NovelToon NovelToon

Destiny Of Love

Pertemuan pertama

"Hei ...." teriak seorang gadis pada seorang pria yang baru saja mengambil dompet seseorang. Seketika orang itu kabur, tapi dengan sigap gadis itu mengejar dan berhasil membuat pencuri itu minta ampun.

"Ampun Neng, ampun!" ucapnya sambil mengatupkan kedua tanganya.

"Saya cuma terpaksa neng, anak saya belum pada makan," tambahnya lagi.

"Hais, lagu lama nih copet," gumam sang gadis sambil mengambil dompet dari tangan copet itu.

"Pergilah! Cari uang halal untuk anakmu! Kamu mau memberi makan anakmu dengan uang haram, hah?" tambah gadis itu dengan kesal.

"Mau gimana lagi, Neng. Bisanya nyopet doang," keluh sang copet.

"Wah ... minta dihajar lagi lu, ya," ujar gadis itu lagi.

"Gak Neng, enggak," seru copet itu dengan tergagap, sambil menghalangi wajahnya dengan telapak tangan. Takut-takut sebuah bogem mentah kembali mendarat di wajahnya.

"Pergi gak? Atau gue laporin polisi biar anak lu gak makan sekalian," ucap gadis yang bernama Nayla Agustina.

Ya, gadis itu bernama Nayla Agustina, gadis cantik dengan perawakan yang bagus tapi sedikit kekar, walau begitu dia tetap berpenampilan feminim sebagai seorang perempuan. Dengan gaya casual ala-ala gadis kuliahan. Dia memang seorang mahasiswi kejuruan, mengambil jurusan kedokteran dari hasil kecerdasannya mendapat beasiswa sebagai murid terpandai.

"I ... iya, Neng." Sang copet pun berlari tunggang langgang menjauhi si Gadis yang masih ingin menghajar.

Sedangkan dari kejauhan seorang pria yang merasa kehilangan dompetnya berlari mendekati Nayla.

"Kembalikan dompet saya!" serunya dengan nada kasar.

Nayla mengernyitkan dahi. "Ampun dah nih orang, udah dibantuin juga, kasar banget." gumamnya sambil memberikan dompet itu.

Pria itu mengambil dompetnya dan membuka nya dengan cepat, mengecek isi nya apakah ada yang kurang atau tidak.

"Gak ada yang hilang, syukurlah." Pria itu menutup kembali dompetnya.

Nayla mendengus, menatap pria itu dengan wajah sinis.

"Gak ada yang ilang kan, Pak? Kalau gitu saya pergi dulu," ucap Nayla sambil membalikkan badan dan hendak melangkah pergi.

"Tunggu!" seru pria itu, membuat langkah Nayla terhenti.

"Ada apa lagi?" tanya Nayla dengan nada sedikit tinggi, orang di hadapannya ini sangat tidak tahu terimakasih.

"Kamu temannya copet itu, ya?" tanya pria itu dengan lantangnya.

Nayla begitu terkesiap dan membulatkan matanya dengan sempurna.

"Ngeselin banget sih, udah gue tolongin bukannya terimakasih malah nuduh gue teman copet, gue copet beneran juga tuh dompetnya," gumam Nayla dalam hatinya lagi.

"Maksud Bapak apa?" tanya Nayla dengan nada keras.

"Kamu biarin copet itu pergi begitu saja, kalau dia bukan temen kamu harusnya kamu bawa dia ke kantor polisi, dong," ujar pria itu.

Nayla semakin geram mendengarnya, sambil berkacak pinggang dia menatap tajam pria itu.

"Memangnya kalau dibawa ke polisi Bapak bisa dapat apa lagi? Tetep dapat dompet Bapak doang kan? Tuh dompet 'kan isinya gak ada yang hilang, biarin aja orang itu nyari kerjaan lain buat ngasih makan anaknya." Ucap Nayla dengan nada kesal.

Pria itu berdecih. "Ternyata masih ada orang yang begitu naif macam kamu ini, masih saja percaya dengan omong kosong seorang copet? Bisa saja 'kan dia bakal nyopet lagi di tempat lain," ujar pria itu dengan menatap Nayla dengan tatapan meledek.

Nayla mencoba bersabar, napasnya kini sudah sangat menggebu, ingin sekali rasanya dia menyumpal mulut pria yang sudah ditolongnya itu.

"Bukan urusan saya, kalau dia mau nyopet, ya nyopet aja, asal jangan di depan saya," ucap Nayla dengan ketus.

"Udah lah, Pak! Saya pergi aja masih ada urusan, bukannya terimakasih udah ditolongin malah ngatain saya temen copet," tambah Nayla lagi seraya melangkah pergi.

Pria itu hendak menghentikan kembali langkah gadis itu, tapi sebuah teriakan yang memanggil namanya dari arah belakang membuatnya tertahan.

"Rey ...." panggil seseorang dari arah belakang pria itu.

Ya, pria itu bernama Reydian Rahadi seorang pengusaha muda berumur dua puluh tujuh tahun yang memiliki paras yang tampan, tapi sedikit kaku.

Rey menoleh ke arah suara, dan mendapati mamanya berada di sana.

"Mama ...."

"Kamu di tungguin dari tadi sama Mama disana, ternyata ada di sini. Mama kan udah bilang nungguinnya di halte aja! Malah kemana-mana. Mama kan jadi panas-panasan gini nyari kamu," gerutu sang mama yang bernama Rania.

"Aku tadi abis kecopetan, Mah," keluh Rey sambil menggaruk telinganya yang tidak gatal karena berisik dengan celotehan mamanya tersebut.

"Apa? Kamu tidak apa-apa 'kan, Sayang?" Rania memeriksa tubuh anaknya, sambil memiringkan ke kiri dan ke kanan. Membuat Rey berdecak pelan.

"Gak apa-apa, Mah, tadi ada yang nolongin aku," ucap Rey sambil membalikkan badan ke arah Nayla.

"Eh ... kemana dia, cepat sekali hilangnya?" Rey berucap pelan, lalu beralih lagi pada sang mama. "Mama sih, jadi hilang kan, dia?" imbuh Rey lagi, sedikit kesal pada mamanya.

"Kamu cari siapa?" tanya mama Rania heran sambil ikut celingukan mencari seseorang di belakang Rey.

"Orang yang nolongin tadi, Mah," jawab Rey sambil matanya tetap mencari keberadaan Nayla.

"Gak ada orang lain di sini selain kita, dari tadi mama juga gak ngeliat siapa-siapa tuh bareng kamu. Atau jangan-jangan yang nolongin kamu hantu ya? Ih.. kok mama jadi merinding gini ya Rey. Pulang, yuk!" rengek bu Rania sambil menarik-narik tangan Rey.

"Apaan sih, Mah, orang tadi aku ngobrol sama dia, mana ada hantu di siang bolong gini." bantah Rey yang gemas dengan mamanya, mana mungkin ada hantu yang bisa ngalahin copet.

"Jiah ... kamu gak tau, ya? Sekarang zamannya udah canggih Rey, hantu juga bisa keluar siang hari," tutur bu Rania sambil bergidik ngeri.

Rey mengernyit, menatap aneh pada mamanya itu. "Haduh ... ini emak-emak udah kebanyakan nonton film horor kali ya?" pikir Rey dalam hati.

"Udahlah kita pulang aja, mana ada hantu modern, mama tuh kebanyakan berkhayal jadi gitu tuh, mikirnya kejauhan," ucap Rey sambil berjalan mendahului mamanya.

"Makanya jangan gaul sama tante-tante yang modelnya kayak hantu semua, deh. Jadi tiap hari lihatnya hantu terus," tambah Rey lagi sambil tetap berjalan.

"Kamu ih, di bilangin gak percaya." Bu Rania berdecak sambil mengikuti langkah Rey menuju mobilnya.

Sebelum Rey masuk ke dalam mobilnya, dia mematung sebenar menatap kembali tempat dimana dia di copet tadi.

"Kemana ya, dia?" gumamnya pelan.

Rey belum sempat mengucapkan terimakasih, bahkan belum sempat minta maaf karena sudah menuduh Nayla sebagai teman copet, pertemuan pertama nya dengan gadis itu membuat Rey merasa tidak enak hati dan merasa bersalah.

"Aku harus mencarinya, tapi aku pun tidak tau siapa namanya. Aargghh ...." Rey mengacak rambut nya kasar. Dia sangat menyesal bersikap kasar pada gadis yang telah menolongnya itu.

"Rey ayo masuk! Panas banget tahu gak, sih?!" teriak bu Rania yang sudah duduk manis di belakang kemudi.

"Iya, Mah." Rey setengah berlari menghampiri mobilnya, lalu membuka pintu mobilnya dan duduk di kursi kemudi. Setelah menyalakan mesin mobil, lelaki itu melajukan mobilnya menuju ke arah rumah mereka.

***

Terimakasih sudah mampir ya readers, jangan lupa tinggalkan jejak..

Nayla Agustina

Kring ... kring .... kring ...

Bunyi alarm berdering memekakan telinga, tapi tidak membuat Nayla segera bangun dari tidurnya, baginya alarm yang setting tiap pagi itu hanya untuk pelelap tidur nya saja.

"Nayla .... Nayla .... Bangun nak udah siang ini!" panggil ibu Tina, ibu kandung Nayla dari luar kamar Nayla. Tapi tidak ada tanggapan sama sekali sampai - sampai ibunya kehilangan kesabaran dan berteriak lebih kencang lagi.

"Nayla Agustina, kamu mau bangun atau ibu dobrak pintunya ya!" teriak bu Tina sambil terus menggedor pintu kamar anaknya itu.

Sontak gadis cantik itu langsung terperanjat dari kasur nya, bagi nya jika ibunya sudah memanggilnya dengan sebutan nama lengkap nya pasti kemarahan ibunya sudah nyampe ubun-ubun.

"Iya Bu!" sahut Nayla, lalu turun dari ranjangnya menuju pintu kamar. "Udah bangun, kok," tambah nya lagi seraya membuka pintu dan mengucek matanya yang terasa perih.

"Kamu tuh ya, anak gadis tidur udah kayak kebo, itu alarm bunyi udah ribuan kali gak ngaruh sedikit pun," gerutu bu Tina dengan geram.

"Ya kali bu alarm nyampe ribuan kali pecah dong tuh jam weker," sanggah Nayla.

"Cepet sana mandi ! abis itu solat ! bentar lagi juga udah masuk dhuha tau, " perintah bu Tina seraya pergi meninggalkan anak gadis nya yang masih berdiri di ambang pintu kamar.

"Iya ... iya," jawab Nayla sambil menutup pintu, lalu pergi ke kamar mandi, setelah itu dia bersiap untuk pergi kuliah.

Nayla kuliah di perguruan tinggi kedokteran Bandung, dia mendapatkan beasiswa disana, dia memang anak yang cerdas, orang tua nya memang bukan keluarga yang mampu, tapi dengan kerja kerasnya Nayla mampu masuk ke fakultas kedokteran impiannya itu, karena dari dulu dia ingin sekali menjadi seorang dokter spesialis. Mungkin kata orang itu harapan yang miris, dengan kondisi keluarganya yang sederhana menjadi seorang dokter itu adalah pencapaian yang sangat luar biasa.

Nayla sudah rapi bersiap ke kampus nya, dia menghampiri meja makan dimana keluarganya sudah ada disana.

"Lama banget sih Kak?" seru Dio adik kandung Nayla.

"Udah biasa juga kan," celetuk Nayla dengan santainya. Nayla menarik satu kursi kosong lalu duduk di sana.

"Kebiasaan buruk kok di pelihara!" seru bu Tina, sambil mengambilkan nasi ke piring suaminya pak Dimas.

"Gimana nanti kamu udah punya suami,masa kamu bangun keduluan sama suami kamu," imbuh bu Tina lagi. Lalu duduk dan bersiap menyantap makanan di hadapannya.

"Ya ... itu sih bisa di biasakan lagi nanti bu, kalau udah nikah," ujar Nayla sambil tersenyum cengengesan.

"Ih ... memangnya ada yang mau gitu sama kakak? Orang galak gitu. Lihat aja tuh, ototnya keluar semua! Mana ada cowok yang mau pacaran sama pendekar sableng macam kakak." Dio sang adik ikut menimpali sambil tersenyum meledek, Nayla sangat kesal mendengarnya, ingin rasanya dia melempar sendok pada adiknya itu.

"Dio, kamu gak boleh ngomong gitu sama kakakmu! Silat itu penting buat jaga diri, kamu juga harus belajar dari kakak mu," ucap pak Dimas ayah menasihati anaknya.

"Ih, ogah banget," balas Dio sambil mencibirkan mulutnya.

Dio adalah siswa kelas dua Sekolah menengah pertama, dia tidak pernah menyukai dengan yang namanya kekerasan apalagi sampai menyebabkan wajahnya yang tampan menjadi lebam-lebam gara-gara kena pukulan tiap latihan. Sementara Nayla sedari kecil dia sudah di titipkan oleh sang ayah di sebuah padepokan silat saudara nya, karena sang ayah harus bekerja di luar kota selama beberapa tahun, Nayla jadi menggemari olahraga itu hingga dia pernah menjadi atlet silat di kotanya. Tapi setelah kuliah dia memutuskan untuk berhenti menjadi atlet dan fokus dengan pendidikannya. Walaupun demikian dia masih menjadi pelatih silat untuk anak-anak di padepokan kecil dekat rumahnya.

"Kamu cemen banget sih, Dek, paling juga bengkak dikit kalau kena tonjok, itu juga gak bakal lama, kok," cibir Nayla pada adiknya.

"Enak aja kalau ngomong, kakak tuh cewe cantik mana ada pelatih yang berani nonjok muka kakak, mereka gak akan tega, lah kalau sama aku pelatihnya udah gak ada ampun kali," ujar Dio sambil bergidik ngeri.

"Ah, itu mah cuma ketakutan kamu aja, makanya kamu latihannya sama kakak aja, kakak kan cewek jadi gak bakal tega mukul wajah kamu yang ganteng itu," ujar Nayla sambil tersenyum menyeringai.

"Mana ada!" Dio seketika menegang. "Kalau kakak yang latih yang ada malah aku langsung masuk rumah sakit bukan cuma bonyok, patah tulang juga," imbuh Dio sedikit sewot.

"Udah, udah! Kenapa jadi berantem sih? Cepetan sarapannya nanti kalian telat, kamu juga mau jemput Rere kan Nay?" Pertanyaan ibu Tina membuat Nayla terkesiap dirinya lupa jika harus menjemput sahabatnya pagi-pagi.

"Oh iya, Nayla lupa, Bu!" Sahutnya sambil menepuk keningnya pelan. "Mana dia ada kelas pagi hari ini," gumamnya lagi, Nayla pun terburu-buru memakan sarapannya.

"Mampus gue, siap-siap kuping gue panas ini kalau nyampe telat jemput dia," gumam Nayla sambil berlari kecil ke arah motornya.

Sahabatnya itu memang sedikit cerewet jika masalah kedisiplinan, ia tidak akan henti-hentinya mengoceh jika Nayla tidak bisa tepat waktu. Tapi walaupun begitu Nayla jarang sekali tepat waktu dan hal itu membuat sahabatnya selalu uring-uringan setiap hari. Tapi hal itu menjadi warna tersendiri bagi persahabatan mereka. Keduanya selalu akan selalu kompak walaupun sering terjadi perdebatan kecil diantara keduanya.

Nayla menghidupkan mesin motor matic kesayangan nya yang dia beri nama mocan atau 'motor cantik'. Tak lupa juga dia mengenakan helm untuk menjaga kepalanya saat berkendara. Lalu melaju menuju rumah Rere sahabatnya, tapi sebelumnya dia berpamitan dulu dengan kedua orang tuanya

Sedangkan Dio, dia hanya berjalan kaki ke sekolahnya karena kebetulan sekolah nya berjarak tidak jauh dari rumahnya.

Nayla mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal, tapi hal tersebut tak membuat kewaspadaan nya menjadi hancur saat berkendara. Walaupun Nayla gadis yang tangguh tapi sebenarnya hatinya sangat melankolis, ia juga bukan cewek tomboy yang bersikap seperti laki-laki. Bahkan penampilannya tak menunjukkan jika dirinya ternyata pandai bela diri. Itulah mengapa banyak laki-laki yang tertarik dengan gadis itu. Tapi Nayla tak pernah mengurbris mereka, fokusnya saat ini hanya untuk pendidikannya saja. Belum ada laki-laki yang berhasil mengetuk pintu hatinya itu.

Atau karena dirinya selalu minder karena laki-laki yang mendekatinya kebanyakan dari keluarga yang berada. Nayla merasa tak pantas dengan mereka semua. Hal ini selalu membuat gadis itu sulit untuk menemukan cinta sejatinya.

***

Jangan lupa like, komentar dan votenya ya readers.

Gara-gara mantan

"Lama banget se tuh anak, pasti kesiangan lagi deh." Ucap Renata, sahabat Nayla yang biasa di panggil Rere, dengan muka kesalnya, dia sudah menunggu di depan gerbang rumah nya siap berangkat ke kampus dan menunggu Nayla menjemput.

Tiiidh .... Tiiidh ....

Bunyi suara klakson motor cantik Nayla dari arah belakang Rere. Dengan cepat Rere menoleh ke arah belakangnya, lalu membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Nayla yang masih nangkring di motor.

"Kemana aja si lo? Gue kan udah bilang kalau gue ada kuliah pagi jam tujuh, lah ini jam tujuh kurang seperempat lo baru dateng, Lo gak mikir jarak kampus tuh jauh banget, Lo sih enak kuliah jam delapan, Lo kalau udah gak mau jadi ojek gue ngomong dong biar gue bisa cari yang lain!" Omel Rere tanpa jeda.

Nayla mengernyitkan kening, menutup telinganya dengan kedua telapak tangannya. "Aduh .... pelan - pelan dong ngomong nya! kuping gue panas ini." Seru Nayla kemudian.

"Cepet naik! Katanya udah kesiangan, nyerocos aja udah kayak emak-emak, lo." imbuh Nayla sambil memberikan helm pada Rere yang masih memasang wajah cemberut. Nayla memang sudah terbiasa seperti itu dengan Rere bagi mereka sebuah omelan adalah ungkapan rasa sayang sebagai sahabat. Rere langsung menyahut helm itu dengan sedikit kasar. Lalu naik ke atas motor di belakang tubuh Nayla.

Setelah memastika sahabatnya itu naik dengan aman, Nayla langsung melajukan motornya dengan kecepatan maximal.

"Nay, pelan - pelan dong! Belum kawin gue." Teriak Rere sambil memegang erat pinggang Nayla.

"Biar cepet nyampe." Ujar Nayla juga sedikit berteriak karena mereka terbiaskan oleh deru angin yang terbawa oleh kecepatan motor itu. Nayla malah semakin menarik gas motornya dengan kencang.

"Pegangan yang erat!" Tambah nya lagi dengan berteriak lebih kencang.

"Gila lo Nay, nyampe ke akherat maksud lo hah ? Gue belum mau mati." Teriak Rere lagi sambil memejamkan matanya, dia tak berani menatap jalanan yang terlihat sekelebat saja.

"Berisik lo ya." Nayla malah semakin mengencangkan lagi laju motor itu.

"Aaaaarghhh ...." Teriak Rere lebih kencang, kini dia benar - benar ketakutan.

***

15 menit kemudian mereka sudah sampai di kampus, yang harusnya perjalanan kampus membutuhkan waktu 30 menit dari rumah Rere, jadi bayangin aja kecepatan motor Nayla seperti apa. Hihihi.

Rere memilih turun di depan kampus tidak ingin ikut ke parkiran motor karena takut keduluan dosennya datang.

"Gue ke kelas duluan." Seru Rere sambil berjalan sedikit oleng. Mungkin dia mabok perjalanan naik motor ugal-ugalan bersama sahabat sablengnya itu. "Gue masih punya perhitungan sama lo ya, Jangan kabur lo!" Imbuh Rere sedikit mengancam, lalu dia berlari meninggalkan Nayla.

Nayla mencebik bibir, "Idiiih .... gue mau kabur kemana? Gue kan mau kuliah juga." Ucap Nayla bersungut - sungut.

Nayla pun melajukan motor nya ke arah parkiran motor khusus mahasiswa, disana terlihat Ardi sahabat sekaligus tetangga Nayla yang sudah lama menaruh hati pada Nayla, ya walaupun gak deket banget rumah nya, tapi masih satu komplek.

"Hai, Nayla?" Sapa Ardi sambil berjalan menghampiri Nayla yang baru saja memarkirkan motor cantiknya itu.

Nayla menoleh, lalu melemparkan senyum manisnya."Eh ....Hai, Lo ada kuliah pagi juga?" Tanya Nayla sambil menyimpan helmnya di kaca spion motornya itu

"Iya, tapi males masuk, ah, kantin yuk!" Ajak Ardi.

Sejenak berpikir, lalu menganggukkan kepalanya. "Ayo! Gue juga belom kenyang tadi sarapannya buru-buru."

Mereka pun berjalan berdampingan menuju kantin dengan tangan Nayla merangkul erat tangan sahabatnya itu. Nayla dan Ardi memang sangat akrab, mereka berkenalan saat masih kelas tiga sekolah menengah pertama, saat keluarga Nayla memutuskan untuk menetap di kota Bandung karena kondisi kesehatan ayah Nayla yang kurang baik sehingga dia tidak bisa bebergian keluar kota untuk bekerja lagi. Waktu itu Nayla yang menolong Ardi saat di bully teman-teman SMP-nya, dan saat itu Ardi mulai menyukai Nayla dan selalu ingin sekolah bersama Nayla, sebenarnya Ardi kuliah di fakultas ekonomi yang gedungnya bersebelahan dengan fakultas kedokteran. Tapi masih dalam satu universitas yang sama. Ardi memang tidak cukup pintar untuk bisa masuk ke fakultas kedokteran tapi yang penting dia masih bisa bersama Nayla walaupun beda fakultas dia sudah sangat senang masih bisa tetap bareng Nayla. Tak lama mereka pun sampai di kantin dan memesan dua mangkuk bubur ayam di sana.

"Lo gak masuk kelas emang gak dimarahin dosen, Ar?" Tanya Nayla saat mereka sudah duduk berhadapan di kursi makan yang di sediakan di kantin kampus itu.

"Ya pasti di marahin lah, Nay, mana ada bolos dapat ijin dari dosen." jawab Ardi dengan santai nya.

"Gila lo ya! Yang bener dong Ar, kirain gue dosen lo lagi gak masuk sekarang." Nayla melototkan kedua matanya. "Awas lo ya, kalau sampe lo gak lulus, gue bakal hapus daftar nama lo dari daftar sahabat gue." Imbuh Nayla sambil menunjukkan jarinya ke arah Ardi.

"Ck, jahat banget sih lo!" Decak Ardi lagi dengan memasang wajah sendunya.

"Ya makanya lo kuliah yang bener, kalau gue lulus duluan emang lo mau kuliah sendirian?" Seru Nayla sambil medekapkan tangannya di depan dada.

"Ya gak sendirian juga lah, lagian kita juga gak pernah kan kuliah bareng , orang beda fakultas juga." Sanggah Ardi sambil menopangkan kedua sikunya di atas meja.

"Iya juga ya." Nayla terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Eh .... Tapi tetep gak bisa gitu dong Ar, lo gak kasian gitu sama orang tua lo yang udah biayain lo selama ini?" Tambah Nayla lagi.

Ardi melebarkan senyumnya, merasa senang jika Nayla ternyata masih memperdulikan masa depannya. "Iya, iya, kali ini doang kok. Udah ah makan dulu, tuh buburnya udah dateng." Ucap Ardi sambil menunjuk mang Ujang yang membawa dua mangkuk bubur ayam yang mereka pesan.

Setelah mengucap terima kasih pada pemilik warung, mereka pun segera melahap bubur ayam nya itu, dengan sesekali meniup bubur yang masih panas dari sendok sebelum mereka masukkan kedalam mulut mereka. Sesekali mereka ketawa dengan guyonan - guyonan Ardi yang tiap hari selalu sukses membuat Nayla tertawa.

Braaaaak..

Tiba - tiba seorang gadis menggebrak meja tempat mereka makan. Seketika Nayla dan Ardi menoleh pada orang yang sudah menggebrak meja itu.

"Hei pendekar gadungan, gue kan udah bilang lo jangan deket - deket sama Ardi lagi dia tuh pacar gue." Gertak gadis itu sambil membalikkan mangkok bubur Nayla dan membuat nya berantakan di atas meja.

Nayla membelalakan matanya dengan lebar, merasa tak terima bubur ayamnya di tumpahkan begitu saja di depan matanya.

"Bubur ayam gue." Ujar Nayla dengan geram sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Cha, apa - apan si lo? Kita udah putus ya?" Seru Ardi tak kalah geramnya sambil berdiri menghadap ke arah Echa mantan pacar nya Ardi yang tidak terima di putuskan karena alasan yang tidak jelas.

"Heh, Gue gak terima ya lo putusin gue secara sepihak, emang nya lo siapa? Cuma gue yang boleh mutusin lo." Ucap Echa sambil menunjuk wajah Ardi. Lalu dia kembali beralih pada Nayla.

"Dan lo pendekar gadungan, katanya lo hebat ya ? sini lo lawan gue!" Tantang Echa yang notabene seorang atlit karate, baginya Nayla bukan apa - apa karena selama ini Nayla tidak pernah menunjukkan keahliannya di depan umum semenjak masuk kuliah kecuali saat keadaan terpaksa.

Nayla sudah tak bisa nahan emosi, darahnya sudah naik sampai ubun - ubun.

Braaaak...

Nayla dengan geram menggebrak meja dengan mata yang terlihat memerah karena menahan emosi, sambil berdiri dia menatap tajam pada Echa, mungkin kalau di komik kepala nya udah keluar asap -asap mengepul gitu. Hihi

"Heh cewek gila! Yang mutusin lo tuh Ardi, yang salah tuh Ardi. Kenapa jadi lampiasin emosi lo sama bubur ayam gue? Lo tahu gak gue baru makan tiga suap aja tadi." ucap Nayla dengan nada tingi.

Dan ucapan Nayla tersebut sontak membuat Ardi dan orang - orang di sekitarnya melongo kaku. Jadi cuma itu yang membuat gadis itu terbakar emosi. Bubur .... oh bubur!

"Lah, gue pikir dia mau ngebelain gue kenapa jadi ngebahas bubur ayam?" Pikir Ardi dengan senyum getir nya.

"Banyak omong lo nya." Umpat Echa sambil melayangkan satu pukulannya ke arah wajah Nayla, bukan Nayla namanya jika dia hanya diam saja, dengan cepat Nayla menangkis dan menangkap tangan Echa lalu memitingnya ke belakang tubuh Echa.

"Aww ...." Pekik Echa kesakitan.

Walau begitu Echa masih gak mau kalah dia kembali melayangkan satu pukulan dari tangannya yang lain ke arah Nayla lagi. Tapi dengan cepat pula Nayla menangkap tangan itu dan memitingnya nya ke belakang lagi.

"Lo pikir Lo bisa ngancem gue hah ? Denger ya ! Selama ini gue diem karena lo gak macem - macem sama gue, tapi sekarang lo udah kurang ajar dan udah ngusik gue duluan." Ujar Nayla sambil menekankan tubuh Echa dengan tangannya yang terlipat ke belakang. Terlihat Echa meringis menahan sakit.

"Pergi lo!" perintah Nayla sambil mendorong Echa ke arah depan.

"Ciih ...." Echa berdecih, dia tak terima dengan kekalahannya saat ini. Seraya pergi bersama teman - temannya Echa memberikan tatapan kebencian pada Nayla, Echa sangat malu dengan kejadian ini, predikatnya sebagai atlet karate mungkin akan di pertanyakan nanti oleh teman - temannya itu.

Pandangan Nayla kembali tertuju pada bubur ayamnya yang sudah tak bisa di makan itu.

"Bubur ayam gue." Seru Nayla dengan wajah sendu menatap mangkok bubur yang sudah terbalik. Ardi mengedikkan bahu, masih ingat saja Nayla dengan nasib bubur ayamnya.

"Ya elah Nay, gue pikir tadi tuh lo mau ngebelain gue, ternyata cuma gara - gara bubur ini." Gerutu Ardi sambil nunjuk ke arah mangkok yang sudah terbalik.

Nayla berdecih, "Dih, ngapain gue belain lo ? Tadi tuh gue udah laper banget, dan ini bubur juga belom gue bayar, makannya juga baru tiga suap doang, terus tiba - tiba datang cewe gila itu ngerusak acara makan gue. Mantan lo nyebelin!" Decak Nayla sambil menghentakkan sebelah kakinya ke tanah.

Ardi menggelengkan kepalanya pelan, otak sahabatnya itu kadang - kadang suka di luar dugaan. "Ya udah gue yang bayar bubur ayam nya, lo mau pesen lagi gak?" tanya Ardi.

"Gak, gue udah kehilangan nafsu makan. Gara - gara mantan lo tuh yang gila. Sebel gue." Decak Nayla masih kesal.

"Udah lah, gue mau ke kelas aja bentar lagi kelas gue mulai. Jangan lupa tuh bayar bubur gue! Sekalian beresin tuh meja! Kasian mang Ujang." Perintah Nayla seraya pergi meninggalkan kantin.

Ardi hanya menggeleng sambil menghembuskan nafas kasarnya, baginya bukan hal yang asing lagi dengan sikap Nayla yang agak nyablak dan sepolos itu. "Dasar pendekar sableng." Gumam Ardi pelan.

"Tapi aku suka." Tambahnya lagi dengan senyum yang merekah terpampang di bibir nya.

***

Tinggalkan jejak ya readers kuh...! 😉😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!