NovelToon NovelToon

MENDADAK INDIGO

KILAS TOKOH

...DANIAL WIRAWAN...

Nama gue Danial Wirawan. Kalau masalah visual gak usah diragukan lagi. Bukannya sombong tapi muka gue emang udah ganteng sejak masih dalam bentuk embrio. Selain visual, badan gue juga atletis. Umur boleh masih belasan tapi kalau urusan otot gue juga gak kalah sama orang-orang di luaran sana.

Gue anak pertama, punya adek perempuan namanya Davina.

Kata orang gue bandel tapi bagi gue masih dalam batas wajar. Belum pernah sekalipun gue terlibat tawuran. Belum pernah sekalipun gue masuk BK karena persoalan yang berkaitan dengan norma kesopanan terhadap guru.

Okelah gue mungkin ganteng dan punya badan atletis. Tapi sayang, sampai detik ini status gue masih jomblo. Ditegaskan gue jomblo bukan karena takdir, faktanya gue tipikal orang pemilih dalam urusan asmara.

Mengenyampingkan segala kelebihan, gue itu punya kekurangan menyinggung hal-hal pelajaran. Otak gue kurang mampu mengerjakan soal yang berkaitan dengan hitung-hitungan. Selain itu gue juga punya ketakutan tersendiri dengan segala sesuatu yang berbau mistis. Ya, gue takut sama mereka yang datang dari dimensi lain.

...AURELIA STEPHANIE AKASH...

Seorang anak indigo gak harus terkungkung dari dunia luar. Setidaknya itulah yang sering gue ucapkan tiap kali merasa lelah.

Tidak mudah menjalani kenyataan bisa melihat mereka yang tak kasat mata, mereka yang tinggal di dunia yang beda, mereka yang biasa kalian sebut sebagai hantu. Mereka terlalu menyeramkan!

Orang baru mungkin tak akan mengira gue bisa liat hantu. Karena tiap hari gue manahan diri supaya orang liat gue sebagai manusia normal, bukan sebagai manusia indigo.

Nama gue Aurelia Stephanie Akash, dipersingkat jadi Aurel. Tak jarang orang akan memuji keahlian gue, kadang mereka memperlihatkan ekspresi kagum. Mereka hanya tidak tahu rasanya bisa liat hantu sangatlah menyebalkan.

Beberapa kali gue punya niatan mengakhiri hidup saking lelahnya menjalani kenyataan. Tapi itu dulu saat gue masih kecil. Sekarang gue udah kuat, hantu tak lagi jadi alasan yang bisa bikin gue hilangin nyawa secara konyol.

01. DANIAL WIRAWAN

...●...

...●...

...●...

DANIAL WIRAWAN lagi sibuk-sibuknya menata agar tampilannya makin kece. Walau bagaimana pun dia merasa harus menonjol di antara teman sekolahnya yang lain. Setelah memasang seragam, pria itu lantas mengoleskan gel di telapak tangan lalu merapikan rambutnya dengan sisir.

"Lo anak siapa sih? kok gantengnya kelewatan!" pria itu memuji dirinya sendiri melalui pantulan kaca yang menempel di lemari pakaiannya. Seperti sudah jadi kebiasaannya pria itu akan berlama-lama di depan cermin, tak jarang ia bahkan membual mengagumi ketampanannya.

Seragam sekolahnya terlihat mem-press tubuh atletis miliknya sehingga tampak dengan jelas otot-ototnya yang tentu saja kekar. Umurnya mungkin masih dalam hitungan belasan, namun kalau ditanya perihal otot kemungkinan terbesar ia akan menjawab dari latihan bulu tangkis.

Bukan masalah baru, sudah cukup lama Danial ikut dalam club bulu tangkis. Pria itu bahkan sempat menjuarai beberapa turnamen yang dilakukan antar sekolah.

"Udah ganteng," gumam pria itu mendekatkan wajahnya ke cermin.

Sebelum meraih ransel, lebih dulu Danial meraih jaket denimnya yang tersampir di belakang pintu kamar. Baru setelahnya pria itu pun mengambil ransel dari bawah ranjang kemudian memasang benda itu di punggung.

"Nih anak kapan sih mau berubahnya," kalimat itu mengiringi langkah Danial saat menuruni anak tangga.

"Kenapa Mah?" tanya Danial.

"Pake tanya kenapa lagi, tuh liat kaki baju kamu kenapa di luar?" Linda berdecak menatap kaki baju anaknya tak berada di tempat semestinya.

"Ini namanya gaul Mah," dalih Danial. "Eh ampuuun Mah," lanjut Danial meringis ketika telinganya dijewer oleh sang mama.

"Masukin gak bajunya!" suruh Linda mengancam.

"Tapi Mah," sambung Danial.

"Gak ada tapi-tapian," pemilik suara berat itu jelas mengambil perhatian. Linda dan Danial yang tadinya berdebat di depan tangga mulai memfokuskan perhatian kepadanya. Danial menemukan sang ayah berdiri dengan setelan kantor lengkap.

"Apa yang ada di saku kamu?" Wira memperbaiki posisi kacamatanya yang sedikit melesat dari tempat semestinya. Dia tertarik mengetahui benda yang ada di saku putranya. Sempat menduga bahwa benda itu adalah sekotak rokok.

"Hape Pah," Danial menjawab dengan cepat, dan itu membuat Wira semakin menaruh curiga. Terlalu mudah baginya membaca bahasa tubuh putranya saat sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kasih ke Papa sekarang? Papa juga tau mana ponsel, mana rokok," tangan milik Wira terulur menampilkan telapak tangannya. Ia meminta benda yang diyakininya sebagai sekotak rokok.

Danial memelas, seharusnya ia menyembunyikan benda itu ke tempat yang paling aman. Kalau udah ketahuan begini, pasti akibatnya akan jadi fatal. Danial sangat yakin jika ayahnya akan memotong uang jajannya sampai lima puluh persen.

"Ayo cepat!!!" tagihnya tentu dengan suara tegas.

"Iya Pah, sabar," sahut Danial. Raut tak suka diperlihatkan ketika tangannya memberikan sekotak rokok ke tangan ayahnya.

Merampas rokok itu secara paksa, Wira kemudian meremas-remasnya. "Papa kan udah ngelarang kamu ngerokok. Kenapa masih dilakuin?" Wira yang dirundung emosi tengah menuntut jawaban atas pertanyaannya.

"Tapi kan Danial beli rokok pake uang jajan sendiri, lagian rokok itu udah harga yang paling murah di pasaran," bukannya menjawab sesuai harapan, Danial malah menggubris dengan dua buah alasan.

Rasanya kadar emosi dalam diri Wira semakin bergejolak. Sangat tidak puas rasanya mendengar jawaban dari putranya. Membanting rokok di tangannya Wira lantas mengangkat sudut bibirnya, "Bukan perkara harga Danial! Masalah utamanya ada di kesehatan kamu."

"Tapi kan Danial masih sehat-sehat aja Pah," Danial berdalih.

"Sekarang iya, tapi beberapa tahun ke depan memangnya kamu bisa menjamin badan kamu tetap sehat? Pikirin masa depan kamu! Pikirin anak-anak kamu nanti punya bapak sakit-sakitan di usia muda."

Danial diam menyimak.

...●●●●●...

BAU petrikor menyeruak masuk ke indra penciuman ketika Danial membuka pintu rumahnya. Maju beberapa langkah sebelum mendongak ke langit, pria itu menemukan tanda bahwa suasana langit sudah agak mendingan dari sebelumnya. Hujan tak lagi deras dan awan hitam pun tak lagi nampak.

Ck! Danial berdecak lebih ke arah sebal.

Perasaan kesal Danial nampak semakin jelas ketika pria itu berjalan menuju garasi rumahnya. Karena keteledorannya menyimpan kotak rokok sembarangan sehingga ia harus menanggung konsekuensi pemotongan uang jajan sampai lima puluh persen.

Tidak mudah merelakan, mengingat uang jajan yang dipotong itu terlalu banyak. Kalau dibelanjakan cilok di kantin, teman sekelas auto kembung perutnya.

"Argggh," Danial mengerang lalu memasang helm bertipe full face-nya menutup kepalanya.

Biasanya Danial akan lama memanaskan mesin motornya tetapi hari ini ia hanya butuh semenit sesaat sebelum ia menunggangi lalu melajukan motornya membelah jalan raya.

Suasana yang lenggang membuat pria berhelm full face itu lebih leluasa dalam menancap gas motor yang digunakannya. Beberapa kendaraan dengan muda disalipnya.

Remasan tangannya cukup kuat di setir. Seakan tak puas dengan laju motornya yang sekarang, pria itu lantas menambah. Alhasil perbuatannya itu membuat laju motornya semakin cepat dari sebelumnya.

Sampai ketika seekor kucing dari arah kiri memotong jalannya. Sempat membuat Danial tertegun dan menampilkan raut kepanikan. Tentu saja demikian karena tindakan selanjutnya akan berkaitan dengan hidup dan matinya.

Mencoba untuk menghindar, pria itu langsung mengarahkan setirnya ke arah kiri. Naas, motornya menabrak pinggir trotoar dan berakibat pada hilangnya kendali si pengemudi.

"AAAAA!" pekikan yang dilayangkannya adalah bentuk refleks saat ia mulai merasa hilang kendali. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain membiarkan takdir itu terjadi.

Badan milik si pria terkapar lemah di jalanan. Rasanya organ dalam tubuhnya telah teracak-acak meninggalkan tempat sewajarnya. Ia sangat yakin jika kesadarannya belum hilang sepenuhnya, namun aneh karena bola mata yang biasanya berfungsi untuk melihat hanya menyisakan bayangan hitam dan juga rasa sakit.

Dalam sisa-sisa tenaganya Danial coba mengangkat tangannya, tetapi berat. Tidak ada yang mampu dilakukannya selain meringis menahan rasa sakit di bagian mata dan sekujur tubuh lainnya.

Tidak tahu kenapa namun kesadarannya tiba-tiba menurun, suara kerumunan orang-orang jadi samar sebelum akhirnya menghilang secara sempurna. Sekarang Danial sudah dalam kondisi tak sadarkan diri.

...~To be Continued~...

...●●●●●...

02. AURELIA STEPHANIE AKASH

...●...

...●...

...●...

AURELIA STEPHANIE AKASH memekik tertahan ketika dikagetkan oleh sosok anak kecil ketika ia lagi mencari bukunya di kolong ranjang. Kemungkinan terbesar buku itu tak sengaja jatuh ketika Aurel menyimpan benda tersebut di meja belajar semalam.

Berusaha tidak acuh kepada sosok menyeramkan itu Aurel bangkit dari posisi jongkoknya bersama buku yang sedari tadi ia cari.

"Eh setan," kaget Aurel ketika sosok bayangan hitam secepat kilat lewat di depannya. "Awas ya, kalian!" ancam Aurel, "Untung hantu, kalo kalian manusia udah gue geprek pala lo," Aurel mendengus kesal.

Aurel memperbaiki hela napasnya. Dia juga sempat meneguk ludah.

"Lo pade gak ada kerjaan lain selain gangguin gue ya?" sebal Aurel tentu saja ditujukan kepada makhluk tak kasat mata di kamarnya, "Gak malam, gak siang, sama aja kerjaannya." lanjut Aurel dengan suara menggelegar.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk!"

Ketika menoleh Aurel melihat pergerakan di gagang pintu kamarnya, tak lama berselang muncullah sosok pria menyebalkan, "Udah gila lo ya!" Nakula alias kakak kandungnya datang-datang dan langsung melabelinya sudah gila.

Tentu saja Aurel marah dilabeli demikian, "Lo kali yang gila," sengit gadis itu.

"Idih, lo aja sono yang gila bicara sama diri sendiri."

"Gue bicara sama hantu ya!" Aurel mengucap penuh penegasan, takutnya sang kakak lupa dengan kebiasaan aneh adik kandungnya.

"Mana hantunya?" dengan pongahnya Nakula membusungkan dadanya sok berani. Sementara itu matanya berputar melihat seisi ruangan.

"Guys kakak gue pengen ketemu kalian!" teriak Aurel sambil mengederkan pandangan ke segala penjuru kamarnya.

Nakula panik sendiri, maksud perkataannya tadi hanyalah guyonan semata, tetapi Aurel malah serius menanggapinya. "Ah elah, becanda doang adekku sayang."

"Makanya jangan sok-sokan jadi manusia!" cibir Aurel mencebik ke arah sang kakak.

"Hehehe. O ya, lo dicariin mama noh, katanya sarapan udah siap."

"Kakak duluan aja."

Bukannya langsung bergegas turun, Nakula malah diam memperhatikan kamar Aurel seperti sedang mencari sesuatu. "Rel, bilangin ya sama teman-teman lo! Gue gak ada niatan untuk ketemu mereka," Nakula memberi gestur ngeri dengan mengedikkan kedua bahunya secara serempak.

"Iya, iya," sahut Aurel.

Aurel segera mendudukkan tubuhnya di pinggiran ranjang. Memang tidak mudah menjalani hidup berdampingan dengan makhluk dari dimensi yang berbeda. Ya... faktanya gadis cantik itu adalah seorang indigo yang sudah pasti jadi langganan dari para hantu.

Gak di sekolah, di rumah, bahkan di kamarpun ia kerap menjumpai sosok menyeramkan tersebut. Kadang ada yang mukanya masih wajar namun tak jarang ia bertatap muka dengan hantu yang mukanya hancur tak ketulungan.

Hantu dan Aurel sudah jadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan. Rasanya dalam rentan waktu sehari gak afdol kalau Aurel tak bertemu dengan mereka.

...●●●●●...

AUREL meneguk lanjut menyimpan gelas berisikan susu cokelat hangat buatan mamanya kembali ke meja makan. Dengan selembar tisu ia mengelap sisa-sisa cairan di sudut bibirnya.

Di meja makan hanya ada dia dan Nakula. Ayahnya sudah berangkat pagi-pagi sekali karena ada urusan kantor, sementara sang mama sedang di ruang keluarga lagi ngangkat telepon entah dari siapa.

"Gimana kuliahnya, lancar?" Aurel mengajukan pertanyaan kepada Nakula yang lagi sibuk mengunyah roti buatan mamanya.

"Ho-oh," sahut Nakula singkat. Mulut penuh dengan roti menyulitkannya untuk menjawab panjang kali lebar.

"Rel, kamu udah denger kabar gak?" celetuk mama yang menghampiri kedua anaknya di meja makan.

Aurel menoleh mengadu matanya dengan sang mama.

"Kabar apa Ma, kok kayak panik gitu?" Melihat gelagat mamanya dilanda kepanikan membuat Aurel menanyakannya.

"Papa kamu nelpon dari kantor,"

"Terus Papa bilang apa?" potong Nakula.

"Anaknya Wirawan kecelakaan," lanjut sang mama.

Sementara Aurel berpikir, Nakula justru menyambung ucapan mamanya, "Yang mana Ma? Soalnya setahu Nakula Om Wirawan punya dua anak."

"Yang cowok," ucap mama.

"Danial?" setelah membungkam cukup lama, kini Aurel angkat suara menyebutkan nama itu.

Aurel mengabaikan orang-orang yang ada di meja makan bersamanya. Dan ya, dia juga tidak tahu harus berekspresi bagaimana. Ayah Aurel dan ayah Danial memang akrab sejak jaman kuliah, tetapi Aurel dan Danial lebih cocok digambarkan sebagai kucing dan tikus yang hobi mencelah satu sama lain.

Bagi Aurel, Danial adalah manusia yang paling menyebalkan. Dia bahkan menuduh Aurel berpura-pura jadi indigo semata-mata hanya untuk mendapatkan perhatian dari teman kelas yang lain. Padahal bukan begitu kenyataannya.

Tetapi balik lagi, walau bagaimanapun Danial adalah teman sekelas sekaligus anak dari teman baik ayahnya. Mengenyampingkan sikap menyebalkannya, Aurel tetap berempati kepada Danial.

"Terus gimana keadaan Danial?" tanya Aurel lebih lanjut.

"C-Cie," Nakula menyikut lengan adiknya, "Udah mulai ada rasa ya sama musuh bebuyutan," lanjut Nakula.

Bukan rahasia lagi, keakraban dari Wira dan ayah Aurel membuat kedua belah pihak saling mengenal satu sama lain.

"Apaan sih, siapa juga yang naruh perasaan sama cowok tengil kek dia," jawab Aurel.

"Katanya kondisinya cukup parah, sampai di operasi gitu," apa yang dikatakan oleh mama barusan membungkam Nakula dan Aurel. Tidak ada lagi adegan saling menggoda seperti sebelumnya karena kedua manusia itu sedang menampilkan raut kaget dengan penegasan berupa mata dan bibir membentuk lingkaran. Baik Aurel maupun Nakula tak mengira jika kondisi Danial akan separah itu.

"Nakula anterin adik kamu ya ke sekolah!" suruh mama, segera mendapat anggukan dari Nakula. "Mama mau siap-siap dulu ke rumah sakit."

...~To be Continued~...

...●●●●●...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!