...Apa ini sebuah takdir? Setiap hari kekerasan hidup kujalani, Duniaku seperti neraka, rasa sakit dan penyesalan tiada akhir bahkan hatikupun sudah mati rasa....
...***...
Cast:
...###...
Kegaduhan terjadi dipusat perbelanjaan kota New York, tepatnya disebuah toko perhiasan. orang-orang berhamburan berlari kesana kemari mencari tempat aman, sementara suara tembakan tak henti-hentinya bersahutan, sampai suara sirine polisi mendekat dan semua orang disana diperintah untuk tiarap.
Langkah kaki yang terseok dan nafas tersengal, gadis dengan perawakan pendek dan kurus ini menggendor sebuah kaca mobil yang terparkir didekat sana.
seorang pemilik mobil tersebut cukup kaget dengan kedatanganya.
"T-tolongh..."
...###...
Nampak seseorang dengan wajah meringis kesakitan mendekati mobilnya, dengan sigap ia membuka pintu mobilnya lalu membawa masuk orang asing yang terluka itu.
"kupikir aku akan terlambat datang kekantor" ujarnya, lalu ia memasukan kembali ponselnya setelah menghubungi seseorang, rekan kerjanya.
manik matanya menatap kearah seseorang yang masih berusaha menahan sakitnya.
"Apa yang terjadi?"
"A-aku tertembakhh"
Saat itu juga kesadaran orang asing itu menghilang.
...***...
Pria tinggi dengan surai hitamnya tampak mondar-mandir didepan kamar pasien sejak satu jam yang lalu, ia sebenernya punya kesibukan yang lebih penting dari pada menunggu orang asing yang baru saja selesai operasi beberapa menit yang lalu itu, tapi apa boleh buat, dia secara tidak langsung sudah menjadi penanggung jawab orang itu, karena dirinyapun bingung harus menghubungi siapa yang bersangkutan denganya.
"Hey?!" tangan besarnya menepuk-nepuk pipi milik orang yang baru saja meminta tolong padanya.
Ia menyentuh bagian pundaknya yang sedari tadi mengeluarkan darah segar.
Ternyata orang ini benar-benar tertembak, tanpa pikir panjang ia menginjak pedal gas dan segera pergi menuju rumah sakit terdekat.
Drrtt...
Ia merasa ponselnya bergetar.
"Ah! maaf Sir, aku tidak bisa kekantor buru-buru"
"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?" Tanya orang diseberang sana dengan nada kesal.
"Ada korban tembakan, aku tidak bisa menghubungi keluarganya. jadi mau tidak mau aku yang mengurus beberapa prosedur untuk operasinya"
Terdengar decakan malas diseberang sana.
"Dengar Nick! komplotan perampok itu baru saja mengacau di daerah New York" Nick, nama pria tinggi yang masih memegang ponselnya terkejut, beberapa jam yang lalu dirinya berada disekitar sana, jika saja tidak ada orang yang meminta tolong padanya, mungkin ia bisa tau keadaan disana.
Nick mendadak kesal tapi ia tidak bisa menyalahkan orang asing yang tidak bersalah tadi.
"Sir..."
"Segera selesaikan urusanmu dan cepat kemari!"
"I-iya aku mengerti" sambungan terputus setelahnya.
"Anda yang bertanggung jawab atas pasien yang baru operasi di kamar no 64 ?"
Seorang perawat tiba-tiba menanyakan hal itu padanya.
"Ah iya."
"Pasien sudah siuman, anda bisa mengunjunginya." setelahnya dia pamit.
Nick melangkah menuju kamar orang asing yang baru saja ia tolong tadi.
Pintu terbuka menampilkan sosok perempuan masih terbaring lemah diatas ranjangnya.
Nick semakin mendekat kearah lelaki itu.
"Oh tuan, kau yang menyelamatkanku?" Ia bertanya masih dengan nada lemahnya.
"Yah, kau mengetuk kaca mobilku dan aku tidak bisa membiarkanmu mati didalam mobilku." jawab Nick acuh.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?"
"Lebih baik, terimakasih."
gadis itu mencoba menggerakan tubuhnya untuk bersandar, ia sedikit kesulitan karena tanganya masih dililit perban, Nick sedikit membantunya.
"lengan mu juga terluka?" Nick menatap perban di pergelangan tangan gadis itu, ia sedikit merenyit dan mengangguk kecil.
"Oh yah siapa namamu? Umurmu dan pekerjaanmu?" Nick menanyainya dengan pertanyaan beruntun.
"Aku Sarah, 20 tahun. aku hanya gelandangan, setiap hari aku hanya memungut sampah untuk kujual."
"Orang tuamu?"
"Aku kabur dari mereka, ayahku pemabuk dan penjudi, dia sering menyiksa ibuku dan banyak penagih hutang kerumah kami, dan... ayahku ingin menjualku..." mata Sarah tampak mulai berkaca-kaca.
"Aku akan dijadikan budak seks, ja-jadi aku lebih baik kabur saja" jemari lentiknya meremas selimut dibawahnya.
"Ahh... maaf tentang itu"
Nick merasa tak enak hati mendengar ceritanya barusan.
"Tuan bisakah aku minta tolong lagi?" Raut wajah Sarah terlihat memohon.
"Untuk?"
"Bisakah kau menampungku untuk sementara waktu?" Kini kedua alis Sarah menekuk, ia tengah berpikir. ia tidak bisa memutuskan berkata 'iya' pada orang asing dihadapanya ini walaupun kelihatanya ia tidak berbahaya.
"K-kumohon aku takut kalau rentenir itu menemukanmu,dalam keadaan seperti ini aku tidak bisa lari. mereka bisa saja membawaku dan... aku tidak mau hidupku berakhir disana hiks..." satu isakan seolah menyadarkan Nick, iya melihat wajah ketakutan dan kekhawatiran disana, bahkan mata dan hidungnya sudah memerah akibat menangis.
"Hanya sampai aku sembuh" ucapnya lagi.
Nick duduk dipinggiran ranjang, perlahan tanganya ikut menggenggam jemari Sarah yang sedari tadi meremas selimutnya.
"Tidak perlu cemas, kau boleh tinggal bersamaku sampai lukamu membaik."
Ucapan Nick barusan membuat hati Sarah lega, ia tersenyum meski masih menyisakan air mata.
"T-terima kasih tu-"
"Panggil aku Nick saja."
"Terimakasih Nick."
"Kau istirahatlah dulu, aku masih harus menyelesaikan beberapa urusan. nanti aku akan menjemputmu."
Sarah mengangguk dan Nick pergi setelahnya.
...TBC....
Pintu kayu ruangan berderit, seseorang baru saja masuk.
"Hm... bagus sekali Nick, jam berapa sekarang?" Baru saja ia akan duduk, umpatan Tom membuatnya berbalik hanya sekedar untuk memukul kepalanya.
"Perhatikan bicaramu Tommy!" Jitakan itu tepat mengenai tempurung kepala juniornya yang memang sedikit tak sopan.
"Sorry..." lelaki itu mengerucut sambil mengelus kepalanya yang masih sedikit berdenyut.
"Ini laporan yang kuterima hari ini" James selaku komandan mereka memberikan selembar kertas disana.
Sejak awal Nick sudah menduga bahwa komplotan perampok itu akan beroperasi di wilayah New York, bukan tanpa alasan Nick mengintai tempat itu sebelum seseorang meminta tolong padanya dan yah misinya gagal saat itu.
"Kau tau Nick? meraka membantai tempat itu, tak sedikit orang-orang terluka karena kebrutalan mereka." Nick kembali mengangguk, tentu saja mereka itu perampok dengan jiwa psikopat. siapa saja mereka tembak dengan tidak manusiawi dan gadis kecil tadi mungkin salah satu korbanya.
"Sebenarnya aku berada disana sir, hanya saja aku mendapat sedikit gangguan."
"Baiklah kali ini aku maafkan, untuk kasus selanjutnya. kau harus segera menemukan dimana mereka akan beroperasi lagi, agar kita bisa bersiap-siap untuk menangkap mereka"
Nick mengangguk, ia memang sangat geram pada komplotan perampok itu, catatan kriminalnya sudah menumpuk dimana-mana, kalau tidak salah, Nick pernah mendengar mereka dinamai SIN squad.
Alasanya karena mereka tidak takut akan Dosa, Dosa adalah jiwa mereka, karena tanpa Dosa, mereka tidak akan jadi penguasa. didunia ini tak ada yang lebih menyenangkan selain melakukan Dosa.
Benar-benar gila.
"Ah, bagaimana keadaan orang yang kau tolong tadi?" Tanya James sambil membereskan berkas-berkas dimejanya.
"Dia sudah sadar dan terlihat baik."
Nick jadi ingat kalau sepulang dari sini ia harus menjemput orang asing itu.
...###...
Seperti janjinya Nick kembali kerumah sakit, ia membuka pintu kamar 64 dimana Sarah masih terbaring diranjangnya.
Sekarang pukul 05.30 pm.
Nick membantu Sarah turun dari ranjang, ia tidak berkemas karena memang ia tak membawa apapun.
"Ah, Nick sepertinya aku meninggalkan dompetku."
Ucap Sarah ketika mereka sudah berada di daun pintu.
"biar aku yang ambilkan, kau duduk saja disini" Sarah mengangguk dan mengikuti perintah Nick untuk menunggunya.
Sarah kembali meraba saku celananya
Dan tak lama...
"Maaf Sarah, aku tak menemukan apapun, kau yakin dompetmu tidak terjatuh?"
Tanya Nick yang kini sudah berada diluar kamar.
"Apa memang tidak ada didalam?"
"aku sudah memeriksanya."
Sarah masih ingat menyimpanya disaku celananya, apa mungkin ia lupa menaruh disaku jaketnya? sementara itu jaketnya hilang entah kemana.
Melihat raut gelisah Sarah membuat Nick penasaran.
"Apa ada sesuatu yang penting disana?" Tanya Nick membuyarkan lamunan Sarah.
"Ti-tidak ada, hanya ada beberapa foto ibuku dan teman-teman ku..." Sarah mengehela nafasnya.
"Aku tak punya kenangan yang bisa kusimpan dengan mereka kecuali foto-foto mereka"
Kini wajah itu terlihat murung, Nick duduk disamping Sarah. memberi usapan pada pundaknya sebagai bentuk rasa simpatinya.
"Nanti kalau kau sudah sembuh kau bisa menemui mereka dan membuat kenangan lagi, jangan bersedih begitu"
"Terimakasih Nick"
...###...
"Bodoh! Bagaimana bisa si kelinci mungil itu tertangkap?" George menggebrak mejanya.
"Bos! sebenarnya kita tidak tau dia benar tertangkap atau tidak." ujar Crish.
"Lagi pula tidak ada berita kalau salah satu dari kita tertangkap." timpal Jane dengan wajah datarnya,
George menghembuskan nafas kasar, benar juga kata anak buahnya, ia tidak bisa begitu saja menyimpulkan.
"Jika dia tidak tertangkap dan tidak kembali padaku lihat, saja apa yang akan kulakukan pada adik kecilnya."
Gumaman tersebut terdengar seperti ancaman.
"Kau tidak perlu khawatir pada loyalitasnya padamu, dia tidak bodoh untuk lari darimu" kini Steve yang bicara, lelaki dengan perawakan tinggi dan wajah blasteran itu bisa dibilang dia ketua dari anak-anak buah bos nya.
"Lalu dimana yang lain?" George mengedarkan pandanganya.
"John dan Jack sedang merakit senjata baru, mereka berambisi membuat laser yang bisa menembus tulang hingga bisa memotong tubuh dalam jarak 10 kilo meter" papar Steve.
"Gila..." sahut George dengan tawa sarkastik
Dan Steve hanya menyeringai.
"Yah kita memang gila..."
...TBC....
Sarah takjub pada apa yang baru saja dilihatnya.
"Wah Nick, tempat tinggalmu bagus sekali." Merasa dapat pujian Nick cukup senang.
"Kemarilah, kau bisa tidur disini."
Kedua mata emerald milik Sarah berbinar, bagaimana rapihnya dan luas kamar ini, tidak seperti tempat tinggalnya.
"Apa ini kamar tamu?" Tanya Sarah.
"Yah bisa dibilang begitu, tapi aku jarang menerima tamu kecuali Tommy. dia yang sering memakainya jika menginap."
"Oh, dia temanmu?" Nick mengangguk.
"Apa kau tak membawa pacarmu kemari?" Mendengar pertanyaan Sarah, Nick malah tertawa.
"Aku belum memikirkanya, aku orang sibuk. tidak ada waktu memikirkan asmara, lagi pula aku masih muda." tuturnya.
Padahal sayang sekali untuk lelaki seperti Nick jika belum berkencan, tapi dengan penampilannya yang maskulin seperti itu, mudah baginya untuk memilih wanita jika dia memang sudah siap berkencan.
"Lalu, apa Sarah sudah punya pacar?"
"Apa-apaan pertanyaan itu?" belum pernah ada yang bertanya soal itu, telinganya jadi merasa asing.
"Kau tidak suka? Aku hanya bercanda" seperti biasa Nick hanya tertawa renyah.
"Yah sedikit aneh hehe, aku mana pernah memikirkan pasangan, lagi pula tidak ada Pria yang sudi pada orang miskin sepertiku."
Sarah mempoutkan bibirnya, dia tidak sedang bertingkah sok imut, itu hanya reflek kebiasaannya.
"Jangan merendah begitu, kau tau? Cinderella saja bisa menikah dengan pangeran."
"Ck, itukan hanya dongeng."
"Hm, benar. tapi buatlah dongeng itu sebagai motivasi untuk tidak putus asa dan keajaiban itu ada, lagi pula takdir manusia siapa yang tau?"
Sarah memandang wajah Nick, dia sangat baik, ramah bahkan dewasa dengan kata-kata bijaknya.
Membuat sesuatu didalam hati Sarah menghangat, belum pernah ada orang yang peduli pada masa depannya, mereka bahkan baru bertemu beberapa jam tapi ia sudah merasa nyaman dengan sikap Nick yang ramah ini.
"Terimakasih sekali lagi, Nick..."
........................
"Aku sudah masuk anggota detective 2 bulan ini, tapi kenapa susah sekali mencari keberadaanmu..."
Seseorang tengah uring-uringan didepan layar laptopnya, matanya sudah berkantung dan memerah karena dari tadi ia terus menatap layar persegi itu, namun tak ada tanda-tanda ia akan istirahat untuk tidur sejenak, padahal malam sudah sangat larut.
"Megan, aku tidak akan menyerah. aku pasti bisa menemukanmu."
Kembali jemarinya dengan lincah mencari data-data Megan Hudson, seniornya dulu di SM high school.
"Dulu kau boleh menolakku karena aku masih bocah SMA, tapi sekarang kau pasti akan terkejut. tidak ada yang namanya senior dan junior."
bibir nya terus saja bermonolog tentang Megan, bisa dibilang wanita itu cinta pertamanya. hanya saja situasinya dulu sangat sulit, karena Megan sudah kelas 3 SMA sementara dirinya masih kelas 1. segala upaya Tom untuk menyatakan perasaanya sia-sia, Megan selalu mengabaikannya.
Drrt drrtt....
Getaran dan Dering ponsel dimeja nakasnya membuat Tom mengalihkan pandangannya, ia meraih ponsel dan melihat nama si pemanggil.
"Untuk apa dia menelepon dini hari begini?"
Setelah menggeser touchscreen nya Tom mulai mendekatkan ponsel pada telinganya.
"Ada apa kak?"
"Kau begadang lagi?"
"Yak! Kenapa kau malah balik bertanya?!"
Tom mendengus kesal.
"Kau belum menemukanya ya?" Nick memang sudah tau kebiasaan Tom, setiap malam mencari keberadaan Megan yang katanya cinta pertamanya. Nick tidak tau menahu seperti apa sosok yang membuat Tom sampai setengah gila begini.
"Sebenarnya apa mau mu? Kau mengganggu tau."
Nada bicaranya mulai jengkel.
"Tom, bisa kau carikan data orang ini?" lalu Nick menyebutkan nama dan id nya.
Karena Tom cukup ahli dalam mencari data-data orang penting atau para penjahat sekelas mafia, jadi ia meminta Tom untuk menyelidiki sesuatu yang baru ditemukannya, mungkin saja ini bisa membantu.
"Tunggu sebentar, aku pikir dia bukan orang biasa kak."
"Yah aku pikir juga begitu, aku hanya ingin memastikan."
"T-tunggu, dia anggota SIN?"
Tom membaca data yang ada tapi hanya sedikit yang tertulis disana.
Nick menyeringai.
"Kerja bagus Tom, dengan begini aku lebih mudah untuk menangkap mereka."
"Dari mana kau mendapatkan id nya?" Kini Tom sedikit penasaran.
"Tempat itu, saat aku mengintainya. kau tau? beberapa rumor beredar kalau salah satu dari mereka ada yang hilang, dan aku menemukan itu disana."
"Wow keren, kupikir kau tidak mendapatkan apapun."
Terdengar kekehan Nick disebrang sana.
"Tapi kenapa kau tidak melapor pada James Sir?"
"Dia saat itu sedang marah padaku, dan aku juga tidak bisa lama-lama disana karena harus menjemput seseorang, jadi waktunya kurang tepat."
Tom mengangguk walaupun Nick tidak melihatnya.
"jadi bagaimana keadaan orang itu?"
"Kau tau? Hidupnya sangat menyedihkan, tapi dia baik-baik saja sekarang dan tinggal denganku untuk sementara."
"Maksudnya?"
"Dia hanya gelandangan dan hidupnya dikejar-kejar rentenir karena hutang ayahnya, aku tidak tega membiarkan dia diluar dalam keadaan sakit begitu."
"Dia wanita?"
"Yah..."
"Dimana dia tidur?"
"Dikamar sebelah"
"Apa? Yak! Bagaimana bisa kau membiarkan dia tidur dikamarku?"
Teriak Tom kekanakan.
"Kau pikir aku memberikan kamarku untukmu?"
"kakak bagaimana kalau dia meninggalkan penyakit disana dan saat aku tidur disana aku tertular?"
Tom sangat paranoid dengan gelandangan karena mereka tinggal ditempat-tempat kumuh dan jorok, bisa saja ia punya penyakit kulit atau sebagainya.
Nick memutar bola matanya malas mendengar rengekan juniornya ini.
"Jaga bicaramu bocah, aku pastikan dia sehat."
"Kau lebih membelanya dari pada aku?"
"Sebaiknya setelah ini kau tidur Tom, aku tidak tahan melihat kantung matamu yang semakin melar, kau jadi terlihat lebih tua dari pada aku."
"APA?" Teriaknya lagi.
Belum sempat Tom protes, sambungan telepon sudah terputus.
"Kakak sialan!" Umpatnya.
...TBC....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!