NovelToon NovelToon

Choco Love

Cokelat

COKELAT! Cokelat! Cokelat!!! Hmmm... pasti ada yang ngiler deh denger kata ini. Cokelat itu 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑒... tetapi kalau kita mau menelitinya, rumit juga. Tidak peduli bentuknya rumit atau 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑒, semua cokelat itu sama. Dalam arti memiliki suatu misteri. Anehnya, tidak semua orang mau peduli sama rahasia di balik cokelat. Bahkan, seorang 𝐶ℎ𝑜𝑐𝑜ℎ𝑜𝑙𝑖𝑐 sekalipun.

Di dunia ini, ada 3 macam orang yang mandang cokelat itu beda. Pertama, pecinta cokelat yang biasa disebut "𝑪𝒉𝒐𝒄𝒐𝒉𝒐𝒍𝒊𝒄". Kedua, orang yang menganggap cokelat itu makanan biasa. Ketiga, orang yang benci banget sama cokelat! Nah, lo termasuk yang mana nih? Hehehe. . . jawab saja dalam hati.

Sebentar lagi lo akan menemukan banyak sekali kata cokelat. Wah, lo bakal salah tebak deh kalau mengira gue akan menjelaskan sejarahnya sampai munculnya cokelat batangan yang sekarang banyak kita makan. Gue nggak bakal cerita asal-muasal atau sejarah cokelat. Gue juga nggak bakal nyebutin berbagai merek cokelat terkenal atau juga resep bikin cokelat. Kalau itu sih lo bisa baca sendiri di buku atau browsing aja di internet. Lagipula, itu bukan keahlian gue! Disini hanya akan ada sebuah kisah yang nantinya akan mengantar lo belajar cinta hanya dari cokelat. Nggak percaya? Buruan baca deh!

O... iya satu lagi! Nikmati setiap kata dalam novel ini seperti menikmati sepotong cokelat. Perlahan dan perlahan, tetapi pasti... supaya lo lebih bisa memahaminya....

"OOUUUWAMPFZZZZ...!" Kochi menguap dengan mulut yang sangat lebar sambil menggeliat didalam selimutnya yang bermotif cokelat.

"Mana cokelatnya? Katanya kesini mo bawa cokelat?! So... mana???" Kochi membuka tangannya lebar-lebar dengan muka baru bangun tidur sekaligus penuh harap. Yang diajak ngomong cuma diem aja, malahan ikut tiduran di ranjang Kochi.

"Heh Tiaaarr...!! Jangan bobok disini dong!! Badan lo kan masih bau?! Masa baru pulang, nggak mandi dulu dirumah lo. Malah kesini, trus mi bobok lagi" Kochi berusaha menggusur badan Tiar yang sudah hampir terlelap dan dia berhasil karena Tiar akhirnya terguling dari ranjang.

"Aduh, Chi!!! Jahat banget sih lo?! Temen sendiri didorong-dorong. Sadis lo!"

Tiar berusaha berdiri. Badannya benar-benar lelah sekali. Baru 2 jam yang lalu dia turun dari pesawat dan langsung ke rumah sobatnya ini. Hampir 2 minggu Tiar liburan di Swiss. Karena kebetulan bertepatan dengan liburam semester, jadi agak lama disana.

"Kalo bisa pulang sih, gue mending ke rumah. Tetapi bonyok nggak ikut pulang dari Swiss, mereka balik minggu depan. Gue disuruh nginep disini, ya.... Karena lusa kita juga udah masuk, jadi boleh ya, gue nginep disini?" Gantian Tiar yang mukanya memelas sekali. Jarang-jarang juga si Tomboy satu ini memperlihatkan muka memelas.

"Boleh-boleh aja sih. Tetapi mana cokelatnya??" Kochi melotot, "jangan bilang kalo lo lupa bawa!" Kochi menyipitkan mata kanannya, memperlihatkan tampang curiga.

"Chi, dimana-mana tuh kalo temennya baru pulang dari negeri nun jauh disono, dia bakal nanya gimana kabarnya atau gimana suasana kota disana, banyak salju nggak?! Gitu tauu! Bukannya cokelaaattt mulu!! Lagian juga cokelat dirumah lo udah segudang!"

"Iya deh. Gimana rasa cokelat di Swiss? Sama enak nggak sama yang disini? Atau mungkin ada rasa saljunya?" Kochi membongkar-bongkar 𝚝𝚛𝚊𝚟𝚎𝚕 𝚋𝚊𝚐 punya Tiar, tetapi barang yang dicari nggak ketemu juga. Kochi jadi putus asa.

"Nanya yang bener dong! Rasa cokelat buat gue mah sama aja. Ya gitu-gitu aja. Nggak peduli dari mana atau harganya berapa. Kenapa? Nggak ketemu cokelatnya ya?" Tiar menahan tawanya melihat ekspresi Kochi yang kecewa karena yakin tidak dibawakan cokelat.

Kochi ngambek dan buang muka, lalu langsung menjatuhkan dirinya diatas ranjang.

"Yee... jangan ngambek gitu dong!" Tiar membuka tas selempangnya dan mengeluarkan sebuah kantong berwarna biru, lalu menyerahkannya ke Kochi.

"Ah, Tiar... lo emang slalu inget ama gue. Thanks ya, Ti!!" Kochi langsung melompat dari ranjangnya dan memeluk Tiar. Tiar cuma bisa geleng-geleng kepala ngeliat Kochi. Sobatnya satu ini memang tidak akan ingat apa-apa kalau sudah melihat cokelat.

"Tetapi lo udah berhasil bikin gue kesel! jadi... harus dihukum!!" Kochi tiba-tiba menatap Tiar dengan licik dan mengambil sebuah kotak yang dibungkus kertas kado bermotif kue-kue cokelat dari meja riasnya.

"Dihukum apaan? Aduh jangan bilang kita mau kesana lagi?? 𝑃𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒, Chi! Jangan ajak gue lagi. Hari ini gue bener-bener capek. Eh chi! Masa lo mau pergi sama orang yang bau kayak gue?? Tadi kan lo bilang gue harus mandi dulu..." Tiar bener-bener memohon ketika ditarik Kochi keluar dari kamarnya, tetapi Kochi sama sekali tidak menggubris rengekan sobatnya itu.

_________

DI SEBUAH sudut jalan, ada 2 orang anak manusia sedang mengendap-endap dibalik sebuah pohon mangga yang berdiri kokoh. Salah satunya Kochi dan satunya lagi sudah pasti Tiar. Tetapi ngapain yaa mereka disitu? Sebenarnya nggak cuma hari itu mereka, terutama Kochi, ada disana. Kochi bahkan sering sekali kesana secara rutin. Tujuannya cuma satu, yaitu "Membuntuti seorang cowok". Bukan membuntuti seperti 𝑠𝑝𝑦, tetapi lebih mirip seorang 𝑠𝑒𝑐𝑟𝑒𝑡 𝑎𝑑𝑚𝑖𝑟𝑒𝑟.

"Kochi!! Kita udah lama banget disini, mending pulang aja yuuk?! Udah itu ditaro disana aja langsung." Tiar yang lelah plus ngantuk sudah nggak tahan lagi sama teriknya matahari siang. Walaupun mereka ada dibawah pohon mangga yang besar sekali, tetali tetep aja panaaasss banget. Manalagi badan Tiar lengket semua, ditambah mulai gatal-gatal pula. Hiii... ada semut di lengannya sekarang. Tetapi pantang buat Tiar teriak-teriak kayak cewek cengeng!

"Aduh, Tiar kok lo jadi cerewet gini sih? Tadi siapa yang suruh lo bikin kesel gue? Kalo mau pulang, pulang aja sendiri. Tau deh, lo emang tega ama gue. Lagian kan masih rame." Kochi masih fokus melakukan aksinya sambil sesekali memperhatikan jam tangannya.

"Ya udah, gue balik dulu ke rumah gue, sekalian ambil mobil. Ntar gue kesini lagi jemput lo." Tiar menggaruk-garuk punggungnya yang gatal. Tega-teganya deh Tiar ninggalin Kochi. Habisnya sih kadang-kadang Kochi emang suka keterlaluan. Kochi yang lagi jatuh cinta ehh... Tiar malah ikut sengsara.

"Yaah... Tiar gue kan bercanda. Bentaaar aja ya? Eh... tuh kan udah sepi. Tunggu disini, gue mau taro ini dulu." Kochi langsung lari ke seberang, tepatnya sebuah rumah kost yang cukup besar. Orang mungkin tidak menyangka itu rumah kost karena seperti rumah mewah. Kochi langsung buru-buru meletakkan kotak yang sudah disiapkan dari rumahnya tadi.

____________

DI DALAM TAKSI...

"Chi... lo tuh cinta mati ya ama Lexi? Tiap minggu ngendap-ngendap ke rumahnya cuma buat ngasih cokelat doang. Mending kalo Lexi tau yang ngasi itu lo!" Tiar jadi emosi ngeliat Kochi yang sudah melakukan tindakan konyol hanya karena seorang cowok.

"Biarin aja, yang penting kan gue suka ngelakuinnya. 𝚂𝚘 𝚆𝚑𝚊𝚝 gitu?! Tetapi...lo ada benernya juga..." Tiba-tiba Kochi punya ide yang menurutnya sangat brilian.

"Bagus deh kalo lo ngerti maksud gue. Cowok itu nggak pantes dibaekin apalagi dia nggak kenal sama lo." Tiar merasa sedikit senang karena untuk pertama kalinya mereka sependapat hari itu.

"Karena itu, Ti... Gue bakal nunjukin jati diri gue didepan Lexi. Akhirnya setelah sekian lama, gue bisa nunjukin diri gue yang sebenernya." Ujar Kochi dengan mata berbinar-binar.

"Gile ye lo, Chi! Lo tuh cewek!!! Nggak pantes kalo lo itu ngejer-ngejer cowok!! Kalo lo bilang ini jaman emansipasi pun, tetep aja buat gue itu nggak pantes." Tiar emosi banget kali denger ada cewek yang mau-maunya bertindak konyol hanya demi cowok. Tiar memang punya pengalaman buruk soal 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑠ℎ𝑖𝑝 sama makhluk yang bernama laki-laki. Makanya dia selalu tidak suka kalau Kochi sampai tergila-gila sama Lexi!!!

"Ye... itu kan lo. Lagian gue nggak ngejer-ngejer dia kok, gue cuma pengen dia tau, bahwa Kochi yang selama ini selalu ngasih cokelat ke dia. Itu aja nggak lebih!!! Lagian kalo gini terus gue juga capek, kan lebih enak kalo gue ngasih langsung cokelatjya ke dia. Gue juga nggak mau bohongi diri sendiri. Kalo suk ya suka!" Sifat manja Kochi keluar. Maksudnya, sifat keras kepala yang berasal dari sifat manjanya itu. Kochi adalah anak satu-satunya. Jadi, dia sangat amat dimanjakan sama mamanya. Jadi kalau dia maunya A, ya dia akan berjuang untuk mendapatkan A. Itulah beda manjanya Kochi sama cewek pada umumnya yang bergantung pada orang lain.

Apalagi kalau Kochi lagi suka sama cowok seperti sekarang ini! Akan banyak hal yang akan dia lakukan hanya demi melihar cowok itu. Tetapi, dia bukan tipe cewek pengejar cowok. Kochi bukan cewek agresif, pantang buat dia maksain kehendak ke cowok. Dia nggak akan muncul didepan cowok yang dia suka dan langsung merayunya atau berusaha mencari simpatu dari cowok itu. Kochi lebih suka bersikap apa adanya.

Tiar lebih memilih diam saja. Susah deh kalau harus berdebat sama anak manja seperti Kochi. Terkadang Tiar suka heran kenap dia betah temenan sama Kochi si "𝑪𝒉𝒐𝒄𝒐𝒉𝒐𝒍𝒊𝒄 𝑮𝒊𝒓𝒍" selalu memulai harinya dengan ceria. Walaupun terkenal manja dan keras kepala, Kochi kalau ngambek nggak pernah lama, mungkin itu karena dibarengi sifat 𝑐ℎ𝑖𝑙𝑖𝑑𝑖𝑠ℎ-nya yang suka banget tertawa dan main. Kochi tipe remaja yang nggak mau ambil pusing dalam hal apapun, apa yang terlintas dipikirannya, itu yang langsung dikerjakan. Makanya, semua yang dia kerjakan selalu spontan dan kadang nggak pernah terlintas di pikiran remaja pada umumnya. Semua harinya hanya ada ceria! Ceria! Dan Ceria! Semua orang suka sama sifat Kochi yang ini, termasuk sahabat-sahabatbya. 𝑲𝒐𝒄𝒉𝒊 𝑺𝒐 𝑳𝒐𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆.

Kochi-Tiar sudah bersahabat sejak di bangku kelas 2 SMP karena mereka sekelas saat itu. Sifat dan pendapat mereka yang berlawanan sama sekali nggak pernah bisa merusak persahabatan mereka. Mereka sering banget berantem. Tetapi karena sifat Kochi yang selalu 'nggak' mau ambil pusing itu, setelah mereka berantem adu mulut, Kochi biasanya selalu memulai pembicaraan dengan manja dan merajuk tentunya, sampai membuat luluh hati Tiar. Jurus itu selalu ampuh dan jitu banget.

"TERSERAH lo, Chi. Tetapi inget ya, kalo nanti sampe lo sakit hati, patah hati, atau... pokoknya terjadi sesuatu yang buruk gara-gara lo deketin Lexi, jangan bilang kali gue nggak nasehatin lo! Cuihh... apa bagusnya juga su Lexi itu!" lama-lama Tiar jadi enegh setiap menyebutkan atau mendengar nama Lexi.

"Tiar...Tiar. Gue emang bener-bener cinta sama dia. Tetapi gue nggak terlalu pedulu dia juga cinta sama gue atau nggak. Gue cuma pengen dia tau, itu doang!!! 𝑆𝑜... 𝐷𝑜𝑛'𝑡 𝑤𝑜𝑟𝑟𝑦... 𝐵𝑒 ℎ𝑎𝑝𝑝𝑦... OK!" Kochi mengedipkan matanya ke arah Tiar. Tiar hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar tanggapan Kochi.

𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐫𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚𝐤𝐮, 𝐚𝐤𝐮 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐬𝐮𝐤𝐚🙃

Hah! Lexi?!

HARI INI Kochi bangun pagi banget, abisnya udah nggak sabar masuk sekolah. Hari ini juga hari pertama masuk sekolah jadi Kochi semangat banget, kan mau ketemu sama Lexi. Kochi jadi makin nggak sabar.

Kemarin Tiar sudah pulang, dijemput sama papa-mamanya. Kedatangan papa-mama Tiar merupakan berkah untuk Kochi karena koleksi cokelat Kochi jadi nambah lagi. Makanya hari ini dia jadi tambah semangat lagi.

Ritual Kochi dimulai!

Kochi mengikat rambutnya dengan ikat rambut bentuk cokelat. Yeaah... rambut ekor kuda adalah salah satu ciri khasnya, selain tas ransel warna cokelat dengan salah satu pin yang bertuliskan, "𝐼'𝑚 𝐶ℎ𝑜𝑐𝑜𝑙𝑎𝑡𝑒!", sepatu 𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑒 warna cokelat muda, dan masih banyak lagi yang tentunya cokelat. Bisa dilihat kan betapa 𝑐ℎ𝑜𝑐𝑜ℎ𝑜𝑙𝑖𝑐-nya dia???

"𝐺𝑜! Sweeta Chocolate! 𝐺𝑜!" Kochi menggenggam tangan kanannya, menonjokkannya ke atas dengan cepat, lalu membuka laci meja riasnya dan mengeluarkan sebungkus cokelat "𝐂𝐎𝐙". Setelah membukanya, cokelat itu langsung lenyap didalam mulutnya. Ini salah satu ritualnya juga.

___________

DI DALAM KELAS...

"Chi!! Nyari apaan?" Wawa, temen sebangku Kochi, heran melihat Kochi mengubek-ubek tasnya.

"Nyari cokelat! Cokelat yang bakal gue kasih ke Lexi hari ini. Aduh mana ya?" Kochi masih sibuk mencari.

"Ehemmm...!!" Bu Corrie yang ternyata berada di sebelah Kochi, berdehem bermaksud untuk mengagetkan Kochi.

"E...eh...Ibu...." Kochi jadi salting.

"Kochi, dari tadi ibu lihat kamu nggak konsentrasi sama pelajaran Ibu. Kenapa?" Bu Corrie yang biasanya baik hati bisa juga marah. Tetapi tetep aja semua orang kalau lihat mukanya Kochi yang 𝑖𝑛𝑛𝑜𝑐𝑒𝑛𝑡 pasti langsung luluh. "Ya sudah kamu sekarang ke GOR sama yang lainnya. Tuh kan? Temen-temen kamu yang lain udah nungguin dari tadi. Kamu sih dari tadi dipanggil nggak dengerin!" Bu Corrie langsung maju ke depan, lalu mengobrol dengan beberapa orang murid yang tadi sudah dipanggil terlebih dahulu.

"Kenapa lo nggak ngasih tau kalo gue dipanggil sih?!" bisik Kochi.

"Yeee... mana gue tau kalo lo dipanggil? Gue juga nggak denger kali, udah tau suara Bu Corrie lemah-lembut banget gitu."

___________

DI GOR ternyata sudah banyak anak lain, selain Kochi dan teman-teman sekelasnya. Wah biasanya kalau sudah rame-rame gini pasti ada hajatan gede-gedean.

"Tiar!! Lo juga ada disini?!" Kochi kaget plus seneng ngeliat Tiar juga ada di sana. "Ti, kira-kira ada apa ya? Baru masuk kok langsung dipanggil gini?" Kochi bingung. Tiar juga sama nggak taunya jadi hanya mengangkat bahu.

"Diam anak-anak! Bapak tau kalian pasti bingung kenapa dipanggil kali ini. Hal ini berhubungan dengan acara tahunan kita, yaitu pagelaran teater. Kalian semua akan ikut berperan dalam teater nanti. Sebentar lagi secara teknis akan dijelaskan oleh Bu Hetty. Silahkan, Bu..." Pak Probo, guru Bahasa Indonesia, menyerahkan acara ke Bu Hetty, guru ekskul teater.

"Tiar, gue nggak bisa teater kok dipilih sih? Gue kan nggak ada tampang anak teater??" Kochi berbisik karena Bu Hetty sedang membacakan siapa saja yang akan berperan, lalu Kochi mengeluarkan sebungkus permen rasa cokelat.

"Nggak tau. Emangnya lo pikir gue juga ada tampang, hah?" sahut Tiar kesal. Dia paling nggak suka dilibatin acara-acara kayak gini, apalagi teater. Menurutnya konyol banget.

"Ya... ini saat yang ditunggu-tunggu kalian. Ibu akan membacakan siapa pemeran utamanya... Yang tadi namanya nggak dipanggil berarti merekalah pasangan utama teater kita kali ini...." Bu Hetty sengaja memperlambat nada bicaranya, biar anak-anak penasaran. Benar saja.... semuanya saling menoleh dan mencari siapa yang belum dipanggil namanya.

"Tiar tadi lo udah dipanggil, kok gue belom ya?!" Kochi mulai khawatir.

"Pemeran utama wanita adalah...." Bu Hetty makin memperlambat nada bicaranya.

"Ah... paling lupa atau kelewatan. Atau lo dapat peran yang nggak penting... cuma numpang lewat doang hehehehe...." Tiar tertawa sendiri, tetapi Kochi menyikut badannya.

"Kochi!!!" Bu Hetty memanggil nama Kochi.

Semua mata langsung tertuju pada Kochi seakan nggak percaya. Kochi yang tadinya ketawa-ketiwi sama Tiar jadi bingung sendiri melihat situasi seperti itu, tetapi akhirnya semuanya bertepuk tangan. Temen-temen yang duduk disekitar Kochi memberi selamat. Tetapi dalam hatu Kochi, "𝐺𝑖𝑙𝑎! 𝐺𝑢𝑒 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑢! 𝐴𝑏𝑖𝑠 𝑖𝑛𝑖 𝑔𝑢𝑒 𝑚𝑢𝑠𝑡𝑖 𝑛𝑔𝑢𝑛𝑑𝑢𝑟𝑖𝑛 𝑑𝑖𝑟𝑖!!"

"Pemeran utama prianya... Lexi!" Begitu Bu Hetty menyebut nama itu, permen di mulut Kochi tiba-tiba masuk ke dalam kerongkongan. Dia tersedak!!

"Uhuk! Uhuk!" Kochi menekan-nekan lehernya agar permennya keluar. Begitu pula Tiar yang juga kaget melihat Kochi tersedak, dia langsung menepuk-nepuk punggung Kochi. Karena masih nyangkut juga di kerongkongan Kochi, jadi Tiar memeluk Kochi dari belakang dan berusaha mengentak-hentakkan tubuh Kochi. Akhirnya, permen itu keluar juga.

Ini mungkin hukuman buat Kochi karena tadi dia sempat mengutuk, nggak mau ikut main teater. Langsung buru-buru Kochi menghapus kata-katanya tadi. Mimpi apa dia semalem? Eh iya, dia kan mimpiin Lexi. Kochi nggak peduli berapa cewek yang bakal ngiri sama dia. Yang penting, Kochi main bareng Lexi jadi pemeran utama!!!

"Kamu udah nggak kenapa-napa kan, Chi?! Makanya kalau bukan istirahat jangan makan permen. Lho, Lexinya mana? ada yang tau Lexi dimana?" Bu Hetty mencari dimana gerangan Lexi.

Semua anak jadi ikutan mencari Lexi. Tetapi memang sedari tadi Lexi nggak ada di GOR. Kochi baru sadar pujaan hatinya nggak ada disana!! Pantas saja radarnya dari tadi belum bekerja.

Tiba-tiba pintu GOR yang tadi tertutup jadi terbuka, ternyata Lexi...

"Ehm... maaf tadi saya ke kamar mandi dulu," jawab Lexi merasa agak salting karena dilihat banyak orang.

"Kebetulan. Lexi, kamu terpilih jadi pemeran utama bersama Kochi! Baiklah anak-anak, selain pemain inti, silahkan meninggalkan GOR."

"Hah! Lexi?! Lexi, Ti! Lexi!!! Dia keren abis! Ini nggak mimpi, kan?!" bisik Kochi dengan suara hampir tidak tertahan lagi dan tangan Tiar sudah menjadi korban remasan Kochi. Untuk pertama kalinta, Kochi melihat Lexi hari itu.

__________

"HAI!! Gue Kochi, anak 1-2. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik," sapa Kochi menatap Lexi penuh percaya diri dan mantap. Saat ini adalah saat yang paling ditunggunya.

"Ooo..."

Hanya itu tanggapan Lexi. Tetapi Kochi nggak peduli. Buat Kochi itu emang sikap Lexi dari sononya... 𝑐𝑜𝑜𝑙.

Lexi adalah cowok kelas 2 pindahan pertengahan semester kemarin. Kabarnya, dia ada masalah di sekolah lamanya. Sebenarnya tampangnya lumayanlah. Tetapi mungkin karena sikapnya yang 𝑐𝑜𝑜𝑙 dan agak misterius itu yang bikin cewek-cewek penasaran dan ngejar-ngejar Lexi. Biasalah.... cewek paling nggak bisa ngeliat barang baru! Lexi itu 𝑖𝑛𝑡𝑟𝑜𝑣𝑒𝑟𝑡 banget. Tetapi Kochi buka cewek-cewek seperti itu.Dia benar-benar 𝑝𝑢𝑟𝑒 suka sama Lexi semenjak ngeliat pertama kali!!!

Waktu itu, Kochi salah masuk ke WC cowok. Dan kebetulan ada Lexi disana. Sebenarnya, ini kejadian yang konyol banget dan memalukan. Lho kok bisa? Kalian mungkin mikir lebih masuk akal Lexi yang salah masuk WC, karena dia anak baru dan kebetulan juga WC cewek dan cowok bersebelahan dan nggak ada petunjuknya. Tetapi itu yang terjadi!! Si Kochi lagi bener-bener kebelet dan nggak terlalu merhatiin ruangan mana yang dia masukin. Begitu tau dia salah masuk, Kochi hanya bilang "𝑆𝑜𝑟𝑟𝑦" terus langsung keluar. Tetapi wajah Lexi yang kaget saat itu nggak pernah Kochi lupain. Yang lucu, justru Lexi kayaknya nggak pernah inget sama Kochi apalagi kejadian itu.

Bukannya Kochi takut deketin Lexi, tetapi dulu dia lebih suka ngeliat Lexi dari jauh, mencari data-data atau apapun 𝑎𝑙𝑙 𝑎𝑏𝑜𝑢𝑡 Lexi! Terus ngirim cokelat secara diem-diem, disekolah maupun di rumah kost tempat tinggal Lexi. Semua itu dikerjain Kochi sendiri, ehemm... tentu saja dengan sedikit bantuan dari Tiar yang cukup berbaik hati mau menemani Kochi.

Tiar! Sebenarnya dia salah satu faktor juga sih yang bikin Kochi nggak deketin Lexi secara langsung. Tiar paling nggak suka ngeliar cewek deketin cowok!! Buat Tiar, kelakuan itu ngejatuhin harga diri cewek banget. Tiar ada benernya juga walaupun terlalu berlebihan, tetapi Kochi pengen deketin Lexi bukan untuk itu. Sudah berapa kali dijelasin Tiar tetep aja nggak suka. Buat dia, perbuatan Kochi selama ini konyol banget. Padahal, Kochi cuma pengen lebih kenal deket lagi sama Lexi. Lexi itu kayak gimana orangnya.... pribadinya, kesehariannya. Yang Kochi tahu tentang Lexi hanya yang kelihatan luarnya aja... disekolah aja. Kochi pengen tau Lexi lebih dan lebih lagi.

Beberapa bulan ini, Kochi sudah menahan diri. Tiar atau siapapun nggak ada yang bakal bisa menghentikam langkahnya kali ini. Ini adalah kesempatan emas. Kochi juga tau pasti banyak yang iri kalau Kochi bisa berpasangan dengan si 𝑐𝑜𝑜𝑙 Lexi!!! Kapan lagi bisa jadi 𝐷𝑟𝑎𝑚𝑎 𝑄𝑢𝑒𝑒𝑛 berpasangan dengan si 𝐷𝑟𝑎𝑚𝑎 𝐾𝑖𝑛𝑔!!!

𝐎𝐤 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐲𝐚シ︎

𝐒𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐲𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡:)

Bukan dari Jepang!

DI SORE hari sepulang dari sekolah, anak-anak tim basket sedang latihan untuk persiapan 𝑠𝑝𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔. Lexi termasuk didalam tim basket itu. Walaupun belum resmi jadi tim inti, tetapi peluangnya sangat besar. Apalagi dahulu dia tergabung dalam tim inti sekolahnya yang lama yang merupakan sekolah unggulan dalam basket.

Sudah hampir seminggu semenjak kejadian nggak enak pada saat itu. Maunya sih Lexi ngundurin diri. Berhubung nanti nilai teaternya diambil buat mata pelajaran Bahasa Indonesia, terpaksa dia harus menerima peran itu walaupun harus berpasangan dengan Kochi.

___________

LEXI berjalan kearah kantin, suasana koridor-koridor sekolah sepi, hanya ada suara guru dan beberapa kelompok anak-anak SMA yang main atau bercanda sendiri. Hari itu kelasnya sedang ulangan. Lexi mengerjakannya dengan sangat cepat, jadi dia langsung mengumpulkan jawaban dan yang keluar pertama dari kelasnya. Anak-anak disana berdecak kagum. Sejak pertama masuk, Lexi yang diem-diem gitu ternyata menguasai hampir seluruh mata pelajaran. Sayangnya, dia pasif dan sepertinya agak bosen sama pelajarannya.

Dari kelasnya menuju kantin, satu-satunya jalan hanya melewati kelasnya Kochi. Sebenarnya Lexi males banget ngeliat mukanya Kochi. Tetapi dia juga merasa nggak 𝑔𝑒𝑛𝑡𝑙𝑒 kalo cuma lewat aja nggak berani.

Benar saja! Saat itu, kebetulan sekali Kochi ada didepan pintu kelasnya lagi jongkok. Sepertinya lagi dihukum, karena kalau dilihat dari tampangnya yang rada jutek. Tetapi begitu melihat ada Lexi yang mau melewatinya, Kochi langsung berdiri. Tampang Kochi langsumg berubah senang dan tersenyum manis kearah Lexi. Tampangnya itu bener-bener nggak dibuat-buat, Kochi seperti melihat cahaya ditengah kegelapan.

"Hai... Lex, lagi mau ke kantin ya?" Kochi menatap Lexi lekat-lekat.

"Iya, lo kenapa? Dihukum?" Lexi membuat tes kecil, untuk melihat sejaim apa dia.

"Tepat sekali, abisnya gue nggak ngerjain pe-er. Biasa... penyakit lupa. Jadinya gini deh diusir! Hehehe... Mau cokelat?" kata Kochi menertawakan dirinya sendiri.

Ini baru satu contoh dari sekian kejadian yang dialami Lexi karena Kochi. Kadang Lexi suka nangkep basah Kochi lagi ngeliatin dia. Tetapu begitu dilihatin, bukannya malu atau buang muka, Kochi malah seneng dan ngasih senyum ciri khasnya, nyengir. Contoh satu lagi....

Waktu upacara bendera, kelas Kochi kena hukuman karena paling nggak bisa tenang saat upacara. Mereka dihukum keliling lapangan 5 kali. Semua murid menonton mereka, terutama kakak kelas dari balkon ngejek-ngejek mereka.

Kochi melihat keatas dan berpapasan dengan mata Lexi yang kebetulan menatapnya juga. Kochi langsumg nyengir tanpa melihat temen-temen didepannta dan ditabrak deh temen-temennya, mereka jatuh semua. Tetapi Kochi tetap menatapa Lexi ceria walaupun dimarahin dan diketawain temen-temennya.

____________

SEMINGGU itu adalah hari-hari paling nggak nyaman buat Lexi!! Bayangkan saja, Kochi yang dulunya diam-diam memberi cokelat sekarang dengan berani dan terang-terangan ngasi cokelat langsung ke Lexi, bahkan didepan umum! Malu! Malu! Lexi bener-bener malu! Satu sekolah tau kalo Kochi suka sama dia!!! Kenapa Kochi tenang-tenang aja ya?

Lexi bener-bener nggak abis pikir, kok ada ya cewek yang segitu cintanya sama cokelat?

Dari selentingan beberapa orang temannya (banyak), Lexi tahu kalo Kochi suka sama dia sudah lama. Tetapi kenapa harus Kochi cewek aneh itu? Cewek biasa aja dia udah nggak nyaman apalagi cewek kayak Kochi yang kelihatannya agresif.

Di mata Lexi, Kochi adalah cewek yang 𝑜𝑣𝑒𝑟𝑐𝑜𝑛𝑓𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡, terlihat dari cara Kochi berbicara dan bersikap. Biasanya cewek yang mulai bicara sama Lexi bakalan jiper, malu-malu, salting, dan sebagainya. Heran banget sama cewek satu ini!!! dan bahkan berani sekali menatap Lexi, dan satu lagi.... dia suka sekali tersenyum!!!

Jujur aja, menurut Lexi, Kochi cukup lumayan sebagai cewek. Manis, agak 𝑐ℎ𝑢𝑏𝑏𝑦 tetapi masih proporsional, mata agak sipit, dan tentu saja dandanannya yang berciri khas banget, cokelat! Walaupun agak mencolok, harus diakui gaya Kochi memang pantas dan sangat cocok untuknya. Mungkin saja dia ada keturunan Jepang... jadi 𝑓𝑎𝑠ℎ𝑖𝑜𝑛𝑎𝑏𝑙𝑒 bamget. Sayang sekali hati Lexi sudah untuk orang lain dan Lexi juga nggak akan biarin hatinya diambil oleh cewek seaneh cewek Jepang itu. 𝐴𝑝𝑎 𝑠𝑖ℎ 𝑒𝑛𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒𝑙𝑎𝑡?!

Tetapi, kalau saja si Kochi nggak suka sama Lexi, pasti Lexi dengan senang hati mau menerima Kochi sebagai teman. Kayaknya anaknya asyik banget. Lexi jadi inget sama temen-temennya disekolahnya yang lama. Lexi kangen banget ℎ𝑎𝑛𝑔 𝑜𝑢𝑡 bareng mereka. Sekarang sih Lexi masih suka kumpul, tetapi jarang. Latihan basket kayak sekarang bikin rasa kangen jadi bertambah-tambah. Menurutnya, nggak ada yang bakal bisa gantiin masa-masa bahagianya disana, sekolah baru ini sekalipun. Walaupun Lexi sudah mulai bisa beradaptasi, tetapu dia masih merasa keputusannya untuk pindah selalu salah. Apalagi Lexi kangen berat sama Tezza....

"Heh! Ngelamun aja! Mikirin siapa? Si Kochi ya?!" Jim menggoda Lexi.

"Wah, Lex. Kalo dia nembak lo... udah terima aja. Nggak usah mikir-mikir lagi. Dijamin deh...." Bimo ikut manes-manesin Lexi.

"Dijamin apa nih?" Jim tersenyum nakal.

"Dijamin lo bakal kenyang ama cokelat. Hahaha..." Bimo menjawab asal, lalu mereka tertawa ngakak, kecuali Lexi.

"Jangan sembarangan ngomong lo pada!!" Lexi buka suara karena nggak tahan dengan candaan teman-temannya itu.

"Tapi Lex, lo harus siap-siap. Tuh dibelakang lo...." Bimo menunjuk ke belakang Lexi.

"Weee, gile! Die kesini. Bawa apaan tuh? Mo taruhan? Pasti cokelat!" Jim ngajak bimo taruhan.

"Yaah, nenek-nenek yang udah kenal sama Kochi pun tau dia bawa cokelat. Coba kapan sih dia nggak bawa sesuatu yang berhubungan dengan cokelat?" Bimo menolak untuk untuk taruhan karena dia tau isinya pasti cokelat untuk Lexi. Lexi sudah memasang tampang sedingin mungkin.

____________

"HAI, LEX. Ini naskah teater kita," kata Kochi menyerahkan naskah yang tadinya ada didalam plastik hitam.

"Lex, gue sama Bimo mo cabz dulu. Eh, Chi kita duluan ya!" Jim langsung berinisiatif karena tebakannya salah, sekalian ngerjain Lexi. Lexi seharusnya dibiasain bergaul sama cewek. Dia terlalu kaku sama cewek selama ini. Nah, bagi Bimo dan Jim, sosok Kochi pas banget buat ngadepin orang kayak Lexi.

"Naskah teater itu?" Lexi.

"He-eh, gue baru dikasih tadi sama Bu Hetty. Katanya sekalian disuruh ngasih ke lo juga," jawab Kochi sambil menggerak-gerakkan tangannya seperti kipas. Udaranya memang sangat panas banget.

"Duduk disitu aja kalo panas," kata Lexi menunjuk sebuah bangku semen dibawah pohon yang cukup rindang, lalu mereka berjalan kesana.

"Kochi, kalo dilihat dari nama lo, pasti lo ada keturunan Jepang, kan?!" tanya Lexi.

"Huh! Semua orang pasti ngiranya gitu. Padahal, gue asli 100% Indonesia! Apa perlu di cek? Mungkin karena mata gue yang rada sipit kali ya, jadi dikira dari Jepang? Gue ini asli mojang Bandung!" jawab Kochi ketus. Dia suka kesel sendiri kalau ada yang ngira dia keturunan Jepang.

"Lho? Sabar.... gue kan cuma nanya! Kan gue juga bilang dari nama lo yang rada Jepang, nggak ada urusannya sama mata lo yang rada sipit. Jangan keki gitu dong?! Lagian gue heran, harusnya lo bangga kalo dikira keturunan Jepang."

Lexi jadi rada panas. Masa cuma ngomong dikit dijawabnnya banyak???

"Gue nggak keki sama lo, Lex. Gue suka kesel sendiri kalo ada yang ngira gue ada keturunan Jepang. Abisnya, biasanya ada orang yang ngira gue itu 𝐽𝑎𝑝𝑎𝑛-𝑤𝑎𝑛𝑛𝑎𝑏𝑒, mungkin karena penampilan gue yang rada beda. Jadi, kalo denger kata Jepang dihubungin ama gue, gue inget sama 𝐽𝑎𝑝𝑎𝑛-𝑤𝑎𝑛𝑛𝑎𝑏𝑒 itu. Padahal, gue begini bukan karena pengen tampil beda. Gue gini karena gue cokelat!" Kochi menjelaskan dengan berapi-api dan menunjukkan juga ekspresi kesalnya saat penyebutan kata 𝐽𝑎𝑝𝑎𝑛-𝑤𝑎𝑛𝑛𝑎𝑏𝑒.

Lexi hampir ketawa denger penjelasan Kochi yang penuh semangat itu, apalagi diakhiri dengan kata cokelat!!!

𝐺𝑢𝑒 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑖𝑛 𝑙𝑜, 𝐶ℎ𝑖! 𝐸𝑚𝑎𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎 𝑙𝑜 𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟 𝑔𝑢𝑒 𝑏𝑒𝑔𝑜, 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑎𝑙𝑜 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑛𝑖 𝑙𝑜 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑙𝑢 𝑛𝑔𝑎𝑠𝑖 𝑔𝑢𝑒 𝑐𝑜𝑘𝑒𝑙𝑎𝑡! 𝐼𝑛𝑖 𝑐𝑒𝑤𝑒𝑘 𝑑𝑖 𝑜𝑡𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑖𝑛 𝑐𝑜𝑘𝑒𝑙𝑎𝑡 𝑦𝑎? kata Lexi dalam hati.

"Mmm... Chi. Lo kan yang selama ini ngasi gue cokelat, dirumah maupun disekolah??" Lexi seperti langsung memanah tepat sasaran.

Kochi memandang Lexi agak heran karena sedikit kaget, tapi setelah itu... "Waah lo kok bisa tau?" Walaupun kelihatan rasa malu karena rahasianya terbuka.

"Ya... tau aja! Tapi bener kan?!" Lexi ingin memastikan Kochi menjawab pertanyaannya.

"He-eh! Akhirnya lo tau juga. Jadi, gue nggak usah repot-repot ngasi tau lo lagi deh. Tapi lo nggak marah kan sama gue?" Kochi menyipitkan matanya sambil menunjuk kearah Lexi.

"Buat apa marah? Kan ngasi cokelat doang. Emangnya kenapa?" Lexi nggak tau harus nanya apa lagi. Jadi, dia berusaha mengorek Kochi lebih dalam lagi, dan kelihatannya sangat mudah, bahkan terlalu mudah...

"Karena gue suka sama lo, Lex, suka banget. Terus karena gue juga pengen aja ngasi cokelat apalagi secara diem-diem. Asik aja ngelakuinnya." jawab Kochi enteng.

Mendengar jawaban Kochi, Lexi jadi 𝑠𝑝𝑒𝑒𝑐ℎ𝑙𝑒𝑠𝑠.Waww! Apa yang sudah dilakukan Lexi? Hanya dalam hitungan detik saja, dia berhasil membuat seorang cewek memberikan pengakuan cintanya. Lagipula Kochi terlihat sama sekali nggak ada beban, disini yang merasa panik justru pihak yang diberi pernyataan cinta.

"Ehmm... suka dalam arti lo suka gue sebagai temen atau suka antar lawan jenis?" Lexi berusaha menutupi wajahnya yang pucat pasi. Bagaimana dia harus nolak cewek ini????

"𝐴𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒𝑙𝑦, suka antar lawan jenis" jawab Kochi menganggukkan kepala dengan cepat.

Pekerjaan nolak cewek merupakan pekerjaan biasa, tapi cewek kayak Kochi dia belum pernah menghadapinya. 𝐾𝑜𝑘 𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑔𝑢𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑖𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑖ℎ! Lexi langsung berdiri dan berusaha merangkai kata-kata yang tepat. Dia nggak mau merasa terpedaya apalagi sama cewek.

"Eh... Chi, kayaknya gue nggak bisa deh... Ehm ja...." Lexi berbicara terbata-bata. Melihat Lexi begitu, Kochi malah tertawa.

"Hahaha... jadi lo pikir gue nembak lo??? Ya nggaklah!! So, jangan panik mikirin gimana caranya nolak gue. Lexi... Lexi, gue emang suka sama lo, tapi gue cuma bilang aja bukannya nembak. Gue bukan tipe cewek yang nembak cowok. 𝑁𝑜 𝑤𝑎𝑦! Jangan khawatir soal perasaan gue ini, kita tetep kayak biasa aja," Kochi menjelaskan dengan tenang sambil tersenyum simpul karena berhasil melihat muka Lexi yang merah padam karena malu.

Justru itu yang Lexi sangat tidak harapkan. Lexi malah pengen langsung nolak Kochi biar dia nggak deket-deketin Lexi lagi. Kalo gini masalah bisa makin ruwet, posisi Lexi jadi serba salah. Ditambah untuk beberapa bulan ini Lexi pasti harus deket sama Kochi karena teater itu.

"Lex, lo belom jawab. Lo tau gue yang ngasi cokelat dari siapa? Padahal, cuma beberapa orang aja yang tau," kata Kochi sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Oh itu... Gue pernah nangkep basah waktu lo naro cokelat didepan kost. Kalo yang disekolah, gue dikasih tau sama temen-temen."

"Gitu ya? Yaaa gagal deh, ketahuannya sama lo lagi. Tapi kalo yang disekolah siapa yang bocorin ya? Padahal, yang tau kan cuma Tiar, Wawa, Andru, Risa, trus..." Kochi masih menyebutkan beberapa nama lagi. Itu sih bukan dikit, tapi banyak. Jadi, gimana nggak bocor???

"Makanya jangan suka cerita sama orang lain. Eh, naskahnya cerita tentang apa?"

Lexi masih heran, Kochi itu rada bocor juga. Dia masa nggak nyadar siapa yang didepannya, tetapi udah ngomong banyak banget masalah pribadinya yang berhubungan dengan Lexi. Kalo gini sih mana bisa nyaman??

"Ya maap. Tapi kan ada untungnya juga gue jadi nggak usah repot-repot lagi sembunyi-sembunyi kalo mo ngasi cokelat. Naskahnya baru dikasih ke gue, jadi gue nggak tau. Tapu kalo lo males 𝑟𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔-nya, ntar gue ceritain deh." jawab Kochi menawarkan diri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!