Ayo vote sebelum baca 😘
.
.
.
Arabelle mengerang saat mendengar suara keras dari jam bekernya, tangannya terulur mematikan alarm menyebalkan yang sudah mengganggu tidur nyamannya itu.
Dengan mata masih tertutup, Ia terpaksa bangun dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Pagi ini Ia harus bersiap-siap untuk bekerja, ya hari ini adalah hari pertama masuk kerja jangan sampai terlambat, apalagi harus berurusan dengan pria galak itu!
***
Sehari sebelumnya..
"Lo?!"
"Lo?!"
Kedua orang berjenis kelamin berbeda itu menatap tajam satu sama lain, percikan kebencian terlihat diiris mata mereka. Bahkan yang melihat pun dibuat gugup saking bisa merasakan aura permusuhannya.
"Ngapain lo di sini?!"
Wanita bernama Arabelle Deolinda tersenyum sinis mendapat pertanyaan yang menurutnya tidak penting itu, "Bukan urusan lo!" Ketusnya.
"Tentu aja urusan gue, karena sekarang lo lagi ada di perusahaan milik gue."
Arabelle membelakan matanya mendengar pengakuan itu, Ia tak menyangka jika dirinya melamar pekerjaan di perusahaan milik pria menyebalkan itu. Ia kembali menatap pria di hadapannya, dan sialnya yang ditatap malah menunjukan wajah songongnya. Menyebalkan sekali.
"Yaya kenapa ada wanita gila di sini?" tanya Arion pada sekertarisnya yang dari tadi hanya diam memperhatikan mereka.
"Dia Arabelle, Pak. Yang akan menjadi sekertaris baru pengganti saya."
"APA?!"
Ara mencibirkan bibirnya melihat reaksi berlebihan itu, alay sekali!
"Gak. Saya gak mau dia yang jadi sekertaris baru saya, pecat aja!"
Arabelle menatap geram pria itu, berani sekali berkata seenak jidat!
"Heh enak aja! Gue udah susah-susah ya ngelamar kerjaan. Gak mau, pokoknya gue tetap kerja di sini!"
"Lo!" Arion menunjuk Ara dengan jari telunjuknya, tapi tangannya langsung ditepis kasar. "Dasar barbar!" cibirnya.
"Apa lo bilang?!"
"CUKUP!!"
Arion dan Arabelle langsung menatap malas Yaya. Ada saja yang mengganggu, cibir mereka dalam hati.
"Ekhem, maaf Pak kalau saya tidak sopan. Tetapi Bu Arabelle ini adalah pelamar terbaik dari semua yang melamar menjadi sekertaris. Dia pintar juga cerdas, pendidikannya pun sangat bagus. Menurut saya Arabelle cocok menjadi sekertaris baru bapak," jelas Yaya dengan sabar.
Arion berdecak pelan mendengar penjelasan itu yang bisa dibilang lumayan bagus juga. Pria itu kembali menatap Arabelle. Sudah berapa tahun ya mereka tidak bertemu? Jika di perhatikan, banyak sekali perubahan dari Arabelle. Mulai dari tubuhnya yang lebih bagus, dan juga wajah yang tampak dewasa dan.. Cantik?
Tunggu..
Apa Arion tak salah karena tadi sudah mengagumi wanita itu? Menjijikan, batinnya.
Kembali Arion menatap Ara yang ternyata sedang menatapnya juga, Ia menjulurkan lidahnya dan tentu saja Arabelle langsung membalasnya sama. Lalu selintas rencana terpikirkan, sepertinya akan menyenangkan jika mengerjai wanita ini. Setelah memikirkannya dengan baik-baik, Arion akhirnya berucap.
"Oke dia di terima di sini."
***
Setelah bersiap dengan pakaian kantornya, Ara keluar kamar menuju dapur. Pemandangan pertama saat Ia masuk ke sana adalah seorang anak kecil tampan yang sedang duduk di kursi makan sambil mengaduk susunya di gelas. Dengan perlahan Arabelle mendekat lalu mengecup pipi kanan anak laki-laki itu.
"Selamat pagi sayang."
"Pagi."
Wanita itu lalu duduk berhadapan dengan putranya dan mulai menyantap sarapannya, "Sayang nanti langsung pulang ya, maaf kayanya Mama pulangnya agak sorean."
"Hm."
"Kalo nanti siang laper, kamu jangan makan mie. Pesan di bawah aja oke?"
"Hm."
Arabelle memang sudah biasa melihat sifat putranya itu yang dingin, cuek dan tak banyak bicara. Berbanding terbalik dengan sifatnya yang ceria dan bawel.
"Ya sudah, ayo berangkat," ajak Arabelle.
Wanita itu terlebih dahulu merapihkan rambut putranya, tapi tangannya langsung ditepis pelan. Dan lagi Ara hanya memutar matanya malas, dasar. Oh jangan sampai ada yang berpikir jika Finn, putranya membencinya. Tidak, anak itu memang begitu dan Ara memahaminya.
Finn sekarang berumur enam tahun, sudah masuk sekolah dasar dan duduk di bangku kelas satu. Arabelle bahkan tidak sadar jika semakin hari putranya itu tumbuh dengan cepat, menjadi pria tinggi dan juga tampan.
***
"Lo telat dua menit sepuluh detik, gaji lo gue potong!"
Arabelle menatap malas Arion yang duduk di kursi bekerja miliknya. Pria itu menatapnya sombong. Sial, batin Arabelle. Baru juga pagi, masa saja sudah ada peperangan lagi.
"Elah cuma dua menit juga, ribet banget sih!" ketus Ara sambil mengatur nafasnya yang tak teratur karena habis berlari.
"Oh jadi ada yang mau melanggar tata tertib saya ya? Oke lo gue pecat."
"Ehhh jangan-jangan!" panik Ara. Jika sudah menyangkut masalah pecat-pecatan mana berani Ia, baru juga masuk kerja.
"Ya udah deh maaf," ucapnya menurunkan gengsi.
"Ngomongnya yang bener, jangan kaya gak ikhlas gitu," cibir Arion.
Gue emang gak ikhlas, batin Arabelle.
"Maaf saya telat," ucap Arabelle sambil menahan rasa jijik saat berucap.
"Hm udah sekarang kerja sana, berdiri mulu!"
Arion lalu masuk ke dalam ruangannya, senyuman kepuasan terukir di bibirnya karena telah berhasil mengerjai wanita itu. Ada rasa senang di dadanya, sepertinya mulai hari ini mengerjai Arabelle adalah hobi barunya.
Sedangkan Arabelle setelah melihat pria menyebalkan itu masuk langsung duduk di kursinya dengan kasar. Pagi-pagi di hari pertama kerjanya moodnya langsung hancur, lalu bagaimana nasib kedepannya?
Brak!
Saat sedang minum air di botol, Arabelle tersedak mendengar suara gebrakan di mejanya. Dadanya sampai sakit karena tersedak banyak air, Ara lalu menatap tajam Arion yang ternyata mengerjainya.
"APA?!"
"Kok marah sih?"
"Ya kali dasar gak tau diri!"
Arion berdecak lalu melempar map di meja, "Tuh lo susun ulang jadwal gue, pokoknya pas jam istirahat harus udah beres. Awas kalo telat!"
Setelah mengatakannya Arion melenggang pergi menuju lift. Demi Tuhan, pria itu sedang menahan tawa mengingat saat Arabelle tersedak minuman akibat ulahnya. Ada rasa kasihan, tapi saat Arabelle kembali ketus Ia jadi tidak jadi iba.
Kembali pada Arabelle yang sedang mengecek isi map itu. Erangan keras terdengar karena ternyata tugasnya sangat banyak, tak yakin akan selesai tepat waktu. Sial pria galak itu pasti sedang mengerjainya!
Awas aja nanti, umpatnya.
***
"Telat!"
Arabelle repleks menutup matanya mendengar bentakan itu. Decakan terdengar dari bibirnya, ya kali kerjaan sebanyak itu harus selesai dalam dua jam. Gila!
"Jangan mengumpat di ruangan saya!"
Arabelle memutar matanya malas mendengar ejekan yang bertubi-tubi tertuju padanya itu.
"Salah semua tugas lo gak ada yang bener. Bisa kerja gak sih?!" ketus Arion melempar map biru itu kembali ke meja.
"Hah masa sih?!" Arabelle yang tidak percaya segera mengecek pekerjaannya. Padahal sudah merasa mengerjakan dengan benar dan teliti. Dimana posisi salahnya?
"Bener kok ini!"
"Salah!"
"Bener!"
"Salah!"
"Ihhh!" Arabelle pun pergi dari ruangan itu sambil menghentak-hentakan kakinya, Ia marah dan kesal pada pria menyebalkan itu. Dengan kesal Ara menutup pintu ruangan dengan kasar, bahkan sampai terdengar suara keras.
Arabelle tak peduli jika pintunya rusak!
Sedangkan Arion langsung tertawa terbahak-bahak melihat reaksi wanita itu. Ya lagi-lagi Ia mengerjai Arabelle, oh hidup wanita itu tidak akan tenang selama bekerja di sini.
Tak ada yang salah sebenarnya dari tugas yang baru di kerjakan Arabelle, bahkan Ia terkejut karena pekerjaan wanita itu sangat baik dan benar. Lalu deringan ponselnya membuatnya mengalihkan perhatian.
"Hallo Mah. Hm. Hm. Hm. Iya nanti aku langsung pulang, udah deh ah jangan bawel. Sudah dulu ya, bye."
Arion menatap jam tangannya, lebih baik sekarang Ia pulang saja lagi pula sudah waktunya, pekerjaannya pun sudah selesai. Arion melepas jasnya, membuka dua kancing kemeja teratasnya, juga menggulung bagian tangan kemeja sampai siku.
"Heh!"
Arabelle menatap malas Arion yang baru keluar ruangan, tanpa menghiraukan pria itu Ia bergegas pergi dari sana. Rasanya sudah tak sabar ingin cepat sampai rumah bertemu putranya. Sialnya di lift itu hanya ada mereka berdua, keduanya berdiri saling berjauhan. Menyebalkan sekali harus berdekatan dengan musuh bubuyutan.
"Tujuh tahun dan banyak juga lo berubah."
Arabelle tak menanggapi ucapan di belakangnya, Ia lebih asik memainkan ponselnya. Menggerutu karena lift yang terasa lama sampai dilantai bawah.
"Lumayan sekarang."
Saat pintu lift sebentar lagi terbuka, dengan tiba-tiba punggung Ara menabrak dinding lift. Arion mengurung Ara, menempatkan kedua tangannya disamping kepala wanita itu. Posisi mereka sangat dekat, bahkan deru nafas mereka saling beradu.
"Lo tambah cantik.. Mantan istri," bisik Arion sambil menarik sebelah sudut bibirnya.
***
Mampir ya ke novel baru aku berjudul "Ternyata Aku Istri Keduanya" Terima kasih
Vote sebelum membaca ❤
.
.
"Mom pulang."
Arabelle mengernyitkan keningnya melihat apartemen yang terlihat kosong. Kemana Finn? Pikirnya.
Wanita itu memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, badannya sangat lengket. Setelah mandi, Arabella menyiapkan makanan yang sudah di belinya tadi. Kalau masak di apartemen pasti lama, sedangkan Ia baru sampai jam enam sore.
Ceklek!
Pintu apartemen terbuka dan masuklah Finn.
"Sayang dari mana?" tanyanya.
"Habis dari Nenek Naomi."
Finn pun duduk disamping Mamanya itu. Piringnya sudah terisi berbagai macam makanan kesukaannya.
"Mama masak?" tanya Finn.
"Enggak, Mama beli."
"Lain kali jangan beli terlalu banyak, lagi pula Finn gak apa-apa kok kalo gak makan daging setiap hari," ucapnya lalu mulai makan.
Arabelle yang mendengar itu langsung menatap sendu putranya. Finn memang sudah besar, dan tahu bagaimana keadaan mereka yang serba kecukupan. Tetapi Arabelle tidak mau anaknya sedih atau merasa kekurangan, biarlah Ia yang bekerja demi kebahagiaan putra kesayangannya itu.
"Gak apa-apa, lagi pulakan sekarang Mama sudah bekerja," ucap Ara riang sambil menambahkan potongan daging sapi ke piring Finn, sedangkan Finn hanya diam tak menanggapinya.
Setelah makan malam itu selesai. Finn masuk ke kamarnya, sedangkan Arabelle membersihkan bekas makan malam. Sesudahnya menonton televisi di ruang tamu. Bukannya fokus ke film, Arabelle malah melamun merenungkan kehidupannya yang berat.
Tidak terasa sudah lima bulan Ia pindah ke Jakarta, Arabelle pindah ke Ibu kota hanya untuk mencari pekerjaan yang lebih bagus dari pada di Bandung yang hanya bisa bekerja sebagai pelayan rumah makan saja, padahal ijazahnya bagus.
Kedua orang tuanya sudah tiada saat Finn berusia satu tahun. Sedih memang, tapi semua ini adalah rencana Tuhan. Setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, Arabelle harus menjadi tulang punggung bagi Finn. Ia pun memutuskan untuk pindah kerja ke Jakarta, tapi saat di sini kenapa Ia malah kembali di pertemukan dengan pria itu. Pria yang dulu pernah menjadi seseorang dimasa lalunya.
"Mama bisa bantu aku?"
Lamunan Arabelle terhenti, Ia menoleh pada Finn yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya, "Hm kenapa?"
"Mama bisa bantu aku kerjain soal nomor lima? Aku belum ngerti."
Ara mengangguk dan mulai mengajari Finn. Baru kali ini lagi Finn bertanya tentang tugas kepadanya, biasanya anak itu selalu mengerjakan tugas sendiri. Putranya itu sangat pintar, bahkan selalu peringkat satu di sekolah. Tentu saja itu menurun darinya yang memang juga pintar, bukan dari pria sombong itu.
"Sekarang tidur, sudah malam."
Finn mengangguk, "Terima kasih," ucapnya lalu pergi, tapi panggilan Arabelle menghentikan langkahnya.
"Good night."
"Good night Mom."
Ara tersenyum melihat itu, walaupun Finn memang anak yang cuek tapi putranya itu selalu terlihat manis. Ia sangat menyayangi Finn melebihi apapun. Karena sudah malam Ara pun memutuskan untuk tidur, lagi pula besok harus bekerja. Jangan sampai telat lagi dan mendengar omelan menyebalkan dari Bosnya yang menyebalkan.
***
Arion mendelik sinis pada sekertaris barunya sebelum masuk ke ruangannya. Sial wanita itu tak telat, jadi Ia tak bisa memarahi Arabelle. Huh padahal Arion sudah menyiapkan ceramahannya dari malam untuk sekertarisnya itu. Pria itu masuk ke dalam ruangannya. Tidak lama telphone kantornya berdering, dengan malas Ia mengangkat.
"Hallo?"
["Setengah jam lagi ada meeting di restoran Bahari bersama perusahaan DCU grup."]
Arion mengernyit tak suka saat tahu dari siapa penelphone ini, "Masuk ke ruangan saya sekarang," perintahnya lalu mematikan panggilan itu.
Enak saja memberitahunya lewat telphone. Arion akan menghukum wanita itu karena bersikap tak sopan pada atasannya, sebenarnya Arabelle pernah bekerja tidak sih?! Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dengan keras. Lihatkan wanita itu benar-benar bar-bar, tidak punya sopan santun.
"Apa anda punya sopan santun Nona Deolinda?"
Arabelle berdecak malas mendengar ledekan itu, sepertinya bosnya itu akan mengerjai nya lagi. Arabelle bisa membaca hanya lewat ekspresi wajahnya saja.
"Oh sepertinya memang gak punya ya, padahal sekolahnya tinggi tapi ya gitu."
"Ada apa?!" ketus Ara.
"Saya gak mau ya kamu ngasih tahu jadwal lewat telphone, pokoknya setiap ada apa-apa harus temui saya langsung."
"Males."
"Ya udah jangan kerja."
Arabelle lagi-lagi hanya berdecak mendengar sikap so' berkuasa pria itu. Rasanya Ia gemas sekali ingin mencabik-cabik wajah Arion, mematahkan hidungnya yang mancung. Hah? Arabelle segera menggeleng karena tidak sengaja memuji.
"Kenapa? Lagi ngebayangin apa-apa ya sama saya?"
"Jijik!"
Arion mengangkat bahunya, "Tadi kenapa nelpone?"
"Ck, saya bilang setengah jam lagi ada meeting di restoran Bahari dengan perusahaan DCU grup." Tuli ya Arion itu?
"Kenapa harus di restoran?"
"Ya mana saya tahu."
"Kok gak tau sih?! Sana telphone dulu kenapa harus di restoran meetingnya. Mau meeting atau mau makan sih gak jelas banget."
Arabelle mengelus dadanya mencoba bersabar menghadapi sikap semena-mena bosnya itu. Jangan sampai Ia mengumpat, oh tidak baik.
Arabelle sudah tobat!
Dengan penuh kekesalan di dada, wanita itu melangkah keluar dari sana.
Setelah melihat pintu ruangannya tertutup dengan keras, Arion tidak bisa menahan tawanya lagi. Mood paginya jadi baik seketika karena berhasil membuat Arabelle kesal. Sungguh menyenangkannya bisa mengerjai wanita itu.
Padahal walaupun Arya tak memberitahunya, Arion sebenarnya sudah tahu apa jadwalnya. Ia bukan bos bodoh yang hanya mengandalkan sekertaris, Arion adalah bos yang telaten dan teliti.
Tanpa menunggu lama, Arion terlebih dahulu merapihkan penampilan nya lalu keluar ruangan. Saat keluar Ia melihat Ara yang baru saja akan masuk, otomatis mereka bertabrakan.
"Aduhh," ringis Arabelle sambil mengusap jidatnya.
"Buruan, nanti telat!"
Arion berjalan terlebih dahulu tanpa memperdulikan Ara yang sedang bersiap-siap. Sepanjang perjalanan ke bawah, Ara menggerutu sebal melihat tingkah menyebalkan dari bosnya.
Baru saja dua hari bekerja di sini, tapi Ia seakan sudah tak kuat jika setiap hari harus di kerjai. Wanita itu menatap mobil hitam yang di dalamnya terlihat Arion, dan tanpa permisi Ia ikut masuk lalu duduk di kursi depan.
"Ngapain kamu di sini?!" tanya Arion sinis.
Ara mengernyitkan keningnya bingung, "Ya kan kita mau pergi ke retoran itu buat meeting."
"Ya tapi kenapa kamu masuk ke mobil saya?"
"Hah? Kan saya sekertaris kamu."
"Ya terus kalo sekertaris saya harus gitu semobil, gak sopan banget sih!"
Arabelle menatap benci Arion, Ia pun terpaksa kembali turun dan tidak lama mobil hitam itu pun pergi. Rasanya Ara ingin menangis, Ia kesal mendapat perilaku semena-mena Arion. Tak tahukah jika Ia sakit hati dengan sikap pria itu? Ara menghapus kasar air matanya sebelum memesan taxi online.
Jangan pikirkan pria brengsek itu, batinnya.
Lima belas menit kemudin Arabelle baru sampai restoran itu karena terjebak macet. Dengan tergesa Ia bertanya dimana ruangan untuk di jadikan meeting pada pelayan, dan setelah tahu Iapun segera pergi ke lantai dua dimana di adakannya meeting.
Awalnya Ia ragu untuk mengetuk pintu itu, tapi jika tidak maka dirinya akan semakin terlambat. Dengan keberanian, akhirnya Ara mengetuk pelan lalu membuka pintu itu. Semua orang di dalam langsung menatapnya bingung, dan tentu saja membuatnya malu.
"Maaf saya terlambat," gugup Arabelle.
"Anda siapa?"
"Saya sekertaris pak Arion."
"Ah silahkan duduk."
Arabelle pun buru-buru duduk disamping Arion, untung saja kursi itu kosong mungkin memang khusus untuknya. Baru saja duduk pria di sampingnya langsung membisikan sesuatu di telinganya.
"Telat lo, awas ya gue punya hukuman!"
Vote sebelum baca 😍
.
.
"Sayang lihat sini!"
Cekrek!
"Ihh yang bener dong di fotonya, masa gini sih. Ayo ulang!" kesal Arabelle.
Bagaimana tidak kesal karena Finn yang malah menunjukan ekspresi konyolnya, walau sebenarnya masih terlihat tampan sih. Wanita itu kembali menyiapkan kameranya, tapi Finn dengan cepat menutupi bagian belakang ponselnya itu.
"Ayo dong, sekali lagi," bujuk Arabella.
"Gak mau Mah."
"Ayolah sekali aja ya," rengek Ara belum menyerah. Putranya ini memang susah sekali diajak foto. Finn selalu menolak dan tentu saja tidak banyak foto anak itu di ponselnya.
Arabella cemberut mendapat sikap cuek Finn. Padahal Ia sama sekali tak punya sifat begitu, Ara adalah wanita yang ceria, pokoknya ekstrovert sekali. Pertanyaannya dari mana sifat putranya itu menurun ya?
Hari minggu ini Arabella sedang menghabiskan waktu berjalan-jalan bersama Finn. Ini memang kebiasaan mereka, walaupun hanya berdua saja. Apalagi sekarang Arabella sudah bekerja, jadi tidak bisa banyak menghabiskan waktu dengan puteranya.
"Mbak saya pesan ekrimnya dua," ucap Arabella.
"Mau rasa apa?"
"Vanila aja."
"Kalo adiknya?" tanya pelayan itu.
Arabella terdiam mendengar itu, Ia lalu menoleh pada Finn yang sudah pasti pelayan itu anggap sebagai adiknya. Mereka sudah biasa dianggap seperti itu, mungkin karena Ia pun yang terlihat awet muda.
"Em anak saya mau rasa coklat."
"Oh tunggu sebentar ya."
Arabella hanya menggeleng saja melihat itu, kenapa ya banyak sekali yang menganggap Ia dan Finn adik kakak. Putranya saja sampai bosan disebut adiknya. Usia Ara kini sudah menginjak 25 tahun, banyak yang menganggapnya masih muda, aneh.
"Terima kasih," ucap Ara lalu membawa dua eskrim itu. Ia menyerahkan eskrim rasa coklat pada Finn.
Mereka pun duduk di bangku panjang yang berada disamping danau. Hari minggu ini banyak sekali orang-orang yang bermain di sini. Kebanyakannya sih yang pergi dengan keluarga kecilnya.
"Mau kemana lagi sekarang?"
Merasa tidak mendapat jawaban, Ara menoleh ke samping. Anaknya itu ternyata sedang memperhatikan ke bangku samping dan otomatis Ia juga ikut melihat. Di tempat duduk itu terlihat keluarga kecil yang sedang tertawa bahagia karena mendapat ikan hasil pancingannya. Di sana ada ayah, ibu dan juga ke dua anak-anaknya.
Arabella kembali menatap Finn. Entah kenapa Ia merasa sedih saat tahu apa yang sedang di pikiran putranya itu. Arabella seperti bisa ikut merasakan isi hati Finn. Arabella lalu mengusap rambut hitam anak itu, sampai Finn pun menatapnya.
"Lihat apa sih hm?" tanyanya lembut.
Finn menunduk dan menggeleng pelan. Eskrimnya mencair dan Ia tak berselera lagi untuk menghabiskannya. Terkadang Ara selalu sedih karena putranya ini tidak suka mengungkapkan isi hatinya, Finn terlalu pendiam, bahkan tak pernah bertanya hal aneh-aneh padanya.
"Sudah yuk kita ke Ancol, kita main sepuasnya," ajak Ara mencoba mencairkan suasana.
Dan Finn pun tersenyum tipis, bahkan sanking tipisnya sampai tidak terlihat. Memang Mamanya ini selalu bisa menghibur nya. Anak itu membenarkan tas gendongnya lalu menggenggam tangan kanan Ara erat.
Mom I love you, batin Finn.
***
Arion duduk dengan bosan, beberapa kali pria itu membenarkan posisi duduknya yang tidak nyaman. Malam ini keluarganya sedang makan malam bersama dengan keluarga Novia, wanita yang akan di jodohkan dengannya. Uh tapi sungguh Arion tak setuju dengan perjodohan ini, kedua orang tuanya memaksanya.
Sudah dua jam mereka mengobrol, makan malam pun sudah selesai dari tadi, tapi Arion tak ikut mengobrol, Ia lebih senang memainkan game di handphone nya.
"Bagaimana perusahaan kamu sekarang?"
Nyonya Via menoleh pada putranya yang ternyata sedang bermain game, dengan gemas wanita tua itu mencubit paha Arion sehingga anaknya mengaduh kesakitan.
"Aww Mam, sakit."
Arion mengusap-usap pahanya yang baru di cubit, Ia beralih menatap semua orang yang ternyata sedang memperhatikannya.
"Maaf ya, Arion memang begitu anaknya," ucap Via tidak enak hati.
"Ah tidak apa-apa, lagi pula Arion sepertinya sedang fokus dengan handphonenya," ucap Ayah Novia.
Via lalu menendang kaki Arion dari bawah meja, dan anak itu langsung mendelik tidak suka ke arahnya. Bukannya mengerti kodenya, Arion malah kembali fokus dengan game nya.
"Aku mau ke toilet." Arion berdiri dan melenggang pergi dari sana.
Bokongnya sudah panas karena terus duduk, apalagi dari tadi hanya diam. Huh Arion tak peduli bagaimana tanggapan keluarga Novia padanya. Lagi pula mana mau di jodohkan.
Saat masuk ke toilet, Arion tak sengaja melihat seorang anak kecil yang terlihat kesulitan menggapai air keran karena terlalu tinggi. Pria itu melangkah mendekat lalu membantu memutarkan keran airnya.
"Terima kasih."
Arion sempat terdiam sebentar melihat wajah anak laki-laki itu. Ia merasa aneh sendiri, tapi segera menepis dan membasuh wajahnya.
Kembali Ia membantu anak laki-laki itu menutup air kerannya, dan anak itupun tersenyum tipis padanya sebelum keluar dari sana.
Sifat cuek anak itu mengingatkannya pada dirinya sendiri. Pendiam dan dingin, itulah yang Arion bisa lihat saat melihat wajah anak itu, padahal mereka baru pertama bertemu.
Arion pun memutuskan untuk keluar, sebenarnya Ia ingin langsung pulang dan tak ingin kembali ke sana. Tetapi bisa-bisa Mamanya menceramahi nya di rumah, mengerikan. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat sesuatu, seringai langsung terukir saat netranya melihat seorang wanita yang sangat dikenalnya berada di tempat itu. Dengan perlahan Arion pun mendekat lalu duduk dihadapan wanita itu.
"Woyy!!"
Ara mengangkat kepalanya dan terkejut melihat siapa orang itu. Kenapa Ia harus bertemu pria menyebalkan itu di sini sih?!
"Ngapain lo di sini?" ketus Arabelle.
"Heyy emangnya ini restoran lo apa? Terserah gue dong."
"Awas minggir sana, masih banyak meja yang kosong."
"Ya elah galak bener. Gak mau, gue mau di sini."
Ara mengelus dadanya mencoba bersabar, ya Tuhan padahal hari ini libur tapi kenapa Ia harus bertemu pria menyebalkan itu. Wanita itu memasukan barang-barangnya ke dalam tas, berniat untuk pergi, tapi langkahnya tertahan saat pergelangan tangganya ditahan.
"Lo mau kemana?"
"Pulang lah."
"Gak boleh, temenin dulu gue minum." Perintah Arion lalu kembali menarik Ara agar duduk di depannya.
"Ihh gak mau, gue mau pulang udah malem." Ara melepas kasar tangannya, Ia memperhatikan penjuru restoran.
"Kemana Finn ya?" gumam Ara bingung.
Anak kecil itu katanya mau ke kamar mandi, tapi ini sudah hampir sepuluh menit dan belum kembali.
"Finn? Siapa tuh?" ketus Arion.
Ara mendelik sebal, "Bukan urusan lo!"
Ara pun melangkah cepat pergi dari sana, hari yang menyebalkan karena melihat pria itu di tempat tidak terduga. Saat keluar restoran Ia bisa melihat Finn yang ternyata sedang duduk bersama seorang pria tua, perlahan wanita itu mendekat lalu mengelus kepala putranya.
"Sayang Mama nyari kamu."
"Maaf Ma, aku nemenin kakek makan, kasihan sendiri."
Ara tersenyum tipis lalu menatap seorang kakek yang sedang makan roti dengan lahapnya disamping Finn.
"Ya udah kita pulang yuk."
Finn mengangguk, sebelum pergi Ia kembali menatap kakek itu, "Kek aku pulang dulu."
Kakek itu tersenyum lebar, "Iya, terima kasih ya sudah belikan kakek rotinya. Jadi anak yang baik dan pintar Finn."
Ara tentu saja terkejut karena ternyata Finn yang memberikan makanan itu. Wanita itu ikut bangga karena putranya sangat dermawan pada orang lain. Betapa beruntungnya Ara karena di usia Finn yang bisa dibilang masih kecil, putranya sudah bisa menolong.
"Ayo Mama."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!