Cast Pengenalan Tokoh Keluarga Winata
1. Asyifa Putri Winata
•Gadis cantik, imut, dan manis.
•Sangat polos dan lugu.
•Senyum yang manis.
•Tubuhnya mungil.
•Sifat cengeng dan manja.
•Paling dekat dan manja dengan kak Anan.
•Umur 16 tahun.
2. Adnan Khair Winata
•Kakak pertama Syifa.
•Tampan, gagah.
•Sifat cuek dan dingin, tapi tidak dengan Ifa.
•Ifa adalah panggilan kesayangan Adnan untuk Syifa.
•Dan Ifa memanggil Adnan dengan panggilan Anan.
•Udah kerja dan udah pegang 1 perusahaan cabang milik keluarga.
•Paling manja kalau sama Ifa.
•Umur 23 tahun.
3. Bara Adi Winata
•Kakak kedua Syifa.
•Tampan, gagah.
•Sedikit dingin tapi tidak sedingin Adnan.
•Perhatian sama Syifa.
•Kalau senyum manis banget.
•Posesif sama Syifa.
•Kalo manggil Syifa dengan sebutan Baby.
•Masih kuliah semester akhir.
•Umur 20 tahun.
4. Revan jaya Winata
•Kakak ketiga Syifa.
•Tampan, gagah, jago beladiri.
•Sifat jahil.
•Peduli sama Syifa.
•Possesive sama Syifa.
•Badboy.
•Suka tebar pesona tapi bukan playboy.
•Manggil Syifa dengan sebutan Sayang.
•Most Wanted di WN High School. (sekolah milik keluarga Winata).
•Umur 17 tahun.
5. Aditya Winata
•Daddy dari 4 anak.
•Tampan juga masih gagah walau udah berumur.
•Tegas dan berwibawa.
•Dingin kalau di luar.
•Sering senyum kalau udah sama keluarga.
•Sayang keluarga banget.
•Umur 43 tahun.
6. Vina Winata
•Mommy dari 4 anak.
•Cantik. Sangat cantik, bahkan awet muda.
•Lemah lembut.
•Baik hati.
•Murah senyum.
•Sayang keluarga banget.
•Pintar memasak.
•Umur 42 tahun.
------------------------------------------------------------------------------
...PROLOG...
...••||••...
Jalanan terlihat ramai dan dipadati banyak kendaraan. Tapi tidak bisa dikategorikan macet. Di sebuah Cafe dekat dengan jalan raya dan taman kota. Di sana Asyifa bekerja Part Time dimulai dari sepulang Sekolah hingga malam sekitar jam 20.00.
Biasanya Asyifa pulang sekolah 14.00. Lalu dilanjutkan dengan bekerja di Cafe. Asyifa yang biasanya di sapa Syifa itu bersekolah di Sekolah yang biasa-biasa saja, tidak terlalu Elit.
Karena memang Syifa hanya mengandalkan Beasiswanya. Jika tanpa Beasiswa, mungkin Syifa tidak bisa bersekolah.
Dia bersyukur masih diberi kesempatan untuk merasakan yang namanya Sekolah. Syifa tinggal dengan Bunda Rani di Panti Asuhan 'Bunda Kasih'.
Dia juga bersyukur bisa merasakan yang namanya kehangatan Keluarga bersama adik-adik kecilnya di Panti.
...●●●...
"Syifa!!" Panggil seorang gadis dengan berteriak.
"Iya ada apa Din?" Balas Syifa dengan tersenyum.
"Ini tolong antarkan ke meja no.11 disana yah. Please... Aku juga lagi bawa pesanan buat dua pelanggan nih"
Dina, si gadis berkuncir kuda sambil menunjukkan dua nampan berisi minuman dan makanan dikedua tangannya.
Memang keadaan Cafe sekarang ini lagi ramai-ramainya karena jam sudah menunjukkan waktu pulang anak Sekolah. Jadi Cafe ini dipadati anak Sekolah dan pekerja Kantoran yang mungkin mengadakan Meeting di Cafe ini.
"Iya, gak papa ko Din. Gak usah sungkan gitu. Ya udah Syifa anterin dulu ke meja yah" Mengambil nampan di atas meja.
"Oke! Makasih ya Fa udah bantuin Aku!!" Balasnya dengan berteriak karena Syifa sudah berjalan menjauh. Dibalas dengan anggukan kepala oleh Syifa.
Syifa berjalan menuju meja No.11 untuk mengantarkan pesanan.
"Silakan dinikmati pesanannya.." Ucapnya ramah dengan tersenyum manis. Membuat beberapa pelanggan terkagum-kagum memandangi wajah Syifa yang cantik dan manis secara bersamaan.
Wajah Syifa yang berbentuk oval khas Asia ini memang sangat cantik. Berwajah cantik dan manis sekaligus dengan pipi chubby yang imut dan terlihat lucu.
Mempunyai sifat yang ramah, sopan, polos, lugu, tidak sombong, dan tentunya baik hati.
Membuat siapa saja yang melihatnya ingin sekali mencubit pipinya gemas.
"Ah.. iya terima kasih manis..." Jawab pelanggan yang ternyata Ibu-ibu itu.
Lalu Syifa mengangguk dan balas tersenyum kepada Ibu-ibu tersebut. Dan kembali lagi ke dalam untuk megantarkan pesanan yang lainnya.
...●●●...
Udara malam yang sejuk memang menyenangkan dengan banyak lampu sorot dari berbagai kendaraan yang melintas. Membuat gadis yang sedang berjalan di Trotoar itu tersenyum dengan cerianya.
Terus berjalan memasuki sebuah gang untuk sampai ditempat tinggalnya. Panti Asuhan Bunda Kasih, itulah nama yang tertera di papan depan pintu gerbang. Dengan halaman yang tidak terlalu luas tapi mampu untuk tempat bermain anak-anak Panti.
Syifa tinggal di Panti ini karena saat Syifa Bayi, dia menangis di depan pintu Panti. Karena Bunda Rani penasaran Bayi siapa yang menangis malam-malam seperti ini.
Rani merupakan nama pengurus Panti. Biasa dipanggil dengan sebutan Bunda.
Rani sungguh sangat terkejut saat membuka pintu depan. Ternyata terdapat Bayi yang sedang menangis.
Rani khawatir melihat Bayi yang umurnya baru beberapa bulan, menangis karena lapar dan kedinginan. Akhirnya membawanya masuk dan memutuskan untuk merawat Bayi itu.
Lalu, saat mengecek Bayi tersebut ternyata terdapat kalung dengan nama Asyifa. Jadi Bunda Rani menamai bayi itu Asyifa Putri.
Sejak itulah kehidupan seorang Asyifa Putri di Panti Asuhan tersebut.
Syifa bekerja Part Time untuk memenuhi kebutuhannya. Juga membantu Bunda Rani untuk meringankan bebannya.
...●●●...
Loh?! itu kok ada banyak mobil mewah di Panti??. Apa mungkin itu mobil seseorang yang mau mengadopsi anak yah??. Batin Syifa sambil mengernyit bingung.
Kalo iya, Alhamdulillah deh jadi anak-anak Panti nanti jadi lebih bahagia.
Tersenyum-senyum membayangkan kehidupan yang lebih bahagia dan keharmonisan Keluarga, lalu terkekeh sendiri.
"Ya udah deh Syifa masuk aja"
"Assalamualaikum Bunda.... Syifa pulang"
"Waalaikumsalam Syifa. Sini sayang duduk dulu." Balas Bunda dengan tersenyum lembut.
"Iya Bunda. Ini siapa bunda." Menunjuk pasangan Suami Istri yang sedang tersenyum menyiratkan kerinduan.
"Ouhh ini, perkenalkan mereka adalah Mr. Aditya Winata dan istrinya Ms. Vani Winata" ucap Bunda Rani sambil menunjuk kedua tamu nya.
Syifa hanya diam dan menatap pasangan suami istri tersebut dengan mengerjabkan matanya polos.
"Ah.. betul saya Aditya Winata datang kesini dengan tujuan untuk membawa putri kami pulang." Jelasnya dan diangguki istrinya.
"Tapi, maaf Putri kalian yang mana yah?."
"Putri kami waktu bayi berusia 6 bulan hilang. Waktu kami sedang piknik di taman. Tapi naas, ada yang membawa Putri kami pergi. Putriku merangkak entah kemana. Tapi yang kutahu dia menghampiri seseorang dan seseorang tersebut membawanya kabur. Aku yang waktu itu sedang menyuapi anak ketiga, Aku sampai teledor menelantarkan Putriku, membiarkannya merangkak terlalu jauh hiks... hiks..." jelas Vani sambil menangis mengingat momen itu.
"Ini berkas dan foto Putri Kami. Mohon di cek. Juga terdapat foto saat Putriku memakai kalung Keluarga Winata." Perintah Aditya kepada Rani, sambil terus mengusap punggung Vani, Istrinya.
Rani mengecek data-data dan foto tersebut. Bunda terkejut bahwa bayi itu adalah orang yang sangat ia kenali.
"Bunda.... kenapa kok Bunda terkejut seperti itu?" Tanya Syifa karena bingung dengan tatapan polosnya.
"Sayang... ini adalah foto saat kamu Bayi. Juga terdapat kalung yang sekarang Kamu pakai nak. Jadi, mereka adalah Orang tua kandungmu yang sedari dulu Kamu cari" tersenyum lembut kepada Syifa.
"Benarkah Bun...?" Tanya Syifa dengan mata berbinar. Ia sangat bahagia bisa bertemu dengan keluarganya.
"Iya Princess ini Mommy mu nak..." menangis terharu karena bahagia.
"Sini sayang Princessnya Daddy" merentangkan kedua tangan isyarat meminta untuk dipeluk.
Detik berikutnya Syifa sudah berada dipelukan Aditya sambil menangis sesenggukan. Bunda Rani bahkan sudah menangis sejak tadi.
"Syifa rindu Daddy..."
"Daddy juga rindu Princess Daddy ini. Maafkan Daddy ya Princess, karena baru sekarang Daddy menemukanmu" ucapnya sendu.
"Daddy tidak boleh berkata seperti itu!" Ucapnya lucu sambil mengerucutksn bibir walaupun masih sesenggukan.
"Iya Princess. Maaf..."
Lalu Syifa mengangguk dan melepaskan pelukannya. Lalu mendapatkan kecupan sayang didahinya oleh Daddy. Berpindah pelukan kepada Mommy.
"Mommy... Syifa rindu Mommy"
"Mommy juga merindukanmu Princess. Maafkan Mommy yang teledor menjagamu"
Melepas pelukan. "Tidak Mommy... jangan bilang begitu ini semua sudah takdir" jawabnya dengan sesenggukan. Bukannya jelek malah jadi tambah imut dan lucu. Bagaimana tidak, hidung merah, mata merah dan bengkak, pipi merah dan bercucuran air mata.
"Ahaha... baiklah Princess" menghapus bekas air mata di pipi Chubby Princess dan mengecupnya.
Aditya dan Vina berdiri dan bersalaman dengan Bunda lalu memberi sejumlah uang sebagai Donatur utama di Panti Asuhan Bunda Kasih ini.
"Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Panti ini. Karena sudah mau merawat Putri kami" Aditya berucap seraya menyerahkan Amplop pada Rani. Yang diterima baik oleh Rani.
"Itu bukan apa-apa. Saya sudah menganggap Syifa seperti anak saya sendiri. Sama seperti anak-anak yang lain." Menatap Syifa dan tersenyum lembut.
"Bunda... Syifa akan ikut Mommy dan Daddy. Tapi Syifa masih boleh berkunjung ke sini kan?" Matanya berkaca-kaca. Takut jika tidak diperbolehkan berkunjung.
"Tentu sayang... Kamu masih boleh berkunjung kesini kapanpun Kamu mau. Pintu Panti akan selalu terbuka untukmu..." balas Rani pada Syifa. Yang sudah ia anggap seperti Putrinya sendiri.
Syifa langsung memeluk Rani dengan erat.
Aditya dan Vina hanya tersenyum melihat kasih sayang Bunda untuk Princess mereka. Merasa sangat beruntung ada orang baik hati. Yang mau menyayangi Princess dengan tulus.
...■■♡■■...
1384 Karakter
VOTE DAN COMENTNYA!!
TUNGGU NEXT NYA
^^^Kamis, 27 Agustus 2020.^^^
Sekarang Syifa telah berada di dalam mobil. Ya, tentunya mobil mewah milik orang tuanya yang sedang dikendarai oleh Aditya.
Dibelakang mobil Aditya, ada mobil lain yang mengikuti. Itu mobil yang dikendarai oleh Bodyguard Daddy yang berbadan kekar dan berwajah seram. Itu menurut Syifa katanya.
Tempat duduk samping kemudi ada Vina dan Syifa di bangku belakang.
"Mom, Syifa punya Kakak berapa?" ucapnya lucu dengan mata berbinar. Ia sangat bahagia ketika tahu bahwa dia memiliki kakak.
Vina tersenyum sebelum menjawab pertanyaan putrinya.
"Princess, Kamu punya 3 kakak laki-laki. Semua Kakakmu pasti akan sangat bahagia bila bertemu denganmu. Mereka sangat merindukanmu Sayang. Iya kan Dad?"
"Iya, mereka sangat rindu denganmu. Termasuk Daddy" ucap Aditya dengan terkekeh. Mommy juga ikut terkekeh akhirnya.
Syifa tersenyum senyum dan terkikik membayangkan momen seru bersama kakaknya nanti, senyum polos dan mata berbinar. Tidak tahu saja dia tentang keposesifannya.
Daddy tersenyum geli melihat bagaimana binar mata putrinya di kaca spion tengah.
Mommy juga ikut tersenyum melihat putrinya. Tiba-tiba matanya menanas membayangkan kehidupan seperti apa yang putrinya lalui sebelum bertemu dengannya.
Ternyata Aditya menyadari bahwa istrinya sedang sedih. Lalu ia berinisiatif bertanya pada Princess.
"Princess Daddy mau bertanya boleh?"
...●●●...
Adnan side
Di sisi lain, tepatnya kantor. Seorang lelaki tampan sedang duduk dikursi kebesarannya memandang laptop sambil memijat pelipisnya.
Entahlah, akhir akhir ini dia sangat lelah dengan pekerjaan kantor. Juga entah ada apa dengan perasaannya yang tiba-tiba gelisah.
Ini juga sudah malam, tapi dia belum juga beranjak dari kursi itu. Mengabaikan rasa lapar pada perutnya.
Tiba-tiba ponselnya berdering di atas meja kerja yang memang diletakkan pria itu disana.
Bara Adi W.
Kak Adnan.
^^^Hmm knp.^^^
Lo malam ini pulang ke
rumah ga?.
^^^Maybe iya.^^^
Ouhh ya udah.
Read
Memang, Adnan biasanya tinggal di Apartement. Tapi ia akan pulang ke rumah jika waktu Weekend saja.
Nah, inilah saatnya Adnan pulang karena sudah waktu Weekend.
Lalu, ia lanjutkan dengan mengecek berkas yang menumpuk dimejanya dan beberapa email yang masuk.
...●●●...
K**embali ke Syifa side**
"Princess Daddy mau bertanya boleh?"
"Daddy mau tanya apa?"
"Ya boleh dong Dad" lanjut Syifa, seraya menatap Aditya penuh.
"Apa kegiatanmu sebelum bertemu Mom and Dad?"
"Syifa kalau pagi sekolah. Lalu pulang jam 2. Terus kerja Part Time di-"
"Apa?! Kerja?!" Potong Aditya spontan. Ia juga sampai tak sadar sudah meninggikan suaranya.
"I-ya Da-d" ucapnya terbata-bata. Karena takut dengan ucapan spontan Aditya yang bernada sedikit tinggi.
Matanya sudah berkaca kaca ingin menangis, karena Syifa tidak suka dibentak. Lolos sudah air matanya.
"Hiks hiks hiks" Syifa menangis sesenggukan dengan menutup wajahnya dengan tangan.
"Dad!" Peringat Vina pada Suaminya, yang tidak sengaja menaikkan intonasinya.
Aditya menepikan mobilnya. Diikuti mobil dibelakang, yang dikendarai oleh para Bodyguard.
Menengok ke belakang. Dan mendapati keadaan Princess yang sedang menangis sesenggukan.
Lalu tangannya terulur untuk mengangkat Princess, Syifa yang paham langsung mendekat pada Aditya. Dan didudukkan pada pangkuannya.
"Maafkan Daddy Princess... Daddy tidak bermaksud untuk membentakmu sayang. Maaf. Maafkan Daddy. Hmm." Ucap Aditya menyesal dengan wajah sendu.
Memeluk Putrinya supaya tenang dan berhenti menangis. Vina mengusap-usap punggung Princess supaya tenang.
Beberapa saat kemudian, Syifa sudah tenang dan berhenti menangis. Hanya tinggal sedikit sesenggukan. Dan ia masih berada dipangkuan sang Daddy.
"Coba cerita dengan pelan-pelan sayang. Kamu kerja dimana?" tanya Vina memulai sesi introgasi.
Akhirnya, Syifa bercerita tentang kehidupannya di Panti. Apa yang telah di ketahui dan di lalui Syifa, semuanya dia ceritakan tanpa terlewatkan. Posisinya masih duduk dipangkuan Aditya menghadap pada Vina, Mommynya.
Aditya dan Vina menyimak dengan sungguh-sungguh. Dan menyimpannya di memori mereka.
Sebernarnya mereka kaget, juga tidak sanggup bahwa putri kecilnya ini sampai bekerja Part Time. Pasti sangat capek.
"Aduh sayang... Mommy sedih kamu sampai bekerja seperti itu" Vina menatap Princess dengan mata berkaca-kaca.
"Iya. Mulai sekarang Daddy tidak akan mengizinkanmu untuk bekerja lagi. Daddy akan memberikanmu apapun yang kamu mau. Jadi kalau kamu mau sesuatu, langsung bilang Dad ataupun Mommy"
"Benarkah?!" Tanya Syifa antusias. Lalu dibalas anggukan Mommy dan Daddy.
Kemudian Syifa dipindahkan kembali ke tempat duduknya, dikursi belakang. Dan melajukan mobil kembali, untuk melanjutkan perjalanan.
Beberapa menit kemudian, mobil mereka sudah sampai di rumah besar. Bukan besar lagi ini juga bisa disebut mansion atau bahkan istana saking besar dan luasnya rumah ini.
Baiklah mari kita sebut sebagai Mansion saja.
Tin Tin
Satpam langsung dengan sigap membukakan gerbang untuk Tuan dan Nyonya mereka.
Sebelum turun, Aditya menengok ke belakang. Tetapi yang didapatinya adalah Princess yang sedang tertidur dengan pulas.
Tanpa dikomando, Aditya langsung menggendong Putrinya menuju kamar Princess yang sudah disiapkan pelayan dari pagi. Di ikuti Istrinya yang mengekor dibelakang.
Kamar Princess berada di lantai atas.
Setelah menurunkan Princess di kasur Quen sizenya. Aditya langsung mengajak Istrinya untuk keluar menuju kamar mereka. Yaitu kamar utama, untuk beristirahat. Yang berada di lantai bawah.
...●●●...
Jam 22.00.
Sudah larut, tapi Tuan Muda keluarga Winata baru saja pulang dari kegiatan masing masing.
Adnan pulang setelah lembur dikantor. Bara pulang setelang selesai nugas dirumah temannya. Dan yang terakhir, Revan pulang setelah nongkrong dengan temannya.
Entahlah, ada apa dengan Revan bisa pulang lebih awal dari biasanya. Sebelumnya, Revan biasa pulang lebih larut dari jam 10 malam bisa sampai jam 1 atau 2 pagi.
Mereka bertiga bergegas untuk bersih-bersih badan di kamar masing masing. Mereka menaiki anak tangga untuk ke lantai 2.
Untuk lantai 2, ada kamar Adnan, Bara, Revan, dan Syifa.
Di lantai 1, ada kamar utama milik Aditya dan Vina, juga beberapa kamar tamu.
Tiba di atas tangga terakhir. Karena kamar Syifa dekat dengan tangga, mereka sudah tahu. Bahwa kamar itu merupakan kamar adik perempuan mereka satu-satunya.
"Kak. Kok kamar Princess pintunya kebuka gini sih" Ucap Revan bingung karena sudah lama kamar itu tertutup. Tidak boleh ada yang masuk sembarangan.
"Iya. Ini juga kenapa lampunya nyala" sekarang Bara yang berbicara.
"Hmm." dehem Adnan dengan alis bertaut. Dia juga bingung kenapa lampunya nyala dan pintunya sedikit terbuka.
Adnan tanpa pikir panjang langsung nyelonong masuk tanpa permisi ke kamar adik perempuannya.
Dia terkejut.
Bukan.
Bukan terkejut lagi, tapi sangat terkejut karena disana.
Diatas tempat tidur terdapat seorang gadis tengah tertidur dengan pulas.
Dia berjalan mendekat dan meneliti wajah seseorang yang sedang tertidur itu.
Ini Ifa kan?!!. Iya ini benar-benar Ifa yang selama ini aku rindukan!.
Batin Adnan dan memandangi wajah yang selalu dia rindukan.
Imut. Itu kata yang tepat untuk menggambarkan wajah Syifa sekarang.
"Lahh! Ini siapa!. Eh eh...ini Princess kita kan!." Seru Revan dengan berteriak.
"Mana. Mana!." Balas Bara juga sama hampir berteriak. Heboh sekali.
"Heh. Sstt jangan berisik. Nanti Ifa ku terbangun." Ucap Adnan dengan suara dingin. Ia menempelkan jari telunjuk di bibirnya sendiri. Tanda untuk adik-adiknya diam.
Mendengar kakak tertuanya sudah berbicara dengan nada dingin. Bara dan Revan dengan sigap langsung menutup mulut mereka dengan tangan.
Tidak ingin membuat masalah dengan kakak tertua mereka.
Adnan langsung meletakkan tas kerja dan Jaz Kantor di sofa. Lalu langsung mengecup dahi dan kedua pipi Ifa dengan sayang.
Cup
Cup
Cup
Adnan merebahkan diri diranjang milik Ifa. Tak lama, Adnan sudah tertidur mengarungi alam mimpi.
Bara yang melihat Adnan sudah tertidur juga ikutan meletakkan tas Kuliahnya di sofa. Mengecup dahi Pricess sekilas.
Cup
Lalu ikut merebahkan diri disebelah Princess yang masih kosong.
"Huft" desah Revan lelah. Yang lagi-lagi ia ditinggal mereka berdua.
Lebih tepatnya Revan sedang sebal dengan Bara yang sudah mendahuluinya untuk tidur disamping Princess.
"Yah... terpaksa deh tidur disofa"
Tidak lupa sebelum tidur Revan menyempatkan untuk mengecup kedua pipi tembam Princess.
Cup
Cup
"Hehe.. kecupan ini sebagai bekal untuk membuat tidur Kakak nyenyak."
"Terima kasih Princess. Sudah kembali lagi ke rumah ini. And Sleep Well!" Lanjut Revan sambil berbisik ditelinga Princess. Membuat Princess sedikit bergumam karena bisikan Revan.
Mengelus rambut Pricess sekilas dilanjut dengan merebahkan diri disofa dan tersenyum. Karena kebahagiaan rumah ini sudah ada di depan mata.
Ya. Syifa adalah kebahagiaan bagi keluarga Winata. Tak lama Revan menutup mata, dan tertidur pulas.
...■■♡■■...
1329 Karakter.
Vote and Comment!!
Maaf ya aku masih amatiran dalam menulis cerita.
Maaf kalo masih banyak typo dan kekurangan lainnya.
Follow juga akunku @chnslai
Follow IG ku juga : @auliaprinch
Please Follow yaa
Oke?😆
^^^Minggu, 30 Agustus 2020.^^^
Pagi yang cerah tapi tidak mampu mengusik mereka yang tertidur dengan pulasnya diatas ranjang dan sofa.
Tidak. Hanya satu orang saja yang terusik.
"Hoamm..." perlahan-lahan membuka matanya dan menggeliat kecil.
"Jam berapa ya... loh! Udah jam 7!".
Sedikit kaget melihat jam didinding kamar barunya. Biasanya Syifa tak pernah bangun kesiangan begini. Entah karena kelelahan atau karena terlalu nyaman dengan kasur mewah ini.
Syifa juga terkejut saat mendapati ia tidak tertidur sendirian.
"Kakak.." ucapnya pelan karena ragu dan takut salah menyebut orang.
"Engghh.." perlahan mata tajam itu terbuka. Ia tersenyum karena seseorang yang berada didepannya. Ia pikir kejadian tadi malam hanya mimpi. Tapi ini sungguh nyata.
"Selamat pagi Ifa" sapanya kepada adik tersayangnya.
"Ifa??" Dahinya mengkerut bingung.
"Hmm. Ifa adalah nama spesial kakak untukmu"
"Oh ya kakak belum memberitahumu. Nama kakak adalah Adnan Khair Winata"
"Kak Anan"
"Ehh. Anan?? Oke fix kamu harus memanggil kakak dengan panggilan Anan" dasar pemaksa.
"Kakak suka?" Antusiasnya, tidak menyangka bahwa sang kakak akan menyukai panggilan khusus darinya.
"Hmm. Kakak sangat suka nama panggilan yang dibuat darimu sayang. Tapi ingat! Hanya kamu yang boleh memanggil kakak seperti itu. Mengerti." Perintahnya tegas tanda tidak ingin dibantah. "Ouh ya. Satu lagi sekarang nama kamu adalah Asyifa Putri Winata"
"Iyaa" dengan anggukan kepala ditambah dengan wajah imutnya.
"Kenapa kak Anan tahu kalau namaku Asyifa Putri" menatap penasaran kepada Adnan, yang malah terlihat imut dimata Adnan.
"Dari kalung yang kamu pakai Ifa. Itu adalah kalung yang dibuat khusus untuk keluarga Winata jika ada anggota keluarga Winata yang melahirkan seorang Putri. Maka akan dibuatkan kalung nama untuk bayi perempuan." Jelasnya detail. Jarang jarang Adnan bisa bicara panjang lebar.
Oh ya Just Info. Sebenarnya ini merupakan pertama kalinya keluarga Winata membuat kalung nama. Karena Syifa merupakan satu satunya cucu perempuan Winata.
"Isssh kakak gemes sama kamu. Kamu imut banget sih" menciumi seluruh wajah Ifa bertubi tubi membuat Ifa menggeliat kegelian.
"Ha ha ha.. ish! kak Anan geli" rengek Syifa sambil tertawa.
"Eh Princess sudah bangun ternyata" Bara bangun karena terganggu oleh suara tawa Syifa karena ulah Adnan barusan. Disusul Revan yang ikut terbangun.
Adnan hanya bisa mendengus. Terpaksa aksi menggelitiki Ifa harus terhenti karena ulah dua adik sialan.
"Em" mengerutkan alis karena baru menyadari tidak hanya kak Anan yang ada dikasurnya, melainkan ada satu lagi seseorang. "Kak..."
"Bara Adi Winata"
"kak Bara"
"Rindu kakak Princess?" Menaikkan alis menggoda adiknya.
"Ifa rindu kak Bara" memeluk Bara dengan erat, menenggelamkan kepala diceruk leher Bara.
"Ifa... kamu tidak rindu pada kakak" tanya Adnan sedikit sewot. Wow sedang cemburu ternyata.
Melepaskan pelukan, dan berbalik menghadap Adnan. "He he Ifa juga rindu kakak" sekarang giliran Adnan yang berpelukan dengan Princess.
Revan yang sedari tadi hanya menjadi penonton dari sofa kamar Princess menatap jengah kedua kakaknya yang asyik berpelukan. Padahal dirinya dari tadi belum mengobrol dengan Princess.
"Princess..." rengek Revan yang terdengar berlebihan. Membuat Bara jijik mendengar rengekan Revan.
"Apa apaan kau Revan, merengek seperti itu. Bukannya membuatku gemas malah membuatku jijik, kau tahu"
"Aku tidak berbicara denganmu kak Bara Api" menatap sinis kepada Bara.
"Hey namaku Bara Adi bukan Bara Api. Sembarangan kau asal memanggil ak-" belum selesai berbicara suara dingin sudah memotong perkataannya.
"Sudah diam. Jangan berdebat."
Semua diam. Revan mendekati ranjang dan duduk dipinggir ranjang. "Halo Princess perkenalkan nama kakak Revan Jaya Winata. Laki laki paling tampan di sekolah WN High School" ucapnya kepedean.
Ya walaupun itu benar adanya. Tidak bisa disangkal lagi bahwa Revan memang tampan.
"Halah dasar sombong" cibir Bara menatap sinis yang dihiraukan Revan.
"Kak Revan memang tampan" balas Syifa langsung bangkit dari ranjang dan memeluk Revan dengan erat dan dibalas tak kalah erat oleh Revan.
Revan tersenyum kemenangan karena diakui oleh Princess tentang ketampanannya. Menatap Bara dengan tatapan ejekan. Bara mendengus kesal melihat itu.
...●●●...
"Ini tehnya Dad"
"Iya taruh dimeja saja Sayang"
Aditya dan istrinya sedang berada dimeja makan. Ia yang sedang membaca koran ditemani secangkir teh hangat dipagi hari.
Sedangkan istrinya itu sedang sibuk menyiapkan makanan untuk sarapan keluarga. Apalagi ditambah dengan kehadiran putri kesayangannya sudah bersamanya lagi. Itu membuatnya sangat antusias menyiapkan beberapa masakan.
"Mom apakah Princess belum bangun?"
"Entahlah. Mommy juga tidak tahu. Sebentar Dad biar Mommy yang mengecek ke kamar Princess"
Berjalan menaiki beberapa anak tangga dan barulah ia sampai di kamar anak bungsunya.
Membuka pintu dan terpampang lah semua anaknya berada dikamar anak bungsunya.
"Mommy" teriak Syifa yang pertama menyadari kedatangan Mommynya.
Dibalas senyuman oleh Mommy.
"Jangan teriak Ifa. Nanti tenggorokan kamu sakit." Ujar Adnan yang terlihat Khawatir.
"Ternyata Princess Mommy sudah bangun. Ayo sekarang mandi siap siap. Setelah itu kita sarapan"
"Baik Mommy"
"Siap Mommy"
"Okey Mommy"
"Iya Mom"
Yang terakhir pasti tahu itu siapa. Siapa lagi jika bukan Adnan yang berkata singkat. Ditambah nada datar dan wajah tanpa ekspresinya.
...●●●...
Semua sudah berkumpul di meja makan. Terlihat mereka sedang menunggu seseorang. Siapa lagi jikan bukan Princess keluarga Winata. Dari tangga atas terdengar langkah kaki seseorang.
Tap
Tap
Tap
"Selamat pagi semua" sembari mencium pipi. Dimulai dari Dad sampai Revan.
Karena tempat duduk Revan yang paling jauh dari tangga makanya ia yang terakhir mendapatkan ciuman Princess.
"Selamat pagi Sayang / Ifa / Princess/ Baby" Syifa pun mendapatkan balasan ciuman juga. Baik di kening, pelipis, dan pipi.
"Duduk dekat kakak Ifa"
"Tidak. Princess harus duduk disebelah kakak."
"Hey. Princess duduk sama Revan dong."
Syifa hanya diam kebingungan. Mana yang harus Syifa pilih tempat duduknya.
Ia juga bingung mau duduk samping siapa. Takut pilih kasih.
Tiba tiba Adnan menarik kursi lain untuk ditempatkan disamping kursinya. Dengan kata lain tempat duduk Syifa sangat dekat dengan kursi Adnan.
Bara dan Revan mendengus melihatnya. Lagi lagi kakaknya yang satu ini memonopoli Princess mereka.
Mau tidak mau akhirnya Syifa duduk dikursi yang sudah digeser oleh Adnan.
"Sayang mau makan sama apa" tawar Mommy dengan tatapan lembut.
"Emm.. Syifa mau sama ayam aja Mom"
"Baiklah" sembari mengambilkan makanan untuk Syifa setelah menyiapkan makanan untuk Daddy.
Hening. Semuanya sibuk memakan sarapan masing masing. Mereka tidak ingin mengajak bicara Princess untuk berbicara atau mengobrol saat makan.
Mereka tidak ingin mengambil resiko jika Princess tersedak nantinya.
...●●●...
"Wahh.. sudah tayang ternyata" sorak Syifa antusias saat menonton televisi dan mendapati serial dua bocah kembar botak dan yang satunya hanya punya satu rambut. Siapa lagi jika bukan Upin&Ipin.
"Kau menyukainya Ifa Sayang" tanya Adnan yang sudah duduk disamping kanan Syifa, sedangkan kiri Syifa sudah diduduki Revan.
"He'em Syifa sangat suka" menganggukan kepalanya lucu.
Revan yang mendengar jawaban Syifa hanya bergumam. "Apanya yang disukai dari kartun bocah kembar itu. Satu botak satunya hanya punya satu rambut."
Untung saja gumaman Revan pelan jadi tidak akan ada yang mendengarnya. Jika tidak maka ia akan di omeli Kakak Esnya. Iya si Adnan, karena ia telah mencibir hal hal yang disukai oleh Syifa.
Untung untung gue ga kena amukan kak Adnan. Batin Revan bersyukur.
"Oh ya Sayang kamu sudah Daddy pindahkan di sekolah WNHS. Biar ada yang jagain. Nanti Revan yang bakal jagain kamu"
"Yess. Princess akhirnya sekolah disekolahan yang sama dengan Revan." Sorak Revan gembira.
"Iya Dad. Makasih ya Dad udah daftarin Syifa. Maaf kalo Syifa merepotkan" ujarnya sedih. Takut merepotkan Daddy yang sudah mau mendaftarkannya ke sekolah barunya.
"Tidak merepotkan sama sekali sayang. Apapun akan Daddy lakukan untukmu Princessnya Daddy."
Syifa tersenyum bahagia. Syifa bangkit dari sofa keluarga lalu memeluk Daddy dengan erat.
Dibalas pelukan Daddy dengan sayang dan menarik Syifa untuk duduk dipangkuannya.
Setelah Syifa melepaskan pelukan mereka. Syifa pun tiba tiba bertanya.
"Daddy. Syifa masih dperbolehkan untuk bekerja di cafe tidak" tanyanya pelan karena takut Daddy akan marah.
Dia sebernanya ingat bahwa Daddynya ini sudah melarangnya untuk bekerja tapi ia masih ingin untuk bekerja di Cafe.
"Apa!!. Bekerja!!" Adnan bersuara spontan karena mendengar ucapan Ifa. Dia tanpa sadar sudah menaikkan intonasinya.
Tak lama terdengar isakan dari seseorang. "Hiks Hiks Hiks..."
"Sayang... jangan menangis yah. Tadi Kak Adnan tidak sengaja membentakmu" Daddy berusaha menenangkan Princess yang malah tambah mengencangkan tangisannya.
"Ifa sayang... maafkan kakak yah.. tadi kakak tidang berniat untuk membentakmu."
Menarik Ifa pelan dari pangkuan Daddy dan menggendongnya ala koala.
Syifa masih menangis sesenggukan dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Adnan. Adnan dengan sabar menggendong sambil menimang ke kakan dan ke kiri sembari mengelus kepala Ifa dengan sayang.
Daddy yang mengerti semua tatapan anak laki lakinya mengarah padanya. Akhirnya menceritakan semuanya yang telah dialami oleh Syifa. Syifa yang bekerja di Cafe dari mulai pulang sekolah sampai jam 8 malam.
Membuat semua raut wajah anaknya berbeda beda. Revan dengan tatapan kasian dan sedih membayangkan Syifa harus bekerja jadi pelayan Cafe. Bara dengan tatapan dingin membayangkan Syifa bekerja. Dan Adnan yang sudah mengeraskan rahangnya.
"Ifa Sayang.. kamu mulai sekarang tidak boleh bekerja lagi ya. Kakak dan semuanya mana tega dan tidak akan pernah mengizinkan kamu untuk bekerja" ucap Adnan lembut memberi pengertian pada Syifa. Disusul dengan kecupan lembut dipelipis Syifa.
Ucapan Adnan disambut anggukan semua anggota keluarga termasuk Syifa yang akhirnya pasrah mengangguk menyetujui perintah Kak Anan yang bersifat mutlak. Tak ingin dibantah.
"Iya kak Anan" balas Ifa pelan karena sudah mengantuk.
Ini karena dari tadi sudah ditimang-timang membuat Syifa jadi mengantuk.
Lalu terdengar dengkuran halus yang keluar dari bibir Syifa. Membuat Adnan yang mendengar dengkuran Syifa tersenyum. Lalu memberi kode ke semuanya untuk meletakkan tubuh Ifa di kamar Ifa.
...■■♤■■...
1622 Karakter
Wah gak nyangka 1622 kata.
Maaf banget yah baru Update sekarang. Aku lagi sibuk sama urusan sekolah. Tugasnya juga banyak. Juga sebentar lagi mau PTS (Penilaian Tengah Semester).
Kalian ada yang sama ga? Sebentar lagi mau PTS/UTS?.
Tapi kalian tenang aja aku bakalan tetep berusaha Update secepatnya kok.
Oh ya sekali lagi aku mau bilang Makasih banget buat kalian yang udah Follow aku, baca cerita aku, vote, dan comment. Yang udah semangatin aku. Makasih banget yah...💜💜
Love you semua😙💜
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan Vote dan Comment...
Follow akun ini @Chnslai
Follow IG ku juga @Auliaprinch
Aku tunggu kalian😻
Byee... tunggu Update an selanjutnyaa...😙
^^^Sabtu, 5 September 202**0**.^^^
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!