NovelToon NovelToon

Perjodohan Sejak Kecil

1. Lari pagi

Di suatu desa yang asri dan sejuk, banyak penduduk yang mulai melakukan aktivitas seperti bercocok tanam dan bekerja sebagai buruh perkebunan. Desa Linggarjati terkenal dengan perkebunan karet dan perkebunan cengkeh. Damar merupakan putra tunggal dari Andi dan Intan ( pemilik perkebunan karet ).

Andi dan Anton ( ayah Wulan pemilik perkebunan cengkeh) menjalin persahabatan sejak kecil, walaupun mereka hidup di pedesaan banyak masyarakat yang menyegani mereka. Andi dan Anton berniat menjodohkan Wulan dan Damar dari sejak kecil, Wulan dan Damar tumbuh bersama namun tanpa mereka sadari dalam lubuk hati Damar dan Wulan menyimpan rasa sayang satu sama lain, disamping itu rumah mereka pun berdekatan.

Pukul 05.15

Waktunya para kaum adam keluar dari Masjid setelah melaksanakan solat subuh berjamaah, salah satu dari mereka ada Damar . Ketika Damar melewati rumah Wulan hendak bertanya, tetapi Wulan lebih dulu menyapa -Nya.

" Pagi Mas Damar ..." sapa Wulan yang sedang bersiap - siap memakai sepatu di teras rumah untuk joging pagi.

" Pagi juga dek, berangkat joging nya pagi banget dek. Emang mau joging kemana ? " tanya Damar penuh dengan rasa selidik.

"Heeemm ... ke Curug ( air terjun ) desa sebelah mas, Mas Damar mau ikut ?" ajak Wulan.

" Boleh, tunggu sebentar ya dek ! mas ambil sepatu dulu " Damar.

Damar dan Wulan pun mulai berlari - lari kecil sambil menikmati pemandangan sawah yang terbentang luas nan hijau dan udara sejuk yang menusuk hidung. Banyak muda mudi yang melakukan joging begitupun dengan pagi ini.

" Mas ayo kejar Wulan !!! " tantang Wulan yang terlebih dulu lari di depan.

" Siapa takut, nanti kalau mas di depan kamu harus kejar yah ! " Damar

" Oke ! weee kejar sini " seru Wulan sambil menjulurkan lidahnya.

" Awas kamu ya dek, " jawab Damar.

Tidak lama kemudian Damar melewati Wulan.

" Wleeeeee duluan dek ayo kejar !!!" ucap Damar sambil menjulurkan lidahnya dan melambaikan tangan dengan memasang wajah yang tersenyum riang.

" Pelan saja mas, Wulan sudah capek " Wulan

Namun hanya dapat anggukan dari Damar yang masih berlari tanpa melihat Wulan yang ada dibelakang.

"Duh ni Mas Damar joging rasa maraton nyesel nantangin huuuuuhhh capek " batin Wulan sambil menghembuskan nafas kasarnya, dan memegangi lutut karena merasa lelah. Damar yang melihat tingkah Wulan dari kejauhan pun memutuskan untuk menunggu di jembatan sambil berlari - lari kecil di tempat dengan pandangan masih lurus ke depan.

"Aaaaakkkkhhhirnya ! " ucap Wulan tentunya dengan nafas yang masih belum beraturan dan kedua tangan Wulan memegangi baju Damar dari belakang tepatnya di atas pinggul.

" Mas pelan saja, lagi juga masih pagi " ajak Wulan sambil melepaskan baju Damar dan berjalan sejajar dengan Damar.

” Iya ya siap Tuan Putri !" jawab Damar sambil memberi hormat kepada Wulan. Wulan hanya tersenyum melihat tingkah Damar.

Setelah sampai di tempat tujuan, mereka pun duduk bersebelahan di batu besar yang ada di tepi air. Tiba - tiba ada salah satu teman dekat Wulan menyapa mereka.

" Hai Wulan... cowok di sebelah pacar kamu ya ? " tanya Anjani yang muncul dari arah belakang Wulan dan Damar yang sedang bermain air.

" Hehehe kalau iya kenapa ? jawab Wulan menatap Damar dengan kedipan dan tersenyum.

"Oh selamat ya... kalau gitu aku duluan Wulan " Anjani

"Bye Anjani sampai ketemu besok " Wulan

" Bye - bye Wulan eemmmuuuaacch " ucap Anjani sambil memberi kiss bye

" Isshhh jijik kesambet kamu ya !" seru Wulan dengan candanya.

" Mas ganteng jagain pacar aku ya hahahaha !!! " Anjani

" Ni anak benar - benar kesambet kali yah ! awas aja besok " ucap Wulan sambil memberi isyarat telunjuk miring di jidatnya. Anjani yang melihat kelakuan Wulan makin gencar meledek Wulan dengan menjulurkan lidahnya. Wulan yang melihat tingkah Anjani ingin rasanya melempar sepatu. Ketika Wulan hendak melepas sepatu Damar mencegah-Nya.

" Sudah - sudah adek sayaaaannggg !!! hahaha " Damar

"Apaan sih mas hehehe" ucap Wulan memalingkan wajahnya yang tersipu malu.

Tanpa mereka sadari di balik pohon besar ada sepasang mata yang memerhatikan Wulan dan Damar sedari tadi, yaitu Anggi perempuan yang merupakan sepupu Wulan yang sudah lama memendam hati kepada Damar, Anggi pernah mengungkapkan perasaannya namu Damar hanya menganggap teman.

"Sial ! aku tidak bisa melihat ini terjadi, lihat saja Wulan " geram Anggi sambil mengepalkan sebelah tangannya.

" Heii !! lagi ngapain lu ? lagi ngintip orang pacaran ya ! " sapa Inggrit seraya mendorong pelan bahu bahu Anggi.

" Huuussssttt jangan kencang - kencang " ucap Anggi sambil membekap mulut Inggrit, namun secara reflek Inggrit menjilat tangan Anggi.

" Iiiissshhh uweek tangan lu asin gi, " Inggrit

" Lagi siapa suruh datang - datang berisik ! lu enggak lihat tuh mereka berdua - duan " ucap Anggi menunjukkan ke arah Damar dan Wulan dengan wajah kesalnya.

" Kayanya ada yang lagi kebakaran nih, gimana kalau kita kasih pelajaran pas pulangnya " usul Inggrit sambil melipat kedua tangannya.

" Oh ide bagus " jawab Anggi sambil melakukan tos dengan Inggrit.

Kembali ke Wulan dan Damar yang masih duduk di atas batu.

" Oh iya mas setelah lulus nanti, Mas Damar mau lanjutin ke Universitas mana ?" tanya Wulan

" Mas belum tahu dek, mungkin ke luar negeri atau mungkin ke ibukota dek, " jawab Damar sambil menatap wajah Wulan yang berubah sendu. Ya sekarang Damar duduk di bangku kelas 3 SMA sedangkan Wulan duduk di bangku kelas 1 SMA. Rasa kehilangan tidak bisa di pungkiri dari hati Wulan karena waktu satu tahun sangat cepat.

" Jangan jauh-jauh ya mas, nanti Wulan enggak ada teman joging lagi " pinta Wulan masih dengan wajah sendu

"Kalau jodoh, garis takdir pun tidak ada yang mampu merubahnya dek" jawab Damar sambil mencubit pipi Wulan.

" Iissshhh sakit tau mas ! " keluh Wulan sambil mengusap pipinya yang sakit.

"Lagi juga aku masih kecil, jodohku masih jauh mas " canda Wulan

" Pulang yuk dek sudah mulai panas " ajak Damar, mendapat anggukan dari Wulan.

Damar dan Wulan pun beranjak dari duduknya. Di pertengahan jalan Wulan meraba saku celana, mencari uang untuk membeli air mineral. Kenyataannya Wulan tidak membawa uang sepeserpun. Damar yang melihat Wulan seperti mencari sesuatu pun bertanya .

" Cari apa dek ? " Damar

" Perasaan tadi Wulan bawa uang terus taruh di saku celana tapi kok enggak ada ya " Wulan

"Jangan pakai perasaan dek ,😀 emang mau buat apa dek ? " Damar

"Wulan haus mas " Wulan

" Oh, mas juga haus .... nanti sekalian mas beliin saja, kebetulan mas bawa uang. Kita mampir ke warungnya Bi Lastri ya " Damar

" Oke " Jawab Wulan

Tidak lama kemudian Wulan sampai di depan gang warung ( letak warungnya Bi Lastri agak masuk dari jalan raya ) Damar lebih dulu berjalan. ketika Wulan ingin menyusul Damar, Wulan di hadang oleh Anggi dan Inggrit.

" Eeeiiiit ! mau kemana cewek murahan, bisa gak sih lu jauhi Damar ! " bentak Anggi sambil melipat ke dua tangannya.

" Kak Anggi, jaga ucapannya kak . Kita itu saudara enggak pantas kakak bicara kaya gitu. Lagi pula aku enggak ada apa - apa sama mas Damar. " Wulan

"Alaaahh ! gak usah pura - pura lupa lu. Awas lu ya kalau gw lihat lu dekat - dekat lagi sama Damar ! ini pelajaran buat lu Wulan !" bentak Anggi dengan kedua tangannya mendorong Wulan hingga tersungkur.

" Aauuuwww ...." erang Wulan

" Uuupppsss .... Hahaha ini enggak seberapa Wulan, aku bisa berbuat lebih ingat kata-kata itu ! " ancam Anggi dengan tangan yang memegang dagu Wulan.

" Bye bye Wulan... " Anggi dan Inggrit melambaikan tangan dengan senyum liciknya dan berjalan meninggalkan Wulan yang masih terduduk.

"Ya Allah sadarkan mereka dengan apa yang mereka perbuat, hhmmmm rasanya tangan dan kaki ku perih sekali" batin Wulan sambil melihat tangan dan kaki yang terluka.

2. Kuli panggul

Di warung

" Assalamualaikum bi " Damar

" Wa'alaikum salam, eh ada Mas Damar, sendiri aja mas ?" tanya Bi Lastri

" Enggak bi, sama Wulan " jawab Damar

" Lah mana mba Wulan nya, kok gak ada ? Bu Lastri

" Tadi di belakang saya, kok enggak ada ya. Tunggu sebentar ya bi" pamit Damar yang berniat mencari keberadaan Wulan. Ketika Damar hendak keluar dari warung, Wulan sudah sampai di depan pintu. Tentunya dengan jalan tertatih karena luka di kaki dan tangan terasa perih, sontak membuat Damar kaget.

" Dek ! kamu kenapa bisa seperti ini ? " cemas Damar sambil memapah Wulan untuk duduk. Bi Lastri yang melihat langganannya terluka langsung mengambil kotak P3K .

" Enggak papa kok mas ini tadi Wulan pas mau ngejar mas Damar, Wulan tersandung batu " kilah Wulan

" Tapi lengan kamu juga terluka dek ! kamu kok bisa ceroboh gini dek ! " cerocos Damar

" Sudah - sudah mas, kasian Mba Wulan nya Sudah sakit kena omel pula. Ini obati saja lukanya mba Wulan takut infeksi " pungkas Bi Lastri sambil menyodorkan kotak P3K.

" Terimakasih bi.." ucap Damar dan Wulan bersamaan. Bi Lastri hanya membalas dengan anggukan dan tersenyum.

" Sakit enggak ?" tanya Damar menatap Wulan, Wulan hanya merespon dengan menggelengkan kepalanya.

" Kalau sakit bilang ya " ucap Damar sambil meniup luka Wulan.

Lima menit berlalu, selesai sudah Damar membersihkan luka baret di tangan dan kaki putih bersih milik Wulan.

" Ya ampun mas sampai lupa dek, ini di minum " ucap Damar berjalan mendekati lemari es dan mengambilkan air mineral untuk Wulan.

"Gara - gara Wulan Mas Damar jadi lupa ya " Wulan

"Enggak papa asal jangan pikun akut saja, sayang.." bisik Damar dengan suara pelan.

"Apaan sih, ada - ada saja Mas Damar " Wulan dengan wajah yang cantik merah merona di pipi.

" Sudah yuk pulang takut di cariin tante" Damar.

Damar pun merogoh kantong saku celana, mengeluarkan selembar uang kertas warna biru.

" Ini bi, Enggak usah kembalian. Sisanya untuk bibi saja " ucap Damar sambil menyodorkan uang.

" Terimakasih Mas Damar, bibi jadi terharu setiap melihat Mas Damar bibi jadi ingat anak bibi" ucap Bi Lastri

( Sudah satu tahun Bi Lastri wanita paruh baya hidup sebatang kara. Kecelakaan yang menimpa anak dan suaminya menjadikan ia bekerja keras untuk mencukupi kehidupannya dengan jualan kopi, nasi uduk dan gorengan di warung )

" Tidak usah sedih bi yang lalu biarlah berlalu, kan masih ada Damar. Doain Damar ya bi biar sukses." Damar

" Aamiin, " jawab Bi Lastri dan Wulan dengan senyum yang mengembang dari wajah mereka.

" Dan semoga semoga kalian bisa hidup bersama, Mba Wulan dan Mas Damar cocok. Lekas sembuh ya mba Wulan .... " Bi Lastri

" Aamiin bi, jika Allah menghendaki " jawab Damar dengan senyum manisnya.

" Aamiin ya Allah semoga kita tetap bersama mas " batin Wulan dengan penuh harap dan tersenyum

Awal melihat Wulan terluka dan jalan tertatih membuat Damar meras iba, seketika Damar berjongkok di depan kursi Wulan. Wulan yang mendapat perlakuan tersebut membuatnya bingung.

" Mas Damar mau ngapain ?" Wulan

"Ayo mas Damar gendong saja dek, hitung-hitung olah raga " Damar

" Cie ternyata Mas Damar selain ganteng bisa perhatian juga ya " goda Bi Lastri

Wulan yang mendapat perlakuan pun tersipu malu.

" Bibi bisa saja" Damar

" Kita pamit pulang dulu ya bi, terimakasih obatnya, assalamualaikum " pamit Wulan yang sudah ada di punggung Damar.

" Sama - sama Mba Wulan... wa'alaikum salam " Bi Lastri

Jarak warung Bi Lastri tidak terlalu jauh dengan rumah Wulan dan Damar.

Di pertengahan jalan....

" Mas ... Wulan berat mas, turunin saja ya " pinta Wulan

" Mas masih kuat kok dek, gendong sampai Monas. Mas juga masih mampu" ucap Damar sambil menengok Wulan ke belakang.

Tidak di pungkiri badan kekar Damar dapat membawa badan Wulan yang ramping dengan mudah.

" Izinkan hamba mu bersanding dengan-Nya di kelak nanti ya Allah" batin Damar

"Terimakasih mas buat semuanya" ucap Wulan yang hanya di angguki oleh Damar.

" Assalamualaikum bu ! " salam Wulan sambil mengetuk pintu rumah, tentu dengan posisi yang masih di gendong oleh Damar.

"Wa'alaikum salam .... sebentar nak " sahut Ibu Wulan yang terdengar dari dalam rumah.

Ketika pintu terbuka....

" Loh kenapa kaki dan lengan kamu nak, ? tanya Ibu Wulan.

" Tadi Wulan jatuh bu " jawab Wulan, sedangkan Damar mendudukkan Wulan di sofa ruang tamu. Tanpa di sengaja Damar menggerakkan badan ke kanan dan ke kiri karena lelah 🤭

"Kamu sudah besar masih saja terjatuh nak, sebentar ya ibu ambil minum dulu. Kasian kuli panggulnya gendong kamu pasti capek." goda Ibu Wulan sambil tersenyum.

" Eh enggak papa kok tante, kamu emang berat dek " canda Damar dengan senyum manisnya.

" Iiihhh tuh kan mas Damar sama ibu sama saja. Emang Wulan gendut banget apa !"

jawab Wulan dengan wajah cemberut

" Engga kok kamu cantik dek " puji Damar dengan berbisik ke Wulan.

Wulan yang mendengar perkataan Damar hatinya berbunga-bunga. Pipinyanya jelas tersipu malu seperti buah tomat. Tidak lama kemudian ibu Wulan datang membawa nampan.

" Diminum dulu nak Damar, maaf ya merepotkan dan terimakasih sudah jadi kuli panggulnya Wulan " goda Ibu Wulan sambil meletakan jus ke meja dan duduk di sebelah Wulan

" Ibuuu...emang Wulan beras " timpal Wulan

" Hehehe engga papa bu, Damar siap jadi kuli panggulnya Wulan " ucap Damar seketika Wulan memukul pelan tangan Damar

" Mas sudah ya dari tadi godain Wulan terus" Wulan.

Setelah meneguk minuman yang telah disuguhi, Damar pun berpamitan untuk pulang ke rumah.

"Tante Damar pamit pulang dulu ya... " pamit Damar

" Terimakasih Nak Damar, maaf merepotkan ya... " ibu Wulan

" Engga apa-apa tante, Damar senang bisa bantu Wulan. Assalamualaikum tan " salam Damar sambil mencium tangan ibu Wulan.

"Wa'alaikum salam " ucap ibu Wulan dan Wulan

Setelah Damar pulang, ibu Wulan dan Wulan pun masuk ke dalam rumah. Setelah membersihkan diri dan sarapan, Wulan membatu ibunya memasak untuk para pekerja di perkebunan.

" Ibu apa ayah sudah berangkat ? tanya Wulan menghampiri ibunya.

"Sudah nak, tadi pagi bareng sama adik " ibu Wulan

( Adik Wulan bernama Rendi, dia masih duduk di bangku kelas 1 SMP )

" Kok tumben ayah berangkat pagi bu ? " tanya Wulan

"Iya nak hari ini sudah musim panen cengkeh" Ibu Wulan

" Oh, Alhamdulillah ya bu semoga hasil panennya melimpah " Wulan

"Aamiin .... " Ibu Wulan

" Wulan bantu ibu masak ya, biar Wulan jago masak. " Wulan

" Sudah Wulan perhatikan ibu dulu, besok baru Wulan praktekkan. " ibu Wulan

"Siap ibu ku tersayang !!! hehehe " ucap Wulan tersenyum dengan memberi hormat kepada ibunya. Ibu Wulan hanya menggelengkan kepalanya

"Duh anak ibu yang cantik, sini duduk bantu siapin tempat buat lauk pauknya " Ibu Wulan

Wulan memang dijuluki sebagai kembang desa dan si cantik tanpa pensil alis. Paras yang cantik, kulit putih, hidung mancung, bulu mata lentik, alis tebal dan tentunya sikap sopan santun yang membuatnya banyak di sukai para kaum Adam. Setelah selesai membantu ibunya Wulan pun masuk ke dalam kamar merebahkan tubuhnya di kasur sedangkan ibunya pergi ke perkebunan mengantarkan makan siang.

Pukul 11.00 di kamar Wulan

" Heeeemmm, ganteng sih tapi aku gak rela kamu di bagi - bagi " mengingat kejadian pagi Wulan membuang nafas kasarnya. Wulan memandangi dan meraba foto Damar yang berada di ponsel milik Wulan.

"Pagi ini aku harus ucap syukur Alhamdulillah bisa joging bersama mas Damar atau ucap innalilahi karena aku terjatuh ya ..." batin Wulan tersenyum sambil mengingat perhatian yang diberikan oleh Damar. Tidak terasa Wulan pun terlelap dalam tidurnya dengan posisi menggenggam ponsel miliknya.

Jangan lupa like yah ....

Dan tolong beri kritik serta saran untuk memperbaiki kesalahan penulis 😘😘😘

Terimakasih ^°^

3. Membeli obat

Di kantor perkebunan karet Damar selalu membantu pekerjaan ayahnya.

" Yah, apa ayah akan mendukung jika suatu saat nanti Damar melanjutkan pendidikan ke luar negeri ? " tanya Damar

" Pasti nak, itu semua untuk kebaikan kamu di masa depan kelak " ayah Damar

" Terimakasih ya yah atas supportnya, ayah memang yang terbaik... " ucap Damar sambil mengacungkan jempol tangan kanannya dan tersenyum riang, begitupun dengan ayah Damar ada rasa senang dan disisi lain merasa sedih karena harus berjauhan dengan anak semata wayangnya.

Sekolahan Damar menyediakan tes untuk para siswa - siswinya yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Damar terkenal dengan keaktifan dan kecerdasannya. Sejak duduk di bangku sekolah menengah atas Damar sudah dilibatkan dalam pekerjaan kantor ayahnya. Ayah Damar selalu mengasah dan menggali potensi Damar agar suatu saat nanti Damar dapat mengelola perkebunan milik ayahnya, dari hal yang terkecil sampai yang besar.

" Yah, nanti Damar akan mengikuti tes di sekolah untuk mendapatkan beasiswa, biar ayah enggak terlalu terbebani" ucap Damar

" Ya Allah nak semoga kamu lulus ya nak, ayah bangga sekali " ayah Damar

" Aamiin ayah "ucap Damar seraya memeluk ayahnya. Perlahan Damar melepas pelukannya.

" Yah, tapi bagaimana dengan ibu ? " tanya Damar mengingat ibunya yang selalu cemas dengan keadaan Damar jika jauh darinya.

"Nanti biar ayah yang bicara " ayah Damar

"Terimakasih yah, oh iya yah... ini sudah jam makan siang. Lebih baik ayah istirahat dulu, dan ini laporan hari ini yah. "ucap Damar sambil menyodorkan map ke ayahnya.

" Hmmm .... kamu memang pandai nak, jadi ayah tidak terlalu cemas jika kamu ingin mengejar pendidikan di tempat yang jauh" batin ayah Damar seraya mengecek laporan Damar.

"Oke kerja bagus nak,"ucap ayah Damar dengan tersenyum.

"Pasti dong siapa dulu gurunya, ayah ..!" puji Damar, mereka pun tertawa kecil.

"Ayah mau makan di rumah atau nunggu catering ? "Damar

"Ayah nunggu catering aja nak, sebentar lagi ayah juga pulang" Ayah Damar

"Kalau begitu Damar pamit pulang dulu yah, assalamualaikum !" pamit Damar mencium tangan ayahnya.

"Wa'alaikum salam nak... " jawab ayah Damar

Selepas Damar pergi, ayah Damar melihat sekeliling meja yang sudah di gunakan oleh Damar. Terlihat rapih meski banyak tumpukan - tumpukan berkas. Lalu ayah Damar membuka laci diambillah sebuah foto anak laki - laki yang masih berusia 5 tahun, iya itu adalah Damar kecil. Dipandangi dan di raba foto Damar dengan wajah yang sendu akan di tinggalkan oleh putranya.

" Anak ayah sekarang sudah besar, dan sebentar lagi mau ninggalin ayah dan ibu disini, hmmm rasanya berat tapi untuk mengembangkan pengetahuan kamu ayah rela nak." batin ayah damar sambil memijat pangkal hidungnya tanpa terasa ada cairan bening yang mengalir. Begitulah seorang ayah yang selalu memberi semangat untuk anaknya walaupun rapuhnya tidak diketahui siapa pun.

Setiba Damar di rumah ....

" Tok ... Tok... Tok... bu... Damar pulang " ucap Damar sambil mengetuk pintu.

"Iya sebentar nak " sahut Ibu Damar dari dalam.

" Assalamualaikum bu ... " salam Damar ketika pintu rumah terbuka dan mencium tangan ibunya.

" Wa'alaikum salam nak, ayah mana nak ?

ayah enggak ikut pulang ? " tanya ibu Damar seraya menutup pintunya kembali

" Oh, ayah katanya nunggu catering aja bu. Soalnya sebentar lagi mau pulang, jadi nanggung." ucap Damar sambil mengembangkan senyum menaruh ransel di atas kursi meja makan.

"Hem begitu ya, ya sudah yuk kita makan dulu kamu pasti lapar kan habis bantuin ayah ." ajak Ibu Damar sambil membuka tudung saji.

"Sebentar bu, Damar belum cuci tangan " Damar pun pergi ke Dapur untuk mencuci tangannya.

" Terimakasih ya bu." ucap Damar ketika kembali dan melihat sepiring nasi yang sudah lengkap dengan lauk pauknya.

"Iya sayang ... " Ibu Damar

" Hmmm kalau Damar jauh dari ibu, Damar pasti kangen masakan ibu" batin Damar

Ibu dan Damar makan siang bersama dengan hikmat tanpa ada suara diantara mereka. Setelah selesai makan siang ibu Damar bergegas untuk kembali menyambangi Rumah Rajut milik-Nya ( Ibu Damar seorang pengrajin tas rajut dan memiliki pekerja dari kalangan ibu rumah tangga desa setempat ). Sedangkan Damar masuk ke dalam kamar untuk solat dan istirahat. Ketika merebahkan badannya di kasur Damar teringat luka Wulan dan ingin tahu keadaan Wulan.

" Apa aku kirim pesan aja ya " batin Damar.

Damar pun bergegas bangun dari tempat tidurnya untuk mengambil ponsel di atas meja belajarnya.

Dikamar Wulan masih tertidur pulas tiba - tiba ponsel Wulan berbunyi " Tring !!!" bunyinya terasa nyaring karena ada di dekat telinga Wulan. Seketika Wulan bangun dari tidurnya, perlahan membuka matanya dan di bacalah pesan dari Damar.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

" Dek, gimana dengan lukanya. Apa sudah mendingan ? " pesan dari ari Mr. D, Wulan memberi nama Damar di ponsel miliknya dengan sebutan Mr. D

" Oh ya ampun, kenapa Mas Damar perhatian sekali " batin Wulan sambil tersenyum sendirian.

"Sudah kok mas, luka kecil enggak apa-apa " balas Wulan tanpa melihat luka memar di tangannya.

" Coba kirim foto tangan kamu yang terluka " pesan Mr.D

"Kenapa tanganku jadi begini" gumam Wulan ketika melihat tangannya yang lebam biru. Wulan pun mengambil gambar tangannya yang lebam untuk di kirimkan ke Damar.

"Apa sudah di beri obat ?" pesan dari Mr.D

"Belum mas, Wulan baru bangun tidur. Kebetulan obat memarnya habis 😁" balas Wulan

" Ya sudah, tunggu aku di depan rumah dua puluh menit lagi " pesan dari Mr.D

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Damar pun beranjak dari tempat tidurnya, bersiap-siap memakai jaket dan helm untuk pergi membeli obat ke apotek terdekat dengan menggunakan moge pemberian ayahnya. Sedangkan Wulan bergegas dari tempat tidurnya untuk makan siang dan melaksanakan sholat Dzuhur. Setelah selesai Wulan keluar dari kamar menuju teras depan rumahnya untuk menunggu Damar. Dipandangi bunga - bunga yang ada di depan rumah terlihat layu karena siang ini matahari sangat terik. Diambillah selang untuk di pasangkan ke kran air, saking asiknya menyiram Wulan tidak menyadari kedatangan Damar. Damar pun berniat jahil, ingin mengejutkan Wulan dengan jalan pelan.

" Dooorrr !!! " ucap Damar sambil memegang bahu Wulan yang membelakanginya, Wulan pun terhenyak kaget. Seketika selang yang dipegang Wulan mengarah ke muka Damar.

" Mas Damar, " gumam Wulan yang masih terkejut, sedangkan selangnya masih mengarah ke muka Damar. Damar yang mendapat siraman mendadak hanya bisa memejamkan matanya.

" Ehhh maaf mas, maaf ya Wulan enggak sengaja " ucap Wulan yang menyadari kesalahannya dan meletakkan selang begitu saja.

"Oh ! jadi begini ya balasannya, udah di beliin obat malah kena siram " Damar pura - pura marah dan menyeringai melihat selang tergeletak.

" Iya maaf Wulan salah, habis Mas Damar juga sih. Kan mas Damar duluan ngagetin Wulan wleee " ucap Wulan sambil menjulurkan lidahnya

" Hem ya ya ya, disini ada obat untuk luka lebamnya dan es kelapa muda tanpa gula. Aku beli 5 bungkus. " jawab Damar sembari meletakkan dua kantong plastik di meja depan rumah Wulan.

" Iya terimakasih mas.." Wulan tersenyum manis

" Aku engga butuh terimakasih ya, nih pembalasan aku" ucap Damar sambil mengarahkan selang ke Wulan.

" Udah ya mas, kan tadi Wulan udah minta maaf ! stop mas ...! Wulan sudah basah kuyup " Wulan pun berusaha merebut selang di tangan Damar namun naas badan Damar yang tinggi tidak bisa Wulan jangkau. Damar terpaku melihat pakaian dalam Wulan yang terlihat jelas.

" Sudah dek masuk rumah gih. Ganti baju, baju kamu basah kuyup. nanti sakit lagi." perintah Damar, Damar pun mematikan kran air dan membelakangi Wulan.

" Ya udah, sini masuk mas. Nunggu Wulan di dalem saja, di dalem juga ada Bi Ning ." Wulan

( Ningsih adalah asisten rumah tangga yang bekerja sejak Wulan kecil dan sering di panggil Bi Ning ).

❤️Jangan lupa vote, like dan komentar ya ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!