"Yuni!" Sapa seorang pria tampa sengaja berpapasan didepan sebuah restoran.
"Adam! Mmm...kamu Adam?" Tanya Yuni seolah tidak percaya pada lelaki yang didepannya saat ini.
"Iya, aku Adam, memang ada Adam lain temanmu yang setampan aku?" Ucap Adam membanggakan diri dengan seulas senyum dibibirnya.
Yuni dan Adam adalah teman satu kampus pada masanya, setelah lulus kuliah dan menikah mereka tidak pernah lagi bertemu. Yuni mengikuti suaminya bekerja di Batam, sedangkan Adam tetap di Jakarta meneruskan usaha restoran orang tuanya.
"Oh ya, aku buru-buru mau kesekolah anakku dulu, boleh minta nomer ponselmu?" Tanya Adam.
"Ouh iya, ini!" Yuni menyerahkan ponselnya pada Adam.
"Oke, nanti aku kabari ya! Aku pergi dulu."
"Hati-hati."
Adam langsung melesat dengan mobilnya, sedangkan Yuni masuk kedalam restoran. Yuni melamar kerja secara online disebuah restoran mewah bernama "Minang Resto." Sebuah restoran yang menyajikan masakan khas Padang.
Kedatangannya hari ini untuk wawancara serta membawa berkas fisik yang diminta. Berbekal pengalamannya bekerja di restoran hotel saat menetap di Batam, membuatnya begitu mudah diterima. Yuni keluar dengan senyum bahagia, karena telah mendapat pekerjaan.
Yuni segera kembali kerumahnya, setelah membeli beberapa makanan untuknya serta Rara putri semata wayangnya. Dari pernikahannya dengan Dimas, Yuni memiliki seorang putri cantik bernama Mutiara atau sering dipanggil Rara berumur 10 tahun.
Dilain tempat, Adam kembali dipanggil oleh guru BK disekolah anaknya yang bernama Andika atau sering dipanggil Dika. Adam menikah diusia 20 tahun dengan seorang wanita yang bernama Zahira hasil perjodohan orang tuanya.
Keluarga Adam berasal dari Padang yang masih lekat dengan adat budayanya. Begitu juga dengan tradisi jodoh menjodohkan, orang tuanya juga sangat memegang teguh tradisi tersebut, sehingga umur Adam yang masih 20 tahun dia sudah menyandang gelar suami.
Tidak ada yang bertanya pada Adam, apakah dia sudah punya pacar atau bagaimana perasaannya pada Zahira wanita yang telah menjadi istrinya saat itu. Adam menyimpannya sendiri, dia menjadi suami yang layak untuk istrinya, sebulan setelah menikah, Zahira langsung hamil.
Berita yang sangat ditunggu-tunggu oleh keluarga mereka, karena akan ada penerus keturunan dari keluarga masing-masing. Bagaimana perasaan Zahira? Sama seperti Adam, Tidak ada yang bertanya apakah dia bahagia dengan pernikahannya, semua disimpan sendiri dihati sampai setelah sebulan melahirkan, Zahira meninggalkan dunia dengan sejuta rasa dihatinya.
"Jadi gimana Pak, ini sudah semester akhir, dan pihak sekolah sudah kualahan untuk mengatasi kenakalan Andika." Ucap guru BK sambil menghela nafasnya.
Andika terkenal sangat nakal, Adam sampai kehabisan kata-kata menasehatinya. Setiap kata-katanya seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Andika mulai berulah semenjak kelas 5 SD. Adam sudah mencoba berbagai cara yang disarankan oleh orang-orang terdekat, bahkan orang tuanya sendiri sudah kehabisan akal untuk mengatasi cucunya.
Adam sampai memasukkan Andika ke kursus bela diri untuk meluapkan apa yang ada dikepalanya, beberapa bulan belajar bela diri, Andika terlihat tenang, dengan sabuk hijaunya dia dinobatkan sebagai pemain karate pemula dengan bakat yang menjanjikan.
Ketenangan itu tidak berlangsung lama. Setahun menekuni bela diri, Andika kembali berulah ditempat latihan, hingga membuat lawannya terluka. Akhirnya dia dikeluarkan setelah beberapa kali diperingatkan.
Melihat anak dan cucunya dengan kondisi memprihatinkan, orang tua Adam kembali mencari jodoh untuk Adam. Dengan alasan hadirnya seorang wanita dirumah mereka akan merubah Andika, mereka beranggapan jika Andika kurang perhatian seorang ibu, sementara neneknya sudah sangat tua, tidak sanggup lagi menjaganya, bahkan mereka sekarang menetap di Padang menikmati hari tua ditanah kelahiran.
Perjodohan Adam dengan wanita yang dipilih oleh orang tuanya selalu gagal, bukan Adam yang menolak, tapi ulah Andika yang membuat para wanita itu kabur duluan.
Adam tersenyum geli ketika mengingat kejadian demi kejadian tersebut. Adam tidak bisa menolak permintaan orang tuannya, tapi Andika dengan mudah menghancurkan rencana kakek neneknya. Diperjalanan pulang setelah menjemput Andika, Adam menerima telpon dari orang tuanya.
Adam_
"Assalamualaikum Abah."
Abah_
Waalaikumsalam, kamu dimana Dam? Lagi sibuk?"
Adam_
"Adam lagi dijalan Bah, tadi jemput Dika ke sekolah."
Abah_
"Apa dia buat ulah lagi?"
Adam_
"Seperti biasa Bah."
Abah_
"Mmmm...Abah mau bilang, kalo ada anak teman Abah sedang liburan disana, Abah sudah kasih nomer ponsel kamu, tolong kamu temui dulu ya, siapa tau cocok."
Adam_
"Iya Bah, nanti Adam temui."
Abah_
"Ya sudah Abah tutup dulu, assalamualaikum."
Adam_
"Waalaikumsalam."
Tutttt....
"Siapa Yah? Perempuan lagi?" Tanya Dika ketus.
"Hmmm... Kamu tau sendiri Opa dan Oma kamu."
"Kenapa Ayah mau saja menuruti mereka, menikah itu bukan bisnis, lagian Ayah bukannya cari istri sesuai dengan hati sendiri ini sesuai dengan hati orang tua, apabisa bahagia? Pokoknya, kalau Ayah berbuat seperti itu ke aku, gak akan aku terima, enak aja main jodoh-jodohin, satu lagi apa dulu Ayah sama Bunda juga dijodohin? Apa Ayah dan Bunda bahagia?"
Adam terdiam mendengar perkataan anaknya, ternyata pemikirannya jauh lebih dewasa dari umurnya. Adam tidak lagi menjawab, mereka pulang dengan pikiran masing-masing.
Sementara ditempat lain, Yuni tengah gelisah mencari putrinya. Saat dia tiba di rumah, Rara putrinya sudah tidak ada. Yuni menyewa sebuah kontrakan kecil tidak jauh dari jalan raya. Yuni bukannya takut anaknya hilang, melainkan takut anaknya akan membuat kekacauan dimanapun dia berada.
Mutiara atau biasa dipanggil Rara adalah anak yang bisa dibilang berkepribadian ganda. Saat dekat dengan ibunya dia menjadi anak yang sangat manis serta manja. Akan tetapi bila sudah jauh dari ibunya, dia berubah menjadi Rara yang sulit dipahami.
Dimas ayahnya adalah seorang kepala divisi keuangan disebuah perusahaan elektronik di Batam, sedangkan Yuni, ibunya seorang manager disebuah hotel bintang 5. Keduanya sibuk bekerja, sedangkan Rara, dia asik menjelajah hotel tempat ibunya bekerja.
Setelah pulang sekolah, dia selalu ke hotel tempat ibunya bekerja, bahkan para karyawan disana sudah sangat mengenalnya. Dia mempelajari banyak hal disana, dari mencuci piring di restoran hotel, belajar memasak dari chef hotel langsung dan tentu saja gratis. Rara anak yang selalu penasaran dengan semua yang dia lihat, rasa penasaran itulah yang membuat seorang chef di restoran hotel tersebut mengajarinya memasak secara suka rela.
Usianya memang baru 10 tahun, tapi keahliannya didapur membuat dia seperti chef terkenal. Yuni pernah menawarkan untuk anaknya masuk sekolah kuliner, tapi Rara menolak, dengan alasan, bukan nilai yang dilihat dari satu hidangan, melainkan rasa.
Saat Yuni terus berjalan meyusuri jalan mencari anaknya, Yuni sangat terkejut melihat Rara sedang berada di sebuah bengkel mobil dipinggir jalan.
"Rara, ngapain disini?" Tanya Yuni menghampiri putrinya, sedangkan yang ditanya malah nyengir tampa dosa.
"Maaf Pak, anak saya sudah mengganggu disini." Yuni menghampiri seorang yang dari tadi berbicara dengan anaknya.
"Ouh, gak papa buk, dia cuma penasaran saja, anak ibu ini sangat cerdas untuk usianya, saya senang, apa dia tidak sekolah?"
"Kami baru pindah kemari pak, rencana besok saya mau mendaftarkan dia disekolah dekat sini, kami permisi dulu pak, sekali lagi saya minta maaf untuk kelakuannya yang sudah merepotkan."
"Iya buk, tidak apa-apa."
Yuni kembali membawa anaknya kerumah.
"Mama sudah dapat pekerjaan direstoran padang, kamu besok sudah mulai sekolah ya?" Ucap Yuni pada anaknya setelah makan siang.
"Mama kerja dibagian apa?" Tanya Rara.
"Asisten manager, asisten yang lama mengundurkan diri karena menikah."
"Ouh...Rara boleh main kesana?"
"Jangan dulu sayang, mama baru kerja, belum tau gimana kondisi disana, kamu dirumah aja ya sepulang sekolah, beranikan?"
"Siapa takut!"
Mereka mengakhiri pembicaraan dengan tidur siang bersama.
Hai Reader tercinta...
Jangan lupa tinggalin jejaknya!!!
Like
Komen
Vote
Rate
Thank quuuu
Subuh ini menjadi awal baru untuk penghuni sebuah kontrakan kecil tidak jauh dari jalan raya. Bukan tampa alasan Yuni memilih kontrakan disini, Yuni sudah memperhitungkan segala sesuatu secara rinci sebelum memutuskan tinggal disini.
Meskipun kecil, kontrakan ini memang mahal, tapi karena disebarang jalan terdapat sekolah, maka Yuni mantap mengambilnya. Rara tidak perlu diantar jemput, dan kontrakannya juga lumayan aman serta nyaman.
Walaupun kemaren dia sudah mengajukan izin untuk mengantar anaknya pertama kali kesekolah dulu sebelum ke restoran, tapi dia tetap berusaha tepat waktu. Berpengalaman menjadi manager di hotel bintang 5 ikut andil dalam membentuk karakternya. Begitu juga dengan Rara, dia tidak pernah bangun terlambat, karena baginya, hidup sangat menyenangkan bila berada diluar rumah.
Setelah mengantar Rara kesekolah, Yuni langsung berangkat ke tempat kerjanya.
"Pagi Mas dan Mbak." Sapa Yuni yang baru tiba di restoran.
"Mbak Yuni ya?" Tanya ita seorang resepsionis di restoran tersebut.
"Eh..iya mbak, saya Yuni."
"Pak Anwar tadi pesan, kalo mbak Yuni udah datang disuruh keruangannya."
"Oke, saya duluan ya!"
Yuni langsung menuju ruangan managernya yaitu Pak Anwar.
Tok...tok...tok....
"Masuk!"
"Selamat pagi Pak."
"Pagi, silahkan duduk, ini silahkan kamu pelajari sambil menunggu pimpinan datang, beliau ingin bertemu dengan kamu."
"Iya, pak." Jawab Yuni sambil terus membaca berkas didepannya.
"Nah itu, yang punya restoran udah datang!" Ucap Pak Anwar sambil berdiri.
Mengikuti Pak Anwar, Yuni juga langsung berdiri berbalik badannya.
"Adam."
"Yuni."
Masih dalam mode terkejut diantara keduanya sampai suara Pak Anwar terdengar.
"Kalian saling kenal?" Tanya Pak Anwar yang langsung diangguki keduannya.
"Kami satu kampus Pak." Ucap Adam.
"Gak nyangka kamu ngelamar kerja disini, bukannya kamu manager hotel bintang lima di Batam? Kenapa sekarang jadi asisten manager restoran? Gajinya kecil disini." Ucap Adam yang sudah duduk di sofa tamu.
Yuni hanya membalas senyum, saat Adam menyerangnya dengan pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
"Hanya ingin pengalaman baru Pak." Jawab Yuni singkat dengan menekankan kata "Pak".
"Mmmm...maaf Pak, apa masih ada yang diperlukan, kalo tidak, saya mau kembali bekerja, banyak hal yang harus saya pelajari." Ucap Yuni berhati-hati, takut menyinggung hati Adam.
"Ouh, iya silahkan, saya rasa sudah cukul kenal juga, semoga betah ya!" Ucap Adam tersenyum.
"Terima kasih Pak." Ucap Yuni sesaat kemudian langsung melesat keluar.
Pekerjaan Yuni sangat bagus, dihari pertama saja banyak perkembangan yang dia ciptakan. Bermodalkan pengalam di Batam, dia sangat cekatan dalam mengatur semuanya. Pak Anwar selaku manager yang sudah lama mengurus restoran juga ikut senang,
Banyak ide-ide cemerlang yang diberikan, bahkan Adam sebagai pemilik restoran ikut bangga, karena otak cerdas temannya masih sangat encer seperti saat kuliah dulu.
"Sepertinya bapak sudah bisa pulang kampung Dam." Ucap Pak Anwar setelah rapat.
Pak Anwar masih terikat hubungan keluarga dengan Adam.
"Maksud Bapak?" Tanya Adam.
"Asisten baru kita." Ucap Pak Adam sambil mengarahkan wajahnya kearah Yuni.
"Eh...kenapa melihat saya?" Tanya Yuni yang ditatap oleh kedua orang penuh senyum.
"Kita lihat nanti Pak." Jawab Adam.
Disaat tengah berbincang, Yuni dikejutkan dengan getaran telponnya.
Drtttt....drttt.....
"Maaf, saya permisi sebentar, mau menerima telpon." Ucap Yuni.
Dengan cepat dia keluar dari ruang Rapat menuju jendela.
Yuni_
"Hallo."
Dimas_
"Kenapa lama sekali, kemana aja kamu?"
Yuni_
"Baru selesai rapat, ada apa?"
Dimas_
"Kamu kerja dimana? Rara gimana?"
Yuni_
"Rara sekolah, sore baru pulang, ada apa?"
Dimas_
"Aku ingin ketemu Rara sebentar sebelum ke Korea."
Yuni_
"Ouh, kirimkan alamatmu, nanti malam aku antar."
Dimas_
"Oke."
Tutttttt....
"Huffftttt...main tutup aja, bukannya salam dulu, biarpun mantan tapi tetap manusia." Yuni menggerutu didepan ponselnya.
"Mantan?" Suara lelaki dibelakang Yuni berhasil membuatnya terkejut.
"Hehehe... Pak Adam, ada yang bisa dibantu Pak?" Tanya Yuni mengalihkan pembicaraan.
"Tidak, saya permisi dulu." Ucap Adam.
Yuni merasa lega, ketika Adam tidak menuntutnya menjawab pertanyaannya tadi. Sementara Adam memendam ribuan pertanyaan dikepalanya.
Kelegaan Yuni ternyata hanya sementara, dia kembali dikejutkan dengan telpon masuk dari sekolah Rara.
Setelah Meminta izin, Yuni segera keluar restoran menuju sekolah anaknya. Yuni langsung menuju ruang BK.
Tok...tok...tok...
"Masuk!"
"Selamat siang buk." Ucap Yuni menyapa guru BK dan terlihat sudah ada beberapa murid disana dalam keadaan basah kuyup kecuali Rara putrinya yang terlihat santai.
"Silahkan duduk bu!" Titah guru BK.
"Ada apa ini bu?" Tanya Yuni penasaran.
"Mutiara menyiram teman-temannya dengan alasan mereka membulli karena dia anak baru, sementara yang lain tidak mengakuinya." Ucap guru BK sambil menghela nafasnya.
"Apa ini kejadian pertama bu?" Tanya Yuni.
Guru BK seakan mengerti kemana arah pertanyaan Yuni tersebut.
"Sudah sering bu, tapi saya rasa kali ini mereka salah orang." Ucap guru BK tersenyum.
Bukan maksud membela, tapi Yuni sangat paham karakter anaknya yang tidak suka mengganggu atau diganggu. Yuni menghampiri anak-anak tersebut. Dengan memasang mata tajam dan menyeramkan.
"Kalian tau, pelaku perundungan atau bullying seperti kalian bisa masuk penjara? Jika kalian mau selamat, maka bertemanlah secara benar dan baik!"
Ceklek...
"Photo kalian akan saya posting di media sosial, agar semua orang melihat siapa pelaku perundungan disekolah ini dan bukan hanya kalian yang malu, tapi orang tua serta keluarga besar kalian juga akan malu dengan tingkah kalian, bagaimana apa kalian mau minta maaf atau melanjutkan balas dendam kalian pada Mutiara anak saya?" Tekan Yuni.
"Ka-kami minta maaf tante, kami tidak bermaksud membulli Mutiara, tolong tante jangan sebarin photo kami di medsos!" Pinta seorang anak.
"Baiklah, saya maafkan kalian, dan saya juga minta maaf karena kalian jadi basah begini, untung cuma air keran, saya gak bisa bayanhin kalau kalian disiram air comberan." Seloroh Yuni.
"Sekarang kalian minta maaf sama Rara, dia baru disekolah ini, seharusnya kalian mengajaknya berteman bukan menjadikannya musuh." Titah Yuni yang langsung dilaksanakan oleh murid-murid tersebut.
Setelah maaf memaafkan, murid-murid tadi langsung keluar dari guru BK.
"Ibu hebat juga rupanya." Ucap guru BK.
"Bukan hebat bu, tapi jeli melihat situasi, anak-anak sekarang lebih takut medsos daripada guru." Seloroh Yuni sambil beranjak keluar.
Yuni menggenggam erat tangan putrinya saat mereka menyebrang jalan.
"Thank you ma, untuk hari ini." Ucap Rara tersenyum.
"Welcome baby, mama senang kamu bisa mempertahankan diri dengan baik, kita jadi perempuan memang tidak boleh lemah, dan jangan memberikan celah kepada siapapun untuk menindas atau menyakiti kita." Ucap Yuni menyalipkan beberapa nasehat untuk putrinya.
"Oh iya, mama sampai lupa, nanti malam papa kamu ingin ketemu, gimana?"
"Mmm...kalo mama ikut, Rara juga ikut."
"Ikutlah, mana mungkin mama lepasin lamu sendirian malam-malam, papa kamu mau ke Korea besok, jadi sebelum berangkat, dia minta ketemu kamu dulu."
"Mmm...Rara pikir dia sudah lupa sama Rara."
"Kamu anaknya, mana mungkin papa lupa, ingat darah lebih kental dari air."
"Ya siapa tau, wanita-wanita seksi itu mungkin mampu membuatnya lupa sama Rara, buktinya papa bisa lupa sama mama, tidak menutup kemungkinan dia lupa sama Rara."
"Hust...jangan bicara begitu. Ingat ya, adap sama orang tua itu penting, walaupun kami bercerai, tapi dia tetap papa kamu, tidak akan terpisahkan, udah ah, ayo, masuk mandi dan malam ini mama tidak perlu masak, kamu kirim pesan ke papa kamu, bilang kamu mau makan enak!"
"Rara atau mama yang mau makan enak?"
"Dua-duanya dong girls... kapan lagi kita porotin tuh duit, dari pada habis buat wanita gak gejalas, lebih baik buat kita yang jelas ini kan?"
"Hahahaha...mama, ini ajaran sesat menyesatkan, boleh ditiru Mom?" Ledek Rara.
"No!" Ucap Yuni singkat berlalu ke kamar mandi.
Hai....Readers tercinta...
Jangan lupa tinggalin jejak ya!!!
Like
Komen
Vote
Rate
Happy reading...😄😄😄
Sebuah restoran mewah dihotel bintang lima menjadi pilihan satu keluarga kecil menikmati hidangan lezat diatas meja.
"Gimana sayang, apa kau menyukainya?" Tanya Dimas pada putrinya.
"Tentu saja ayah sayang, ayah yang terbaik pokoknya, sudah lama Rara tidak makan di tempat mewah seperti ini."
"Mama, bawa Rara sesekali makan ditempat mewah, papa sudah kirim uang ke rekening mama tadi." Ucap Dimas lembut kepada sang mantan istri.
Kendati mereka telah bercerai tapi mereka tetap menjaga hubungan baik didepan anaknya. Tidak sekalipun Rara melihat orang tuanya bertengkar. Tapi tanpa mereka sadari, dilain tempat Rara justru melihat hal yang lebih dari sekedar pertengkaran keduanya.
Sandiwara merekalah yang menjadikan Rara seakan berkeribadian ganda. Seperti saat ini, dia terlihat manis, dengan senyum mengembang seakan dia sangat bahagia, tapi dibelakang mereka dia kembali menjadi pribadi yang berubah-ubah, terkadang dingin kemudian marah-marah tampa alasan. Semuanya disimpan sendiri.
Selama ini orang disekelilingnya justru melihat dia sebagai sosok anak yang ceria.
"Papa besok ke Korea selama 4 hari, mau oleh-oleh apa?" Tanya Dimas menyudahi makannya.
"Mmmm, bawa salju aja Pa kalo bisa."
"Kamu ada-ada aja, kalo saljunya dibawa kemari, sampai disini sudah jadi air."
"Sama siapa ke Korea?" Tanya Rara ketus.
"Sendiri, mau ikut?"
"Gak."
"Mas, apa masih ada yang mau dibicarakan? Sudah malam, besok Rara sekolah." Tanya Yuni yang dari tadi diam memperhatikan anak dan mantan suaminya."
"Ouh iya, sampai lupa waktu saking kangennya. Ya udah, kalian pulang aja, Papa antar sampai bawah." Ucap Dimas sambil berdiri dari duduknya.
Mereka kembali kerumah dengan perut kenyang.
"Ma, papa kasih uang berapa ke mama?" Tanya Rara saat mereka sudah dikamar bersiap untuk tidur.
"Hah...belum mama cek, bentar ya."
"5 juta Ra." Ucap Yuni setelah mengecek rekeningnya.
"Dikit banget." Ucap Rara.
"Udah, nanti kan mama gajian juga."
"Mmmm..." ucap Rara menarik selimutnya.
Mereka tidur dengan pikiran masing-masing.
Sudah seminggu semua berjalan lancar dan tenang. Yuni dan Adam tampak tenang karena anak-anak mereka tidak bertingkah lagi disekolah.
Hari ini hari libur, waktunya bermalas-malasan bagi mereka yang malas, tapi tidak bagi dua bocah Dika dan Rara. Dika yang mengetahui kalau hari ini wanita yang akan dicalonkan untuk ayahnya akan datang kerumah, dengan sigap menyiapkan peralatan tempur dari semalam. Hanya Bi Inah yang mengetahui rencana Dika, karena Bi Inah tau bagaimana dulu hubungan Adam dengan almarhumah ibu Dika, Bi Inah tidak mau melihat Adam ataupun Dika merasa tertekan lagi.
Adam yang baru pulang dari tempat fitnes langsung menuju kamar mandi. Walaupun usianya sudah 35 tahun, Adam masih menjaga badannya dengan baik, tidak heran banyak yang naksir padanya, tapi setelah bertemu dengan anaknya, para wanita itu mundur secara perlahan.
Tingggg....
Suara bel berbunyi...
"Bik, siap ya?" Tanya Dika.
"Oke Den."
Bi Inah membuka pintu, tampak seorang wanita cantik sudah berdiri di pintu dengan penuh senyum.
"Maaf neng, cari siapa?" Tanya Bi Inah.
"Saya disuruh datang oleh Abah Mansur kemari Bik."
"Ouh iya, silahkan masuk."
"Duduk dulu neng, mau minum apa?"
"Apa aja bik."
Bi Inah pergi ke dapur membuatkan minum, sedangkan tampa disadari, ada yang sedang berjalan pelan dibawah kaki putih sang gadis.
"Aaaaaaaaaaa....ularrrrrrrrrr....tolong... ada ularrrrr." Jerit suara gadis tersebut sambil menangis berdiri diatas sofa.
Jeritannya berhasil membuat Adam yang berada dikamar langsung turun ke bawah.
"Ada apa ini?" Tanya Adam keras.
"Itu bang, ular!" Jawab gadis yang bernama Intan itu.
"Jerry....jerry... eh... kamu disini sayang, sini sama abang." Ucap Dika santai mengambil ularnya kemudian ikut duduk disofa.
"Ini punya teman Yah, semalam dititipin ke Dika, dia pergi ke Bogor sama orang tuanya." Ucap Dika kembali seakan mengetahui apa yang akan ditanya oleh Ayahnya.
"Ini gak berbisa tante, tenang aja, dia juga gak suka sama manusia apa lagi perempuan kayak tante, dia sukanya tikus, hamster, yang kecil-kecil pokonya.
"Ayah kenapa masih disini? Mau pamerin badan?" Tanya Dika yang membuat Adam terkejut menyadari dirinya belum memakai baju.
"Sebentar ya, saya keatas dulu!" Ucap Adam.
Setelah Adam ke kamar, Dika kembali beraksi.
"Tante mau dijodohin sama ayahku ya?" Tanya Dika sambil mengelus-elus ularnya.
"Mmm...Abah Mansur cuma suruh ketemu dulu sama ayah kamu, selebihnya tante gak tau." Ucap Intan.
"Tante gak punya pacar?" Selidik Dika.
"Eh..."
"Aku cuma ingatin aja sama tante, jangan sampai menyesal dikemudian hari, tante masih muda lho, sayang hidupnya berakhir tragis ditangan duda beranak satu." Dika mulai memprovokasi.
"Maksudnya." Tanya Intan penasaran.
"Gini ya, Opa tuh yang tante panggil Abah Mansur sudah berapa banyak wanita yang dikenalin sama ayah, tapi tidak satupun yang mau, pasti Abah Mansur bilang ke tante gara-gara aku kan? Terus tante percaya?"
"Iya, Abah memang bilang begitu, katanya kamu sengaja membuat rencana perjodohan ayah kamu batal." Ucap Intan polos.
"Terus tante percaya? Iyalah, Opa kan udah tua, dan omongan orang tua udah pasti dipercaya, walaupun mereka tidak melihat kenyataan yang sebenarnya."
"Sebenarnya ada apa sih? Dari tadi kamu mutar-mutar terus, sekarang bilang ada apa ini? Ada apa dengan ayahmu?" Intan sudah termakan pancingan Dika. Sementara Dika ingin rasanya sekarang dia melompat kegirangan.
"Sudah Den, jangan dilanjutkan, biarkan ayah Aden berhasil kali ini, kalo kali ini berhasil, den Dika juga yang senang." Ucap Bi inah ambigu sembari membawa minuman.
"Ada apa sih ini Bik? Jangan buat saya takut sama penasaran begini." Desak Intan.
"Apa yang kalian bicarakan?" Suara berat Adam menyahut ditangga. Bi Inah dan Dika langsung pergi meninggalkan mereka.
Dika tersenyum senang didapur mengikuti bi Inah.
"Den, bawa masuk gih ularnya, bibi geli, nanti bibi jantungan terus koit gimana?" Ucap Bi Inah menjauh dari Dika.
"Iya, ini mau Dika kandangin, bibi tenang aja, yang penting tahap pertama sudah berhasil." Ucap Dika tersenyum.
Sementara diruang tamu, seorang wanita cantik tengah berperang dengan pikirannya sendiri. Rasa penasarannya hingga rasa takut mulai memunculkan pikiran yang aneh-aneh.
"Kamu kok diam? Masih syok sama ular tadi? Maafin Dika, dia memang seperti itu." Ucap Adam.
"Mmm...gak papa Bang, cuma masih kaget sama geli aja ngebayanginnya."
"Ouh, itu baru ular, belum yang lain." Ucap Adam santai.
"Hahh??? Masih ada lagi?" Tanya Intan penasaran.
"Banyak, dia anaknya penuh kejutan."
Mendengar penuturan Adam, dengan mantap Intan mengambil keputusan yang menurutnya terbaik, dia tidak mau mati muda dengan menjadi istri untuk Adam.
"Bang, maaf ya, Abah Mansur menginginkan kita menikah, tapi Intan belum siap, jadi Intan minta maaf, tolong sampaikan ke abah Mansur baik-baik ya bang?" Ucap Intan pelan.
Seperti sudah terbiasa dengan kejadian ini, Adam dengan santainya menjawab.
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan, saya orangnya santai, lagian kamu juga masih muda, masih banyak yang harus kamu gapai daripada mengikat diri dengan urusan rumah tangga yang akan bikin kamu terkaget-kaget nantinya." Ucap Adam.
"Makasih bang, kalo gitu saya permisi dulu, assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!