NovelToon NovelToon

Perjuangan Cinta Dokter Yudha

BAB 1 - Yudha Sanjaya

Yudha Sanjaya adalah seorang Dokter Spesialis Kandungan. Yudha lulusan salah satu universitas ternama di Perancis. Yudha bekerja di salah satu rumah sakit punya keluarganya. Ayahnya seorang Dokter Umum sekaligus Dosen, makanya ia punya rumah sakit sendiri karena sering untuk KKN para mahasiswa-mahasiswinya. Yudha merupakan anak tunggal di keluarganya. Usianya saat ini menginjak 25 tahun dan beberapa bulan lagi akan berulang tahun ke 26, orang tuanya menasihatinya agar ia segera menikah.

Yudha berperawakan tinggi, berkulit putih bersih dan beralis tebal. Apalagi Yudha sering nge-gym badannya yang kekar dan six pack menambah kesan tampan bagi setiap wanita yang memandangnya. Namun sifatnya yang begitu dingin, menjadikan wanita yang menyukainya pun menyerah dan memilih mundur untuk mengejar cinta seorang Yudha Sanjaya.

Yudha sifatnya cenderung tertutup dan dingin jika orang belum mengenalnya, namun akan care kalau sudah kenal dengannya. Namun Yudha orangnya terlalu mementingkan pekerjaannya sebagai seorang dokter dari pada ia harus mencari wanita sebagai pendamping hidupnya. Karena ia yakin suatu saat nanti Tuhan akan memberikan jodoh untuknya kalau sudah tiba saatnya. Selama ini belum ada wanita yang bisa mengisi hatinya, ia belum pernah merasakan getaran hatinya saat bertemu dengan seorang wanita.

...*****...

Yudha turun dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan.

"Pagi Papa dan Mama," ucap Yudha yang baru saja menarik kursi makannya dan lalu duduk.

"Pagi sayang," ucap Mama Sabrina dengan tersenyum.

"Pagi nak," ucap Papa Yudhistira.

Mereka makan bersama dengan sunyi dan hanya suara sendok dan garpu saja yang ada. Setelah mereka selesai makan. Papanya pun ingin tahu kenapa anaknya selama ini belum juga berpacaran, bahkan belum pernah mengenalkan wanita ke orang tuanya.

"Nak, usia Papa makin hari semakin tua. Kapan kamu akan menikah? Lihatlah umur kamu sekarang sudah 25 tahun. Kamu belum pernah mengenalkan wanita manapun kepada Papa dan Mama."

"Papa tenang saja, nanti Yudha kenalin ke Papa dan Mama kalau dia udah sudah siap bertemu dengan Papa dan Mama. Yudha baru mengenalnya baru-baru ini, jadi Yudha mohon Papa sama Mama bersabar sedikit lagi ya?" ucapnya agar Papa dan Mamanya tidak mendesaknya untuk segera menikah.

Yang Yudha maksud wanita itu adalah Karina Alexander. Iya belum yakin dengan Karin mau menerima cintanya kalau iya menyatakan perasaannya. Yudha pun bimbang kalau Karin akan mau menjadi kekasihnya bahkan menjadi suaminya.

"Benarkah kamu sudah mengenal seorang wanita?" tanya Mama Sabrina.

"Iya, anak Papa dan Mama kan ganteng. Masa sih gak ada yang suka sama Yudha," ucapnya kembali.

Papa dan Mamanya pun saling memandang dan lalu tersenyum. Mereka merasa lega karena anaknya sudah menemukan wanita yang ia suka.

"Baiklah nak, Papa tunggu kamu mengenalkan wanita itu dengan Papa dan Mama."

"Iya sayang, wanita dari keluarga mana saja kita pasti setuju. Karena pilihan kamu pasti orang baik-baik."

"Iya Ma, dia perempuan baik-baik dan dari keluarga terpandang."

"Syukurlah nak, kamu bisa menemukan wanita dengan pilihan yang tepat.

"Ya sudah Yudha berangkat ke rumah sakit dulu ya Papa dan Mama, Assalamualaikum," ucapnya sambil mengecup punggung tangan kedua orang tuanya.

"Wa'alaikum Salam, hati-hati ya nak," ucap Mama Sabrina.

"Iya Mama," lalu berjalan meninggalkan ruang makan.

"Alhamdulillah ya Pa, kalau Yudha sudah menemukan wanita pilihannya, ya meskipun belum mengenalkan kepada kita."

"Iya Ma, Papa jadi penasaran dengan wanita pilihan Yudha yang katanya dari keluarga terpandang. Kira-kira perempuan tersebut umurnya berapa ya? Diatas Yudha atau di bawah Yudha ya umurnya?" ia pun bingung dengan pertanyaannya sendiri.

"Udahlah Pa, serahkan saja semuanya pada Yudha. Pasti dia tahu yang terbaik bagi dirinya sendiri."

"Iya Ma, Papa berangkat ke kampus dulu ya. Hari ini Papa harus mengajar 2 kelas sekaligus."

"Iya Pa, hati-hati ya," ucapnya sambil mengecup punggung tangan suaminya dan Papa Yudhistira pun mengecup kening istrinya.

"Iya Ma," ucapnya singkat sambil melambaikan tangan kepada istrinya.

Meskipun mereka pasangan suami istri yang usianya tidak muda lagi, namun hal itu yang wajib dilakukan sebagai pasangan suami istri.

...*****...

Setelah mengajar di kampusnya. Papa Yudhistira berbelanja ke supermarket. Ia akan membeli susu merek A****e, susu untuk orang tua agar tulangnya tetap sehat dan kuat, Susu di rumahnya pun sudah habis. Tadi istrinya berpesan untuk membelinya sebelum pulang. Saat berjalan ke rak susu mencari susu yang ia cari, tiba-tiba ada trolley besi yang berjalan menuju dirinya.

"Trolley siapa ini? Isinya susu untuk ibu hamil semua dan buah-buahan," ucap Yudhistira sambil melihat isi trolley yang baru saja menabraknya.

Seketika Yudhistira melihat ke arah depan. Ada dua orang dihadapannya. Satunya gadis remaja yang masih berseragam SMA yang sedang memilih susu dan satunya lagi pria yang sedang buru-buru dan menabrak seorang gadis berseragam SMA tersebut.

"Maaf Nona saya sedang buru-buru," ucap sang pria yang menabrak seorang wanita.

Wanita tersebut adalah Karin. Karin dititipin belanjaan oleh Mama Angel untuk beli susu ibu hamil untuk Risa dan juga buah-buahan. Karin pun lalu berdiri sambil mengambil susu hamil yang terjatuh di lantai tadi.

"Iya Om gak apa-apa, lain kali kalau jalan jangan sampai nabrak orang lagi ya Om bahaya," ucapnya sambil berdiri.

Karin lalu mencari trolley nya. Karin yang melihat trolley nya menabrak seseorang pun lalu menghampirinya.

"Maaf Pak saya tidak hati-hati membawa trolley saya, jadi trolley saya menabrak bapak," ucapnya sambil tersenyum.

"Iya tidak apa-apa nak. Kamu tidak salah tadi saya lihat ada laki-laki yang terburu-buru dan menabrak kamu, saat kamu lagi membaca informasi mengenai susu untuk ibu hamil. Saya yakin laki-laki itulah yang menyebabkan trolley kamu menabrak saya. Kalau saya boleh tahu apakah kamu sedang hamil nak?" tanya Yudhistira yang penasaran gadis masih pakai seragam SMA tapi beli susu hamil dan buah-buahan.

"Bukan saya yang hamil Pak. Saya sepulang sekolah memang di titipin beli susu hamil dan buah-buahan, karena sepupu saya sedang hamil muda. Jadi lebih baik saya yang berbelanja. Saya takut kalau sepupu saya belanja sendiri nanti kecapekan dan terjadi kenapa-napa dengan kandungannya," ucapnya lalu tersenyum.

"Wah kamu baik banget ya nak ternyata. Maafkan atas ucapan Bapak tadi yang sudah menuduh kamu yang tidak-tidak," ucapnya malu dengan gadis dihadapannya.

"Tidak apa-apa Pak, wajar saja dari tadi juga banyak orang yang ngelihatin saya. Mungkin orang-orang pikir saya gadis SMA yang hamil di luar nikah karena beli susu hamil dan buah-buahan. Tatapan orang-orang dari tadi sinis kepada saya Pak. Jadi saya tidak heran kalau bapak tadi juga mengira saya yang hamil."

"Sebagai permintaan maaf, saya bayarin ya nak semua belanjaan kamu," ucapnya.

"Tidak perlu Pak. Saya sudah memaafkan Bapak. Saya juga membawa ATM. Ya sudah saya permisi dulu ya Pak. Sudah ditunggu susunya akan diminum oleh sepupu saya," ucapnya lalu berjalan melewati Yudhistira.

"Tunggu nak, Kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa hubungi saya," ucapnya sambil menyerahkan kartu namanya.

Karin menerima kartu namanya dan memasukkannya ke kantong seragamnya.

"Baik Pak, terima kasih, saya duluan ya Pak."

"Iya nak," ucapnya sambil melihat Karin berjalan menuju kasir.

"Gadis yang baik. Sifatnya juga sopan santun dan berhati malaikat. Andai saja dia wanita pilihan Yudha yang akan jadi istrinya. Aku pasti akan 100% langsung setuju, meskipun usia dia masih sangat muda." batin Yudhistira.

BAB 2 - Menyukai Gadis Remaja

Papa Yudhistira sudah sampai rumah. Ia lalu menyerahkan belanjaannya kepada istrinya.

"Makasih Pa, untung tadi Papa belum pulang jadi bisa nitip sekalian."

"Iya Ma. Tadi Papa bertemu gadis baik Ma, berhati seperti malaikat. Usianya masih sekitar 17 sampai 18 tahun masih pakai seragam SMA, dia sepertinya anak baik-baik Ma."

"Ketemu dimana Pa?" ucapnya sambil menaruh secangkir kopi dan duduk di sofa bersebelahan dengan suaminya.

"Di supermarket pas Papa mau beli pesanan Mama."

Papa Yudha pun menceritakan kejadian tadi di supermarket.

FLASHBACK ON

Setelah mengajar di kampusnya. Papa Yudhistira berbelanja ke supermarket. Ia akan membeli susu merek A****e, susu untuk orang tua agar tulangnya tetap sehat dan kuat, Susu di rumahnya pun sudah habis. Tadi istrinya berpesan untuk membelinya sebelum pulang. Saat berjalan ke rak susu mencari susu yang ia cari, tiba-tiba ada trolley besi yang berjalan menuju dirinya.

"Trolley siapa ini? Isinya susu untuk ibu hamil semua dan buah-buahan," ucap Yudhistira sambil melihat isi trolley yang baru saja menabraknya.

Seketika Yudhistira melihat ke arah depan. Ada dua orang dihadapannya. Satunya wanita yang masih berseragam SMA yang sedang memilih susu dan satunya lagi pria yang sedang buru-buru dan menabrak seorang wanita berseragam SMA tersebut.

"Maaf Nona saya sedang buru-buru," ucap sang pria yang menabrak seorang wanita.

Wanita tersebut adalah Karin. Karin dititipin belanjaan oleh Mama Angel untuk beli susu ibu hamil untuk Risa dan juga buah-buahan. Karin pun lalu berdiri sambil mengambil susu hamil yang terjatuh di lantai tadi.

"Iya Om gak apa-apa, lain kali kalau jalan jangan sampai nabrak orang lagi ya Om bahaya," ucapnya sambil berdiri.

Karin lalu mencari trolley nya. Karin yang melihat trolley nya menabrak seseorang pun lalu menghampirinya.

"Maaf Pak saya tidak hati-hati membawa trolley saya, jadi trolley saya menabrak bapak," ucapnya sambil tersenyum.

"Iya tidak apa-apa nak. Kamu tidak salah tadi saya lihat ada laki-laki yang terburu-buru dan menabrak kamu, saat kamu lagi membaca informasi mengenai susu untuk ibu hamil. Saya yakin laki-laki itulah yang menyebabkan trolley kamu menabrak saya. Kalau saya boleh tahu apakah kamu sedang hamil nak?" tanya Yudhistira yang penasaran gadis masih pakai seragam SMA tapi beli susu hamil dan buah-buahan.

"Bukan saya yang hamil Pak. Saya sepulang sekolah memang di titipin beli susu hamil dan buah-buahan, karena sepupu saya sedang hamil muda. Jadi lebih baik saya yang berbelanja. Saya takut kalau sepupu saya belanja sendiri nanti kecapekan dan terjadi kenapa-napa dengan kandungannya," ucapnya lalu tersenyum.

"Wah kamu baik banget ya nak ternyata. Maafkan atas ucapan Bapak tadi yang sudah menuduh kamu yang tidak-tidak," ucapnya malu dengan gadis dihadapannya.

"Tidak apa-apa Pak, wajar saja dari tadi juga banyak orang yang ngelihatin saya. Mungkin orang-orang pikir saya gadis SMA yang hamil di luar nikah karena beli susu hamil dan buah-buahan. Tatapan orang-orang dari tadi sinis kepada saya Pak. Jadi saya tidak heran kalau bapak tadi juga mengira saya yang hamil."

"Sebagai permintaan maaf, saya bayarin ya nak semua belanjaan kamu," ucapnya.

"Tidak perlu Pak. Saya sudah memaafkan Bapak. Saya juga membawa ATM. Ya sudah saya permisi dulu ya Pak. Sudah ditunggu susunya akan diminum oleh sepupu saya," ucapnya lalu berjalan melewati Yudhistira.

"Tunggu nak, Kalau kamu butuh apa-apa kamu bisa hubungi saya," ucapnya sambil menyerahkan kartu namanya.

Karin menerima kartu namanya dan memasukkannya ke kantong seragamnya.

"Baik Pak, terima kasih, saya duluan ya Pak."

"Iya nak," ucapnya sambil melihat Karin berjalan menuju kasir.

FLASHBACK OFF

"Jadi begitu Ma, padahal yang menabrak trolley Papa itu orang yang menabraknya juga sampai belanjaannya terjatuh. Tapi ia tadi meminta maaf sama Papa. Padahal jelas-jelas bukan salahnya. Ya mungkin karena trolley belanjaannya menabrak Papa jadi ia merasa bersalah. Tadi Papa bahkan menuduhnya hamil tapi ia tidak marah loh, bahkan malah tersenyum dengan Papa," ucapnya kembali.

"Terus Papa punya nomor telepon gadis itu tidak? Kan bisa kita jodohkan sama Yudha Pa. Mungkin saja Yudha bisa tertarik dengan gadis itu," ucap Mama Sabrina.

"Tidak Ma, tapi tadi Papa kasih kartu nama Papa. Semoga saja suatu saat nanti gadis itu menghubungi Papa," ucapnya sambil menyeruput kopinya.

"Tapi misalkan Papa bertemu dengan gadis itu dan Papa kenalkan dengan Yudha. Apa Yudha mau dengan gadis belia yang masih SMA? Sedangkan Yudha sudah berumur 25 tahun," ucap Papa Yudhistira kembali.

"Ya mungkin saja Pa. Kalau bertemu dengan gadis itu Yudha langsung suka," ucap Mama Sabrina.

...*****...

DI RUMAH SAKIT

Setelah menghadiri acara pernikahan sepupunya sekitar sebulan yang lalu, Rio sering menyendiri dan melamun. Ia sering main ke ruangan Yudha. Rio sering menangis karena pernikahan sepupunya dengan mantan kekasihnya. Yudha pun merasa iba dengan kondisi sahabatnya yang ditinggal menikah.

"Sabar bro, aku yakin ini pasti berat buat kamu. Tapi yakinlah kamu akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari Lova. Kamu harus percaya dengan takdir, dia bukanlah jodohmu."

"Iya kamu benar Yud. Aku harus move on. Bagaimanapun juga kebahagiaan Lova juga merupakan kebahagiaanku. Kalau dia bisa bahagia aku pun juga berhak bahagia."

"Nah gitu dong, semangat move on bro!" sambil menepuk pundak sahabatnya berusaha menghiburnya.

"Ngomong-ngomong kamu belum pernah cerita tentang wanita yang kamu sukai. Memangnya kamu gak suka perempuan? Jangan-jangan kamu Gay?" ucap Rio sambil menjauh dari Yudha.

"Sembarangan kalau ngomong!" ucap Yudha sambil menoyor Rio.

"Habis kamu gak pernah cerita tentang wanita yang kamu suka, hehehe."

"Bukannya aku gak mau cerita bro, tapi saat ini aku suka dengan gadis remaja. Aku takut kamu akan meledekku kalau aku ceritakan," ucap Yudha sambil memijat keningnya.

"Apa?? Kamu menyukai gadis yang masih remaja? Emang umurnya berapa? Pasti dia masih sekolah ya kan? Hahaha," ucap Rio sambil tertawa.

Yudha tersenyum sahabatnya bisa tertawa karena sejak tadi Rio hanya menangis. Yudha senang bisa membuatnya tertawa ya meskipun Rio tertawa karena meledeknya.

"Iya, Dia baru saja naik kelas XII SMA puas kamu meledekku," ucap Yudha.

"Pfftttt....." Rio kali ini menahan tawanya.

"Gak apa-apa bro, kalau jodoh takkan kemana. Orangnya gimana bro, gadis remaja yang kamu suka kalau boleh tahu?"

"Amiin bro, terima kasih udah mendukung aku. Dia gadis yang lucu, imut dan menggemaskan."

"Wah sepertinya kamu mulai bucin wkwkwk. Bro, perlahan-lahan aku akan belajar untuk melupakannya," ucap Rio lalu tersenyum.

"Nah gitu dong masih banyak cewek yang mau sama kamu Rio, secara kamu itu lumayan ganteng."

"Hahaha akhirnya kamu mengakui kegantenganku," ucapnya sambil tertawa.

Yudha senang akhirnya sahabatnya bisa ceria kembali.

"Ya sudah ayo kita makan siang, udah kepotong 10 menit ini kita ngobrol."

"Ya sudah yuk bro."

Yudha dan Rio pun keluar rumah sakit. Ia menuju restoran terdekat yang menjadi langganan makan siangnya. Sesekali ia mengobrol tentang wanita. Yudha jadi teringat Karin.

BAB 3 - Menyatakan Perasaan

Saat sore hari akan pulang ke rumahnya. Yudha melewati SMA tempat Karin bersekolah. Seketika ia melihat Karin sedang menunggu jemputannya. Karin biasanya di jemput Pak Udin sopir yang sudah lama bekerja di Keluarga Alexander.

"Cantik," ucap Yudha secara tidak sadar memuji kecantikan Karin.

Yudha langsung turun menghampiri Karin.

"Karin kamu sedang menunggu jemputan?" tanyanya sambil berjalan menghampirinya.

"Iya, Om Yudha mau pulang ya?" tanyanya dengan senyuman.

"Duh manis banget sih Karin kalau lagi senyum begitu. Aku jadi semakin suka. Eh.. Sadar Yudha dia tak mungkin suka denganmu." batin Yudha.

"Iya, aku melihatmu masih di depan gerbang sendirian. Kamu belum dijemput?"

"Belum Om. Pak Udin tadi telepon katanya lagi di bengkel bannya bocor. Karin sudah nunggu hampir setengah jam nih Om tapi Pak Udin belum juga datang dari tadi," ucapnya dengan cemberut.

"Kamu kalau cemberut begitu wajah kamu makin imut saja Karin. Makin gemes deh aku sama kamu." batin Yudha.

"Begini saja saya antar kamu pulang ya? Saya sudah lama mengenal Keluarga Wijaya dan pasti gak apa-apa kalau saya yang mengantarkan kamu pulang."

"Tapi Om..."

"Nanti saya telepon Tante Angel saat kita dimobil. Yuk masuk ke mobil. Panas loh ini mataharinya masih ada meskipun sudah sore."

"Sudah biasa panas-panasan Om. Apalagi pas upacara. Yaudah yuk Om."

Yudha lalu berjalan menuju ke mobilnya. Karin lalu mengikuti Yudha menuju mobilnya. Yudha membukakan pintu untuk Karin.

"Karin duduk di belakang saja Om," ucapnya sambil mau membuka pintu mobil.

"Kalau kamu duduk di belakang, saya berasa jadi sopir kamu. Kamu duduk di depan saja. Anggap saja saya seperti teman kamu. Kita bisa berteman bukan?" ucapnya dengan senyuman.

"Iya Om kita bisa berteman. Baik Om, Karin duduk di depan nih gak apa-apa?" ucapnya bertanya.

"Ya nggak apa-apa memangnya kenapa?" tanyanya.

Karin hanya menggelengkan kepalanya. Yudha sudah masuk di dalam mobilnya. Karin yang belum memakai seatbelt lalu dipakaikan oleh Yudha. Seketika mata mereka saling bertemu.

"Deg... Deg... Deg....." Jantung Yudha berdegup dengan kencang saat berdekatan dengan Karin.

Karin terbengong dengan apa yang dilakukan oleh Yudha. Sedangkan Yudha sedang mengamati wajah Karin, jarak antara mereka sangat dekat kurang lebih 15 cm. Yudha pun segera memundurkan tubuhnya.

"Maaf, tadi aku hanya membantumu menggunakan seatbelt saja. Tidak ada maksud lain."

Ditatapnya wajah Yudha kembali. Tidak ada kebohongan di mata Yudha. Karin percaya dengan apa yang dikatakan oleh Yudha.

"Tidak apa-apa Om. Justru aku yang seharusnya berterima kasih sudah dibantu memakai seatbelt," ucapnya dengan tersenyum.

Yudha tak percaya, biasanya kalau wanita lain pasti sudah marah-marah atau bilang modus. Ini malah sebaliknya Karin berterima kasih kepadanya.

"Aku telepon Tante Angel dulu ya?"

Karin hanya mengangguk. Yudha sudah meminta izin kepada Mama Angel untuk mengantarkan pulang Karin. Seketika perut Karin berbunyi.

"Kruyuk.... Kruyuk....."

Yudha tersenyum kepada Karin. Sedangkan Karin malu perutnya bunyi di depan Dokter Yudha.

"Kita makan dulu ya?" tanyanya.

"Gak usah Om. Kita langsung pulang saja," ucapnya malu.

"Sudahlah Karin jangan membantah. Perut lapar itu harus segera diisikan. Kalau tidak segera diisi kamu bisa terserang sakit magh."

Karin lalu mengangguk.

"Kamu jangan panggil saya Om dong Karin. Kan kita sudah berteman. Kamu panggil saya Kakak saja ya?" ucap Yudha.

"Berikanlah alasan memangnya kenapa kok Karin gak boleh panggil Om?"

"Yang pertama karena saya bukan Om kamu. Yang Kedua kita sudah berteman dan yang ketiga umur saya masih 25 tahun. Jadi kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Kakak."

"Baiklah Om. Mulai sekarang Karin akan memanggil Om Yudha dengan sebutan Kakak."

Yudha tersenyum kepada Karin. Sekarang mereka sudah sampai di sebuah Restoran.

"Sudah sampai, ayo kita turun."

"Iya Kak." Karin membuka pintu mobilnya sendiri."

Mereka lalu duduk di ruang VIP yang bebas asap rokok.

"Kok kita ke ruang VIP Kak? bukannya yang biasa saja ruangannya lebih terbuka dan ada udara yang lebih bagus?" ucap Karin saat melihat ia sedang berada di ruangan yang serba kaca.

"Kalau kita makan tidak di ruang VIP seperti ini akan banyak debu yang menempel di meja dan bau asap rokok yang tidak baik untuk kesehatan."

Karin mengangguk paham, karena ia sedang makan bersama dengan seorang Dokter jadi selalu memperhatikan apa yang berhubungan dengan kesehatan.

"Kamu mau pesan apa Karin?"

Karin pun telah selesai menyebutkan pesanannya. Yudha telah memesan makanannya dan lagi dibuatkan. Suasana menjadi hening sejenak.

Steak and potato wedges pesanan Karin sudah datang dan sudah siap disantap di depan mejanya. Sedangkan Yudha lebih memilih memesan Spaghetti Bolognese. Mereka sudah berdoa bersama sebelum makan.

"Selamat makan Kak Yudha," ucapnya sambil menyeruput jus jeruknya terlebih dahulu untuk menyegarkan tenggorokannya yang sudah kering dari tadi.

"Selamat makan juga Karin," ucap Yudha yang sudah mulai mengambil spaghettinya dengan garpu.

Saat makan steak ada sisa makanan di mulut Karin. Yudha yang melihatnya dengan segera mengambil tisu untuk mengelap bibirnya. Karin pun mematung melihat perlakuan Yudha terhadapnya. Ini merupakan pertama kali ia makan bersama dengan pria dan diperlakukan manis.

"Deg... Deg... Deg....." Jantung Karin berdetak kencang saat Yudha mengelap tisu di bibirnya.

"Kenapa aku jadi deg-degan gini saat Kak Yudha mengelap tisu di bibirku. Perasaan apa ini? Mungkinkah aku sakit jantung? Ah tidak mungkin masa ia aku sakit jantung cuma gara-gara bertemu dengan Kak Yudha?" batin Karin.

Karin memecah keheningan dengan memulai percakapan dengan Dokter Yudha.

"Kak Yudha apakah pacar Kakak tidak akan marah jika Kakak jalan dengan cewek lain?" tanyanya penasaran.

Yudha pun tersedak mendengar pertanyaan Karin.

"Uhukk.. Uhukk..." Ia langsung minum jusnya.

"Maaf Kak kalau pertanyaanku telah mengangetkanmu, Kakak jadi tersedak."

"Tidak apa-apa justru Kakak senang karena kamu peduli sama Kakak." Yudha tersenyum manis.

"Kakak tidak punya pacar. Prinsip hidup Kakak berpacaran hanya membuang waktu saja. Jadi Kakak lebih memilih untuk tidak berpacaran. Kakak ingin menikah dulu baru berpacaran karena sudah halal jadi bebas kan kalau mau berpelukan dan semacamnya."

"Oh begitu soalnya Karin takut kalau nanti tiba-tiba ada yang melabrak Karin dan itu adalah pacar Kak Yudha. Soalnya nanti Karin disangkanya selingkuhannya Kakak," ucapnya dengan menatap Yudha.

"Hahaha misalnya Kakak punya pacar memang kamu mau jadi selingkuhan Kakak?" tanyanya sambil terkekeh.

"Ya gak mau lah Kak. Kak Yudha beneran belum pernah berpacaran?" tanyanya penasaran.

"Belum, memangnya kenapa? Kamu mau jadi pacar Kakak? Tapi kita harus nikah dulu yuk," ucapnya dengan senyuman.

"Yee kok pertanyaan Kakak mengarah kesitu sih?"

"Memangnya kenapa? Gak ada yang salah kan? Kalau kamu mau ayo kita menikah Karin, tapi sesudah kamu lulus SMA."

"Ah Kak Yudha ini sukanya bercanda ya?"

"Enggak Karin beneran, aku serius menyukaimu," akhirnya Yudha mengungkapkan rasa sukanya dengan Karin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!