..."Kehilangan adalah cara terbaik untuk belajar ikhlas tanpa batas."...
...✨...
Seorang gadis kecil berlari ke arah anak laki-laki yang terjatuh dan bertanya, "mana yang sakit?" Anak itu hanya diam sembari menatap betapa indah mata cokelatnya.
Gadis kecil itu kembali bicara, "ayo, ikut ke rumahku. Nanti ada Mama yang ngobatin lukanya." Ia menarik tangan si anak laki-laki dan menuntunnya perlahan.
"Maaaaa, ini ada teman aku kakinya luka!" teriaknya.
"Loh, kenapa temannya?" tanya wanita paruh baya yang datang dari arah dapur.
"Sini, Mama bersihkan dulu." Ternyata wanita itu adalah ibu si gadis.
"Ini, Ma dia tadi jatuh di dekat ayunan," jawabnya hampir menangis.
"Teman kamu baik-baik aja kok, sayang. Anak cowok pasti kuat dong, ya kan?" hibur ibunya.
Tak butuh waktu lama, kaki anak itu sudah diobati dan diperban.
"Kamu anaknya Attila kan? Ayo tante antar pulang," katanya sambil menggandeng anak laki-laki tersebut.
"Sayang, kamu di rumah aja ya," titahnya pada putrinya.
"Jaga rumah sayang!" teriaknya sambil melenggang keluar.
"Siap bos!" jawab gadis kecil itu sambil memberi hormat.
***
Ardhan Husein Zakhori adalah seorang CEO muda yang hari ini genap berusia 24 tahun. Ia mewarisi perusahaan Kakeknya, Millenial Group. Sesuai kesepakatan mereka, Ardhan akan menggantikan posisi Kakeknya setelah berusia 24 tahun.
Ia biasa dipanggil Ardhan. Pribadinya yang ceria dan bersemangat mampu tersalurkan ke orang-orang yang dijumpainya. Perawakan yang tinggi dan tegap menambah wibawa dirinya. Wajahnya juga tergolong tampan.
"Selamat pagi, Kek," sapanya sambil mencium pipi kanan Kakeknya.
"Iya," jawab Kakeknya seadanya.
"Yah, roti lagi," katanya sambil berpura-pura mengeluh.
"Bi, steak dong!" teriak Ardhan pada Bi Titin.
Kakek Ardhan langsung memberi tatapan tajam ke arahnya. Hal itu tentu saja membuat Ardhan lemah.
"Huuffttt," gerutunya.
Ardhan pun memakan roti dengan selai kacang itu. Tak lupa ia menambahkan lagi selainya agar makin banyak. Kakeknya hanya menatap sambil bergeleng, sedangkan Ardhan malah nyengir. Mereka makan dalam diam. Hanya bunyi dentingan garpu dan pisau yang terdengar. Lalu saat roti sudah habis, Ardhan minum susu cokelat kesukaan dia. Kebiasaan yang sedari kecil tak pernah hilang dari Ardhan, roti selai kacang dan susu cokelat.
"Di acara ulang tahun kamu nanti malam, Kakek akan kenalkan kamu dengan beberapa rekan bisnis sekaligus pengumuman CEO baru. Sudah siap kamu kan? Pakai pakaian rapi, jangan cengengesan, jaga wibawa kamu sebagai CEO," ucap kakeknya panjang lebar.
"Siap Kakekku sayang," jawabnya singkat sambil mendaratkan ciuman ke pipi kiri Kakeknya kemudian berlari pergi ke luar rumah.
Walaupun Kakeknya cukup dingin, ia sangat menyayangi beliau karena sudah merawat Ardhan dari kecil. Ia tau, Kakeknya memiliki hati yang baik, namun tak mau menunjukkannya karena gengsi.
Saat ini, Ardhan berencana mengunjungi butik yang baru dirintisnya beberapa bulan lalu. Ia akan memilih pakaian yang cocok untuk nanti malam.
"My boutique! I'm coming!" serunya sambil melajukan Ferrari California kebanggaannya.
Udara segar merasuki pernapasannya. Jalanan hari ini tidak terlalu macet. Ia melirik kanan kiri sambil menikmati pemandangan manusia lalu lalang.
Ah semua orang selalu sibuk, pikirnya.
Setelah dirasa cukup, ia menambah kecepatan mobilnya. 20 menit kemudian ia sudah sampai di butik. Ia pun langsung masuk ke ruang VIP.
"Huuhh," ia menghela napas.
"Lama juga 45 menit baru sampai,"katanya.
"Mbak, mbak," panggilnya pada petugas butik.
"Iya, Tuan," jawab wanita itu.
"Tolong carikan jas warna hitam yang cocok dengan saya. Oh, sekalian kemeja putih dan celana hitam," perintahnya pada petugas itu.
"Baik, Tuan," jawab si petugas.
Wanita itu langsung bergegas mencari pakaian yang cocok untuk tuannya. Ardhan pun sendirian di ruang VIP tersebut. Ia melihat kanan, kiri, atas, bawah, mengagumi desain interior butik tersebut.
Mantul juga pilihan gue, batinnya.
Ia kembali menghirup napas dalam-dalam, merasakan dinginnya udara dari AC di ruangan itu. Ia mengecek gawainya.
Seperti biasa, tidak ada notif hahaha, batinnya menertawakan diri sendiri.
Hanya ada notif Shopee di layar. Ia pun membuka aplikasi Shopee dan memainkan pohon tanam. Menyiram pohon dan mendapat koin yang bisa diubah jadi uang. Itulah yang dilakukan Ardhan sehari-hari. Ia tau banyak gadis yang mengejarnya, tapi ia tak pernah melirik. Gadis kecil di wallpaper gawainya selalu mengganggu pikirannya.
"Tuan, ini pakaiannya," kata si mbak petugas sambil menyerahkan pakaian.
"Oh, iya mbak. Ruang ganti di mana?" tanya Ardhan.
"Tuan lurus aja, nanti ada jalan mentok, belok kanan," jawab si petugas sambil menunjuk.
"Oke mbak thanks ya," jawabnya sambil tersenyum dan berlalu.
Tanpa diketahui Ardhan, petugas tersebut sesak napas melihat senyumnya.
Tak lama Ardhan sudah sampai di ruang ganti. Ia langsung membuka tirai pintunya.
"Aaaaaaaaa!" teriak seorang gadis dari dalam ruangan.
Ardhan langsung menutup matanya dengan tangan dan berbalik badan.
"Sorry, mbak sorry," ucapnya tanpa melihat gadis itu.
"Gimana sih kamu, apa gak lihat simbol itu?" gerutu si gadis.
"Iya mbak sorry, saya pergi dulu," jawab Ardhan sambil berlari.
"Buset, bego banget gue. Butik sendiri pun bisa salah ruangan," katanya sambil berjalan.
Setelah 10 menit selesai, Ia langsung membawa pakaian yang cocok ke kasir. Membayar tagihan lalu pergi. Ia keluar butik dan melaju pulang ke rumah.
"To do list hari ini apa aja ya?" Ia mengecek gawainya membuka aplikasi catatan. "Ke butik, beres-beres. Oke beres-beres."
Ardhan pun menambah kecepatan mobilnya. Ia selalu membuat to do list agar tidak kebingungan saat melakukan pekerjaan. Dan tentu saja, hal ini sangat membantu. Sekarang hidup Ardhan teratur dan terencana.
Setelah sampai di rumah, Ardhan langsung membereskan pakaian, menyiapkan parfum, aksesoris dan keperluan lain untuk nanti malam.
Nah nanti kan enak tinggal pakai aja, ucapnya dalam hati.
"Ngapain lagi ya?" Ia pun kembali mengecek to do list nya tapi tidak ada kegiatan apapun di jam itu. Mungkin Ardhan terlalu cepet berberesnya.
Ah, lebih baik tidur. Eh tapi kan masih jam 10. Duh ngapin sih gue bingung banget. Ke mall aja kali, atau ke restoran ya. Umm ke pantai aja lah. Apasih random banget pikiran gue. Oke gue ke restoran aja, pikirnya.
Begitulah Ardhan, sering bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia selalu mempunyai motto "Tidak ada yang bisa dipercaya selain diri sendiri!"
Bukannya Ardhan tidak punya teman. Hanya saja saat dewasa ini lingkaran pertemanannya menyempit. Hanya ada beberapa yang tetap setia menemani. Banyak juga yang datang hanya saat sedih.
Ia kembali mengendarai Ferrari California-nya. Butuh waktu 30 menit untuk sampai ke restoran. Restoran ini sudah menjadi langganan Ardhan. Tempatnya yang tenang membuat Ardhan betah berlama-lama di sana. Aroma therapy yang semerbak menenangkan pikiran rumit Ardhan. Ia langsung mengambil tempat duduk di pojok sambil menghirup napas dalam-dalam.
Memperhatikan sekeliling adalah hal yang disukai Ardhan. Melihat seseorang tanpa mengenalnya tidak akan membuat kecanggungan. Ia memperhatikan sekeliling dan pandangannya berhenti pada seorang wanita berambut bergelombang dan bermata cokelat sedang menatapnya juga.
Dia..., batin Ardhan.
..."Perpisahan bukanlah akhir, melainkan langkah awal menyambut pertemuan kembali."...
...✨...
Seorang anak laki-laki menghampiri gadis kecil bermata cokelat. Ia membawa tupperware di genggamannya.
"Hai, ini buat kamu," ucapnya sambil mengulurkan kotak bekal itu.
"Apa ini?" tanya si gadis.
"Itu ada roti selai kacang dan susu cokelat. Anggap aja ini tanda ucapan terimakasih karena kamu udah bantu aku kemarin," jelasnya.
"Wah, makasih ya, kamu tau aja aku suka roti selai kacang dan susu cokelat," jawab si gadis.
Anak laki-laki itu hanya tersenyum sambil menatap rambut indah si gadis. Sedangkan si gadis kecil langsung memakan roti itu dengan lahap dan menghabiskan susunya dalam sekejap.
"Kamu belum makan ya?" tanya si anak laki-laki.
"Udah kok! Aku suka banget rotinya jadi aku makan lahap, hehe," jawab si gadis sambil mengelap bekas noda susu di sudut bibirnya.
"Nih, tupperwarenya. Jangan sampai hilang ya! Nanti Mama kamu marah loh hahaha," canda si gadis kecil.
"Siap!" jawab anak laki-laki sambil memberi hormat.
Bel sudah berbunyi yang menandakan bahwa para siswa harus masuk kelas. Mereka pun berjalan bersama menuju kelas. Bercanda ria di sepanjang jalan. Saling menjahili satu sama lain. Tak terasa mereka pun sudah tiba di kelas.
"Selamat siang anak-anak," bu guru datang sambil menyapa.
"Siang bu," jawab murid-murid serentak.
Tok... tok... tok...
"Permisi bu, mau manggil Key," ucap seorang guru yang datang dari arah kantor.
"Oiya bu, silahkan," jawab bu guru.
"Key, bawa tas kamu juga ya," tambah guru tersebut.
"Baik bu," kata Key singkat.
Gadis kecil itu pun berlalu sambil melihat sekilas si anak laki-laki.
***
Dia..., batin Ardhan.
"Dia kan cewek yang tadi. Mampus gue," rutuknya pada diri sendiri.
"Duh gimana nih? Malah dia ngelihatin terus. Gue harus apa astaga," Ardhan ngedumel sendiri di mejanya.
"Wait, gue kan cowok gentleman, jadi ngapain takut. Gue datangin aja deh," ucapnya lagi-lagi pada diri sendiri.
Ardhan merapikan rambutnya, menyemprotkan sedikit parfum, dan berjalan dengan cool ke arah meja gadis itu.
"Hai, mbak," sapa Ardhan sok akrab.
"Mbak, mbek, mbak, mbek, gue belum tua!" jawab si gadis.
"Eh, iya sorry. Jadi nama lo siapa?" tanya Ardhan.
"Dasar cowok, taunya modus!" jawab si gadis makin marah.
"Yaelah galak amat. Gue ke sini cuma mau minta maaf lagi soal kejadian di butik tadi. Sebagai permintaan maaf gue traktir deh lo," ucap Ardhan sambil mengedipkan sebelah mata.
"Gak perlu!" jawab gadis itu ketus.
Ya Allah, begini salah, begitu salah, capek gue, batin Ardhan.
"Mbak, mbak, pesan makan dong," panggil Ardhan pada pelayan.
"Ini satu, ini dua, ini satu, ini tiga, ini dua, udah mbak," ucap Ardhan sambil menunjuk menu. Sedangkan si pelayan mencatat dan langsung menyiapkan pesanan.
Gadis di depannya hanya diam sambil melotot.
Gila, matanya mau keluar, Ardhan bergidik sendiri.
"Santai mbak santai. Saya bukan orang jahat," kata Ardhan.
Sedangkan si gadis langsung pergi tanpa mengucap sepatah kata sedikitpun.
"Mbak tunggu, hei," teriak Ardhan.
Namun si gadis tak menghiraukan dan berlalu begitu saja.
Duh, pesanan udah datang, siapa ini yang mau makan, rutuk Ardhan pada dirinya.
"Mbak, bisa dibungkus aja gak?" tanya Ardhan sambil membuat muka memelas.
"Umm, bisa kok mas," jawab pelayan dengan malu-malu. Ia pun langsung pergi lagi membawa makanan tadi.
Lima menit kemudian pelayan tersebut sudah membawa makanan yang dibungkus.
"Nih, mas," ucapnya dengan pipi merona.
"Oke mbak makasih, saya ke kasir dulu," jawab Ardhan spontan dan langsung berlari.
"Astaga mas, mau ke kasir aja pamit dulu, kamu cute banget," ucap si pelayan saat Ardhan sudah menjauh.
Setelah selesai membayar, Ardhan membawa semua makanan ke mobilnya. Ia langsung melajukan Ferrari-nya menuju tempat yang sering dikunjunginya.
Sepuluh menit kemudian ia sudah sampai di sebuah panti asuhan.
"Kak Adaannnn," panggil seorang anak kecil dengan riang.
"Hei, sayang," jawab Ardhan sambil memeluknya.
Semakin lama semakin banyak anak lain yang mendatanginya juga. Ardhan pun langsung membagikan makanan yang sudah ia beli tadi.
"Ardhan, kamu gak makan juga?" tanya seorang gadis cantik.
"Eh, Iko! Udah kok tadi sebelum ke sini," jawab Ardhan berbohong.
"Oh yaudah aku lanjut dulu sama anak-anak ya," ucapnya sambil berjalan dengan anggun.
Kawaii, kata Ardhan dalam hati.
Aiko Yamaguchi adalah gadis blasteran Jepang-Indonesia. Katanya sih ayah dia kembali ke Jepang dan meninggalkan ibunya. Lalu ibunya stres dan sakit-sakitan kemudian meninggal. Aiko biasa dipanggil Iko. Ia satu tahun lebih muda dari Ardhan. Iko sudah 10 tahun tinggal di panti. Ia selalu menyiapkan keperluan anak-anak, membantu pengurus panti, dan selalu menjadi sosok yang ceria.
Ardhan selalu kagum kepada mereka yang selalu ceria walau sudah tidak memiliki orangtua. Sedangkan diluar sana banyak anak yang melawan orangtua dan tak menghargai mereka. Padahal orangtua mereka selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ya begitulah manusia, kalau sudah tiada baru terasa.
Tak terasa hari sudah cukup sore. Ardhan harus segera bersiap untuk acara nanti malam.
"Iko!" panggil Ardhan.
"Iya?" jawab Iko bingung.
"Nanti malam datang ya ke acara ultah aku. Nanti aku shareloc. Oke? Kamu bawa teman aja biar gak sendirian di sana," ucap Ardhan panjang lebar.
"Tapi aku gak punya baju bagus, Dhan," ucap Iko sedih.
"Wait, wait," Ardhan berlari ke arah mobil.
"Nih, Ko. Aku tadi udah beli baju buat kamu," ucap Ardhan membawa bungkusan pakaian yang sudah dia beli di butik tadi.
"Eh, gak perlu, aku udah punya baju bagus kok," jawab Iko berbohong.
"Udah nih terima aja. Kamu gak mau lagi ya terima barang dari aku?" tanya Ardhan berpura-pura lesu.
"Umm, yaudadeh ini aku terima ya. Makasih Ardhan," kata Iko.
"Yey, dandan yang cantik ya!" jawab Ardhan sambil mengacak rambut Iko dan langsung berlari begitu saja.
"Duh, kepala aku yang dipegang kenapa pipi aku yang panas," ucap Iko sambil memegang pipinya.
Ardhan pun segera mengendarai mobilnya. Ia harus bergegas karena sekarang sudah pukul 7. Sedangkan jarak dari rumah ke panti cukup jauh, hampir mencapai 40 menit.
Saat tiba di rumah, Ardhan segera berlari ke kamar. Ia segera mandi, setelah itu lanjut memakai pakaian, merapikan rambut, memakai parfum, dan persiapan lainnya.
Untung tadi udah gue siapin semua, ucap Ardhan dalam hati.
Ia langsung turun ke bawah untuk menemui Kakeknya. Namun yang ia temui hanya bi Titin.
"Kakek mana bi?" tanya Ardhan tergesa-gesa.
"Tuan besar sudah pergi duluan tadi," ucap bi Titin.
"Haisshh," keluh Ardhan.
Ia pun langsung berlari ke bagasi, menghidupkan mobil, melajukan Ferrari-nya dan tak lupa ia juga mengirim shareloc kepada Iko.
Duh, lama banget sih, rutuk Ardhan.
Tin... tin... tin...
Breeeemmmm......
Ardhan langsung melajukan mobilnya lagi dengan kecepatan penuh.
Lima belas menit kemudian ia sudah sampai di ballroom hotel. Ia langsung mencari-cari Kakeknya.
Jangan sampai gue telat, gue gak mau malu-maluin Kakek, ucap Ardhan dalam hati.
Ia berlari ke sana-sini, mengedarkan pandangan ke kanan kiri, mencari sosok Kakeknya.
"Ah, itu Kakek!" katanya pada diri sendiri.
Ia pun langsung berlari menghampiri Kakeknya.
Gubraggg.....
Ia menabrak seseorang.
"Sorry, so...," jawab Ardhan terkejut saat melihat orang yang ia tabrak.
..."Saat satu harapanmu kesampaian, percayalah itu bukan kebetulan, melainkan takdir Tuhan."...
...✨...
"Ma, ayo beli cokelat," pinta si anak pada ibunya.
"Ayo!" jawab si ibu.
Mereka pun segera menjelajahi supermarket. Membeli berbagai jenis cokelat dan keperluan dapur lainnya.
"Ma aku boleh beli banyak cokelat kan?" tanya anak itu.
"Boleh sayang. Tapi untuk siapa cokelat sebanyak itu?" tanya sang ibu penasaran.
"Untuk Adan, Ma," jawabnya malu-malu.
"Aduuhh... anak Mama," ucap si ibu sambil mencubit pipi anaknya karena gemas.
"Mau tambah lagi gak cokelatnya? Mama udah selesai nih," kata si ibu.
"Iya udah Ma. Ayo pulang," ajak si anak.
Mereka pun berjalan menuju parkiran mobil.
"Key!" sapa seseorang sambil melambai.
Si gadis kecil kebingungan mencari sumber suara.
"Itu di sana sayang," tunjuk ibunya.
Ternyata itu adalah Ardhan. Badannya yang tinggi sangat mudah dikenali dari jauh.
"Hai, Dan," sapa Key saat Ardhan sudah berada di hadapannya.
"Mau kemana?" tanya Key.
"Ini nemenin Mama aku belanja. Aku mau beli banyak mobil-mobilan nanti," jawab Ardhan.
"Wow! Aku selalu pengen mobil-mobilan," ucap Key.
"Yaudah kapan-kapan kita main bareng ya," tutur Ardhan penuh semangat.
"Oke," jawab Key sambil mengedipkan sebelah mata.
***
"Sorry, so ...," jawab Ardhan terkejut saat melihat orang yang ia tabrak.
"Loh Ardhan kenapa buru-buru?" tanya orang itu.
Ardhan hanya diam. Dia sangat takjub dengan kecantikan wanita itu. Balutan gaun merah yang hanya selutut sangat cocok dengan kulit putihnya. Rambutnya sengaja disanggul agar leher jenjangnya terekspos.
"Dhan," ucap si wanita sambil melambai di depan muka Ardhan.
"Eh, i--iya Ko! Maaf," jawab Ardhan terbata.
"Kenapa lari-lari sih, Dhan?" tanya Aiko.
Oh iya, Kakek! batinnya.
"Ko, aku pergi dulu ya. Aku harus jumpai Kakek," kata Ardhan sambil berlari ke arah Kakeknya.
Gila, cantik banget Aiko! Tapi ngapain sih rambutnya harus disanggul gitu? batin Ardhan saat berlari.
Saat sudah dekat dengan Kakeknya, ia memperlambat langkah dan mulai berjalan dengan cool.
"Kek!" panggilnya.
"Eh, sini Dhan," jawab Kakeknya.
Ia pun segera mendatangi Kakeknya. Tak heran kalau banyak orang yang tak dikenal Ardhan padahal ini acara ulang tahunnya. Kebanyakan adalah rekan bisnis Kakek.
"Ini cucu saya yang akan menjadi CEO," ucap Kekeknya kepada laki-laki paruh baya juga.
"Ardhan," tutur Ardhan sambil menyalami tangan laki-laki itu.
"Wah, ganteng banget ya cucu kamu. Aura CEO-nya udah kelihatan, hahaha," jawab orang itu.
"Hahaha, kamu bisa aja," kata Kakek.
Kakek Ardhan pun langsung mengenalkannya lagi ke orang berikutnya sampai acara di mulai.
"Selamat malam semua!" terdengar suara MC di atas panggung.
"Baiklah, hari ini kita akan mulai pestanya!" lanjut si MC lagi.
"Kita langsung panggilkan Ardhan Husein Zakhori!" ucap si MC dengan heboh.
Gemuruh tepuk tangan menggema di ballroom hotel itu. Ardhan pun segera berlari ke atas panggung diikuti Kakeknya.
"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday, happy birthday to you!" sang MC bernyanyi dengan heboh diikuti tamu undangan lainnya.
Setelah lagu selesai, Ardhan langsung meniup lilin dan memotong kue.
"Ayo untuk siapa suapan pertama?" tanya si MC.
Ardhan pun langsung menyuapkan kue ke Kakeknya.
"Oohh ternyata untuk sang Kakek tercinta," ucap si MC heboh.
Acara suap-suapan kue terus berlanjut. Mulai ke om, tante, dan keponakannya. Karena Ardhan jomblo, ya begitulah siklusnya.
"Selamat malam semua. Sebelumnya saya ingin mengumumkan sesuatu," ternyata Kakek yang sedang bicara menggunakan microphone.
"Selain perayaan ulang tahun cucu saya, hari ini saya juga mengumumkan bahwa Ardhan adalah CEO baru untuk Millenial Group. Mari bersulang untuk CEO baru kita!" ucap Kakek panjang lebar.
Terdengar bunyi dentingan gelas di seluruh ruangan diikuti tepuk tangan yang meriah. Semua orang sedang bersulang untuk Ardhan.
Saat acara formal sudah selesai, para tamu dipersilahkan makan hidangan yang ada dan menikmati hiburan yang tersedia.
Ardhan sedang mencari-cari seseorang dengan gaun merah.
Ah, itu dia di sana! ucap Ardhan pada dirinya.
Ardhan jalan mengendap-endap ke arah wanita itu. Ia segera melepas ikat rambut si wanita lalu meloncat tepat ke depan wanita itu.
"Eh, Ardhan apaan sih? Balikin ikat rambut aku!" perintah si wanita.
"Blee ... blee ...," ejek Ardhan sambil menaikkan tangganya.
"Balikin Dhan," kata Aiko sambil merebut ikat rambutnya.
"Lagian ngapain sih kamu lehernya dilihatin gitu? Nah ginikan cantik!" ucap Ardhan sambil merapikan rambut si wanita agar tergerai menutup leher dan punggung.
"Sama siapa Ko?" tanya Ardhan.
Ia tak sadar ada orang lain bersama Aiko.
"Nih di samping aku gak kelihatan?" tunjuk Aiko.
"Eh iya. H--hai..." ucap Ardhan terbata.
"Lo kan mbak mbak itu," jawab Ardhan terkejut.
Sedangkan si wanita hanya menatap Ardhan sambil melipat tangan di dada.
"Loh, udah kenal Dhan?" tanya Aiko.
"Gak kenal sih, Ko! Cuma pernah ketemu di waktu yang gak tepat, hehe," jawab Ardhan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kejadian apa Key? Kamu gak ada cerita?" tanya Aiko ke wanita di sebelahnya.
"Udah ah nanti aja aku cerita. Malu kalau di sini ceritanya," jawab si wanita.
"Ardhan," ucap Ardhan sambil mengulurkan tangan.
"Key," jawab si wanita.
"Kenapa, Dhan?" tanya Aiko.
Ardhan sedari tadi melamun memikirkan nama itu. Ia tak sadar belum melepas genggaman tangannya.
"Eh, sorry," ucap Ardhan.
Aiko dan Key lanjut mengobrol. Sedangkan Ardhan hanya diam sambil menatap Key. Key yang merasa dilihatin, agak risih diberlakukan begitu.
"Kenapa sih lo?" tanya Key.
"Oh gak apa-apa kok!" jawab Ardhan tersentak.
"Kalian mau minum apa? Mau makan apa? Aku ambilin dulu ya," ucap Aiko sambil berlalu.
Aiko meninggalkan Key dan Ardhan berdua. Diantara mereka tak ada yang mau mulai pembicaraan. Entah kenapa lidah Ardhan tiba-tiba kelu.
Tenang Ardhan tenang, dia bukan orang yang sama, ucap Ardhan menenangkan diri sendiri.
"Umur lo berapa?" tanya Ardhan tiba-tiba.
"E--eh, besok 24 tahun juga," jawab si wanita.
Ardhan membelalakkan matanya.
"Kenapa lo?" tanya Key sambil melihat kanan, kiri, depan belakang.
"Ada apa? Lo ngelihat apa woy!? Lo ngelihat setan?" tanya Key lagi.
"G--gak kok!" jawab Ardhan terkejut.
"Jadi kenapa? Apa penampilan gue ada yang salah? Gaun gue kependekan? Atau style rambut gue berantakan?" tanya Key bertubi-tubi.
"Enggak, Key. Gak ada yang salah," jawab Ardhan sambil tersenyum canggung.
"Kalian ngomongin apa? Asyik banget kelihatannya," tanya Aiko yang tiba-tiba muncul.
Asyik apaan, batin Ardhan.
"Ini si Ardhan. Gak tau ngelihatin apa kok kaget gitu," jawab Key.
"Kenapa sih Dhan?" tanya Aiko pada Ardhan sambil tersenyum.
Duuh senyumnya menenangkan, ucap Ardhan dalam hati.
"Bawa apa aja Ko kok lama banget?" jawab Ardhan mengalihkan pembicaraan.
"Ini ada pie, jus. Ini juga ada cokelat untuk kamu Key. Ardhan kamu suka cokelat juga kan?" tanya Aiko sambil menyerahkan cokelat pada kedua orang itu.
"Makasih Ko," jawab mereka bersamaan.
"Uhk," Ardhan tersedak cokelat.
"Ini Dhan minum dulu," ucap Aiko sambil menyodorkan minum.
Ardhan pun lanjut makan dalam diam. Sedangkan Key dan Aiko asyik ngobrol dan bercanda. Ardhan hanya makan sambil bergelut dengan pikirannya.
Pukul 12 acara sudah selesai. Para tamu sudah banyak yang pulang.
"Kalian mau aku antar?" tanya Ardhan kepada Key dan Aiko.
"Gak perlu Dhan. Kami naik mobil Key," Aiko yang menjawab.
"Kami duluan ya," kali ini Key yang bicara.
Mereka berdua pun berlalu sambil melambai tangan. Ardhan membalas lambaian tangan mereka sambil tersenyum.
Setelah di rasa cukup sunyi, Ardhan pun pulang. Ia menyetir dengan pikiran kacau. Mungkin ia tidak akan tidur malam ini.
Apa mungkin mereka orang yang sama? tanya Ardhan pada dirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!