Di pagi hari tepatnya hari senin seperti biasa Sasya berangkat kesekolahan dengan mengendarai motor matic-nya untuk praktikum kejuruan, karena praktikum tidak bisa dilakukan dengan online dan mengharuskan Sasya seminggu sekali untuk datang praktikum ke-sekolah, di sebabkan karena adanya pandemi. Sasya baru menginjak kelas sepuluh SMK Kesehatan. Sasya adalah siswi baru tahun ajaran tahun ini. Kebetulan Sasya mengambil jurusan Keperawatan.
"Bismilah." ucap Sasya sebelum mengendarai motor nya yang belum lama ia panasi di garasi rumah.
Sesampai-nya Sasya bertemu teman sekelasnya, tanpa basa basi pun langsung memulai melaksanakan praktikum sesuai jadwal. Sasya mempunyai mimpi besar berkerja sebagai perawat di rumah sakit Jepang, terinspirasi dengan visi dan misi sekolah yang menyalurkan alumni-nya yang berminat untuk di tugaskan di Jepang. Sasya mempunyai tekad untuk bisa bekerja di sana, sebagai loncatan untuk menambah ilmu dan mengenal budaya negeri sakura.
...⚘⚘⚘...
Dua tahun pun berlalu banyak rintangan yang Sasya lalui. Akhirnya masa yang di tunggu-tunggu tiba untuk anak kelas duabelas, kelulusan sudah di depan mata hanya tinggal menghitung hari saja. Jatuh bangun Sasya mengikuti seleksi untuk bekerja ke Jepang.
Hari ini Sasya terakhir mengikuti eskul bahasa Jepang di sekolah dengan sensei yang sudah ia kenal baik.
Sasya pun masuk dan langsung ikut pembelajaran. Dengan tenang para murid menarik kursinya masing-masing. Kebetulan sensei pun langsung masuk kedalam kelas bersama guru pembimbing yang berjabatan sebagai hubin disekolahku.
Guru pembimbing pun cepat menyampaikan sebuah informasi penting. "Murid-murid ibu yang pintar, ibu akan memberitahu bahwa sebentar lagi akan diumumkan siapa yang lolos seleksi untuk bekerja ke Jepang. Jangan khawatir paspor dan tiket pesawatnya sudah di tanggung oleh pihak sekolah. Jadi kalian yang lulus seleksi sudah tinggal berangkat saja. Pihak sekolah pun sudah menentukan akan di tempatkan di beberapa Rumah Sakit sesuai potensi yang di miliki masing-masing anak," ucap guru pembimbing seraya tersenyum memandang semua murid di hadapannya yang tengah sedikit ribut berbisik dengan teman depan, samping dan belakang.
"Baik bu, terimakasih informasinya." ucap murid dengan serentak sambil menganggguk.
Karena Sasya masih bingung dan penasaran, ia mengangkat sebelah lengan-nya untuk bertanya.
"Ibu Sasya ingin bertanya?" ucap sasya kepada guru pembimbing dengan raut wajah riang-nya.
"Iya nak ingin bertanya apa?" ucap ramah guru pembimbing sambil menatap Sasya.
"Sasya ingin bertanya, maksud dari menentukan Rumah Sakit apa ya bu? saya belum paham." ucap Sasya kepada guru pembimbing.
"Oke, jadi maksud dari menentukan Rumah Sakit itu setiap Asper yang di pekerjakan di Rumah Sakit Jepang dipilh sesuai keahlian dan kompetensi masing-masing dari Asper, misalnya Asper Sasya dia rajin dan pintar memiliki hasil tes seleksi tinggi, maka Sasya akan di masukan ke Rumah Sakit terbesar dan terkenal di Jepang. Biasanya setiap Asper di pencar ke Rumah Sakit lainnya jadi kalian tidak ada barengan-nya untuk bekerja dalam satu Rumah Sakit tersebut. Apakah penjelasan yang ibu berikan mudah di pahami atau tidak?" tidak henti sang guru selalu mengakhiri dengan senyuman.
"Sangat medah untuk di pahami bu, terimakasih." ucap Sasya sambil menarik senyum ujung bibirnya. Murid yang lainnya menjawab dengan menganggukkan kepala saja.
...⚘⚘⚘...
Sore pun tiba Sasya pulang kerumah setelah seharian lelah belajar seraya bermain tersebut. Sesampai-nya di depan gerbang rumah dengan beberapa kali ia tekan bell. Pak Badri langsung bergegas membukakan pintu gerbangnya. Pak Badri adalah selaku satpam rumahnya. "Pak, Mamah udah pulang belum?" tanya Sasya ramah.
"Sudah nona Sasya." pak Badri menganggukkan kepala seraya tersenyum.
"Terimakasih," jawab Sasya seraya membalas senyuman.
Sasya pun memarkirkan motor di garasinya.
Berjalan masuk kedalam rumah dan tidak lupa bersalam mencium tangan ibu-nya yang tengah terduduk di sofa ruang televisi. "Anak mamah sudah pulang?" ujar wanita cantik di hadapannya mengusap lembut rambut Sasya. "Cepat mandi, lalu makan !!!." menarik senyum di wajah-nya.
Mata Sasya pun menelusuri seluruh isi rumah. "Sebentar, papah belum pulang?" Sasya yang menyadari bila sesosok cinta pertamanya belum kunjung berada di rumah, lalu mendudukkan diri.
"Papah masih banyak pekerjaan di resto, sayang."
sambil mengusap lembut rambut Sasya yang duduk di sebelah-nya. "Cepat mandi !!!" titah tegas-nya.
Sasya berlari masuk ke kamar langsung mandi, setelah mandi Sasya membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk sambil menatap kearah langit-langit atap. Sambil membayangkan apabila ia sudah bekerja di Jepang dan berharap ia lulus seleksinya. Alih-alih hasil kerjanya selama ini untuk membanggakan kedua orang tua-nya atas pencapaian yang sudah di raih-nya.
...⚘⚘⚘...
Hari ini adalah hari di mana bahagia dan haru bagi seluruh murid akhir kelas duabelas, karena hari ini adalah puncak yang di nanti selama tiga tahun,yaitu hari kelulusan. Di mana perpisahan yang menemani selama tiga tahun pun usai di hari itu. Rasa pertemanan tidak akan sama setelah lulus tiba mereka yang sudah sibuk dengan dunia-nya masing-masing. Di mana dunia pun memberikan suatu pembukaan jalan menuju dewasa-nya seseorang untuk lebih nyata menghadapi dunia luar.
Mungkin setelah lulus ada yang melanjutkan menuju perguruan tinggi dan ada pula yang berkerja atau berwirausaha, semua bagaimana kondisi kehendak setiap individu. Setiap manusia mempunyai ekonomi yang berbeda, patutlah kita selalu bersyukur atas nikmat yang sudah di berikan sang maha kuasa. Beruntung-nya untuk kalian yang masih memiliki orangtua yang lengkap untuk menyaksikan kelulusan. Sasya baru saja kehilangan kedua orangtua-nya, ia memendam rasa sakit dan sedihnya setelah seminggu orangtua-nya meninggalkan Sasya seorang diri karena tragedi kecelakaan yang menimpa kedua orang tua-nya, mungkin sekarang sekarang sudah bahagia diatas sana. Lalu pandemi covid 19 pun telah usai.
Dua orang gadis cantik menemui Sasya yang masih terlelap di kamar-nya. Merekalah sahabat Sasya, Nita dan Quira yang sedang menginap di rumah Sasya selepas kepergian orangtua Sasya yang sudah menemui tuhan di atas sana.
"Ya ampun, bangun Sya, ntar kesiangan gimana?" ucap Nita lembut sambil menepuk punggung Sasya yang membelakanginya.
"Sasya hari ini hari kelulusan, masa lo enggak mau lulus sih?" ucap Quira.
Brak, Brak, Brak
"Bangun enggak !!!" sambil berdiri depan pintu yang sudah terbuka dan menggedor-nya.
"Eh anj, enggak usah sampai segitu-nya kali pintu orang rusak mau ganti?." ucap Nita sambil menggeplak Quira karena saking kesal-nya.
Nita 'pov
Ya allah punya temen gini banget sih. Disaat temennya lagi berduka dia malah kayak ngajak tawuran suka emang rada-rada si Quira. Mana sekolah misah sendiri gara-gara katanya enggak mau ngambil jurusan keperawatan terus malah ngambil di sekolah umum yang jurusannya otomotif dengan planning mau bantuin papah-nya di bengkel. Sebelum hari kelulusan dia mau ngambil kuliah jurusan keperawatan di SNPMB jalur rapot.
"Aihs sakit..." jawab Quira mengerang sambil memegangi kepala "Tenang gw bisa ganti kalau pintu gini doang, berapaan sih?." Quira menyombongkan diri-nya.
Tiba-tiba.....
Bantal melayang mengenai kepala Quira.
Mampus. Ucap batinku dan langsung melihat kebelakang dan ternyata Sasya sudah berdiri di atas kasur, sontak aku kaget tiba-tiba Sasya teriak.
"Berisik woy !!! alah si Quira belagu Nita." ucap Sasya sambil menepuk punggungku. "Masih pake uang ortu aja lo bangga," lanjut Sasya.
Quira pun cengengesan. "Allahu akbar gw lupa ternyata." menepuk dahinya. "Kalem Sya, enggak boleh se-fakta itu. Cukup ampun suhu...." ucap Quira seraya membungkukkan setengah badan.
Tertawa sangat kencang saat melihat sikap Quira setelah terserang sarkas Sasya. Aku sudah melihat adanya sedikit keceriaan di raut wajah Sasya, bahkan aku tidak tahu bagaimana isi hatinya.
Nita 'pov end
Quira berlari meninggalkan mereka berdua, masuk ke dalam kamar yang di singgahi-nya selama seminggu yang lalu dan membuka koper-nya untuk mengambil sesuatu. "Eh guys, liat buku tabungan gw banyak 'kan...." Quira memperlihatkan tabungannya dengan menaikan kedua alis-nya.
Saat Quira menunjukan saldo tabungannya, Sasya langsung menoleh ke Nita memberi kode tatapan isyarat. "Rajin banget sahabat gw menabung" Sasya menghampiri seraya menepuk-nepuk puncak kepala Quira.
"Wihhh banyak tuh, traktir boleh kali...," ledek Nita.
Dan tiba-tiba Sasya membubarkan pembicaraan mereka untuk segera mandi sebelum terlambat menuju acara kelulusan mereka termasuk Quira walau pun beda sekolah. Sesegera mungkin mereka mandi memasuki kamar mandi mana pun yang kosong di rumah Sasya.
Mereka berangkat kesekolah masing-masing dengan melesat menggunakan BMW putih milik Quira. Quira pun selayaknya supir yang mengantar Nita dan juga Sasya menuju sekolah. Orangtua Nita dan Quira pasti sudah sampai duluan disana. Dimana hari ini hari penting Sasya dan Nita berserta orangtua-nya sudah merencanakan untuk menjadi wali Sasya hari ini. Nita sudah membayangkan betapa sedih-nya Sasya tidak ada yang menemani di hari istimewa ini.
"Bye, bestie," ucap kompak seraya melambaikan tangan mereka saat Quira menurunkan di depan gerbang sekolah dengan di balas klakson oleh Quira.
Mereka sudah selayaknya tuan putri yang sangat anggun dan cantik untuk menyambut kelulusan. Dengan di balut sepatu heels dan kebaya berwana navy dengan gaya rambut di sanggul modern yang membuatnya mereka tambah mempesona.
flashback on
Sasya menuruni anak tangga hendak sarapan menuju meja makan, tetapi kini Sasya sudah berpakaian rapih. "Pagi, mah." Memeluk mamahnya dari belakang.
Menoleh ke arah Sasya. "Ya, ampun wangi sekali gadis mamah, mau kemana nih?" menarik kursi meja makan di sampingnya dengan menyuruh Sasya cepat terduduk seraya menyelipkan rambut Sasya di belakang telinga.
Sasya sangat cantik dengan rambut terurainya memakai bando mutiara di balut mini dress casual berwarna navy dan tas ransel kecil-nya berwarna hitam, tidak lupa untuk flat shoes putih. "Mamah udah lupa? Semalam baru aku minta izin." Menghembuskan napas panjang seraya menyilangkan tangannya.
"Baiklah, jangan terlalu malam pulangnya." ucapnya seraya tersenyum.
Setelah Sasya menyelesaikan sarapannya, ia hendak menuju garasi rumah. Sasya melihat papah-nya tengah sibuk berurusan dengan mesin mobil. "Sudah nanti lagi pah, sarapan dulu. Mamah sudah menunggu di meja makan," titah Sasya seraya tersenyum.
"Anak papah sangat cantik hari ini." pujinya seraya menyilangkan tangan dengan di iringi anggukan kepala.
"Oh... Jelas. Ya udah aku mau berangkat, teman-ku udah menunggu di depan." Usai berpamitan dan melambaikan tangan Sasya bergegas menemui Nita dan Quira yang berada di depan gerbang rumah.
...⚘⚘⚘...
Malam pun tiba dengan bulan purnama yang cantik dengan di temani oleh bintang-bintang menghiasi langit malam. Kini Sasya sedang di dalam perjalanan hendak pulang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. "Seru banget 'kan pesta Lala tadi," ucap Nita.
"Real !!! Meriah banget," jawab excited Sasya.
"Nita kayaknya lo harus adain pesta meriah juga menyambut sweet eighteen," ucap Quira yang tengah fokus menyetir.
"Mana ada, ngawur." Sorak Nita seraya menggoyangkan badan Quira.
Sasya tertawa menonton keributan mereka berdua. "Udah, udah." Sasya memisahkan mereka.
Akhirnya perjalanan pun sudah sebentar lagi sampai ke depan rumah Sasya. "Wait, rumah lo banyak tamu, Sya?" heran Quira memberhentikan mobil di depan rumah tetangga Sasya, karena di depan rumah Sasya banyak sekali mobil terparkir.
"Ada apa, ya?" Nita pun ikut terheran, lalu mereka turun dari mobil.
Sasya yang bingung dan terheran pun masih mematung berpikir. Ia mengambil ponsel di dalam tas berusaha menyalakan. "Yah, lowbat," gumam Sasya.
"Sasya," seseorang memanggil dengan nada berat berjalan menghampiri.
Sasya menoleh ke arahnya. "Om Robby." sontak Sasya terkejut dan bersalaman. Saat Sasya menegakkan kepalanya menoleh kearah dua orang yang sedang berjalan membawa karangan bunga besar melewatinya dengan bacaan.
TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA MR. ADAM HARIZ DAN MRS. RANIA SAFIRA. DARI REKAN BISNISMU ROBBY KURNIAWAN DAN KELUARGA.
Sasya yang membawa tulisan tersebut pun langsung berlari cepat masuk kedalam rumah dengan tangisan yang pecah. "Mamah, papah...," teriak Sasya melalui banyak orang di hadapan-nya. Memasuki rumah ia melihat jenazah kedua orangtua-nya sudah terbaring di balut dengan kain kafan di kelilingi banyak orang yang sedang mengaji yasin. Kakinya lemas tidak kuat berdiri lagi, dadanya sesak seakan-akan ini adalah mimpi untuk-nya. Semua orang menoleh kepadaku termasuk mbok Ani menghampiriku dengan memeluk erat. "M-mbok ini m-mimpi 'kan...?" ucap-nya gemetar terbata-bata seraya menahan tangis pecah-nya.
"Yang sabar, nona Sasya," lirih mbok Ani seraya mengusap lembut kepala-nya.
"Enggak, enggak mungkin !!!" Sasya berusaha menyangkalnya.
Note:
Sensei : Guru (dalam bahasa jepang)
...⚘⚘⚘...
Pelangiku sudah hilang meninggalkanku, kini aku hilang arah dan tenggelam dalam kesedihan. Aku lebih memilih kehilangan teman dan kekasih daripada kehilangan orangtua-ku. Garis kehidupan manusia berada di tangan tuhan, manusia tidak pernah bisa menghalangi takdir.
_Sasya.
¤
¤
¤
¤
¤
¤
🖍Jangan lupa Vote dan Like 🖍
📖 Selamat membaca 📖
Aku harap kalian suka sama karya aku🤗
Sesampainya di sana mereka langsung bertemu orangtua Nita. Kini Nita yang di dampingi oleh papah-nya dan Sasya yang didampingi mamah Nita. Mereka duduk bersampingan dengan Nita yang terus memandang Sasya yang terdiam dengan tatapan kosong.
"Sya, lo kenapa?" bisik Nita yang cemas seraya menepuk pelan paha Sasya.
Sasya pun sontak terkejut mendengar suara Nita. Ia menghembuskan napas panjang. "Ta, kok Quira diemin gw terus, ya? Kayaknya Quira marah sama gw deh." menoleh kearah Nita.
"Kayaknya dia enggak marah kok." mengusap punggung Sasya seraya menarik senyum "Udah jangan dipikirin lagi, gw tad......" ucapan Nita terpotong saat nama-nya tersebut di panggil oleh mc yang segerakan mengambil ijazah.
Sasya pun menghembuskan nafas pasrahnya saat Nita berjalan menuju panggung dan mengambil ijazah tersebut. Quira masih marah enggak sih sama gw, batin Sasya cemas.
Nita kembali dari depan sudah menerima ijazahnya dan teringin melanjutkan bicaranya. "Sya, gw lanjutin ngomong yang tadi, jadi gini tadi gw li......." dan terpotong kembali ucapannya.
"Bentar, gw dipanggil." Sasya membangunkan diri berjalan melangkahkan kaki kedepan panggung.
...⚘⚘⚘...
Sasya 'pov
Ku berjalan kedepan menuju panggung menghampiri guru-guru, kepala sekolah dan mc, sontakku kaget dengan apa yang mc katakan kepada seluruh warga sekolah yang ada di hadapanku.
"INI SALAH SATU SISWA PINTAR DAN BERPRESTASI YANG DAPAT KERJA DI RUMAH SAKIT TERBESAR DAN TERKENAL YANG BERADA DI JEPANG, BOLEH KASIH TEPUK TANGAN-NYA ." teriak mc yang sambil memegang mic.
Air mataku tiba-tiba jatuh membasahi pipi yang sudah rias oleh makeup flawless. Sontak aku langsung menyeka air mata dan membalikkan diri menghadap para audience dan melemparkan senyum lalu sedikit membungkukkan badan kepada seluruh audience staff penting di hadapanku. Di atas panggung ini aku bisa melihat betapa lebar senyum Nita dan juga orangtua-nya dengan excited. Keluarga Nita dan Quira adalah salah satu keluargaku yang tersisa yang selalu mendukung dan menyanyangiku sama seperti anak-anak mereka.
prok, prok, prok
Suara meriah tepuk tangan terdengar melengking di telingaku mengisi seluruh gedung besar tersebut, aku melihat Nita dari jauh dengan mata-nya berkaca-kaca sambil tersenyum lebar hingga mata-nya menyipit seraya bertepuk tangan. Sebelumnya aku sangat-sangat bersyukur atas do'a-ku yang sudah di ijabah oleh tuhan yang maha esa, tapi aku sedih dadaku pun terasa sesak di saat yang berbahagia aku tidak di dampingi oleh orangtua-ku saring terlintas semua jasa yang mereka berikan dan selalu men-support hal apapun selagi positif kepadaku. Seakan-akan aku terpental oleh kenyataan yang kini hanya menyisakan kenangan indah bersama mereka, tidak akan pernah lupa bagaimana perjuangan sampai di titik jaya-nya kedua orangtua-ku. Sebagai anak penting untuk menjaga martabat keluarga dengan baik dan juga menjaga semua peninggalan mereka untukku, aku tidak boleh hanyut dalam kesedihan terus-menerus karena mungkin mereka akan merasakan sedih juga. Mulai detik ini aku walaupun mereka sudah tiada harus berjuang untuk mengejar planing masa depan yang sudahku buat semata-mata hanya untuk membanggakan mereka tidak ada kata terlambat untuk berjuang. Mereka masih bersama dalam jiwaku di dalam hati mungil ini, mereka pun senantiasa melihatku dari alam yang berbeda.
Mendali kelulusan berserta selongsong pun di berikan oleh staff petinggi serta kepala sekolah dan seluruh dokumen-dokumen pentingku untuk berangkat ke Jepang. Aku pun tinggal menunggu ijazah selesai di cetak dan pergi mengambilnya kembali kesekolah.
"Teruslah berprestasi dan semangat, ya nak !!!" ucap kepala sekolahku sambil memeluk debgan mata berkaca-kaca terasa menjatuhkan air matanya di bahuku.
"Ibu jangan nangis." Aku pun dengan cepat mengusap air matanya.
"Kamu salah satu murid yang terus mengharumkan nama sekolah ini, ibu bangga denganmu." tersenyum seraya memegang erat kedua lengan atasku.
"Iya bu, terimakasih berkat ibu juga saya bisa seperti ini," dan dijawab anggukan oleh ibu kepala sekolah.
Setelah seluruh guru dan staff yang ada disekolah memberiku ucapan selamat dan terus menyemangatiku. Terasa hidupku kembali terbangun dari jurang kegelapan akibat kesedihanku yang mendalam. Berjalan melangkahkan kaki menuruni panggung kembali ketempat dudukku dan langsung memeluk sahabatku. Tidak lupa papah Nita pun memberiku ucapan selamat. Hidupku semakin berwarna dan berarti, hatiku bahagia, perlahan aku bisa mengikhlaskan kepergian mereka agar tenang di alam sana.
"Congrats, ya ampun enggak lama lagi lo ninggalin gw," ucap Nita yang tersenyum dan meneteskan air matanya. Aku langsung membalasnya dengan pelukan.
Mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela. Aku harus menanggung semua keputusan awalku yang sudah aku jalanin selama tiga tahun ini. Rasa berat di hatiku untuk meninggalkan mereka, mungkin seminggu lagi aku masih bisa bersama mereka dengan nyata dan tidak berjauhan.
...⚘⚘⚘...
Matahari yang tadi menyinari bumi sudah berganti bulan yang menerangi bumi dengan indah dan tidak lupa banyak bintang yang berkelap-kelip. Mereka bertiga sedang berbelanja pakaian untuk...
flashback on
Acaranya pun telah selesai dan mereka berjalan keluar dari tenda besar didirikan dilapangan sekolah yang memeriahkan acara kelulusan. Setibanya mereka sudah sampai keluar gerbang sekolah, tapi Nita menarik tangan Sasya yang hendak ingin menaiki mobil orangtua Nita yang sebelumnya mengajak untuk mereka pulang bareng, tapi Nita terus menggelengkan kepalanya.
"Ya udah nak, mamah pulang ya sayang, jagain Sasya, ya !!!" sambil melambaikan tangannya dan bergegas menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari kami berdiri.
"Pasti mah, aku selalu jagain," teriak Nita, lalu dengan cepat pun mobil tersebut melaju menjauh meninggalkan kami.
"Terus kita mau kemana dulu? Aku malu masih pake baju kayak gini," tanya Sasya bingung.
"Liat aja nanti,"
Tin, Tin, Tin
Suara klakson mobil fortuner berwarna hitam terhenti di hadapan mereka berbunyi dan menyorotkan lampu jarak jauh sampai mata mereka silau oleh cahaya tersebut. Sasya menarik baju Nita agar menepi dari hadapan mobil tersebut.
"Yok ikut gw, kedalam," ajak Nita sambil menarik tangan Sasya, tapi Sasya enggan untuk mengikutinya karena takut.
Seseorang keluar dari mobil tersebut. "Hai, jalan-jalan yuk !!!" sapa-nya dengan suara familiar menghampiri mereka.
Sasya pun berjalan mundur kebelakang karena ketakutan. "Astagfirullah gw takut, dikiranya gw pengen dijual sama sahabat gw sendiri ke om-om mesum atau sugar daddy." Seraya memukul kap mobil Quira dengan heels lantaran kesal dan Nita yang menjadi penonton pun tertawa terbahak-bahak.
"Please, ini mobil bokap ntar gw di omelin kalo lecet-lecet !!!" Melihat kap mobilnya yang dipukul heels Sasya. Kini mobil yang di pakai Quira berbeda saat mengantar datang Nita dan Sasya, karena hal tersebut sudah di rencakan sejak awal dengan di setujui Nita.
"Siapa suruh nge-prank?" ketus Sasya.
Quira dan Nita pun tertawa kecil dengan saling menatap. Quira dengan tiba-tiba melempar kunci mobil kepada Sasya. Sasya sontak terkejut la hampir meleset menangkapnya. Cepat Sasya langsung menaiki mobil disusul Quira yang duduk di samping Sasya dan Nita yang duduk di belakang. Memacu mobilnya dengan cepat yang di kemudikan Sasya dan terhenti di sebuah mall atas permintaan Quira. Berhenti dan memarkirkan mobil di basement lalu masuk kedalam sebuah mall untuk membeli beberapa pakaian ganti. Sadar mereka akan malu kalau tidak berganti baju dengan pakaian kebaya yang masih menempel di badan.
flashback off
"Ra, lu yang bayarkan bajunya?" ucap Nita.
Quira menjawab dengan anggukan hendak mengeluarkan kartu plastik yang berharga untuk membayar pakaian mereka di depan kasir yang sedang mematung menunggu atrian. Sebelum mereka keluar dari mall mereka berganti pakaian di toilet dengan pakaian yang masing-masing tadi di beli.
"Eh guys, kita ke supermarket yang enggak jauh dari sini, ya !!! titah Nita seraya merangkul mereka. "Tenang, kali ini gw yang bayarin." ujar Nita yang bersemangat dengan riang berjalan keluar dari mall menuju basement.
"Padahal di mall ini ada supermarket bukan? Kenapa enggak sekalian disana aja?" goda Quira.
"Ah, lo kayak enggak tau aja," jawab Sasya seraya tersenyum.
"Oh... Biasa mau minta uang jajan sama mbak Irna." Quira menepuk bahu Nita.
Nita yang berpura-pura mengabaikan perbincangan kedua sahabatnya dengan cepat ia masuk kedalam mobil.
Mereka pun langsung melajukan mobil ke supermarket milik orangtua Nita. Sesampainya mereka di sana memilih makanan memasukkan kedalam troli belanja seraya mendorong troli menelusuri setiap rak camilan yang di susun rapi di supermarket sebesar ini. Saat mereka sampai di kasir, pegawai kasir tersebut hanya membungkusi makanan kedalam sebuah hand bag. Sedangkan Nita sedang berbincang sama mbak Irna selaku manager yang di percaya oleh papah-nya yang pastinya Nita hendak meminta uang jajan.
"Mbak aku ngambil camilan ya, bilang sama papah bill pembayarannya enggak aku bawa buat tanda bukti, terus aku minta uang..." rengek Nita.
"Berapa?" ucap mbak Irna
Nita pun membisikkan nominalnya. "Yey, udah masuk mbak," ucap girang Nita yang melihat notif transfer dari mbak Irna. "Nanti jangan lupa bilang papah, kasian kalo papah bingung uangnya berkurang," ucap sumringah Nita.
Menarik senyum di wajahnya. "Okey." seraya menganggukkan kepala.
"Makasih mbak, aku jalan dulu sama temenku, bye." sambil melambaikan tangan melangkahkan kaki keluar dari supermarket.
Sesampainya di dalam mobil Nita langsung di introgasi oleh sahabatnya yang sudah menunggu-nya. "Ekhem, dapet berapa nih?" tanya Quira penasaran.
Nita langsung menunjukan bukti transferan di ponselnya dengan cepat.
"Heh, kayaknya lo lagi morotin bokap lo?" ujar Quira yang kaget melihat nominalnya sangat banyak nolnya.
Sasya yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Udah jangan ribut." Sasya langsung memisahkan mereka berdua sebelum perdebatan dimulai. "Kita mau kemana nih?" tanyanya bingung.
"Sya gantian," ucap Quira. Seakan mengerti Sasya dengan kode mata yang menyuruhnya bergantian untuk mengemudi. Sasya pun pindah ke kursi yang paling belakang.
"Lah, gw kok kayak supir?" tanya Quira bingung.
"Semangat ya, lo pasti bisa kok," jawab mereka kompak sambil tiduran di kursinya.
...⚘⚘⚘...
Hari pun sudah pagi, matahari mulai menyinari mereka tembus lewat kaca mobil. Nita dan Sasya baru terbangun dari tidurnya yang terlelap sangat nyenyak saat sedang perjalanan. Semalaman Quira melajukan mobilnya dengan kecepatan 120 km/jam di tol menembus angin malam yang sangat dingin, sekarang mereka tengah berada di rest area tepatnya rest area cipali sudah berjam-jam Quira terhenti untuk tidur mengistirahatkan tubuh dengan mata kantuknya yang sudah tidak tertahankan lagi.
"Quira...," panggil Sasya yang menyadari mereka terhenti seraya mengucekan mata. Berjalan melompati kursi di baris kedua dengan mendudukan tubuhnya, dengan hati-hati Sasya melangkah melewati kursi yang ada di depan-nya tanpa membangunkan Nita. Tapi mustahil Nita malah terbangun saat Sasya ingin melewatin kursi tersebut.
Setelah mereka berdua bangun dari tidurnya lalu mereka meninggalkan Quira yang sedang terlelap terlihat sangat capek sekali. Mereka berdua bergegas untuk kekamar mandi dahulu. Setelah selesai mereka memesan makanan di resto yang berada di rest area tersebut.
"Ta, lo tunggu sini biar gw yang bangunin Quira," Nita hanya mengangguk. Sasya pun berlari menuju mobil Quira, tapi tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan Sasya sehingga terhenti berlari.
¤
¤
¤
¤
¤
¤
¤
🖍Jangan lupa Vote dan Like yah🖍
Semoga kalian suka dengan karyaku🤗
📖 Selamat membaca 📖
Dan ternyata yang menarik tangan Sasya Adalah Quira dengan raut wajah cemas dan kebingungan.
"Heh, gw masa enggak diajak, main tinggal di mobil sendirian !!!" keluh Quira yang sejak tadi mencarinya. Lalu Sasya pun menjelaskan kesalah pahaman ini kepada Quira takut Quira ngambek lagi. Sasya pun langsung membawa Quira menuju resto yang tadi ia sudah pesan makanan tersebut.
...⚘⚘⚘...
Saat mereka memacu mobil dan sudah berada di gardu Exit tol, kini Nita yang menyetir dan Sasya berada di sampingnya, sedangkan Quira tengah terlelap di kursi belakang.
"Ta, berhenti di depan kita tolong orang itu," ucap Sasya sambil menunjuk kearah mobil yang mogok lalu ada seorang pria yang sedang kebingungan.
Nita hanya mengangguk mendengarnya dan memberhentikan mobilnya di depan mobil BMW milik pria tersebut. Disaat mobil berhenti Quira pun terbangun, mereka pun turun dari mobilnya menghampiri pria tersebut dan menawarkan bantuan.
"Hai... ada yang bisa kami bantu?" ucap kompak mereka bertiga saat menghampiri tersebut. Tapi pria itu tidak menjawab hanya melamun dengan tatapan matanya melihat kita dari atas sampai bawah.
"Perkenalkan aku Sasya, ini Nita dan ini Quira," ucap Sasya memperkenalkan sahabatnya sambil menunjuk mereka. Sebelumnya mereka sudah berganti flat shoes dan berbalut drees di atas lutut.
"Hmm, aku Nico," jawab pria sambil berjabat tangan dengan mereka. Mereka pun membalas jabatan tangan pria tersebut.
"Biar akrab manggilnya om, pak ,atau apa?" ucap Nita.
"Setua itu 'kah kalau aku dipanggil om?" jawab pria yang bernama Nico tersebut.
"Ya udah, kakak aja," ucap Sasya sambil tersenyum. Mereka pun berlari mengambil alat mekanik di bagasi mobil Quira.
Nico 'pov
Aku terkaget saat ada tiga orang gadis cantik dan sexy menghampiri ku dan membuat junior ku terbangun saat pertama kali melihat pesona mereka yang sangat merangsangku. Mereka datang tepat waktu saat aku kebingungan mencari bantuan yang awalnya ku hubungi montir yang tidak bisa datang kelokasi tempatku berdiri disini. Lalu Mereka membantuku mengecek mobilku (tepatnya bukan mobilku tapi mobil bosku yang sebelumnya ku pinjam untuk mengantar berkas klien).
Aku masih memakai baju formal mataku tidak bisa berpaling saat mereka membuka kap mobilku dan mengecek mesinnya. Terkejut sangatlah jelas aku terkejut karena jarang wanita seperti mereka yang aku sebutnya ahli dalam permesinan, yang biasa wanita enggan untuk berkotor-kotoran karena oli mesin atau yang lainnya. Pemandangan yang sangat indah dari lekuk tubuh mereka yang aku tidak bisa berhenti melihatnya. Seketika junior ku memberontak ingin di keluarkan dan merasa sakit di balik celanaku.
"Maaf kak, aku mau mengecek kebawah dulu." Saat seorang gadis bernama Quira berdiri dihadapanku, aku tidak bisa berpikir jernih pikiranku seakan sudah terbawa oleh nafsu. Saat gadis itu berlulut di hadapanku dan aku berusaha untuk tenang tapi juniorku terus memberontak.
Damn, dia hanya mengambil alas yang di letakkan di dekat kaki ku untuk mengolong dan mengecek bawah mobil apa ada kerusakan atau tidak, tanganya pun sudah mulai kotor dengan oli, batinku.
Setelah semua selesai mereka membereskan alat mekaniknya dan saat Quira mengolong untuk mengecek mobilku, aku tanpa sungkan membuka jasku dan meminjamkan untuk menutupi paha mulus yang putih milik Quira yang menurutku sangat menggoda dan yang pasti aku tidak melewatkan hal tersebut untuk menjadi pemandangan yang indah. Mungkin di luar sana ada singa-singa kelaparan yang siap menyantap tubuh ideal milik Quira, mungkin lebih agresif dariku, tidak boleh di pertontonkan secara legal untuk orang yang hilir mudik disini.
"Bagaimana, apa kerusakannya?" ku yang bertanya heran.
"Kerusakannya ada di air radiator habis dan busi kotor," ucap Sasya.
"Terus ada kebocoran di tangki bensi," lanjut Quira.
"Kalau soal busi kita udah bersihkan dan mungkin mobilnya bisa berjalan tapi tidak jauh kalau tetap di paksakan akan mogok kembali," di sambung lagi oleh Nita.
"Kakak, coba stater mobilnya !!!" ucap Quira. Aku pun langsung membuka pintu mobil yang dibiarkan terbuka begitu saja dan mencoba menyalakannya.Tapi Quira mengikutiku dan berjongkok disampingku sedangkan kedua temannya membungkuk dibelakang Quira dan memerhatikanku.
Kok gw malu di liatin ciwi-ciwi kayak gini, seakan gw enggak berguna sebagai cowok, batinku.
Quira pun memerintahku untuk mengikuti mobilnya dan aku membuntuti dari belakang ujarnya akan membawa mobilku kebengkel yang tidak jauh dari sini. Sampailah di sebuah bengkel besar yang berjejer dari mobil biasa sampai mobil mewah sedang di perbaiki. Aku pun suruh menunggu di kursi tunggu saat mereka tiba-tiba masuk keruangan khusus staff. Tidak menunggu lama montir disana langsung memperbaiki mobilku.
"Kak, makasih, ya," ucap Quira yang mengembalikan jasku secepat kilat padahal aku ingin di kembalikan nanti.
"Oh, sama-sama." Aku mencium wangi laundry jasku yang sangat lembut.
...⚘⚘⚘...
Matahari sudah mulai terik Sasya dan dua sahabatnya melanjutkan perjalannya.
Quira 'pov
Saat dimana aku mengantarkan pria yang baru saja ku kenal kebengkel milik orangtua-ku cabang Brebes, sepertinya pria itu baik. Rela menolong saat pahaku hampir jadi tontonan publik dan sampainya di bengkel aku dan dua sahabatku masuk keruangan khusus untuk menemui manajer memberitahu bahwa aku ingin membantu teman (pria yang bernama Nico maksudnya) untuk tidak memungut biaya apapun dari pria tersebut dan aku menyuruh salah satu karyawan papah untuk menolongku mengantar jas ketempat laundry. Tidak menunggu lama pesanan laundry bersih pun datang dan aku langsung memberikan jas tersebut kepada pemiliknya. Karena perjalan menuju tempat tujuan masih lumayan jauh kami memutuskan untuk melanjukan perjalanan.
"Kak, kami duluan !!!" ucap Sasya sambil melambaikan tangan dan tersenyum.
"Semoga kita ketemu lagi, bye....," ucap kami kompak dan kami langsung menaiki mobil, aku melajukan mobil dengan cepat. Melihat dari kaca spion kalau kak Nico melambaikan tangannya.
...⚘⚘⚘...
Pagi hari yang udaranya sangat dingin seakan matahari tidak bisa menyentuh kulitku. Disini di Villa ini kami melewati malam yang sungguh menyenangkan di mana kami saling memberikan pelukan hangat melewati malam yang sangat dingin sekali. Kami sampai di Villa wisata Guci-Tegal pada kemarin sore. Sesampainya disini kami tinggal memasuki Villa tersebut, mungkin Quira atau Nita sudah memesan Villa nya jauh hari sebelum kedatangan kami. tidak lepas pandanganku melihat pesona indah yang di tebarkan di tempat wisata ini, pemandangan yang sungguh memuaskan mata. Villa minimalis dua lantai yang di pesan juga strategis yang menyediakan pemandangan sangat indah setelah setiap hari melihat ibu kota yang ramai akan penduduk dan juga polusi yang bertebaran.
"Hai," ucapku menyapa dua sahabatku sedang menonton tv sambil mengangkat kakinya disofa dengan menyemili chiki. Setelahku melihat pemandangan di balkon dan turun menemui sahabatku, lalu ikut bergabung bersama duduk bersama. Aku pun berbincang-bincang sambil tertawa riang, sisa 6 hari lagi sebelum ku pergi ke Jepang untuk bersenang-senang bersama sahabatku.
"Sya, liat gw lagi nonton si Song Kang," ucap Quira sambil menunjukan ponselnya sedang menonton drakor Nevertheless.
"Sumpah, gw kesel sama Yu Nabi !!! Bentar-bentar terus yang nonton tv siapa?" ucapku saat mereka sibuk menonton drakor diponsel Quira.
"Enggak ada," jawab spontan Nita.
"Gimana kalau nonton di tv aja," usulku saatnya di mulai perdrakoran kami.
...⚘⚘⚘...
Setelah 5 hari berlalu berwisata dan akhirnya mereka sudah kembali kerumah masing-masing. Sisa 2 hari sebelum keberangkatan Sasya.
at 08.00 AM
"Ah... Kembali sepi lagi dirumah, cuman ada mbok Ani aja," gumam Sasya saat merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Sasya pun beranjak dari kasurnya membuka sebuah laci nakasnya, sebuah kotak besar yang berisi nostalgia bersama kakak laki-laki yang baik semasa SD. Melihat barang pemberian yang pernah diberi oleh kakak laki-laki baik tersebut.
"Andai aku punya fotonya, mungkin aku bisa menemuinya," gumam Sasya sambil melihat barang-barang nostalgia tersebut. Terdapat baju yang dulu pernah di berikan dan cendra mata yang indah.
"Sya, itu apa?" ucap Nita dan Quira saat mereka tiba-tiba datang.
"Salam dulu orang mah, udah kayak hantu aja," jawab Sasya dengan logat sunda, untungnya Sasya tidak sedang serius memandangi barang tersebut. Akhirnya Sasya tidak terkejut dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba.
"Itu apaan sih? Kok lo enggak pernah kasih tau kita," ucap Nita sambil merebut kotak yang di pegang Sasya. Lalu Sasya menceritakan masa lalunya bersama kakak laki-laki baik tersebut.
"Jadi, namanya kak Al," ucap mereka saat mendengar cerita Sasya.
"T-tapi orangnya gantengkan?" tanya Nita.
"Terus sekarang dimana? Berapa nomor ponselnya? Pacarnya siapa? Anak siapa?" lanjut Quira bum pertanyaan yang tiada henti dari mulutnya.
Sasya yang pusing mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Quira.
"Yang pasti aku enggak tau dimana dia? Apa mungkin bisa ketemu lagi?" Memijat dahinya seraya menghembuskan napas panjang.
"Gw yakin pasti lo bakal bisa nemuin dia," ucap Quira yang meyakinkan.
"Gw juga yakin 100% dan gw dukung lo," sambung Nita.
"Impossible, itu udah sekitar.... Maybe eleven years ago dan mungkin itu sudah terlupakan olehnya,"
"Iya juga," jawab pasrah mereka berdua.
...⚘⚘⚘...
Hari sudah sore, Sasya yang sudah siap menyambut pengacara Alm. papahnya untuk mengumumkan hak waris kepada putri tunggal kaya raya pemilik resto besar yang cabangnya sudah di mana-mana. tidak lupa sahabat serta orangtua sahabatnya menyaksikan hal tersebut.
Hari di mana Sasya menerima seluruh aset peninggalan orangtua-nya dan di haruskan menjadi pengusaha muda untuk meneruskan seluruh bisnis papah-nya. Namun Sasya ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang perawat untuk mengabdi kepada masyarakat. Setelah pengacara sudah selesai menyampaikan isi dokumen tersebut dan beranjak pulang dari rumah Sasya. Lalu disusul oleh orangtua sahabatnya untuk pulang dan kembali lagi besok sore untuk mengantar Sasya kebandara.
Hari sudah semakin malam, sahabat Sasya menemani malam terakhir sebelum keberangkatannya. Membuat serangkaian kebahagiaan untuk bisa dikenang saat mereka berjauhan, tertawa bersama, tidur sekasur bersama Sasya dan membantu menyiapkan kebutuhan dan keperluan Sasya selama di Jepang, lalu memasukan kedalam koper.
¤
¤
¤
¤
¤
¤
🖍 Jangan lupa Vote dan Like 🖍
📖 Selamat membaca 📖
Aku harap kalian suka dengan karyaku 🤗.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!