NovelToon NovelToon

Mantan Terindah

1. Kedekatan Mereka

Cowok jutek dan cowok judes adalah salah satu yang tidak awam lagi apalagi di sekolah yang berkelas ini. Ditambah popularitas yang didapat oleh seorang Rival yang merupakan cowok satu-satu yang paling berkuasa di kelas. Walaupun begitu dalam bidang mata pelajaran Rival bukanlah cowok yang memiliki nilai yang jelek melainkan dia adalah cowok yang berprestasi dan sangat menjadi kebanggaan kelas. Dia pun sekarang sudah menjadi salah satu ketua kelas. Disisi lain Rival juga merupakan cowok yang suka banget yang namanya royal dalam hal uang walaupun ia terkenal menjadi cowok yang begitu bad boy tapi sebenarnya ia merupakan cowok yang baik dan perhatian kepada orang yang ia sayang.

Walaupun ia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara Rival termasuk cowok yang manja kepada papah dan mamahnya. Ia merupakan anak yang paling bandel dan paling menyebalkan diantara kedua kakaknya.

Bima, cowok gendut dan suka banget yang namanya makan. Dia bisa menghabiskan tiga porsi makan dalam sekaligus yang sering membuat Rival mengomel dan marah-marah tapi walaupun begitu watak dan karakternya Rival tetap saja baik dan meminta pendapat kepada Bima.

Rudy, cowok playboy yang tidak jauh dengan Rival yang hampir memiliki kepribadian yang sama persis tapi Rival dan Rudy memiliki sedikit berbeda.  Kalau Rudy ia suka mencabang perempuan istilahnya ya seperti memacari lebih dari satu perempuan. Tapi kalau Rival ia merupakan cowok setia yang diketahui memiliki mantan yang paling sedikit kalau dia sudah sayang maka ia akan fokus pada satu perempuan intinya susah buat move on.

Albert, cowok yang dikenal paling kalem dan baik ini merupakan cowok kutu buku yang paling jenius dan paling pintar dalam segala mata pelajaran ketimbang yang lainnya. Kenapa ceritanya bisa satu geng sama Rival dan yang lain? Pertama, Albert merupakan anak dari adik ibunda Rival yang merupakan sepupu kandungnya sendiri kenapa bisa seumuran? Karna ibunda Albert menikah muda makanya bisa seumuran. Walaupun begitu Albert memiliki kekurangan yang selama ini ingin sekali ia buang jauh-jauh yaitu sikap yang gak bisa hilang gitu aja. Ketika ia marah atau benci maka Albert adalah orang yang paling benci dan orang yang memandam apa yang ia tidak suka.

Walaupun begitu Rival, Bima, Albert dan Rudy adalah sahabat yang tidak pernah terpisahkan oleh siapapun. 

Franda perempuan sederhana yang merupakan anak dari keluarga yang sederhana yang mungkin diciptakan untuk mengusik kehidupan Rival yang urakan yang tanpa disengaja.

Walaupun begitu Franda ternyata diam-diam mengagumi sosok kakaknya Rival yang good boy tapi ia takut untuk mendekat atau dekat lebih jauh menurutnya Rival sudah bisa dipastikan tidak menyukai tipe cewek sederhana sepertinya. Apalagi kakak  Rival juga tidak kalah terkenal dengan cowok paling famous di sekolah ataupun diluar sekolah.

***

Roy, cowok yang diketahui menyukai sosok Franda secara diam-diam merupakan kakak kandung dari Rival cowok menyebalkan dan cowok yang paling bikin onar kalau di kelas. Berbeda dengan Roy cowok rajin dan menjadi salah satu kebanggaan sekolah ditambah Roy juga tidak kalah ganteng dan kerennya dari Rival adiknya sendiri. Ternyata cowok yang keren ini sudah menunggu seseorang yang ingin keluar dari kelas X.6. Ya siapa lagi kalau bukan Franda cewek kalem dan cewek sederhana yang sudah lama ia kagumi. Bukan karna cantik dan karna populer tapi yang membuat Roy tertarik dengan sosok Franda adalah kepintarannya dalam bidang mata pelajaran, Roy adalah cowok pintar yang menyukai sosok orang yang pintar ia ingin berbagi ilmu pengetahuan dan sharing tentang apapun itu. Apalagi ketika ia tau Franda merupakan teman sekelas Rival ia bisa mengorek sesuatu dari sana.

"Franda." Panggilnya. Franda merasa gugup dan canggung. Ia merasa khawatir dan takut dengan Roy karna yang ia ketahui kalau Roy merupakan kakaknya Rival cowok rese yang bikin gaduh di kelas ia takut kalau Rival mengetahui kalau dirinya dekat dengan kakaknya. Ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak mencurigakan.

"Eh kak Roy, ke----napa kak." Ia mengaitkan tangannya dengan sangat kencang dan gugup ditambah kaki yang gemetar bukan sampai sana saja Roy juga merupakan cowok ganteng juga yang termasuk cowok famous.

"Kenapa kok gugup?"

Franda sontak menggeleng langsung dan tersenyum simpul hingga mereka melangkahkan kaki mereka sejajar. Untung saja Rival tidak ada disana dan ia sudah lebih dulu pulang duluan. Dan info yang harus diketahui walaupun mereka merupakan kakak kandung yang serumah tapi Rival juga tidak terlalu sependapat dan gaya pergaulan dengan Roy sangat jauh sekali. Roy merupakan cowok yang suka berbaur dengan ramah bahkan sangat bisa diajak mengobrol soal apapun ya bisa dibilang asik. Tapi kalau Rival dia merupakan cowok yang hanya memenuhi katagori kelasnya saja. Berbeda walau pun sama.

"Gimana Rival di kelas bandel gak? Kalau lo mau bilang ya bilang aja ya soalnya gue di suruh mamah buat ngawasin tuh anak biar gak bandel lagi." Ketawanya seakan membenarkan apa yang ia ucapkan itu.

"Enggak juga kok kak. Biasa sih anak SMA kan gitu suka bandel." Jawab Franda yang mencari aman.

"Ah bisa aja lo. Oh iya gue pengen sharing nih sama lo kira-kira apa ya buat ultah perempuan?" Deg, jantung Franda seakan terkejut dengan ucapan yang diucapkan oleh Roy. Mungkin cowok yang ada disampingnya sudah memiliki orang yang ia suka.

"Tergantung sih."

"Oh gitu ya, apa ya kira-kira." Pikirnya lagi.

"Gimana kalau bunga aja?"

"Bunga? Wah dia gak suka bunga apalagi cokelat dia wanita yang istimewa." Mendengar istimewa Franda tambah tersenyum simpul.

"Trus apa? Atau buku diary?" Sarannya kali ini asal.

"Oh iya ya. Kayaknya ide yang bagus juga." Seketika Roy mendapatkan ide langsung. Roy langsung saja menarik Franda menuju ke mobilnya untuk mengantarkannya menuju toko buku yang sering menjual buku-buku atau peralatan apapun yang dijual disana.

"Lo harus temenin gue, gue harus beli lo mau kan?" Franda hanya mengangguk saja dan menyermitkan matanya.

Mobil berjalan dengan kecepatan sedang menyelusuri setiap jalan.

...•••...

Roy mencari buku diary yang lucu-lucu yang bergambar bunga dan pepohonan. Kali ini Roy memang ganteng penampilannya saja rapi, baju yang dimasukkan kedalam dan setrika yang begitu rapi dengan kancing di kunci.

Terasa mimpi ketika Franda dekat dengan Roy kakak kandung dari cowok menyebalkannya itu.

Berawal dari ketidaksengajaan mereka yang pertama kali bertemu di perpustakaan waktu itu yang membuat Roy dan Franda tidak sengaja dekat dan sampai sekarang. Karna visi dan misi mereka mungkin sealiran makanya cepat nyambung.

"Gimana kalau ini?" Tanya Roy dengan lesung pipi yang begitu menambah manis wajah pria itu.

"Bagus kok kak." Ia sambil mencuri pandang Roy yang begitu sempurna sekali.

"Jika aja kak Roy bisa jadi pacar gue, mungkin hidup gue sempurna. Apalagi kak Roy asik anaknya." Gumam Franda dalam hati.

Mereka menuju ke kasir dan membayar buku diary yang dipilih oleh Roy.

"Oh iya lo laper gak kita mampir dulu yuk ketempat makan disana? Gue sering makan disana?" Ajaknya yang menunggu antrian pembayaran di kasir. Tapi karna suara speaker lagu yang di play sangat nyaring jadi Franda merasa tidak terlalu mendengar makanya ia hanya manggut-manggut saja dengan ajakan itu.

Setelah membayar, Roy langsung membawa Franda ketempat yang ia katakan tadi.

"Kita langsung pulang kan kak?"

"Loh katanya makan?"

"Hah?"

"Iya, kan gue ajakin lo tadi dan lo manggut-manggut kan? Ya gue kira lo mau."

"Ya udahlah ya, bentar lagi sampai kok." Sambungnya lagi yang sudah menunjuk kearah tempat makan itu.

Duh, bukan lagi Franda merasa jantungnya kali lagi berdebar kencang ditambah Roy yang kali ini sangat dekat untuk pertama kalinya.

"Seru juga ini anak, gini dong nyari cewek yang bisa diajak sharing bukan kayak lo val yang nyari cuma modal cantik doang bakalan pudar val." Senyum Roy dalam hati.

Mereka pun turun dari mobil dan mereka sampai di tempat makan yang biasanya Roy makan disini. Pengunjung yang tidak terlalu banyak, ya walaupun tempat makan ini termasuk tempat makan yang bergengsi dan berkelas. Namun satu hal yang harus Franda ingat kalau orang yang ada didepan sekarang adalah kalangan orang kaya dan cuma orang kaya yang bisa mendapatkan orang kaya. Pikirnya seperti itu.

Pelayan pun memberikan menu makan kepada mereka berdua.

"Lo mau pesen apa?"

"Apa aja kak." Jawabnya dengan gugup.

"Oh ya udah pesan kayak biasa aja ya dua." Suruhnya kepada pelayan itu.

"Emang buat siapa sih kak buku diarynya?" Ternyata Franda masih penasaran untuk siapa buku diary itu diberikan oleh Roy.

"Buat wanita spesial yang udah melahirkan gue." Jawabnya yang sontak membuat Franda bingung dan mencerna ulang. Melahirkan? Berarti ibunda sendiri.

"Mama?"

"Yaps nyokap gue lagi ulang tahun kebetulan banget dia suka nulis diary gitu jadi ya pas banget gue beliin. Gue nurun ke mamah sih, suka sama tulisan." Jawabnya.

"Oh gitu." Franda suka salah sangka dengan dugaannya tadi ia kira Roy sudah memiliki seorang yang spesial.

"Emang lo kira gue punya pacar? Hahaha." Tebaknya yang asal tapi benar.

"Hm, enggak juga sih." Franda menggaruk kepalanya dengan cepat.

2. Kemarahan Rival

Rival menatap Franda dengan tatapan yang tajam seakan sampai ia keluar dari kelas. Kali ini sangat marah sekali karna Franda dengan lancangnya menjawab pertanyaan jujur dari pengajar yang ada didepan yang terkenal dengan kegalakkannya itu tanpa harus bertanya kepada ketua kelas yaitu Rival.

"Rival kamu lari keliling lapangan sebanyak tiga kali." Suruhnya yang menunjuk kearah lapangan. Rival dengan penuh kesal melihat kearah Franda yang bingung menatap dengan tatapan yang kosong. Karna guru yang killer yang menyuruhnya ini maka Rival pun mengikuti dan tidak berbicara untuk menyahut. Matahari diluar sana sudah terik sekali ditambah hari ini keadaan badannya yang tidak terlalu sehat. Namun karna ia mempertahankan badboy yang sudah mendarah daging makanya Rival tetap saja bergaya cool.

Rival mengelilingi lapangan dengan gesit dengan terik matahari yang begitu memancar. Sorotan dari kelas yang terbuka seakan melihat pemandangan yang ada di lapangan sedang mengelilinginya ditambah lagi orang famous nomor satu di sekolah terkenal ini sedang di hukum, dari dalam kelas yang terlihat jelas Roy yang merupakan kakak kandung dari Rival ia sudah tidak kaget lagi dengan hukuman yang Rival jalankan saat itu. Karna ini bukan hukuman yang pertama yang adiknya dapatkan melainkan sudah yang berulang kalinya.

"Val, val kapan berubah sih lo. Gue, kasihan sama lo val." Gumam Roy dengan bijaksana menggelengkan kepalanya yang sudah pasrah.

Tiga putaran pun sudah ia lakukan dengan keringat yang sudah membasahi badannya dan pelipis ia pun menuju untuk ke kelas kembali mengikuti pelajaran.

Ia mengetuk pintu dengan begitu santai. "Silahkan masuk lain kali jangan diulangi lagi ya Rival." Ucap guru yang sedang mengajar saat itu.

"Dasar cewek aneh. Gitu aja dilaporin ke guru. Tukang ngadu lo." Bisik Lusi tepat dibelakang Franda. Yang merupakan cewek yang selama ini suka atau naksir kepada Rival. Franda hanya diam mendengarkan ucapan Lusi walaupun ia tau kalau dirinya sebenarnya tidak bermaksud untuk melakukan hal itu.

"Makanya val, jangan berani lo sama tuh cewek kutu buku." Lirikkannya seakan menyudutkan Rival yang sudah berkeringat.

"Berisik lo." Ketus Rival yang sudah gerah.

Kali ini Rival ingin membalas perbuatan Franda di kelas. Ia mempunyai ide untuk mengerjai perempuan kutu buku itu dengan menambahkan cabe yang terpampang nyata disamping bakso yang Franda pesan.

"Val lo mau ngapain sih?" Ucap Bima yang melihat Rival mendekat ke mangkok bakso Franda. Ia sengaja mencampur cabe kedalam mangkok itu dua sendok utuh lalu ia mengaduknya. Rival tersenyum miring dengan apa yang ia lakukan ia sengaja melakukan ini agar Franda merasakan pembalasannya. "Rasain lo, emang enak. Siapa suruh lancang sama gue." Batin Rival yang tertawa bahagia. Kali ini ia tidak tinggal diam dengan apa yang ia lakukan. Ia cepat-cepat mengaduk agar tidak ketahuan dengan Franda yang membeli minuman didepan.

"Awas kalian bilang ini kerjain gue. Gue tabok lo pada."

"Dasar lo val. Bandel banget." Ucap Rudy yang tidak tega dengan reaksi nanti yang ditimbulkan.

"Taunih." Bima yang sudah penuh dengan pentol bakso dimulutnya.

"Kunyah aja dulu. Ribet lo."

Sedangkan Albert ia hanya diam dan menggelengkan kepalanya dengan kelakuan Rival kali ini. Walaupun begitu Albert tidak ingin pusing dengan sepupunya lakukan ini.

Tidak lama Franda pun datang dengan botol mineral yang ia beli. Lalu dengan santai ia menyantap bakso yang sudah Rival tambahkan dengan dua sendok makan cabe didalamnya. Awalnya Franda biasa saja menyantap baksonya, tapi entah kenapa ia merasa ada yang beda dengan rasa dari kuah bakso itu sendiri. Lidahnya seakan terbakar, keringat yang begitu keluar dengan cepat dan air mineral yang ada didalam botol langsung ia buka dan langsung ia teguk dengan cepat untuk mengurangi rasa pedas itu sendiri.

"Huh kok pedes banget sih ini bakso. Perasaan gue gak terlalu banyak ya masukkin cabenya." Ia mengaduk-ngaduk kuah itu. Perutnya terasa panas dan terbakar.

"Rasain lo emang enak. Sok sih." Ia tertawa bahagia dengan reaksi yang berhasil itu. Kali ini mereka satu sama.

Franda melirik kearah Rival dan teman-temannya. Ia yakin kalau ini yang melakukan adalah Rival siapa lagi kalau bukan dia. Tapi Franda tidak ingin berburuk sangka akan itu. Ia tetap tenang dan tidak terpropokasi dengan ini. Padahal ia merasa geram sekali.

"Kayaknya gue tau siapa yang lakuin ini. Rival lo emang good boy." Ucapnya dalam hati. Lusi sangat yakin kalau ini adalah perbuatan Rival.

"Eh, si cupu kenapa tuh sakit perut?" Milka dengan polosnya bertanya kepada Lusi dengan apa yang ia lihat.

"Biarin siapa suruh kerjain Rival."

...•••...

Ia melajukan mobilnya dengan cepat didepan Franda dan Roy yang sedang mengobrol bersama seakan ia memberi kode kalau ia masih kesal dengan perempuan itu.

"Kenapa sih tuh bocah, gue omelin tau rasa." Celetuk Roy. Sedangkan Franda memikirkan kejadian yang ada di kelas tadi mungkin Rival masih kesal dengan sikap jujur yang katakan tadi.

"Eh Rival habis ngapain tadi di kelas gue liat dia lari keliling lapangan?" Pertanyaan Roy seakan membuat Franda mati kutu. Ia bingung harus menjawab dengan apa.

"Eh, kok malah diam aja? Kenapa dia?" Tanyanya lagi yang masih menunggu jawaban dari Franda.

"Eh, kalau gitu duluan ya kak, kayaknya aku harus duluan deh. Duluan kak Roy." Franda mempercepat langkahnya untuk meninggalkan Roy yang masih menunggu jawabannya. Ia berlari kecil agar menstabilkan kegugupannya saat itu.

"Dasar, tapi lucu sih." Senyum Roy.

Franda mengelus dada dengan lega bisa-bisa ia tidak enak hati dengan Roy kakak kandung Rival. Ia takut Roy akan memarahi Rival dan Rival akan marah kepadanya masalah tambah rumit.

...•••...

"Hahahaha,,, emang enak. Siapa suruh dia kayak gitu." Teriak Rival didalam mobil dengan menyetir dengan kecepatan sedang.

"Mukanya aja merah gitu val. Cewek kayak gitu emang harus di kasih pelajaran val. Entar ngelunjak." Sahut Rudi yang mendukung Rival lakukan.

"Tapi kayaknya dia gagal makan banyak lagi deh."

"Eh gendut dia bukan lo kali. Yang suka makan?"

"Tau nih lemak aja banyakin."

"Ahahahah.."

"Val, nyokap lo udah dikasih kado? Dia kan hari ini ulang tahun?" Albert mengingatkan sesuatu tentang hari spesial ibunda Rival.

"Oh iya ya? Gue lupa palingan juga kak Roy sama Kak Tiffrany yang kasih biarin mereka yang wakilin gue. Tapi entar gue kasih bunga aja entar ya biar gak dibilang anak durhaka lah." Jawabannya seakan sekedar simbolis saja.

"Val, val nyokap digituin." Gumam Albert.

"Parah emang lo val. Cium kening kek, atau lo kasih kata-kata romantis kek. Biar nyokap lo seneng."

"Eh, gue bukan kak Roy ya. Yang suka drama. Dan gue bukan dia yang suka romantis-romantisan emang gue cowok apaan." Cibir Rival tersenyum miring.

Sampai di rumah Franda langsung saja masuk ke dalam kamar mandi untuk mengurangi rasa panas di perutnya. Perutnya terasa di guncang dengan roda karna sembelit dan sakit.

"Duh sumpah sakit banget ini perut." Ia kembali lagi menuju ke kamar mandi hingga beberapa kali.

Biasanya Franda hanya menuangkan sedikit cabe tapi ini seperti ada orang yang sengaja mencampurkan cabe didalam mangkuk bakso miliknya.

"Fran, kamu gak papa?"

"Engggak mah. Enggak papa kok." Teriaknya dari dalam.

"Mamah udah siapin makanan diatas meja. Mama berangkat dulu ya."

"Yyyyaaaaa."

...•••...

"Rival, sini nak." Rumah sudah begitu ramai dengan ucapan kecil-kecilan dari kedua anaknya dan suami. Mereka terdiam ketika Rival baru saja datang.

"Mah selamat ulang tahun ya. Semoga mamah sehat selalu dan selalu jadi kesayangan Rival. Maaf mah belum kasih kado sekarang, lupa." Ucap Rival yang melihat kado-kado pemberian mereka. Sedangkan ia belum memberikan apa-apa.

"Iya sayang gak papa kok." Ia mengecup puncak kepala Rival dengan kelembutan.

"Kita potong kue yuk." Ucap Tiffany kakak kedua Rival.

Potongan pertama ia berikan kepada suami tercinta, potongan kedua ia berikan kepada Roy anak pertama, potongan kedua diberikan ke Tiffany anak kedua dan potongan terakhir diberikan ke Rival anak paling bungsu mereka.

"Mah, maaf banget ya Roy cuma kasih itu."

"Iya mah Tiffa juga maaf cuma sempat kasih itu aja."

Rival terdiam, ia harus mengatakan apa. "Maaf mah Rival belum kasih hadiah sama mamah. Tapi Rival janji bakalan kasih kok."

"Enggak papa Rival mamah kamu sudah seneng kok sama perubahan kamu sekarang." Ucap papahnya yang sangat bijaksana.

"Maaf Rival belum bisa kasih itu mah, pah." Batinnya yang mulai tersentuh dengan ucapan ayahnya itu.

"Rival ke atas dulu ya." Ia perlahan mundur untuk masuk kedalam kamarnya.

3. Salah Paham

"Woy lo kenapa sih kak? Melamun aja." Tegur Rival yang melihat Roy yang sedang melamun mengaduk-ngaduk minuman yang ada didepannya.

"Tau nih kenapa lo kak? Gue ngerasa ada yang aneh nih sama kembaran gue?" Sahut Tiffany yang juga bingung dengan kakak tertuanya satu ia ini. Mereka merasa kalau Roy sedang memikirkan sesuatu yang indah apalagi ditambah dengan senyum tipis yang tergambar diwajahnya.

"Jangan bilang lo lagi jatuh cinta ya? Cie...." Rival yang menggoda kakaknya satu ini.

"Serius pantesan aja. Tapi siapa val? Kan lo satu sekolah sama kakak kita satu ini." Goda Tiffany yang membuat Rival juga tergoda untuk menggoda kakaknya yang tertutup dengan perasaannya.

"Apaan sih kalian kalau ngomong yang jelas dong. Gue cuma----"

"Cuma apa? Ayo ngomong apa? Gue liat lo suka curi-curi pandang sama Cerry. Ih gue tau lo suka sama Cerry. Cie entar gue bilangin deh besok." Ucap Rival yang terus saja menggoda Roy.

"Eh jangan val. Lo apaan sih." Gugup Roy.

"Udah val bilangin aja. Lagian kasihan juga kan kakak kita ini. Bikin puisi terus, baca buku terus gak capek apa. Biar ada yang ngajak dia ngobrol."

"Eh, lo lupa apa? Lo juga main games mulu, eh lo udah gak bocah lagi Tiff." Roy yang tidak mau kalah dengan kedua adik yang usil yang sering menjailinya. Tiffany menunduk malu dan sekarang games over.

"Kalian salah gue suka sama Franda." - Roy.

Mereka melahap makanan yang sudah mereka pesan dari tadi. Gara-gara melamun saja Roy bisa jadi bahan bullyan mereka. Namanya juga kakak adik.

"Trus Lusi udah lo tembak val?" Roy baru saja teringat dengan Lusi perempuan yang selama ini mengejar-ngejar Rival.

"Ih ogah banget. Gue gak suka bukan tipe gue." Ketus Rival yang mulai bete.

"Tapi lo kayaknya seneng-seneng aja di traktir sama Lusi? Cie suka ya."

"Ihhhh geli tau sama dia." Rival yang mengangkat bahunya keatas dengan bulu kudur yang berdiri.

"Val, kenapa lo lari di lapangan waktu itu? Lo kok bisa dihukum bukannya lo ketua kelasnya?"

"Siapa lagi kalau bukan Franda. Yang mulutnya lemes banget jadi benci gue sama si kutu buku."

"Gak boleh gitu val, lo bisa cinta mati sama dia baru tau rasa lo." Sindir Tiffany dengan menyenggol bahu Rival.

"Amit-amit tujuh turunan deh." Ia mengetok-ngetok meja tiga kali lalu ke kepala tiga kali.

...•••...

"Udah sana lo kan suka sama Cerry mending lo samperin aja kak. Dia cantik kok." Dorong Rival dengan santai. Padahal ini semua salah paham dan salah maksud. Sebenarnya Roy tidak sama sekali suka ataupun menaruh hati kepada Cerry ia hanya suka dengan Franda teman sekelas Cerry dan Rival.

"Apaan sih enggak, lo mau apa coba." Gugup Roy yang melihat ada Franda juga disana cewek yang sebenarnya ia suka. Mereka saling tatap satu sama lain dengan serius. 

"Cerry..." Rival melambaikan tangan kepada Cerry untuk mendekat kepada Roy. Lantas membuat Roy panik dan tidak kepayang. Emang dasar kelakuan adiknya yang bernama Rival.

"Duh." Roy menepuk jidatnya.

"Kenapa val?" Tanya Cerry kebingungan.

"Kakak gue pengen ngomong. Buruan kak." Dorong Rival dengan ketawa-ketawa gak jelas.

"Eeee, lo cantik hari ini. Ya udah gue ke kelas aja mungkin. Val emang dasar ya lo." Bisik Roy di telinga Rival dan memundurkan langkahnya kebelakang karna tidak mau agar semua tidak salah paham.

"Sorry ya cer dia emang gitu suka malu-malu kalau didepan cewek cantik. Tapi tenang gue bisa deketin kalian kok." Goda Rival dengan senyuman paling manis.

"Oh iyyyya." Sahut Cerry yang tidak mengerti sama sekali. Pantas saja Cerry disukai banyak cowok karna dia cantik, imut, modis dan model sekolah yang sering mewakili lomba-lomba antar sekolah ataupun antar daerah.

"Kenapa cer?"

"Katanya kak Roy suka sama gue? Tapi gue kok ngerasa aneh deh." Franda hanya menatap Cerry dengan sorotan sedih. Mungkin Cerry pantas untuk seorang Roy yang juga ganteng dan populer di sekolah. Kalau mereka pacaran mereka adalah pasangan sehati yang selalu bikin iri.

"Oh kalian cocok kok."

"Kakak lo suka sama Cerry val?"

"Iye kayaknya sih soalnya tadi malam dia kayak mikirin cewek gitu. Ya kali aja Cerry."

"Segitunya lo menyimpulkannya?" Albert yang masih mengandalkan instingnya kalau Roy belum bisa dikatakan suka dengan Cerry.

"Mulai deh si Albert pake teori. Udah lo baca aja biar pinter."

...•••...

"Fran, bareng gue yuk?" Roy menghentikan langkah Franda dan Cerry yang sedang asik mengobrol untuk pulang.

"Eh kak Roy, maaf kak aku duluan ya soalnya ada keperluan penting." Ucap Franda yang melangkahkan kaki dengan cepat meninggalkan Cerry berdua dengan Roy.

"Dia kenapa cer?"

"Gak tau kak pms kali." Cerry mengangkat bahunya karna tidak mengerti juga dengan sikap Franda.

"Oh iya cer, gue pengen ngomong sesuatu nih sama lo. Tapi lo jangan marah ya sama gue."

Mendengar hal itu Cerry merasa gugup, jantungnya berdebar. Mungkin Roy akan menembak atau menyatakan perasaannya.

"Ucapan gue tadi itu gak serius kok. Rival cuma salah paham aja. Gue gak ada perasaan apa-apa ke lo cer."

"Oh gitu ya kak. Enggak papa kok lagian juga aneh aja kenapa tiba-tiba Rival bilang kayak gitu." Lega Cerry yang tidak seperti apa yang ada dipikirannya.

"Iya, salah paham doang emang dasar tuh bocak bikin aneh aja." Langkah mereka yang sejajar membuat Rival malah melihat dari kejauhan seakan tambah mengeceng-ngecengi kakaknya dari kejauhan.

"Cieeeeeeeeee.... suit-suit." Teriak Rival.

"Lanjut." Sambungnya.

"Gak usah didengerin ya cer. Emang entar tuh bocah bikin malu. Entar sampai rumah gue gebukin atau gue masukin cabe satu kilo. Ahahaha."

"Hahaha bisa aja kak Roy. Emang kak Roy berani? Tega?"

"Eh enggak juga sih." Ia menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal sama sekali.

***

Di jalan yang tidak terlalu ramai mobil Rival dengan kecepatan sedang tiba-tiba saja menabrak mobil yang sudah tidak asing lagi. Rem pun ditinjak dengan cepat menghentikan mobil yang bergerak itu.

"Val, kayaknya itu mobil chiko deh aduh bahaya nih." Ucap Bima dengan suara tidak jelasnya.

"Udah kalian tenang biar gue yang hadepin dia." Rival keluar dari mobilnya menghadapai dengan orang tidak sengaja ia tabraknya itu.

Ia melihat mobil yang lecet itu ternyata tidak terlalu banyak Rival awalnya ingin kembali kedalam mobil tapi "Eh mau kemana lo?" Teriaknya yang baru saja keluar dari dalam mobil. Chiko membuka kaca mata yang ia pakai.

Keren sih, tapi songong plus sombong.

"Kenapa? Gak ada yang lecet juga kan?" Tepuk manja Rival.

"Ganti, gue baru servis dan gak pake daun." Suruhnya menyilangkan kakinya dan tangan diatas dada.

"Enggak parah cuy, cuma lecet doang lo lap udah bersih kok." Rival kembali ke dalam mobil.

Karna tidak di gubris Chiko pun berteriak kencang "Apa lo? Heh lo lupa kalau misalnya gue anak dari wakil kepala sekolah hah? Lo udah berani ya serempet mobil gue. Ini lebih mahal ketimbang mobil lo." Dari dulu emang Chiko adalah musuh bebuyutan Rival ditambah emang gak akan ada damainya.

"Mobil butut gitu aja jadi kebanggaan." Rival yang mencengir santai.

Chiko mendekat dan menarik kerah baju Rival. "Apa lo bilang mobil butut? Wah berasa kaya."

"Loh emang gue kaya kali. So, jangan nyari gara-gara sebelum lo menyesal." Ucap Rival dengan nada meninggi.

"Udah guys mending kita berangkat sekarang aja percuma aja disini sama cowok cupu. Iya kan?" Ia menarik Rudy, Bima dan Albert untuk masuk kedalam mobil tanpa pikir panjang. Chiko berteriak santai "Dasar pengecut, sini lo kalau berani." Langkah Rival langsung terhenti ia memalingkan tubuhnya dan kembali menatap Chiko. "Mau lo apa?" Bisik santai namun terdengar tegas.

Belum juga ia menjawab ia menonjok wajah Rival dengan keras hingga bibirnya sedikit berdarah. "Eh main fisik lo. Mau apa sih? Kita juga gak sengaja kali." Rudy ikut membela Rival karna sahabatnya tiba-tiba ditonjok olehnya.

Albert yang menyilangkan tangannya diatas dada pun ikut bergerak "Udah val mending kita berangkat aja. Lo mau kena masalah lagi?." Bisik Albert yang tidak digubris Rival. Rival memegang bibir dengan tersenyum tipis ia ingin membalas apa yang dilakukan oleh Chiko. Ketika kepalan Rival ingin melayang ke wajah Chiko tangan Chiko mencekam lebih dulu. "Satu hal yang perlu lo tau, lo gak berhak buat nodai wajah keren gue." Dorongnya. Chiko memasuki mobilnya dan melaju dengan kecepatan melesat.

"Harus lo belain gue kenapa sih? Aww sakit tau."

"Udah kita masuk aja."

...•••...

"Mohon perhatiannya sebentar, untuk siswa yang bernama Rivaldo tolong ke ruang BK." Sontak ketiga teman Rival menatap satu sama lain dan meneguknya gugup bisa-bisa mereka terseret juga jadi saksi. Siapa lagi kalau bukan Chiko yang membuat perihal. Rival bangkit dari duduknya dan menuju kearah ruang BK.

"Permisi bu, saya ke ruang BK." Ia hanya mengangguk saja dan melanjutkan pelajaran yang berlangsung.

Di ruang BK kali ini Rival dipanggil kelima kalinya karna telah melanggar pelajaran di kelas. Ia merasa tidak asing lagi yang namanya ruang BK.

"Rival ibu mohon sama kamu agar bisa mengubah sikap kamu jadi lebih baik, ibu malu sebagai wakil kelas kamu Rival. Beberapa kali guru BK menegur ibu agar mengawasi dan memberikan yang terbaik kepada anak didiknya. Kamu mengerti kan?" Rival menunduk kebawah dengan mengaitkan kedua tangan di bawah.

"Iya bu saya paham, tapi saya gak salah bu dia aja yang suka nyari masalah. Rival emang gak nyari masalah kok. Tolong lah bu." Pembelaan kali ini mungkin sudah pembelaan yang keberapa yang sering kali dianggap mengada-ngada. Ia hanya menggeleng dengan ucapan dan gerak gerik Rival yang sudah bisa ditebak olehnya. Sedangkan Chiko dengan tersenyum licik membuat mereka percaya dengan apa yang tidak seharusnya terjadi.

"Jadi gini bu, si Rival nyerempet mobil saya jadi ya saya minta pertanggung jawabannya dia. Tapi tetap gak ada respon."

"Dasar tukang ngadu lo." Batin Rival.

"Benar seperti itu Rival?"

"Eh enggak gi---"

"Emang maling kalau ngaku penjara penuh bu." Dengan lancangnya membuat Rival mengepal tangannya kuat kalau tidak ada siapapun mungkin mereka sudah berantem.

"Trus apa mau lo?"

"Mau gue ya diganti harga sih gak mahal cuma 15 juta doang."

"Bisakah kamu membayarnya Rival?"

"Emm, saya sih gak terlalu menuntut Rival ya bu, cukup Rival masukkan saya di club basket aja." Karna yang ia tahu kalau Rival juga merupakan club basket sekolah. Dengan cara ini Chiko mempergunakan waktu sebaik-baiknya.

"Sialan licik." Ketus Rival dalam hati.

"Oke, lo boleh masuk kedalam club basket mulai besok."

"Oke, selamat bergabung." Dengan terpaksa Rival bersalaman dengan musuhnya yaitu Chiko.

...•••...

"Lo ngomong apaan tadi di ruang BK? Langganan aja lo val."

"Chiko ya val?" Tebak Albert.

"Hm, mulai sekarang Chiko anggota kita di club basket. Itu jadi bayarannya dia kalau enggak gue harus ganti rugi 15 juta."

Rudy menyemburkan minuman yang ada didalam mulutnya ia sangat tidak menyangka apa yang Rival katakan "Se----riiiiuussss."

"Woy jorok lo." Rudy mengibas-ngibaskan air yang muncrat itu.

"Sorry."

"Iya licik banget emang, tapi dari pada gue bayar 15 juta kan? Repot."

"Bener juga sih. Eh Lusi tuh nyamperin lo." Disaat Rival sedang tak karuan Lusi dengan polosnya duduk disamping Rival.

"Rival udah makan belum?"

"Hm."

"Bentar." Lusi mengeluarkan tisu basah didalam kantung bajunya dengan mengelapkan keringat yang membasahi di kening Rival. Lantas membuat Rudy, Bima dan Albert tertawa diam-diam.

"Gak usah gue gak  keringetan. Bisa sendiri kok."

"Oh gitu, mau gak jalan hari ini?"

"Enggak, gue males."

"Yah padahal ada dua tiket nonton udah ke beli. Ya udah deh."

"Tiket apa?" Ternyata Rival penasaran juga dengan ajakan Lusi.

"Tiket konser."

"Jam?."

"19.00 malam."

"Oh ya udah, entar gue jemput kalau gitu. Tapi habis nonton langsung balik."

"Serius? Waduh harus dandan yang cantik dulu nih. Makasih val gue tunggu ya. Yeeeeee..." Ketika Lusi ingin memeluk Rival, Rival langsung menampik dan menahan tangan Rival.

"Gak usah lebay juga. Gue bukan pegangan."

"Ups sorry, oke." Ia berdiri sambil tersenyum bahagia. Meninggalkan langkah mundur sambil tersenyum.

"Cie Rival katanya gak suka sama Lusi diembat juga."

"Palingan Rival ada maunya doang." Dugaan Albert tidak pernah meleset dari buku-buku tentang gerak-gerik dan bahasa tubuh yang selama ini ia baca.

"Susah sih ya kalau sama orang pintar kaya lo bert pasti ketebak." Tepuk Rival di bahu Albert.

...•••...

"Seriusan nih kita masuk ke dalam tapi tolong jangan gelendotan gitu dong lus." Peringati Rival dengan sorot mata tajam. Dan ditambah Lusi mengangguk seakan mengerti apa yang disuruh dari Rival.

Sesampainya di konser Lusi begitu gelendotan sekali apalagi kamera ponselnya yang tidak henti instastory instagram miliknya itu. Rival merasa risih dengan Lusi kalau tidak konser favoritnya Rival ogah banget jalan sama Lusi. Untung aja gratisan.

175 15 comments

Hai guys kita lagi di konser. Coba tebak gue bareng siapa?

Foto di post tanpa seizin Rival.

"Lus lo bisa gak gak usah gelendotan gini? Gue malah risih tau gak." Ucapnya yang sudah kesal dari tadi.

Tapi apa boleh dikata ia tetap saja merasa semangat sekali. Ditambah sekeliling mereka yang melihat kedua orang yang sedang norak banget. Sampai-sampai salah satu diantara mereka berbisik satu sama lain.

"Ceweknya norak gitu ya?"

"Iya gue mah gak tahan."

Rival menarik napas berat. Ia harus mengontrol emosinya sampai acara mulai dan selesai. Keberisikan itu terus terjadi, kegaduhan itu terjadi apalagi gaya selfie yang Lusi upload di instastory instagram tak kunjung hentinya.

Celoteh mereka membuat kuping kanan dan kiri Rival hanya menahannya apalagi keberisikan bukan karna konser tapi ribet karna insta story.

"Ini orang mau nonton konser malah selfie gak jelas."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!