NovelToon NovelToon

Terpaksa menikah

Part 1

Gadis berkacamata tebal dengan rambut di kepang dua, tengah berlari memasuki perusahaan karena sebentar lagi dia akan terlambat.

Demi menghemat uang untuk kebutuhan sehari-harinya, Anindirawa Maheswari yang kerap kali di panggil Anin itu rela berjalan beberapa kilometer agar sampai di perusahaan tempatnya bekerja.

Di dalam lift dia harus bertabrakan dengan seorang laki-laki gagah dan lumayan tampan.

"Maaf, saya tidak sengaja," ucapnya seraya merapikan kacamata tebal yang melekat di wajahnya dengan susah payah, karena kedua tengannya sedang menenteng sesuatu lumayan berat.

Laki-laki yang di tabrak hanya melirik sekilas, setelah itu merapikan jasnya yang terlihat kusut.

Dia mengelengkan kepalanya seraya berkata. "Apa mata HRD akhir-akhir ini sedang katarak? Hingga mempekerjakan seseorang dengan penampilan kampungan seperti itu?" bantinnya. Sebelum melangkah pergi.

Kembali lagi pada gadis berkepang dua itu, baru saja mengatur nafas setelah berlari membawa barang cukup jauh, dia sudah di suguhkan pekerjaan lainnya di atas meja.

Beberapa tumpukan berkas yang tentu saja harus dia revisi habis-habisan karena ulah rekan-rekan kerjanya. Mungkin beginilah nasib jika lulusan sarajana dari kampung, di pandang rendah begitu saja.

Menjadi asisten di bagian pengimputan data dalam firma hukum lumayan terkenal membuatnya sangat tersiksa, tapi apa boleh buat dia harus menjalaninya demi bertahan hidup.

Jika kalian mengira asisten perorangan itu salah besar, Anin mendapat pekerjaan lebih menderita dari itu, dia menjadi asisten semua orang yang harus bersiap-siap jika seseorang membutuhkan tenaganya.

"Boleh saya istirahat sebentar saja? Saya mau membeli minum," tanyanya pada Dewi, salah satu rekan kerja yang selalu berlaku seenak jidat padanya.

"Halah banyak alasan, bilang saja kamu tidak mau mengerjakan ini semua 'kan?" cecar ayu di jawab gelengan oleh Anin.

"Bu-bukan begitu, saya hanya ...."

"Anin, apa berkas kemarin sudah selesai? Pengacara Charles ingin melihatnya," tanya Ayu.

"Sudah," sahut Anin cepat, menyerahkan berkas yang dia bawa dari rumah kemudian menyerahkannya pada Ayu.

"Cepat revisi semua data-datanya, saya ingin semuanya selesai sebelum makan siang nanti, jika tidak selesai, kau tidak boleh makan siang!"

Anin menatap kepergian Dewi dengan mata sayunya, percayalah dia sangat mengantuk untuk saat ini, dia baru tidur jam 2 dini hari karena membawa pulang pekerjaannya, dan sekarang tanpa di beri jeda dia harus kerja rodi lagi.

Kalau saja mudah mencari pekerjaan, Anin sangat ingin mengundurkan diri dari sini, bukan pekerjaanya yang melelahkan tetapi perlakuan orang-orang yang kadang terlalu keras tanpa memikirkan perasaan yang lain.

Gadis berkepang dua itu bernafas lega, setelah menyelesaikan revisi dengan cepat, bahkan sebelum makan siang berlangsun. Dengan penuh senyuman, Anin mengantar berkas itu ke kabin depan di mana Dewi duduk.

"Sudah, jadi saya bisa istirahat sebentar 'kan?"

Dewi tidak menjawab, tetapi langsung mengambil berkas di tangan Anin, memeriksa apa benar semuanya sudah selesai, kenapa begitu cepat? Padahal wanita itu ingin menyiksa Anin sebagai pegawai baru.

"Kenapa tidak ada kesalahan sedikit pun?" batin Dewi, dia terus melihat-lihat berkasnya.

Suara kertas beterbangan lalu berjatuan kelantai terdengar ketika Dewi melemparnya tepat di dada Anin.

"Kau mencoba menipuku agar bisa beristirahat dengan tenang? Format judul dan beberapa anak kalimat tidak tertata dengan rapi, saya ingin kamu mengulang semuanya!"

Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, tapi tidak ada yang peduli dan malah menikmatinya.

Suara langkah kaki terndengar mendekat, pemiliknya langsung berjongkok untuk memunguti semua kertas yang berceceran kemudian meleparnya tepat di wajah Dewi.

...****************...

Ritual setelah membaca, kuy tebar kembang yang banyak biar wangi. Jangan lupa juga tekan tombol vote, like, fav dan ramaikan kolom komentar. Jika kalian sayang sama otor jangan lupa nonton iklan setelah baca ya, iklannya bisa di lihat di bar pemberian hadiah🥰💃💃💃💃💃💃🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Follow untuk melihat visual

IG: Tantye005

Tiktok: Istri sahnya Eunwoo

Part 2

Keributan terjadi di lobi perusahaan yang berhasil menarik perhatian CEO perusahaan. Pria itu melangkahkan kakinya dengan memasang wajah datar membelah keramaian yang mengerumuni seseorang.

"Ada apa ini?" tanya sang CEO dengan suara berat, membuat semua karyawan yang berkerumun kicep.

"Pak Kevin." tunduk para Karyawan padanya.

Alfarezi Kevindra Adhitama, sosok pria yang sangat tampan dan di segani para karyawannya, selain tegas dia juga terkesan cuek, membuat aura dingin dan mencekam menyeruak jika berada di sekitarnya. Dia adalah CEO Adhitama Grup, Anak tunggal tuan Sean, dan cucu pertama Oma Jelita.

"Apa yang terjadi?" tanya asisten pribadinya yang bernama Anson.

Anson Ardinal Wijaya, asiten pribadi Seorang Kevindra, namun sifatnya berbanding terbalik dengan sang bos.

"Tadi ada Pria yang tiba-tiba datang pak, dan menampar salah satu karyawan kita, pria itu bahkan menjambak rambut gadis itu lalu mendorongnya hingga membentur meja resepsionis." jawab salah satu Karyawan yang lebih dekat dengannya.

"Bubar!!" ujar Ans membuat para karyawan bubar dan menyisakan seorang gadis yang jatuh pingsan dan beberapa karyawan yang akan menolong gadis itu.

Dia memperhatikan wajah gadis itu dari jauh, kesan pertama yang dia dapatkan adalah gadis cupu. Kacamata bulat yang menempel pada wajah gadis itu, dengan rambut di kepang dua, kenapa HRD bisa menerimanya? dia tidak habis fikir.

"Bawa dia kerumah sakit dan biayai semua pengobatannya!" perintahnya pada sang asisten kemudian berlalu masuk kedalam lift, menuju lantai paling atas di mana ruangannya berada.

Sebelum memasuki ruangannya dia terlebih dulu memandangi ruangan di sebelahnya.

Ruangan Direktur Utama

Artinya pemilik ruangan itu adalah pemilik perusahaan tempatnya memimpin sekarang, andai saja ayahnya masih hidup mungkin sekarang dia tidak akan menjadi CEO di perusahaan ini.

Kemudian dia memasuki ruangan yang betuliskan.

Ruagan CEO

Dia menghela nafas berat mendudukkan diri di kursi kebesarannya, Ruangan yang begitu luas dengan sofa berada di sudut ruangan menghadap sebuah rak buku setinggi langit-langit.

Di depan rak buku ada sebuah TV berukuran 32 inci tidak terlalu besar hanya sebagai pajangan jarang di pakai. Di sebelah kanan kursi kebesarannya, ada sebuah pintu menuju tempat peristirahatan yang tak pernah di masuki oleh siapapun selain dirinya jika merasa lelah dan malas pulang.

Di tekannya intercom di atas meja untuk menghubungkannya pada sekretarisnya.

"Panggil bagian ke amanan keruangan saya sekarang!" perintahnya dan menutup telfon sepihak.

Beberapa menit menunggu akhirnya 5 pria berbadan kekar berseragam putih berlogo perusahaan berdiri depannya dengan berbagai macam ekpresi. Ekspresi ketakutan, pias, dan was-was padahal dia belum berbicara, apakah semenakutkan itu dirinya bagi para karyawanya? tapi kenapa?

Dia bangkit dari duduknya, berjalan kearah mereka kemudian bersandar pada meja kerjanya dengan bersedekap dada.

"Saya mempekerjakan kalian untuk apa, Hm?" tanyanya datar.

Hening tak ada satupun yang menjawab pertanyaannya, apa mereka tidak tahu bahwa dia paling tidak suka jika menemui seseorang yang dia tanya dan hanya diam saja seperti orang bisu.

"Jawab!"

"Menjaga keamanan perusahaan Tuan."

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Para pria itu bersujud kelantai kala dia menendang lutut para penjaga keamanan dari belakang.

"Saya paling tidak suka ada kekacauan di lingkungan perusahaan!" geramnya dengan tangan terkepal.

Memimpin selama 2 tahun lebih tak pernah sekalipun dia mendapati kekacauan di perusahaan dan pagi ini dia di suguhkan pemandangan tidak mengenakan dan memakan satu korban.

"Ma-af pak." salah satu dari mereka menyatukan tangannya, memohon kepadanya. "Istri saya sedang hamil, tolong jangan pecat saya."

Tentu saja orang-orang di depannya berkata seperti itu, karena selama ini siapapun yang membuat kesalahan akan di pecat tanpa peringatan.

"Ans!!" panggilnya pada sang asisten.

Pintu ruangan terbuka menampilkan pria yang tak kalah gagah darinya, berjalan kearahnya dan menunduk hormat. Bolehkan dia tertawa melihat sikap asistennya itu? Ah itu tidak mungkin, melihat sekarang dia memerankan peran sebagai bos galak.

"Urus mereka!" ujarnya kemudian kembali duduk di kuris kebesarannya.

Melonggarkan dasi yang terasa mencekiknya, "Melelahkan." ujarnya penuh penekanan.

Part 3

Kevin memperhatikan Ans yang baru saja masuk ke ruangannya, terus tersenyum kearahnya, Dia merasa ada yang aneh dengan tingkah sahabatnya itu.

"Kenapa lo?" tanyanya informal, hal yang selalu dia lakukan jika berdua dengan Ans.

Ans mengeleng-gelengkan kepalanya. "Aura kepemimpinan lo semakin lama semakin keluar, gue aja kicep tadi liatnya. Benar-benar menyeramkan!" ujar Ans.

"Bacot lo! sana kerja mau makan gaji buta lo!" tegur Nya pada Ans yang kini duduk anteng di atas sofa.

Ans bangkit dari duduknya dengan wajah di tekuk. Melangkah mendekati pintu hendak keluar, namun langkah laki-laki itu tertahan kala dia kembali memanggilnya.

"Mana pesanan gue?"

Ans berbalik dan menghadap kearahnya. "Pesanan apa?" tanya Ans pura-pura tidak mengerti.

"Gue tabok lo Ans!" Bentaknya naik pitam, bisa- bisanya sekretarisnya itu melupakan hal yang sangat penting menurutnya.

Ans tergelak "Santai woi, noh ada di laci lo." jawab Ans kemudian menutup pintu ruangannya.

Sepeninggalan Ans, dia mencari benda yang di maksud Ans dan menemukannya di dalam laci, kotak berwarna hitam berbahan beludru. Di bukanya benda itu dan menampilkan berlian yang sangat cantik pengeluran terbaru salah satu jawelry terkenal.

Dia mengembangkan senyumnya, memasukkan benda itu kedalam saku jasnya. Di liriknya arloji di pergelangan tangannya, pukul 15:45 sebentar lagi jam pulang kantor tiba.

Dia membereskan berkas-berkas yang ada di atas meja kerjanya, menyambar jas hitam yang tersampir kursi kebesarannya kemudian memakainya. Memperbaiki penampilan sebelum keluar dari ruangan.

Malam ini dia tidak pulang ke apartemennya, melainkan pulang ke kediaman Adhitama untuk menemui wanita yang sangat dia cintai.

Memutar setir kemudi, lalu membelokkan mobil Sport putih yang dia kendarai memasuki sebuah mansion mewah dengan halaman yang sangat luas di depannya. Melewati gerbang utama setinggi 3 meter, tak lama melewati gerbang yang sangat tinggi itu, kini dia kembali melewati pagar kurang lebih 1 setengah meter baru lah dia benar-benar sampai di depan Mansion mewah.

Wanita berparas cantik walaupun sudah cukup umur dan mempunyai cucu itu menyambut kedatangannya di depan pintu. Dia mengembangkan senyumnya dan menyalami tangan keriput tersebut.

"Oma kira kamu nggak bakal pulang." rajuk wanita tua itu padanya.

"Kevin takut diteror sampai pagi kalau nggak pulang hari ini." Dia mengedipkan matanya kearah wanita tua itu. "Kevin mandi dulu Oma." pamitnya kemudian menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya.

Rumah yang sangat luas dan mewah hanya di huni oleh wanita tua bernama Jelita Adhitama nenek dari seorang Kevin. Oma Jelita wanita yang sangat tangguh. Ia bisa mengembangkan dan membesarkan perusahaan dan juga anak cucunya seorang diri tanpa suami di sampingnya. Oma Jelita berperang penting dalam pengambilan keputusan perusahaan walau kevin adalah CEO nya. Ia juga berperang penting dalam kehidupan Kevin.

Mempunyai dua anak, laki-laki dan perempuan, dan tiga cucu, namun yang hanya tinggal dengannya hanya satu orang saja yaitu Alfarezi Kevindra Adhitama. Cucu keduanya pergi bersama ibunya keluar negeri, cucu ke tiganya sedang menjalani pendidikan di luar negeri. Hanya Kevin satu-satunya yang rela mengorbangkan cita-citanya demi mengurus perusahaan yang di tinggalkan Ayahnya untuk selamanya.

"Selamat ulang tahun Oma, wanita yang sangat Kevin cintai." ujar Kevin penuh cinta dan menyerahkan kotak berwarna hitam berbahan beludru itu ke arah Oma Jelita.

Oma Jelita tersenyum melihat pemberiannya yang begitu indah. "Kalungnya cantik sekali." ujar Oma dengan tatapan memuja. Jika di pikiran kalian Oma Jelita wanita tua yang ketinggalan zaman itu salah besar. Wanita di hadapannya salah satu wanita tua ter hits menurutnya.

Namun senyuman di bibir Oma Jelita tak bertahan lama, kini wanita tua itu menatapnya tajam. "Kamu ingin menutup mulut cerewet Oma dengan perhiasan murahan ini?" Oma Jelita meletakkan kotak hitam tersebut, di atas meja dengan wajah kesal.

Dia menghela nafas kasar, dia tahu bukan kado seperti itu yang di Inginkan Oma nya, yang di inginkan Oma nya adalah seorang wanita untuk menjadi istrinya.

"Kevin belum bisa membawanya Oma."

"Berapa usiamu? kamu sudah dewasa tapi masih belum menikah. Apakah kamu tidak kasihan pada Oma? usia Oma sudah sangat tua. Apa kamu tidak kasihan pada keturunan Adhitama? bisnis yang semakin berkembang tapi keturunan semakin kurang." ucap Oma Jelita dengan mimik wajah serius.

"Kenapa selalu aku yang dituntut untuk menikah? Kenapa bukan Elvan atau Daren saja?" Ujar Kevin kesal selalu di kekang untuk menikah, sedangkan adik-adiknya malah asik mengejar cita-cita nya di luar sana, tidak cukupkah pengorbanannya selama ini mengabdi pada perusahaan?

"Jujur pada Oma, apa kau mau menikah?" tanya Oma Jelita.

"Mau." Dia menjawab dengan cepat membuat Omanya tersenyum. "Tapi dengan Anna." lanjutnya.

Anna kekasihnya sejak dua tahun yang lalu, gadis manis dengan postur tubuh yang ideal. Namun sayangnya kekasihnya itu belum ingin menikah, dan hanya ingin fokus pada karir saja.

Oma Jelita menghela nafasnya saat mendengar nama Anna. "Anna...?" tanya Oma Jelita dengan raut wajah tak terbaca. "Kalian berdua bahkan sangat sulit untuk bertemu apalagi akan menikah. Paling-paling kamu hanya bisa melihat fotonya." Ucap Oma Jelita kesal.

"Kami bisa melakukan panggilan video. itu sama saja dengan bertemu" Ucapnya mempertankan keinginnya untuk menikahi Anna.

Oma Jelita memejamkan matanya, detik berikutnya wanita paruh baya itu kejang-jengan sembari memegang dada sebelah kanan.

Bukannya khawatir, dia malah mengembangkan senyumnya, meraih tangan keriput tersebut lalu meletakkanya di sebelah kiri. "Oma, jantungnya ada di sini." Oma Jelita memutar bola matanya jengah. Melihat sikap keras kepalanya.

Dia mengambil cake dengan sendok teh menyuapkannya pada Oma Jelita yang sedang cemberut. Dia menatap Omanya dengan penuh cinta.

"Menikah!" perintah Oma Jelita melototkan matanya.

"Iya Oma, Iya." pasrahnya.

TBC

Nanti Author up lagi jangan lupa komen

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!