NovelToon NovelToon

Kenapa Aku Yang Terpilih?

Kemiskinan

"Tangkap dia!" Tegas salah satu penjaga yang sedang mengejar seorang anak kecil.

Seorang anak lari tergesa-gesa Dari gang kecil ke gang kecil demi menghindari kejaran para penjaga tersebut sambil membawa kantung kecil curiannya.

Anak itu adalah Zairo. Zairo adalah pencuri tingkat kakap di desa dan kerajaan Litaro, dia mencuri untuk menghidupi kebutuhan pokoknya sendiri. Hidup tanpa kedua orang tua membuatnya kesulitan untuk membiayai kesehariannya sehingga ia terpaksa untuk mencuri. Sebenarnya ia memiliki saudara laki-laki yang lebih tua darinya dan membantu memenuhi kebutuhannya, namun untuk beberapa saat saudaranya tidak lagi terlihat di sekitaran Litaro jadi karena itu ia mencoba mencuri lagi setelah berhenti mencuri beberapa pekan lalu. Alasan Zairo mencuri juga karena pekerjaan masih sangat sulit di daerah Litaro untuk anak umur 13 tahun sepertinya, ia memutuskan untuk mencuri dan menggunakan uangnya untuk membeli makanan atau jika ia mencuri barang-barang, ia akan menukarkan barang curiannya ke bentuk uang supaya bisa di belanjakan.

...****************...

Zairo berhasil mendahului kejaran para prajurit itu dan menemukan rongsokan untuk bersembunyi dan beristirahat sementara, tanpa banyak pikir karena dirinya sudah lelah ia pun langsung bersembunyi di balik rongsokan itu dengan posisi duduk dan menutupi sisi yang masih terbuka dengan barang-barang yang ia temukan.

Tidak lama setelah Zairo bersembunyi. Salah satu penjaga berhasil ke tempat rongsokan itu dan berhenti Karena mencurigai kalau Zairo akan bersembunyi di sekitaran tempat itu.

"Baiklah nak, setelah bermain kejar-kejaran, sepertinya sekarang kau ingin bermain petak umpet juga. Baiklah persiapkan tempat sembunyi terbaikmu, jangan biarkan aku menemukanmu...," ucap penjaga itu dengan nada yang mengancam.

Secara tidak sengaja penjaga itu melihat Ke salah satu rongsokan yang secara kebetulan itu adalah tempat bersembunyi Zairo, dia pun langsung menusukan pedangnya ke rongsokan yang ia lihat tadi dengan niatan mengecek.

"Awww!" gumam Zairo karena pipinya teriris pedang penjaga itu.

Sontak penjaga tadi langsung menyingkirkan rongsokan tempat Zairo bersembunyi dan Zairo berada di baliknya dengan wajah panik.

"Hehe, sudah berkali-kali kau membodohi ku, kali ini kau akan tertangkap dan aku akan membuat Nona Delari kagum dengan kerja kerasku," ucapnya yang seakan benar-benar puas karena berhasil menemukan Zairo.

Zairo pun memelaskan wajah dan berkata, "Ta-tapi Tuan! aku membutuhkan uang ini! aku hanya memakainya untuk membeli makanan kok!" kemudian Zairo menyimpan kantung itu di sakunya supaya tidak di rebut.

Penjaga itu dengan muka jengkel meledek Zairo dengan mengejek, "Kau makan saja tanah di samping mu itu! tidak ada yang peduli dengan nasib mu bocah tengik!"

Zairo segera mengambil sekepal tanah halus di sampingnya dan memasukannya kedalam mulut di depan wajah penjaga tadi yang membuat seketika penjaga itu kaget.

"Ke-kenapa kau benar-benar memakannya?" cetus penjaga itu dengan bingung.

Zairo pun tersenyum dan secara tiba-tiba menyemburkan tanah halus tadi ke wajah penjaga itu dan segara lari lagi. Mata penjaga itu terkena butiran tanah halus sehingga matanya sulit untuk melihat.

"Aaaaargh! aduh mataku! Zairo!" lontar penjaga tadi yang teriak kesal dan marah pada Zairo.

Zairo tidak mempedulikan hal itu dan terus berlari sambil mengeluarkan tanah-tanah yang tersisa dari mulutnya.

"Aku harap tanah tadi tidak ada kotoran hewan," ujar nya sambil menjulurkan lidahnya dan membersihkannya dengan tangan. tanpa sengaja karena dia lari sambil menunduk dia menabrak seseorang.

*Bruk,* lalu Zairo berhenti dan melihat siapa yang ia tabrak.

"Sepertinya tikus satu ini berhasil mengelabui temanku ya?" cetus orang yang Zairo tabrak.

Zairo pun segera terdiam setelah melihat siapa yang ia tabrak, karena yang ia tabrak adalah penjaga berbadan kekar dan tubuhnya yang besar dan juga tinggi.

"Tenang saja, kau boleh membawa pulang kantung kecil itu," ujar singkat penjaga itu dengan simpel.

Zairo pun senang mendengar perkataan penjaga tadi dan langsung berkata, "Ah! kau serius? terima kasih Tuan!" ujar Zairo dengan senang dan nada lega.

Namun sepertinya tidak semudah itu, penjaga itu kembali berkata, "tetapi, kalau kau bisa mengalahkan ku," Dan langsung mengambil aba-aba untuk bertarung.

Zairo melihat itu pun mau tidak mau harus bertarung supaya mempertahankan barang curiannya dan juga dirinya. dia berfikir untuk bertarung terlebih dahulu dan mencari celah untuk kabur setelahnya, Zairo dan prajurit itu pun mulai saling menyerang.

"Hiyaa!" gumam Zairo yang melayangkan pukulannya.

"Cukup!" tegur Seorang gadis sebelum pukulan Zairo dan prajurit itu mendarat satu sama lain.

Zairo pun langsung menengok ke arah gadis itu termaksud penjaga tadi, dan ternyata itu adalah Nona Delari, Delari adalah putri dari kerajaan Litaro, di sampingnya ada dua penjaga yang berdiri gagah di samping Delari.

penjaga tadi yang melihat Nona Delari di depannya pun seketika dengan mudah menangkap tangan Zairo yang sedang membeku saat memukul.

"Nona! ini dia pencuri," ujar penjaga itu lalu segera di potong oleh Delari.

"lepaskan dia! aku ingin berbicara dengan nya,” cetus Delari yang memotong kata-katanya.

seketika situasi gang itu pun menjadi sunyi, Nona Delari perlahan-lahan mendekati Zairo lalu memegang wajah Zairo.

"Apa kau terluka?" dengan nada yang lembut.

darah tiba-tiba mengalir dari pipi Zairo bekas goresan pedang penjaga yang ia temui sebelum nya di saat mengumpat di rongsokan.

Delari pun seketika agak kaget melihat itu dan merasa bersalah.

"Apa yang terjadi? Mereka yang melakukan ini pada mu?" tanya Nona Delari ke Zairo dengan nada yang sangat khawatir.

Zairo segera mendorong tangan Delari dari wajahnya, dan meneruskan pelariannya, tanpa menjawab pertanyaan Delari sedikit pun. penjaga yang melihat itu pun segera bersiap mengejarnya kembali namun Delari menahannya.

"Tapi Nona! dia mengambil dompet mu!" lontar penjaga berbadan kekar itu.

Delari mengangguk dan berkata, "ya, tapi aku seperti mengenalnya. sepertinya dia sedang menghadapi waktu yang berat, ayo kita pulang, aku tidak mau ada kerusuhan lagi, kalian aku hukum karena sudah melukai anak itu."

Penjaga tadi pun mengangguk dan berjalan pergi membiarkan Zairo yang sedang berlari untuk menyelamatkan dirinya.

...****************...

Di sebuah rumah susun kecil dari kayu yang terlihat tidak layak di pakai, Zairo sedang mengobati luka di pipinya.

"Ya setidaknya uang ini bisa untuk beberapa hari ke depan," Zairo yang sedang berbicara kepada dirinya sendiri.

Setelah selesai mengobati pipinya dia segera mengambil kupluknya dan keluar dari rumah itu menuju suatu toko.

...****************...

Berjalan di tengah keramaian sambil menunduk agar tidak ada yang menyadari kalau orang di balik kupluk itu adalah dia, kalau tidak dia akan terkena masalah lagi. Zairo pun belok kearah kiri yang terdapat toko roti milik seseorang.

"Selamat datang di toko kami, ada yang bisa kami bantu?" ujar seorang gadis.

Gadis itu bernama Miari. Dia adalah salah satu orang yang ingin berteman dengan Zairo, mereka berteman sejak umur mereka 5 tahun, mereka berdua sudah sangat akrab seperti sahabat.

Miari memperhatikan orang yang masuk ke tokonya dan menyadari kalau itu temannya.

"Ah! selamat pagi Zairo! senang melihat wajah segar mu. Eh apa yg terjadi dengan pipimu!" ujar Miari dengan sedikit khawatir dan bingung.

Zairo sudah berdiri di depan kasir, tepat ia berdiri di depan Miari.

"Eh, aku rasa itu wajah yang tidak segar sama sekali...," ucap Miari setelah melihat wajah lebam dan luka di pipi Zairo.

Zairo mengeluarkan dompetnya dan berkata, "Aku mau beli satu roti-."

"Dari mana kau mendapatkan dompet itu!" cetus Miari yang memotong pembicaraan Zairo.

Zairo pun tersenyum kecil sambil salah tingkah dan berkata, "Dari, eh, ya dari tadi lah!"

Miari yang melihat Zairo payah dalam hal berbohong tertawa melihat jawaban Zairo.

"Kau mencuri lagi?" tanya Miari seusai tertawa.

Zairo pun mengangguk dan bertanya, "kenapa?"

Miari menggelengkan kepala lalu berbicara kepada Zairo, "Zairo, aku tidak bisa menerima uang hasil curian di tokoku ini. Ayahku yang bilang begitu...."

Zairo pun menunduk malu dengan memegang kupluknya, "owh iya, aku kan pencuri...," ujar nya untuk menenangkan hatinya.

Miari yang melihat Zairo tiba-tiba tidak bersemangat pun, langsung berkata, "Tapi! ada yang spesial untuk mu! hehe," ucapnya dengan semangat.

Respon Zairo sangatlah tidak memuaskan untuk Miari, Zairo malah membalikan badannya dan segera keluar dari toko miliknya.

"Eh? hey! Zairo! tunggu dulu aku belum selesai bicara!" ujar Miari tergesa-gesa.

Zairo pun sebelum keluar dari toko itu berkata, "Simpan saja hal spesial itu untuk orang spesial mu, aku tidak suka sesuatu yang spesial...," lalu menutup pintu toko roti milik Miari itu dengan lembut.

Miari pun segera mengejar Zairo tapi saat Miari keluar dari tokonya. Zairo sudah tidak ada di depan toko itu, Miari mencari ke kanan dan ke kiri tapi dia tidak menemukan Zairo sama sekali.

"Dia benar-benar mempunyai skill pelarian yang sangat handal...," gumam Miari dengan menghela nafasnya.

Sebuah Tujuan

Setelah pergi dari toko roti Miari, Zairo berjalan di suatu gang kecil dengan sampah dan bau aroma yang tidak sedap di sekitarnya, dia sengaja lewat situ karena ingin berkunjung ke suatu tempat dan juga menghindari keramaian.

Saat ia sedang berjalan dia tidak sengaja melihat sebuah poster yang tertempel di dinding dengan keterangan orang di cari dengan tawaran hadiah yang menggiurkan, Zairo pun mendekati poster itu dan tidak lain orang di dalam kertas itu adalah dia sendiri.

Zairo tidak merespon apa-apa dia hanya melihat kertas itu dengan tangan yang tetap di kantong dan menggunakan kupluk, wajahnya dingin seperti sudah tidak peduli lagi.

"Hey seharusnya kau tidak di sini Zairo...," ujar seseorang pria.

Zairo segera menengok siapa yang berbicara itu, dan itu adalah orang yang tidak dia kenal sedang memperhatikan poster yang sama dengannya.

"Jika seseorang mengetahui kalau kau adalah orang yang di cari di poster ini kau akan di tangkap, kenapa tidak pergi ...?" ujar orang itu sekali lagi.

Zairo pun bertanya pada orang itu, "Lalu kenapa kau tidak menangkap ku? hadiahnya besar loh."

Orang itu pun tertawa kecil lalu berkata, "Hanya uang, dan aku mengerti dengan yang kau rasakan saat ini, lagi pula uang tidak bisa membeli kebahagiaan bukan ...?"

Zairo menjawab orang itu "Kau salah ... nanti kau akan berfikir kalau uang adalah segalanya, andai saja kau hidup sepertiku ... kau akan mengerti seberapa pentingnya uang itu, jika aku orang yang kaya, aku pasti sudah membeli semua yang bisa membuatku bahagia ...."

orang itu pun melihat Zairo dan berkata "Mungkin benar apa yang kau katakan, tapi jika mendapatkan uang mendadak sebanyak itu, aku bahagia dari mana? jika memang aku menginginkan hadiah itu, aku hanya harus menangkap mu yang sekarang berdiri di depanku, mudah bukan?"

Zairo tersenyum dan berkata "Hey Tuan, kau bisa mencobanya dulu ... aku bisa melawan loh!"

Orang itu tertawa dan perlahan pergi dari poster itu sambil tertawa dan berkata, "Hahaha! ya-ya aku takut, sampai jumpa Zairo! semoga harimu menyenangkan."

Zairo pun melihat orang itu pergi, sontak dia segera pergi juga seperti yang orang itu sarankan sebelum ada yang mengetahui kalau orang di balik kupluk itu adalah Zairo.

...****************...

"Hegh!" gumam Zairo.

Zairo sedang memanjat sebuah bangunan untuk sampai ke atasnya, dia sudah biasa melakukan ini untuk melatih skill pelariannya, di tambah lagi, saat di atas dia bisa melihat banyak seorang kesatria yang berlatih. yang dia lakukan saat sudah di atas adalah duduk dan memperhatikan setiap gerakan dari para kesatria itu sendiri dan mempelajarinya saat di rumah mau pun di mana itu.

"Egh! huh ... akhirnya sampai juga, oke Zairo, kita lihat apa yang kau dapat hari ini ...," ujar nya pada diri sendiri.

Zairo pun duduk dan memandangi para kesatria yang sedang berlatih dari atas bangunan dengan sunyi.

...****************...

Matahari sudah tepat berada di atas yang menandakan hari mulai siang, Desa Litaro semakin ramai saat siang karena pekerjaan mereka masing-masing, anak-anak bermain bersama teman-temannya, suara tawa mereka terdengar sampai atas bangunan membuat Zairo senang mendengar itu.

"Hey turun!" ujar seorang wanita pemilik bangunan yang Zairo panjat.

Zairo pun dengan panik segera mengatakan, "Eh? o-oke bi! aku akan segera turun ...," Zairo pun segera turun dari bangunan itu dan menghampiri wanita yang menyuruhnya turun, wanita itu tidak lain adalah pemilik bangunan yang Zairo sering panjat, wajahnya terlihat marah karena suatu alasan.

"Kau memanjat rumah ku lagi!?" tegur pemilik rumah itu.

"I-iya ... tapi aku tidak merusak apa-apa...." ujar Zairo dengan suara kecil karena takut.

"Apa kata mu! kemarin kamarku bocor karena kau selalu memanjat ke atas rumahku! tidak lain itu karena dirimu! jadi rumahku bocor!" ujar wanita tadi.

Zairo pun hanya berdiri menunduk dengan tangan di bawah karena di marahi, namun Zairo mengerti sopan santun dan yang ia katakan adalah, "Maaf ... aku tidak akan mengulanginya lagi ...."

Wanita itu pun terlihat mereda dari kemarahannya dan duduk di tangga kecil milik rumahnya lalu bertanya pada Zairo, "Memangnya apa yang kau perhatikan dari atas sana Zairo?"

Zairo yang melihat wanita itu sudah tidak marah, menjawabnya "Di atas sana aku memperhatikan para kesatria mempelajari ilmu bela diri. soalnya di dekat rumahmu ada sebuah tempat pelatihan kesatria."

Wanita itu pun menyuruh Zairo duduk di sampingnya, Zairo menurutinya dan duduk di sampingnya.

"Kenapa tidak pergi berlatih di tempat pelatihan? di sana kau akan mendapatkan pemahaman lebih dari yang kau dapatkan dari atap rumahku ...." ujar wanita itu.

"Ya, sepertinya menarik, tapi itu butuh biaya setiap latihannya, jadi aku memilih untuk mempelajarinya sendiri" jawab Zairo.

Wanita itu pun memperhatikan wajah Zairo dan menawarkan sesuatu, "Aku sedang memasak sesuatu, mau mencobanya?, kata suamiku masakan ku enak, hehe ...."

Zairo yang sedang menahan lapar pun berbohong dan berkata. "Eh!? tidak usah aku sudah makan tadi sebelum kesini. jadi tidak usah repot-repot ...."

"Mau di bungkus saja?" tawaran wanita itu kedua kalinya.

"Tidak usah ...," ujar Zairo lagi.

"Hmm ... baiklah kalau begitu. tapi kalau kau berubah pikiran, kau bisa ke rumahku selagi kau bisa, rumahku akan selalu menerima pencuri kecil sepertimu (lalu tersenyum). baiklah dah!" ujar wanita itu dan segera masuk ke dalam rumah.

Zairo yang melihat wanita itu masuk ke rumahnya segera berdiri dan dalam hatinya berkata, bodohnya kau! kau ini sedang lapar kenapa tidak bilang iya saja tadi. ya maaf, setidak nya kita tahu kalau masih ada beberapa orang yang baik kepada kita .... ujar Zairo dalam hati seolah-olah berdebat pada dirinya sendiri.

Zairo pun segera mengangkat kaki dari rumah tersebut dan pergi pulang untuk meminum air supaya rasa laparnya tidak menyakitkan.

...****************...

*Slurp,* Zairo yang meminum air di sungai dekat rumah kecilnya.

Zairo menengok ke samping dan terdapat kucing malaya yang sedang meminum air bersamanya.

"Hehe kau haus ya?" ujar Zairo ke kucing itu.

Kucing itu mengeluskan kepalanya ke dengkul Zairo sambil mendengkur, Zairo dan kucing itu sudah saling mengenal karena itu kucing tersebut sudah tidak kaget bertemu dengan Zairo.

"Berapa kali ku bilang kalau mau minum di rumah ku saja!” tegur seorang gadis ke Zairo.

Zairo kaget saat mendengar itu sehingga tersedak, "Uhug-uhug, aduh!” ujar Zairo.

Zairo pun menoleh ke belakang dan ternyata itu Miari yang membawa sesuatu di kantong yang ia bawa.

"Sejak kapan kau di situ?" tanya Zairo yang penasaran.

Miari pun menjawabnya, "Sejak kau berbicara pada kucing itu seperti orang aneh ...," Jawab Miari yang meledek tingkah Zairo karena berbicara kepada kucing.

Zairo pun melihat kucing itu dan kucing itu segera pergi saat melihat Miari.

"Yah dia lari kan ...," ujar Zairo.

Pemimpin Baru?

Zairo pun melihat ke arah Miari, dan melihat Miari membawa sebuah kantong roti di tangannya.

"Zairo!, sudah ku bilang berkali-kali jangan pergi terlebih dahulu ketika seseorang sedang berbicara!, itu tidak sopan dan juga kau tidak akan menangkap pembicaraan yang ingin mereka sampaikan!" ujar Miari.

Zairo pun malah mengubah topik pembicaraan dengan berkata "hey apa kau mau aku menemani mu untuk mengantar roti lagi?, aduh nanti saja ya..., kepala ku sangat pusing..."

Miari langsung mendekati Zairo dan memberikan kantong roti tersebut.

"aku membawakan ini untuk mu, aku mau kau makan roti itu, kau belum makan kan?" ujar Miari.

Zairo segera memberikan roti itu lagi kepada Miari lalu berkata "jangan berbuat konyol lagi!, aku tidak mau berurusan dengan ayah mu yang kejam itu..., ayah mu bilang untuk tidak memberikan roti secara gratis kepada seseorang ya kan?, kalau begitu jangan lakukan itu, aku tidak mau melihat lebam di kulit mu lagi"

"ta-tapi aku kan sudah ke sini untuk membawa roti ini untuk mu..., tidak sopan jika menolaknya, lagi pula roti ini sudah menjadi milikku..." ujar Miari.

"Milik mu?" tanya Zairo.

Miari pun menjawab "ya-ya milikku, waktu itu, ada orang dari kerajaan ke toko roti milikku, habis itu dia berbicara dengan ayahku, yang aku dengar, aku bisa memberikan roti gratis dengan menandatangani sebuah kupon, aku tidak mengerti, pokoknya orang-orang dari kerajaan itu bersama seorang putri!" dengan semangat.

"bukti?" ujar Zairo.

Miari pun mengeluarkan sebuah kupon dari sakunya, dan memperlihatkan nya pada Zairo.

"seperti absen makan harian..." ujar Zairo yang sedang melihat kupon itu.

"kau betul!, saat putri itu mau pergi, aku meminta salah satu kupon miliknya!, aku bilang aku mempunyai teman yang membutuhkan, lalu dia memberikannya dengan senang hati!" jawab Miari dengan semangat kembali.

"kau tidak memberitahu nama ku kan?" ujar Zairo dengan ekspresi khawatir.

"tidak..., maksud ku aku harap dia tidak dengar..., Hehe" ujar Miari sambil memainkan jarinya.

"ya ampun!, kau sangat ceroboh..., bagaimana jika mereka membenci mu karena mereka tahu kau adalah teman ku..." ujar Zairo sambil menepuk kening nya karena kecerobohan Miari.

"apa aku terlihat peduli jika itu terjadi?" ujar Miari dengan ekspresi polos.

"baiklah jadi ini untuk ku kan?." Tanya Zairo.

"yap!" saut Miari dengan semangat.

"bagus!, ayo kita makan bersama!" ujar Zairo.

***

Zairo membagi Miari roti yang baru saja ia kasih, lalu Miari bertanya.

"serius?, bagaimana jika kau tidak kenyang?..."

"aku pasti kenyang, aku tidak biasa makan banyak" jawab Zairo.

Miari pun langsung melahap roti itu, dan Zairo juga memakan roti yang ia pegang dengan perlahan-lahan.

"hey Zairo?, apa kau masih nyaman tinggal di sini?, menurut ku kayu-kayu ini sudah mulai rapuh dan lembab..." tanya Miari.

"biasa saja, aku harap kayu-kayu ini tidak rubuh jadi mereka tidak akan menimpaku saat aku tidur" jawab Zairo.

Miari pun tertawa kecil dan Zairo segera menghabiskan roti miliknya.

"ayo kita ke taman desa!" ujar Miari.

"jangan ke taman desa..., aku takut ada penjaga yang sedang berkeliling di sana..." jawab Zairo.

"tidak-tidak semuanya akan baik-baik saja!, aku dengar kata ayah ku yang mulia putri akan ada di sana saat pukul 9 pagi!, dia adalah putri yang baik, aku berani membuktikannya" ujar Miari lagi.

"baik-baik, lalu aku di tangkap dan terpenggal, apa itu yang kau mau?." jawab Zairo yang tetap melawan ajakan Miari.

"eh!?, aku bersumpah tidak menginginkan itu!" jawab Miari karena kaget mendengar jawaban Zairo.

"kalau begitu tidak usah kesana oke?" ujar Zairo.

"dengar dulu!, di sana, yang mulia putri sedang mengumpulkan orang-orang yang membutuhkan dari tua ke yang muda, jika kau ikut ke sana, mungkin saja kau mendapatkan sesuatu yang bermanfaat untuk mu..." ujar Miari.

Zairo yang mendengar percakapan Miari pun langsung menyetujui untuk pergi ke sana.

"oke-oke, kita ke sana, sudah hampir jam 10, aku pikir kita sudah telat..." ujar Zairo.

Miari pun langsung berdiri, dan keluar dari rumah kecil Zairo, dan di susul Zairo.

"yang sampai duluan dia menang!" ujar Miari, lalu segera berlari meninggalkan Zairo.

"ya ampun dia selalu saja curang!" ujar Zairo dan langsung mengejarnya.

***

"hah-hah, aku sangat lelah!" desah Miari karena terus berlari.

Zairo pun lagi-lagi kalah dan baru sampai setelah beberapa detik dari Miari "sial, aku kalah lagi..."

Miari pun menunjuk seseorang perempuan yang sedang beranjak pergi dari taman desa.

"itu!, dia yang mulia putri..., Zairo!, hampiri dia, aku pikir dia akan segera pergi" ujar Miari dengan tergesa-gesa.

saat Zairo ingin menghampiri perempuan itu, lalu ia sadar siapa yang Miari tunjuk itu.

"sial, aku akan mati..." lalu segera berbalik badan dan mengenakan kupluk miliknya.

Miari yang melihat Zairo pergi pun segera jalan di samping Zairo dan bertanya "hey kenapa malah membalikan badan?"

"bodohnya..., kenapa kau tidak memberi tahuku kalau putri itu adalah nona Delari?!." ujar Zairo dengan jalan tergesa-gesa.

"ada apa?, kenapa kau malah pergi?, kita harus menyusulnya sebelum dia pe-" Miari yang sedang berbicara lalu segera di potong oleh Zairo.

"SEBELUM DIA APA?!" bentak Zairo ke Miari.

Miari pun kaget setelah Zairo membentaknya dan kemudian berkata.

"Bu-bukannya kau sudah tahu?, Kalau pemimpin baru kita nanti Nona Delari?"

"aku mencuri dompetnya!" ujar Zairo ke Miari.

Miari pun benar-benar kaget mendengarnya, dan langsung berkata.

"uang yang tadi pagi?, jangan-jangan kau menggunakan uang dari dompet Nona Delari?..."

Zairo pun dengan wajah yang merasa bersalah mengangguk.

Miari pun mengulurkan tangannya dan berkata.

"dimana dompet nya?, berikan pada ku..."

Zairo pun segera berkata "kau gila?, mereka akan segera menangkapmu jika kau mengembalikan dompet itu!, mereka akan menyangka kau berteman dengan ku!"

Miari juga menjawab "iya-iya aku tahu!, tapi selama kau belum menggunakan uang nya dan dompet itu baik-baik saja, aku yakin Nona Delari akan memaafkan mu..."

Zairo pun menepuk kening nya seakan-akan dia akan membuat Miari tertangkap karena ulahnya.

Zairo pun mengeluarkan dompet Nona Delari dan memberikannya pada Miari.

"oke, aku mau kau tunggu di sini, dan aku juga akan memberitahu kalau ada seseorang yang tertinggal..."

Miari pun segera pergi dan Zairo pun menarik baju Miari dan berkata "aku pikir, lebih baik kita pulang hehe..."

Miari malah tersenyum dan meledek Zairo.

"apa kau takut Tuan?..."

Zairo pun melepaskan tarikannya dan membiarkan Miari berjalan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!