NovelToon NovelToon

Oh, My Rey

Bab 1, Etadah ternyata....

Dibawah pohon yang rindang, dengan embusan angin yang sedikit kencang rambut panjang dan lurus gadis itu tergerai bergoyang mengikuti irama embusan angin, ia berdiri menatap jauh kedepan, matanya yang indah senyumnya yang menawan bak candu bagi kaum Adam.

"Rey!" panggil gadis itu.

Ia merentangkan kedua tangan siap menyambut Rey yang tengah berjalan menuju ke arahnya, seolah siap menangkap serta memeluk pemuda itu.

Setengah berlari Rey mempercepat langkahnya, ia ingin segera mencapai ke arah gadis pujaannya itu, dengan jantung yang berdetak kencang, ia tidak menyangka jika akhirnya ia akan bersamanya.

Rey langsung memeluk pinggang gadis itu erat, menciumi kepala gadis pujaannya itu. Mereka pun saling beradu pandang, Rey menempelkan keningnya ke dahi gadis itu dengan senyum yang tersimpul di bibirnya.

"Rey," lirih gadis itu.

"Iya," sahut Rey yang masih menatap dalam mata gadis pujaannya.

"Rey ... aku ...." ucap gadis itu terbata.

"Iya, Sayang! Apa yang ingin kau katakan?" tanya Rey lembut.

Gadis itu mendekatkan bibirnya ke bibir Rey, membuat jantung pemuda itu terdengar berdetak lebih keras, hingga semakin dekat dan semakin dekat.

"Rusa hutan ...." panggil gadis itu lagi.

"Iya, Sayang!" sahut Rey lagi yang masih tenggelam dalam romantisnya suasana yang sedang ia hadapi.

"Rusa hutan! Oi!" panggil gadis itu lagi sedikit keras.

Rey tersadar, panggilan itu hanya satu orang yang memanggilnya dengan nama itu, sekejap gadis di hadapannya tiba-tiba samar terlihat menghilang seakan terbang terbawa angin.

Rey membuka matanya lebar-lebar, ia menatap ke langit-langit kamarnya dan tentu saja ia melihat seorang gadis yang tidak asing baginya sedang berdiri melangkahi tubuhnya.

"Oi! Rusa hutan! Mau tidur sampai kapan loe?" tanya gadis itu yang sudah melipat kedua tangan di depan dada seraya menatap Rey yang ada di bawahnya.

"Arghhhh ... sial, ternyata cuman mimpi" gerutu Rey dalam hati sambil mengusap wajahnya.

"Ngapain loe di kamar gue seh?" tanya Rey balik dengan sedikit rasa kesal.

Rey yang tengah bermimpi bertemu dengan artis Hollywood idolanya pun terlihat guratan kekecewaan di wajahnya, bagaimana tidak ia hampir saja bisa mencium artis idolanya yang bernama Shailene Woodlye gagal total gegara Jihan yang membangunkannya.

Reynand Kimberly pemuda berumur 20 tahun, kuliah jurusan Management Bisnis semester ke 6, pemuda tampan, manis, baik yang pastinya jadi idola para gadis di jurusannya.

"Aghhh ... ganggu gue ngimpi aja loe, minggir!" perintah Rey yang ingin bangun namun masih terhalang oleh Jihan yang ada di atasnya.

"Cih ...." Jihan turun dari ranjang Rey dengan sekali lompat ke lantai.

Jihan Stanton, umur 17tahun, kuliah jurusan Management Bisnis semester pertama, Jihan tumbuh menjadi gadis manis anggun, tapi galak dan keras kepala.

"Eh, emang lagi mimpi apa loe? hah ... omegod! jangan bilang loe lagi mimpi mes-," kata Jihan terhenti ketika sebuah bantal melayang ke wajahnya.

"Berisik oi!" teriak Rey yang baru saja melempar bantal tepat mengenai wajah Jihan.

"Dasar rusa hutan!" gerutu Jihan kesal karena terkena lemparan bantal.

"Dari pada loe, Singa betina! Bleh ...." ejek Rey seraya menjulurkan lidahnya.

"Dasar loe!" Jihan mengambil bantal yang terjatuh di lantai setelah mengenainya.

Jihan bermaksud melemparkannya pada Rey namun pemuda itu langsung melompat dari ranjangnya berlari ke arah kamar mandi dan langsung masuk kedalam.

"Re ... Re ... Re mi fa so la si do, kurang ajar! sini loe, oi!" Jihan gemas dan kesal.

Rey tertawa terbahak-bahak di dalam kamar mandi, sedangkan Jihan menggerutu meremas-remas bantal yang ia pegang.

Diruang makan, Julia bersama bibi Mai yang sudah tampak beruban dan banyak kerutan di wajahnya sedang menyiapkan sarapan untuk semua orang.

Jihan datang berjalan dengan menghentakkan kakinya karena merasa kesal, ia langsung menarik kursi dan duduk di meja makan.

Andrew dan Julia menatap ke arah Jihan yang duduk dengan muka di tekuk, mereka sudah bisa menebak jika putrinya itu kesal karena saling ejek lagi dengan Rey.

"Sarapan," ucap Julia seraya meletakkan sepotong roti di atas piring ke meja di hadapan Jihan.

"Kakak Je, kau seperti singa beranak," celoteh Devano.

Devano adalah putra Julia dan Andrew, ia berumur 5 tahun namun mulutnya tidak bisa di kendalikan karena Devano masih dalam tahan belajar bicara, ia mencerna kata-kata dari orang orang di sekitarnya.

Mendengar celoteh bocah kecil yang tidak tahu apa-apa itu pun membuat Julia maupun Andrew yang akan sarapan menahan tawa mereka.

"Heh, bocah kecil tahu apa? Siapa yang mengajarimu kata-kata jelek seperti itu, hah? Nggak boleh, ingat nggak boleh!" tegas Jihan yang semakin kesal seraya menggerakkan jari telunjuknya di angin.

"Tuh uncle Rey," jawab Deva polos seraya menunjuk ke arah Rey yang baru datang.

Rey yang baru saja tiba di ruang makan tampak melongo ketika semua orang yang ada di meja makan menatap ke arahnya.

"Apa?" tanya Rey bingung menatap ke arah semua yang ada di ruangan itu.

Jihan langsung melempar lap yang ada di dekatnya ke arah Rey, namun pemuda itu langsung menangkapnya sehingga tidak berhasil mengenai wajahnya.

"Wihhh ... gagal!" ejek Rey seraya melempar senyum ejekan ke arah Jihan.

"Dasar rusa hutan!" gerutu Jihan pelan sambil melotot pada Rey.

Di depan Julia maupun Andrew, Jihan tidak berani menanggapi ejekan Rey dengan berlebih, karena ia tahu kalau Julia pasti akan marah serta membela pemuda itu.

Menaruh lap tadi di meja, Rey menatap Jihan dengan penuh ejekan, sama halnya dengan Jihan yang menatap Rey dengan tatapan kesal, ia bahkan sampai menusuk-nusuk roti di piringnya menggunakan pisau yang ia bawa, mencoba melampiaskan apa yang tidak bisa ia ucapkan.

Julia menghelas napas panjang, ia mengambilkan sarapan untuk Rey.

"Rey, berhenti mengejeknya!" pinta Julia, ia mengusap rambut Rey.

Rey mengalihkan tatapannya ke arah Julia sambil tersenyum pada wanita yang menjadi kakak serta memberi nama marga untuknya itu.

"Iya, Kak!"

"Cih, sok manis!" sindir Jihan yang memutar bola matanya.

"Aku memang manis kalee!" balas Rey seraya memasukkan potongan roti kemulutnya dengan sikap yang di buat sekalem mungkin.

"Heh, dasar rusa hutan!" ledek Jihan tannpa suara.

"Dari pada kau, singa betina!" balas Rey yang sama-sama bicara tanpa suara.

Andrew dan Julia lagi-lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya merasakan putri dan adik angkat mereka yang tambah dewasa malah tambah semakin kekanak-kanakan. Bahkan Julia sampai heran, dulu Rey begitu penurut dan pendiam. Namun sekarang pemuda itu jadi jahil dan kadang-kadang narsis parah terutama jika berhadapan dengan Jihan.

*

*

*

Catatan kecil:

Rey adalah adik angkat Julia, ayah Rey pernah menolong Julia yang tenggelam di laut, tinggal bersama ayah dan Rey selama bertahun-tahun, ayah Rey mengalami kecelakan laut, dan mayatnya tidak ditemukan. Semenjak itu, Rey dibawa oleh Julia, karena ia merasa berhutang budi pada Rey dan ayahnya.

Andrew adalah ayah tiri Jihan, ia dengan Julia ketika berumur dua puluh lima tahun, saat itu Julia yanh menyandang status janda anak satu, mampu menarik perhatian Andrew dan membuat pemuda itu jatuh cinta.

Kisah awal Andrew dan Rey ada di buku Pacar Bronisku.

*

*

*

*

*

Jangan lupa like dan koment ya ...

biar author tambah semangat nulis, makash.🤗🤗🤗🤗

Bab 2-Selebritas vs selebritis

Rey sudah bersiap berangkat menggunakan motor kesayangannya, begitu pula dengan Jihan yang memilih naik mobilnya.

"Heh ... Rusa hutan, awas wajah tampanmu nanti ke tampol debu!" ejek Jihan sambil terkekeh, ia sudah berada di dalam mobil serta siap menyalakan mesin mobilnya.

"Tapi setidaknya akan banyak kaum hawa yang melihat dan menikmati makhluk ciptaan Tuhan yang teramat tampan ini saat di jalan," balas Rey seraya menarik turunkan alisnya.

"Dih ... narsis!" gerutu Jihan sambil merasa bergidik sendiri.

Rey tertawa, ia memakai kacamata hitamnya serta helm untuk keselamatan kepalanya. Akhirnya Jihan dan Rey berangkat bersamaan ke kampus mereka.

*

*

*

*

*

Dengan keanggunan yang luar biasa bagi dirinya, Jihan keluar dari mobilnya menatap ke arah kampus yang baru saja menerimanya beberapa bulan yang lalu.

Dengan kacamata hitam Z-Zoom, Jihan benar-benar terlihat begitu berkelas serta menambah nilai gayanya. Menutup pintu mobil, Jihan langsung di sambut oleh Chika dan Shelly yang ternyata satu jurusan dengannya.

"Hai, Girls!" sapa Jihan.

"Hai Jihan," balas Chika.

"Ck ... lupa lagi ini bocah," protes Jihan seraya sedikit menurunkan kacamatanya menatap Chika.

"Hah! Apa!" tanya Chika bingung.

"Je ... Je ... Chika! Bukan Jihan," Shelly mengingatkan nama panggilan Jihan di kampus.

"Yups ... seratus buat kamu, Shel!" Jihan membenarkan ucapan Shelly kemudian ia menaikkan lagi kacamatanya.

"Ahh ... ya maaf, khilaf!" ucap Chika mengusap dadanya.

"Ya sudahlah, cap cip cus! Go kelas!" ajak Jihan seraya mengayunkan jari telunjuknya di angin.

Mereka bertiga berjalan bersama, bak selebritis yang sedang melintas mahasiswa lain terus memperhatikan langkah mereka, yang paling di perhatikan tentu saja adalah Jihan.

Saat sedang berjalan dengan penuh keanggunan tiba-tiba saja sebuah bola basket terbang ke arahnya tepat mengenai tangan yang sedang ingin menyibakkan rambutnya. Untung nggak wajahnya yang kena, kalau iya hilanglah sudah ke cantikan yang membahana.

"Oi! Siapa sih yang lempar bola sembarangan, resek amat?" teriak Jihan yang kesal dan merasa sakit pada punggung tangannya.

Jihan meniup-niup punggung tangannya yang merasa panas, sedangkan Chika dan Shelly juga ikut emosi karena temannya itu hampir celaka.

"Oi ... siapa yang ...." ucapan Shelly terhenti begitu dia melihat ke arah lapangan dimana bola itu berasal.

Chika maupun Shelly mulutnya terlihat menganga, mata mereka berkedip-kedip melihat seorang pemuda yang sedang berjalan ke arah mereka. Jihan yang melihat keanehan sikap kedua temannya itupun ikut menatap ke arah kedua temannya itu melihat.

"Ya Tuhan, dia manusia apa malaikat?" gumam Jihan dalam hati begitu melihat pemuda yang sedang berjalan mendekat kesana.

Seorang pemuda berkulit putih, hidung mancung, rambut lurus cepak dan tentu saja badannya terlihat begitu atletis karena pemuda itu mengenakan Jersey tanpa lengan yang membuat otot lengannya terlihat jelas.

"Maaf, loe nggak apa-apa?" tanya pemuda itu ketika ia sampai di depan Jihan.

Jihan yang tetap harus menjaga image anggunnya pun langsung merubah sikapnya 180 derajat untuk menutupi rasa kagumnya, ia menaikan kacamatanya ke atas kepala, membuat mata indahnya menatap dan menikmati ciptaan tuhan yang bernama Cogan.

"Bagaimana bisa tidak apa-apa, lihat saja nih tangan gue," jawab Jihan seraya mengulurkan tangannya ke wajah pemuda tadi.

Pemuda tadi mengamati punggung tangan Jihan, ia melihat jika kulit putih mulus itu sekarang terlihat memerah.

"Maaf, itu keteledoran gue! Kalo bawa ke klinik gimana?"tanya pemuda itu yang ingin bertanggung jawab atas kesalahannya.

Dalam hati Jihan, ia bersorak sorai karena berhasil menarik pemuda tampan di depannya itu, walau sebenarnya memang sudah banyak yang naksir padanya, tetap saja ia merasa jika pemuda tampan di depannya membuatnya merasa bagai di surganya cogan.

Disisi lain, Rey baru sampai di parkiran khusus motor, ia melepas helmnya dan tentu saja tidak lupa merapikan rambutnya yang berantakan.

Melepas kacamata hitamnya dan menyantolkannya di kaos bagian depan dadanya. Rey turun dari motornya, ia mencangklong tas ranselnya di bahu kirinya, kemudian berjalan bak selebrita yang tengah berada di kerumunan fansnya. Bagaimana tidak berpikir seperti itu, lihat saja berapa banyak gadis yang berkerumun dengan melempar senyum bahkan ada yang mengedipkan sebelah mata kepada Rey.

Rey yang hanya mengusap rambut bagian depannya sembari tersenyum langsung mendapatkan suara histeris dari para fansnya.

"Busyet dah! Gitu doang mereka sudah menjerit-jerit, bagaimana jika loe menyapa mereka?" ujar Arya terheran-heran, ia berjalan mensejajari Rey.

Aryakesa atau kerap di panggil Arya adalah teman Rey sejak SMA, sama-sama tampan dan tidak ketinggalan narsis juga.

"Siapa seh yang bisa nolak ketampanan gue?" ujar Rey penuh percaya diri disaat penyakit narsisnya kumat.

"Loe nggak tau kan maba jurusan kita ada yang cantik, keknya dia ga tertarik ma loe tuh!" kata Arya.

"Maba? Yang mana?" tanya Rey penasaran.

"Tuh yang namanya Jeje, dia cantik manis, kulitnya mulus, senyumnya bikin meleleh," papar Arya seraya berimajinasi.

Jeje ... Jeje ... Rey mengingat nama itu, astaga dia baru ingat itu nama panggilan Jihan, Rey menepuk jidatnya sendiri. Rey sadar Arya tidak tahu kalau Jihan adalah keponakannya.

Singkat cerita kenapa pada nggak tahu status mereka tuh gini guys. Sejak SMP mereka kan sering berantem guys, dari hal sepele mulai dari masalah mengantar sekolah yang nggak ada mau ngalah, sampai saat pengambilan raport pun sama. Akhirnya Julia mengurusi urusan Rey dan Andrew mengurusi urusan Jihan, trus nama belakang mereka kan juga beda, Rey pakai nama belakang keluarga Julia sedangkan Jihan memakai nama belakang keluarga Andrew. Trus karena saking seringnya berantem dan saling ejek mereka berjanji bahwa mereka ga bakal mau tahu atau kenal satu sama lain saat di kampus.

Alasannya mau tahu nggak? Nggak usah ya! Eh kasih tahu deh, ntar kalian nangis terus demo ke aku lagi dan ga mau baca ceritanya lagi, hahahaha ....

Jadi demi menjaga image masing-masing dimana mereka sama-sama memiliki fans mereka memutuskan seperti itu, begitu loh ....

oke fix balik ke cerita atau gue bakal ngember kemana-mana, buwahahaha.

"Napa loe tepuk jidat?" tanya Arya heran sedikit mengernyitkan dahi.

"Nggak pa', ingat gue tuh ciwi, ngga nafsu gue ma dia, dia nggak naksir sama gue aja gue udah sangat bersyukur," kelakar Rey.

"Serius nggak nafsu? Kalau gitu buat gua aja," ucap Arya penuh semangat.

"Kalau mau, deketin aja! Ngapain ijin ma gue, emang gue Bokapnya?" kelakar Rey lagi.

Arya tertawa seraya merangkul bahu Rey, mereka pun berjalan bersama.

Jihan yang tengah berjalan bersama pemuda yang entah namanya saja sampai lupa ia tanyakan karena saking terkesima dan tenggelam dalam ketampanan yang luar biasa membius mahkluk bernama Hawa itu. Sambil cengar-cengir nggak jelas Jihan seakan lupa rasa sakit di tangannya.

Chika dan Shelly hanya mengekor di belakang kedua mahluk yang menganggap mereka tidak ada.

Hingga senyum Jihan hilang ketika mereka berpapasan dengan Rey dan Arya.

"Ngapain loe?" tanya Rey.

"Suka-suka guelah, syirik amat!" jawab Jihan ketus.

*

*

*

*

*

*

*

masih baru, mohon Krisannya ya, jangan lupa like nya jg, taratengkyu 😘😘😘

Bab 3- Emang kenal?

Chika dan Shelly hanya mengekor di belakang kedua mahluk yang menganggap mereka tidak ada.

Hingga senyum Jihan hilang ketika mereka berpapasan dengan Rey dan Arya.

"Ngapain loe?" tanya Rey.

"Suka-suka guelah, syirik amat!" jawab Jihan ketus.

Chika dan Shelly bersemangat begitu melihat Rey, kedua kaum Hawa itu langsung menyalip Jihan mengapit kanan kiri Rey, menggeser posisi Arya yang sedari tadi berdiri di samping Rey.

Rey melihat ke kanan dan ke kiri dimana Chika dan Shelly terus mengeluarkan senyum genit mereka.

"Eh, cewek kepedean! Emang siapa yang nanya loe? Orang gue nanya sohib gue tuh yang ada di sebelah loe!" terang Rey kemudian sambil melempar pandangan kepada pemuda disamping Jihan.

Seett dah, gagal total buat keren gerutu Jihan.

Awas loe rusa hutan, udah bikin gue malu!!

"Napa, Rey? Gue mo nganter ni cewek ke klinik bentar, kasihan tangannya kena bola yang gue lempar tadi," jawab pemuda itu.

Pemuda itu melihat ke arah Jihan, Jihan yang menyadari hal itu pun langsung memasang mimik memelas meski sebelumnya ia memasang mimik garang ke arah Rey.

"Idih ... idih, drama orang teraniaya di mulai. Baru gitu aja udah pasang mimik melas gitu. Dasar singa betina!" ejek Rey dalam hati.

"Heleh ... nggak usah loe anterin dia, bukannya dia bisa pergi sendiri," timpal Rey dengan tatapan sinis ke arah Jihan.

"Eh ... loe ya! Kalau loe ga suka diem aja loe! Tangan gue sakit tahu!" protes Jihan seraya mengulurkan tangannya yang sakit ke arah muka Rey.

Dengan sigap Rey memegang tangan Jihan, mengamatinya lalu menghempaskannya ke udara membuat Jihan meringis kesakitan.

"Eh loe! Sakit tahu!!" pekik Jihan kemudian memegangi tangan dan meniup kulitnya yang lebam.

"Halah ... biasanya loe mukul meja atau pintu ga pernah loe ngeluh kesakitan, napa gitu doang loe ngeluh?" balas Rey.

Semua yang ada disana menatap Rey dan Jihan, bukannya mereka tidak saling mengenal? Lalu bagaimana Rey bisa mengatakan itu? Chika dan Shelly yang mengetahui hubungan mereka saling mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.

"Rey, loe bilang ga kenal ma Jeje, lah tuh loe kok tahu dia suka mukul meja ma pintu?" bisik Arya di telinga Rey.

"Seett dah ... keceplosan kan gue," batin Rey.

"Eh ... maksudnya itu ya itu ... gue pernah lihat dia mukul meja gitu loh! Tapi ga kesakitan tuh!" kilah Rey.

"Oooo ...." Arya membentuk huruf O di bibirnya.

Dengan mulut komat kamit Jihan melotot ke arah Rey. Rey yang menyadari hal itu langsung mengalihkan percakapan.

"Eh, gue mau ngomong penting, ikut gue!" paksa Rey seraya menarik tangan pemuda di samping Jihan.

Arya yang sedari tadi mengekor pada Rey pun langsung mengikuti langkah seribu Rey dan pemuda itu.

"Woi! Tangan gue gimana?" teriak Jihan begitu Rey membawa kabur cogannya.

"Urus sendiri aja loe, dasar manja!" balas Rey sambil berlalu.

"Dasar rusa hutan menyebalkan!" gerutu Jihan seraya meremas angin dengan kedua tangannya.

"Ck ... ck ... ck! Mau sampai kapan kalian pura-pura nggak saling kenal?" tanya Shelly seraya memandang ke arah tiga cogan yang hanya terlihat punggungnya.

"Sampe kiamat mungkin, kesel gue ma Rey!" gerutu Jihan.

"Eh ... Je! Gue pernah denger lho, katanya benci itu bisa jadi cinta," celetuk Chika.

Dari ketiga sahabat itu, Chikalah yang paling polos.

"Amit-amit dah kalau gue sampai suka. Itu ga bakal terjadi, dia itu paman gue yang super resek, narsisnya nggak ketulungan!" kelakar Jihan.

"Lah siapa tahu!" tambah Chika.

"Dengerin ya, buka lebar tuh telinga. Gue Jihan Stanton nggak bakal suka dengan yang namanya Reynand Kimberly, kalaupun gue sampai suka sama dia ya, dia itu si re mi fa so la si do ... gue bakal lari seratus putaran di lapangan itu," sumpah Jihan seraya mengangkat tangan kanannya lalu menunjuk ke arah lapangan basket.

"Gile loe, Je! Kalau beneran suka gimana loe? Amsyong loe!" ledek Shelly.

"Loe jadi saksi ya, Shell! Karena ga bakalan gue suka ma tuh rusa hutan yang narsisnya ga ketulungan," kelakar Jihan lagi.

Shelly dan Chika akhirnya hanya bisa geleng-geleng kepala denger sumpah Jihan. Kan kita sebagai manusia biasa yang taat pada Tuhan nggak tahu tuh Tuhan mau gimana'in kita, eh si Jihan malah pake sumpah-sumpah segala, di kata sumpah pemuda, kena karma sumpah kapok dah! Amsyong amsyong dia.

*

*

*

*

Eh lupa kenalan ya, tuh cowok yang di tarik Rey, namanya Jason nama panjang Jason Miles. Dia teman Rey dan Arya, satu angkatan dan jurusan dengan mereka.

"Loe mau omong apa, Rey? Dari tadi diem aja?" tanya Jason yang mulai bingung.

"Oh iya!" Rey terhenti.

Dia melihat ke arah Jason, lalu menggaruk kepalanya meski tidak gatal.

"Gue mau omong apa ya? Gue lupa, Jas!" jawab Rey.

Sebenarnya nggak ada yang mau di omongin, Rey sengaja ngajak Jason kan biar Jihan nggak deket-deket sama Jason makanya dia pakai alasan mau bicara.

"Seetdah loe, Rey! Gue pikir loe mau omong apaan? Kalau nggak ada gue main basket lagi, belum kelar juga," lanjut Jason.

"Oh ... oke oke, sorry ya!" timpal Rey.

Setengah berlari Jason meninggalkan Rey dan Arya. Sedangkan kedua pemuda itu pergi menuju kelas.

"Eh, Rey! Loe beneran tuh nggak naksir ma Jeje?" Arya penasaran.

"Nggak bakalan!" tegas Rey.

"Serius? Dia cantik gitu loe ga naksir?" tanya Arya.

"Nggak ya nggak! Dia bukan type gue!" kekeh Rey.

"Wah, sayang! Cewek cantiknya kayak gitu di biarin, mubazir tahu!" seloroh Arya.

"Mubazir! Mubazir! Loe kira nasi kotak nggak ke makan! Jadi mubazir!" timpal Rey.

"Weh ... omong-omong soal nasi kotak, gue jadi lapar Rey! Belum sarapan gue tadi!" sambung Arya.

Rey terhenti lalu menatap temannya yang kadang bikin kesel itu.

"Loe tu ya! Jatah makan ma cewek cantik aja loe semangat, dasar Aryakesa'mbet!" seloroh Rey sambil terkekeh.

"Kurang Jeruk loe!" sahut Arya kesal.

"Kok kurang Jeruk, Ar?" tanya Rey bingung dengan ucapan Arya.

"Ya iyalah! Asem itu udah biasa, jadi jeruk aja, kan sama-sama asam," kelakar Arya terbahak-bahak.

"Seetdah, bocah! Kesa'mbet beneran. Ck ... ck!" decak Rey.

Mereka berjalan sambil tertawa bersama, hingga gara-gara Meleng. Rey tanpa sengaja menabrak seorang cewek cuy! Cewek serius ... cakep, cantik, manis, imut, komplit pokoknya. Dah gitu ya udah kayak di adegan film India gitu, ketabrak kan trus dengan sigap si Rey nangkap tuh cewek, kedua tangannya pegang dan meluk punggung ma pinggang cewek itu biar ga jatuh, asyekkkk lumayan asupan nutrisi di pagi hari.

*

*

*

*

*

Gini guys, ni Author bikin cerita kek gini baru pertama kali guys, jadi kalo ada salahnya di maklumi ya guys, trus mohon bantuan like koment ya, biar author semangat. Taratengkyu 😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!