mungkin harganya tidak seberapa.
"H-hey, ini bukan jalan menuju rumahku," ucap Juliet dengan sedikit ragu.
"Aku akan membawamu ke rumahku," jawab J sambil tetap mengemudi.
"Apa?" Juliet terkejut, kenapa J selalu berbuat seenaknya? Bagaimana jika orangtuanya mencari, mereka juga tidak bisa menghubungi karena batere ponselnya mati sejak tadi siang. Mereka akan cemas jika dia pulang terlambat.
"Aku sudah menelpon orang tuamu," jawab J, seolah mengerti kecemasan Juliet yang tidak terungkap.
"Kau menghubungi mereka? Seharusnya kau minta izin dulu padaku!" Juliet memberanikan diri bicara pada J dengan emosi yang tertahan. Tentu dia marah karena J sudah berani masuk dalam kehidupannya.
Dia semakin kesal karena J tidak memberi jawaban atas pertanyaannya. Pria dingin itu hanya diam dengan wajah tenang, seolah ucapan Juliet hanya angin lalu.
"Ayah, Ibu dan adikmu akan pergi ke luar kota, mereka berangkat tadi pagi dan tidak bisa memberitahumu karena ponselmu tidak aktif," jawab J panjang lebar, Juliet terdiam sekali lagi kalimat panjang keluar dari mulut J.
Apa dirinya terlalu bodoh sehingga J harus menjelaskan dengan lengkap? Dia baru ingat kedua orangtua serta adiknya memang akan pergi untuk mengunjungi salah satu kerabat di luar kota.
"Dari mana kau tahu nomer telpon rumahku?" Ucapan Juliet sedikit melembut.
"Adikmu menghubungiku," jawab J singkat.
"Milie?" Seharusnya dia tahu adik perempuannya itu memang sedikit merepotkan. Entah dari mana gadis kecil itu mendapat nomor kontak J.
"Aku bisa pulang, lagi pula ada tugas kuliah yang harus kekerjakan," ucap Juliet, sebenarnya itu hanya alasan karena dia tidak mau berlama-lama dengan J.
"Aku sudah berjanji pada seorang ibu untuk menjaga puterinya," jawab J yang membuat Juliet semakin merasa kesal.
"Apa yang Mama katakan?" tanya Juliet penasaran.
"Daerah tempat tinggalmu tidak aman, sering terjadi parampokan dan pembunuhan," jawab J tanpa menghiraukan pertanyaan Juliet.
Lagi-lagi Juliet kehilangan kata. Itu benar, daerah tempat tinggalnya sangat minim pengamanan, bahkan satu minggu lalu seorang maniak ditangkap karena mencuri barang pribadi milik para wanita yang merupakan tetangganya.
Masalah apalagi yang akan dihadapinya karena J sudah mengikut sertakan keluarganya dalam hubungan mereka yang benar-benar tidak jelas. Kenapa semua semakin runyam.
Dia memahami ibunya yang selalu tenang dan lembut hanya ingin ada seseorang yang menjaganya. Kenapa mereka percaya pada J yang sama sekali tidak dikenalnya. Mungkin saja pria itu lebih jahat dari seorang pembunuh dan lebih gila dari seorang maniak.
Mungkin Juliet harus kembali pasrah dan mengikuti takdir yang sudah punya jalan cerita hidupnya, seperti arus yang membawanya hanyut dan tenggelam di dunia yang dingin dan menyesakkan.
Kegelapan itu semakin erat mendekap kehidupannya yang semula berwarna. Tanpa dia sadari, kegelapan itu juga terbawa karena cahaya yang dia miliki telah menarik sang kegelapan untuk meredupkan cahayanya.
To be continue
See you next chap ...
Follow Ig untuk promo story
@_if7_queen
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!