NovelToon NovelToon

Cewek Penakluk Hati Cowok Cool

Prolog

Calysta Dewi Kencana, Umur 22 tahun.

Lahir dari keluarga yang cukup berada, Ayahnya seorang CEO dari salah satu perusahaan yang bisa di bilang perusahaan ternama, juga memiliki darah keturunan Jerman.

Dan menikah dengan Ibunya Calysta yang berdarah Indonesia kelahiran Jakarta.

Ibunya adalah wanita rumahan yang mempunyai Butik yang cukup besar dan pemasaran yang melingkupi sosial media juga pemesanan bisa melalui online shop, sehingga bisnis yang ia kelola maju dan berkembang pesat.

Meski demikian Ibu Calysta sering berada di rumah dan lebih suka mengurus keluarga kecilnya, mungkin hanya sesekali mengunjungi Butik miliknya hanya untuk memeriksa perkembangan bisnisnya.

Dia memiliki beberapa karyawan dan karyawati yang dapat di percaya untuk mengelola usahanya.

Calysta lahir dan di besarkan di Indonesia hingga lulus sekolah menengah pertama, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Jerman, hingga kini Calysta menjadi wanita yang cerdas dan mapan.

Meski sukses di negeri tempat kelahiran ayahnya, tetapi Calysta ingin mengadu nasib kembali ke tempat dimana ia di lahirkan.

Bersama ayahnya Calysta kembali ke Indonesia.

Sebenarnya orang tua Calysta mempunyai cabang perusahaan di Jerman, akan tetapi

meskipun perusahaan milik orang tuanya juga menjanjikan namun Calysta ingin membuat pencapaian yang lebih besar atas usahanya sendiri.

Calysta adalah anak semata wayang, tidak heran kalau kedua orang tuanya sangat memanjakan dan menyayanginya.

Apalagi saat ini Calysta tumbuh menjadi wanita yang cantik cerdas dan mandiri. tidak semena-mena walaupun dia sangat di manjakan.

Sewaktu kecil mereka memanggilnya Little Angel karena setiap orang yang melihat selalu menyebutnya "Cantik dan bersinar bagaikan Malaikat!''

Mata yang indah bersinar menghangatkan hati,

Paras nan cantik, dan senyumannya yang seakan terbawa hanyut dalam pesonanya.

''Cantik sekali...!'' mata yang berbinar sembari mencium malaikat kecil itu.

Wanita paruh baya dengan anak laki-laki di sampingnya.

''Nak, besar nanti kamu harus menikahinya dan menjadikan nya menantu Mamah.'' cetus wanita paruh baya itu sambil tersenyum kepada anaknya.

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun itu membalas senyuman ibunya.

Menatap si bayi cantik dan mengusap pipi chubby nya,

tap! jari tangan mungil itu menggenggam tangan si anak laki-laki.

"Lihat! dia menggenggam tanganku mah."

Ibu nya mengangguk dan tersenyum.

Si bayi cantik itu membalas dengan senyumnya yang lucu.

Saat itu semua orang yang hadir di sana ikut tertawa dan merasa bahagia.

Begitulah setiap orang yang melihat si bayi cantik itu berkata hal yang sama, apalagi jika seorang ibu yang memiliki anak laki-laki selalu berkata yang sama, ingin menjadikannya menantu.

Lucu memang. selalu ada orang tua yang ingin menjodohkan anaknya. Tetapi siapa yang tahu? jodoh sudah ada yang mengaturnya dan takdir yang sudah tercatat.

...*...

Karena keturunan blasteran Jerman,

juga orang tua yang memanjakan anaknya. Calysta memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan Mami dan Papi.

Sejak duduk di bangku SMA Calysta banyak membuat laki-laki patah hati, Karena banyak laki-laki yang menyatakan cinta dan Calysta menolaknya.

Tidak hanya waktu SMA, sebenarnya sewaktu sekolah menengah pertama juga, Calysta disukai banyak orang tidak hanya laki-laki, anak perempuan pun banyak ingin berteman dengannya.

Calysta tidak ingin bermain-main dengan perasaan, apalagi hanya untuk menambah koleksi mantan pacar atau apalah? menurutnya berpacaran hanya akan membuat kebebasannya terganggu.

Calysta adalah anak yang ceria dan bebas berekspresi,

jadi sebelum terlambat dan memberi mereka harapan palsu lebih baik dia memilih untuk menolaknya.

Dari banyaknya laki-laki yang menyatakan cinta kepada Calysta, belum ada satupun yang menaklukkan hatinya. Bahkan cowok bule pun belum ada yang membuatnya jatuh hati.

Meskipun begitu Calysta tidak pernah pilih-pilih teman dia selalu ramah dan baik kepada setiap orang. Maka dari itu banyak orang yang menyayangi nya dan menganggap nya saudara meskipun bukan siapa-siapa.

Banyak laki-laki yang di tolak cintanya oleh Calysta, justru hal itu membuat Mami dan Papinya khawatir kepada anak semata wayangnya yang tidak pernah memiliki kekasih dan menjalin hubungan meskipun itu sekedar cinta monyet.

Dengan kepulangan nya kali ini, orang tua Calysta ingin membuat kesempatan untuk anaknya agar segera mempunyai pasangan hidup.

Minimal anak semata wayangnya mempunyai kekasih di usianya yang sudah cukup untuk menjalin sebuah hubungan.

Dengan berbagai usaha yang dilakukan oleh mereka untuk membuat anaknya memiliki kekasih, mulai dari memperkenalkan nya dengan laki-laki tampan, mapan, bule, sawo matang, namun tidak satupun dari mereka yang membuatnya tertarik.

Calysta yang menyadari kekhawatiran orang tuanya, tiba-tiba berbicara,

"Jangan khawatir mih pih, aku normal ko, ya...."

"Iya sayang, maafin mami dan papi ya."

...***...

Tahun ini Calysta mengirim berkas lamaran pekerjaannya melalui online dengan mengirimkan email.

Calysta melamar pekerjaan di salah satu perusahaan besar dan ternama yang memiliki cabang perusahaan dimana-mana di luar negeri.

Sangat jauh melebihi perusahaan milik orang tuanya.

Tidak menunggu waktu berhari-hari, dengan nilai dan juga kinerja yang bagus yang di miliki oleh Calysta sehingga tidak lama dia di terima bekerja.

Juga tidak perlu untuk melakukan interview lagi. Calysta langsung di terima dan bisa mulai bekerja di hari berikutnya.

''Semuanya beres aku sudah mendapatkan pekerjaan dan akan membuktikan kepada Papi dan Mami kalau aku bisa hidup mandiri.'' gumam Calysta dengan membanggakan dirinya sendiri.

''Aku pergi jalan-jalan dulu deh, sekalian membeli beberapa barang yang akan di butuhkan ketika bekerja. Hmm... sebelum di sibukkan oleh hari esok.'' Ucapnya bersemangat.

Calysta pergi dengan mobilnya yang berwarna putih elegan seperti orang yang mengendarai nya.

Pergi jalan-jalan sendiri ke sebuah Mall besar di kota itu, dia terlihat sangat ceria dan bersemangat.

Banyak belanjaan yang di belinya meskipun kemarin membawa banyak sekali barang-barang dari Jerman, tetapi itulah Mood setiap wanita ketika sudah berada di pusat perbelanjaan.

Tangan kiri dan kanan semuanya penuh membawa belanjaan. Sepertinya Calysta sudah merasa kelelahan dan baru berniat untuk pulang.

Di saat tengok sana tengok sini tidak memperhatikan jalan dan mencari barang kalau-kalau ada yang kelupaan. tiba-tiba,

Duakk...

Calysta menabrak seorang laki-laki yang tinggi dengan perawakan yang gagah dan berpenampilan sangat rapi layaknya seorang Bos yang terpancar kewibawaannya.

''Sorry-sorry aku gak sengaja,'' ujar Calysta meminta maaf.

Dia tidak menjawab permintaan maafnya bahkan tidak menggubris sedikitpun, lalu seorang laki-laki yang sedikit lebih pendek berada di samping laki-laki gagah itu memberikan sebuah sapu tangan dan pembasmi bakteri kepada Bosnya.

''Maaf nona, Bos saya memiliki alergi.'' ucap lelaki itu dengan sopan nya kepada Calysta.

Lalu dia membantu Calysta mengambil barang-barang nya yang terjatuh.

Calysta berdiri dan mendelik dengan tatapan penuh kekesalan kepada laki-laki gagah itu.

Merasa tidak terima dengan tatapan itu, si Bos membuka kacamata hitamnya,

"Ada masalah?" Tanya nya datar dan dingin.

"Sangat ma sa lah, dengar ya! saya itu bukan kotoran atau semacamnya sehingga anda tidak perlu untuk membersihkan nya,

apalagi dengan apa itu? pembasmi kuman?" Calysta menyunggingkan bibirnya dan pergi sambil sekali lagi dia sengaja menabrak laki-laki itu.

Laki-laki itu merasa geram dengan apa yang di perbuat Calysta.

Tetapi anehnya dia merasa baik-baik saja meskipun telah mencium aroma dari parfum Calysta.

Biasanya dari banyak nya wanita yang mendekati nya, dia selalu bersin-bersin kalau tidak mual-mual mencium aroma wanita-wanita itu. (entahlah, aneh memang)

Calysta yang merasa tidak terbiasa dengan perlakuan seperti itu dari orang-orang, dan mungkin baru kali ini bertemu dengan orang yang memperlakukan nya seperti itu.

Masih merasa jengkel dan sedikit tidak terima,

''Ck... sombong, hampir saja aku tertipu oleh parasnya yang tampan rupawan. Dasar cowok aneh. Andai bisa di pungut kembali kata-kata maaf yang tadi aku ucapkan." Gerutu nya sambil terus berjalan dengan rasa kesal

"Amit-amit, semoga saja aku tidak akan pernah bertemu dengan orang yang seperti itu lagi.'' Celetuk nya sambil masuk kedalam mobil.

Next

Pertemuan Ke 2

Hari pertama Calysta mulai masuk bekerja.

Badan yang tinggi semampai itu mengenakan pakaian kerjanya, sepatu pantofel hitam mengkilap.

Berjalan tegak penuh kepastian layaknya seorang model. pinggulnya yang berisi ikut berlenggak lenggok dengan indahnya.

''Cantiknya bagai bidadari...," ujar Aldo sambil melirik kearah Calysta

''Siapa gadis cantik itu?'' sambung Beni ikut bertanya

''Baru pertama kali aku melihatnya,'' Danu yang ikut menoleh

''Mungkin anak magang baru.'' Jawab Febi sedikit cuek.

Kerumunan lelaki yang dilalui Calysta, semuanya terpana melihat gadis cantik yang baru mereka temui dan bertanya-tanya siapa wanita cantik itu.

Tetapi Calysta acuh tak acuh berjalan seolah tidak ada yang memperhatikan dirinya, karena memang sifatnya cuek tapi sebenarnya jika sudah saling kenal dia orang yang ramah dan baik hati.

Duakk...!

Lagi-lagi hari ini Calysta bertabrakan lagi dengan seseorang.

''Kalau jalan tuh lihat-lihat , nggak tahu saya lagi buru-buru.'' tegur seorang laki-laki gagah dengan setelan jas yang rapi dan berwibawa.

''Kamu tuh yang jalan harus hati-hati jangan seperti orang kesurupan, tau-tau nabrak orang dan marah-marah.'' Jawab Calysta membalas dengan ketus

''Apa kamu bilang! berani ya ngomong kaya gitu, gak tahu siapa saya?''

Dengan tatapan yang penuh amarah kepada Calysta, lelaki itu seperti harimau yang ingin menerkam mangsanya.

Karena selain ibunya tidak ada orang yang berani memarahi apalagi membentak nya.

''Bodo amat! aku gak tahu dan nggak mau tahu siapa kamu.'' Calysta hendak pergi meninggalkannya begitu saja

Laki-laki itu seperti berpikir sejenak,

''Tunggu, kamu kan cewek yang kemarin

nabrak saya di Mall?'' ujar lelaki itu menatap tajam ke arahnya

''Oh kamu lelaki yang aneh itu!?'' Celotehnya sambil berbalik menatapnya.

''APA? oh saya tahu, jangan-jangan kamu pasti modus sengaja buat deketin saya, kemarin pura-pura menabrak dan sekarang juga.'' menyunggingkan bibirnya dengan percaya diri.

''Ya tuhan, tidak di sangka hari pertama masuk bekerja bertemu dengan lelaki yang begitu sombong dan tidak tahu malu. Dan lagi-lagi kenapa orang ini yang aku temui.'' Gumam Calysta kesal.

''Hei saya tidak budek ya, saya mendengar apa yang kamu katakan.'' Tegas dia

Calysta tidak menghiraukannya dan lalu pergi. dia tidak ingin membuat masalah di hari pertamanya bekerja.

Mata yang dari tadi memperhatikan Calysta, melihat apa yang terjadi di hadapan mereka, yaitu pertengkaran Calysta dengan laki-laki gagah yang sepertinya bukan sembarang orang.

Kemudian ia menuju kebagian Resepsionis untuk melapor sebagaimana pekerjaan nya.

Pegawai Resepsionis itu seorang wanita dan di mejanya terpampang nama 'Melisa'

''Permisi saya karyawan baru disini nama saya Calysta.''

''Oh iya mba Calysta ya, tunggu sebentar."

Melisa kemudian mengecek data-datanya, dia juga sudah mendengar bahwa akan ada karyawan baru yang memiliki kinerja luar biasa.

''Calysta ruangan mu ada di sebelah sana ( sambil menunjuk arah ) tapi sebelum itu kamu harus ke ruangan CEO dulu untuk melapor dan memperkenalkan diri." Ujar Melisa mengarahkan Calysta.

''Baik, terimakasih.''

Calysta pergi kemudian menaiki lift untuk menuju ruangan CEO yang ada di lantai paling atas.

Tok...tok...

''Masuk." Suara direktur dari dalam ruangan mempersilahkan.

Calysta membuka pintu dan kemudian memasuki ruangan Bos nya. terlihat Bos nya yang sedang fokus dengan laptop di depannya

"Permisi pak, saya akan memperkenalkan di--" ucapan Calysta terhenti saat bos nya mendongak dan melihat ke arahnya.

Sontak Calysta terlihat kaget saat melihat seseorang yang sedang duduk di kursi direktur itu.

Siapa yang sangka dan siapa yang menyangka, ternyata lelaki sombong yang menabraknya tadi itu adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja.

Terpampang nama di meja kerjanya 'JUSTIN GULL' Direktur utama.

''Apa yang harus aku lakukan?.'' Pikirnya panik

Calysta menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya.

Apa boleh buat meski orang tuaku punya perusahaan sendiri yang cukup besar tetapi aku memilih untuk tidak di sana karena selain aku ingin berhasil dengan kerja keras ku sendiri, dan juga orang tuaku selalu ingin menjodohkan aku dengan seseorang yang sama sekali tidak aku kenal.

"Tidak habis pikir kenapa Mami Papi tidak ada bosannya untuk mencarikan aku pasangan," Calysta sedikit termenung

"Dan lagi aku pikir ini bukan di jamannya Siti Nurbaya aku ingin memilih pasangan hidupku sendiri."

Justin yang sudah memperhatikan Calysta,

sedikit mengernyit bertanya-tanya apa yang di lakukannya.

"Ehemm..." Justin membuyarkan lamunan Calysta.

''Maaf sa... saya datang untuk melapor pak," ucap Calysta gagap

"Ma... maksud saya memperkenalkan diri pak." dari suara Calysta ada sedikit rasa takut dan gugup.

''Kamu?...''

Justin baru bertanya dan pura-pura baru sadar bahwa yang melapor itu Calysta.

Calysta masih gugup dan sepertinya takut semua tidak akan berjalan dengan baik. Tetapi ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapi nya.

''Hehe... ternyata dia karyawan baru di sini, lihat nanti aku kerjain.'' Gumam Justin dalam hati dengan senyum licik nya.

''Ehemm... Oke nama kamu siapa?'' Tanya Justin nada memerintah

''Calysta pak.'' Raut wajah Calysta yang memerah dan rasa was-was karena tadi dia sudah menyinggung pria yang ada di hadapannya itu.

''Baik tunggu sebentar,'' Ucap Justin so cool.

seolah ada siasat yang tersirat di pikirannya.

Kemudian Justin menelpon seseorang,

''Hallo,'' suara wanita dalam telepon

''Melisa pindahkan karyawan baru bernama Calysta menjadi sekretaris pribadi saya.'' Nada pasti dan memerintah.

''Apa? tapi pak dia baru saja masuk hari ini dan belum tau kinerja nya seperti apa, mungkin sebaiknya training dulu kurang lebih dua minggu?, Apa akan baik jika langsung di angkat sebagai sekretaris pribadi?.'' Sanggahan Melisa

''Kamu melawan saya.'' Nada suara Justin yang sudah tak terbantahkan lagi.

''I...iya baik pak saya akan urus semuanya.'' Melisa yang ketakutan dan segera menjalankan perintahnya.

Justin langsung mematikan teleponnya.

''Farrel.''

Justin memanggil asisten kepercayaan nya yang sedari tadi berdiri sampingnya.

''Iya pak.'' Jawab Farrel.

''Urus semua berkas yang akan dia kerjakan, dan siapkan meja pribadinya satu ruangan dengan saya.'' Tegas Justin memberi perintah.

''Baik pak.''

Calysta yang masih dalam keadaan berdiri tidak berani untuk bicara dan hanya memperhatikan apa yang di lakukan bos nya.

''Oh jadi dia Farrel asisten kepercayaan, yang selalu berada di sisinya itu.'' Gumam Calysta dalam hati.

Farrel keluar ruangan untuk mempersiapkan semuanya.

Dalam hati Farrel bergumam ''Nona Calysta ini siapa? menarik, baru pertama masuk sudah bisa menaklukkan Pak Justin, ternyata kemarin itu awal pertemuan mereka ya, benar-benar takdir''

Di sisi lain.

''Kamu sambil menunggu Farrel yang sedang beres-beres, buatkan kopi untuk saya.'' Perintah Justin kepada Calysta.

''Direktur Gull, saya tau kalau nilai saya bagus dan saya juga pintar, kinerja saya juga bagus, tetapi apa tidak berlebihan langsung mengangkat saya sebagai sekertaris?''

Belum sempat Justin menjawab.

"Ya... meskipun jabatan saya di Jerman juga sebagai sekertaris. Apa sebaiknya tidak melihat dulu bagaimana saya bekerja?" Calysta sedikit menyombongkan dirinya

''Oh kenapa? tidak mau? atau kamu maunya menjadi Office Girl.'' Suara yang menyindir membalas kesombongan Calysta.

''Oh tidak, justru saya sangat tersanjung pak direktur mengakui kemampuan saya.'' Jawab Calysta tersenyum profesional

''Baiklah kerjakan pekerjaan pertamamu orang pintar buatkan saya kopi.'' Tukas Justin sedikit menyindir

Calysta pergi keluar ruangan untuk membuatkan nya kopi.

''Hah... pekerjaan pertama apaan membuat kopi, awas aku kerjain nanti.'' Gerutu Calysta sedikit kesal.

Selang beberapa waktu Calysta selesai membuat kopi dan langsung menyimpan kopinya di meja direktur.

slurrpp...

''Cuiihh,"

''Kopi apaan asin begini>-<'' Direktur yang tampan itu seketika berubah wajahnya memerah karena marah, sedangkan Calysta hanya tersenyum karena merasa puas.

''Ahh masa sih, apa aku salah mengira itu gula tapi ternyata garam!'' Calysta yang pura-pura tidak bersalah.

''Sudahlah karena hari ini hari pertama kamu maka saya maafkan, tapi kalau terjadi lagi saya tidak akan segan.'' Jelas Justin yang kelihatannya masih marah dan sedikit mengancamnya.

''Baik pak, maafkan saya, terimakasih.'' Cekikikan diam-diam, karena merasa sangat senang telah mengerjai Bosnya yang sombong itu.

Gila Kebersihan

Hari itu Farrel benar-benar di sibukkan untuk menata dan membawa perlengkapan kerja baru yang akan di bawa ke ruangan direktur.

Meski Farrel tidak sendirian, dan banyak pegawai angkutan barang yang ia perintahkan. tetapi semua yang mengurusnya adalah Farrel.

Dari tadi sebenarnya banyak orang yang memperhatikan apa yang dilakukan oleh Farrel, dan mungkin banyak sebagian orang bertanya-tanya.

"Dari tadi, sebenarnya apa yang sedang di lakukan Farrel sih? Mengatur, menyuruh Office Boy angkut meja sama barang-barang keruangan direktur?'' ujar Danu bertanya di depan kawan-kawannya.

''Iya dari tadi aku perhatikan begitu sibuk terus dia?" sambung Aldo ikut menimpali.

Saat Farrel melintas di depan mereka,

''Farrel apa yang sedang kamu kerjakan?'' Tanya Febi.

''Menata ulang untuk memindahkan meja sekertaris ke ruangan direktur.'' Jawab Farrel datar, singkat dan seperlunya,

terlihat begitu lelah Farrel dibuatnya.

''HAH??''

Sontak Danu, Aldo, Febi, dan Beni terkejut mendengar apa jawaban Farrel, dan masih sedikit tidak bisa mempercayainya.

''Memang ada sekertaris baru?'' Tanya Beni memastikan.

''Hmm.'' Jawab Farrel singkat.

''Cewek atau cowok?'' Tanya Febi ikut penasaran.

''Cewek.'' lagi-lagi Farrel menjawab seadanya, sepertinya dia benar-benar kelelahan sampai malas untuk berbicara.

''Lo serius Rel?'' Tanya Aldo meyakinkan.

''Kalau gak percaya lihat aja sendiri.'' Farrel yang sudah malas menjawab dan melengos pergi untuk menyelesaikan pekerjaan nya.

Sementara itu, sambil menunggu ruangan nya di siapkan, Calysta berada di ruangan yang sama dengan karyawan yang lainnya. Membaca dan mempelajari pekerjaan yang akan ia kerjakan selanjutnya.

Rekan kerja semuanya baik, meskipun ada salah satu orang yang mungkin tidak suka atau syirik kepada Calysta karena dia memiliki paras yang cantik, juga di sukai banyak orang.

"Ck, belum apa-apa sudah berbangga diri. baru juga masuk bekerja sudah banyak tingkah." pekik seseorang yang merasa risih karena kehadiran Calysta, entah karena apa? Begitulah orang yang syirik hanya akan mencari-cari kejelekan kita.

Para Office Boy dan yang lainnya akhirnya menyelesaikan pekerjaan mereka, semua sudah tertata dan tersusun rapi sesuai dengan keinginan sang bos.

Waktu telah berlalu begitu cepat dan sudah hampir waktunya jam makan siang.

Cuaca hari itu cukup cerah, matahari yang menyengat membuat badan sedikit berkeringat.

Semua orang beranjak dari pekerjaannya untuk makan siang. Merefresh badan dan pikiran supaya strong lagi untuk melanjutkan pekerjaan mereka.

Kantin karyawan yang besar, bersih, juga tempat nya yang nyaman menyediakan banyak menu makanan enak. Luar biasa memang terlihat sekali perusahaan yang begitu maju, bos nya juga tidak menyepelekan karyawan dan membuat mereka nyaman untuk bekerja.

Tidak hanya itu, bahkan sang bos pun sesekali ikut makan siang di kantin bersama dengan rekan dan karyawan nya.

Disini lah tempatnya para karyawan bergosip, dan membicarakan apa yang ingin mereka bicarakan.

Ternyata bukan hanya karyawati yang selalu ingin bergosip, di meja sana sudah ada empat orang yang sepertinya banyak yang ingin mereka ceritakan.

''Masih gak bisa percaya, masa iya orang yang gila kebersihan seperti Justin mau satu ruangan sama cewek.'' celetuk Aldo sambil menggelengkan kepalanya, dan memulai pembicaraan.

''Iya biasanya dia anti banget sama cewek, apalagi kalau mencium bau parfumnya yang menyengat.'' sambung Beni sambil meminum sedikit air.

''Kemarin aja baru pecat sekertaris cewek gara-gara gak sengaja narik bajunya dia, karena tuh cewek mau jatuh.'' Ujar Danu sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.

''Iya gue juga lihat waktu itu, tau nggak apa yang Justin lakuin abis itu!, Dia langsung mandi dan bajunya dia suruh bi Inah buang.'' sambung Febi membenarkan.

Semuanya menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan sifat bos nya yang gila kebersihan.

Tetapi begitu lah sifatnya, semua orang di perusahaan sudah tahu akan tempramen bos nya.

''Sudah-sudah, cepat selesaikan makan kalian, daripada penasaran terus kita cek saja ke sana ke ruangannya dan tanya kan langsung kepada orangnya.'' Ujar Danu menimpali.

Karena memang kebetulan hari itu Justin tidak pergi ke kantin, mungkin Farrel mengantarkan makan siang ke ruangannya.

Meskipun waktu makan siang masih ada banyak waktu, tetapi karena mereka penasaran akhirnya setelah terburu-buru menyelesaikan makan siangnya, mereka berempat pergi keruangan CEO dengan penuh rasa penasaran dan rasa ingin tahu seperti apa wanita yang bisa berdekatan dengan direkturnya itu.

Tok...tok...tok

Salah satu dari mereka mengetuk pintu dengan hati-hati dan waspada, takutnya ada yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka.

''Masuk.'' Suara Justin dari dalam.

Cklek.

Aldo membuka pintu.

Apa yang terjadi? sungguh tidak bisa di percaya, ternyata Calysta juga masih ada di dalam ruangan CEO.

Apakah Calysta tidak di izinkan untuk istirahat? entah lah.

Mereka berempat terbengong melihat wanita yang berada di ruangan itu,

Karena wanita itu adalah gadis cantik yang pagi tadi mereka lihat.

Justin yang melihat reaksi mereka berempat yang sedang melongo terbengong melihat ke arah Calysta.

''Ada apa? ngapain bengong di sana, duduk sini.'' Panggil Justin dengan nada memerintah.

''Ck, meleleh juga tuh es batu melihat sang Angel.'' Bisik Febi.

Mereka kemudian menghampiri Justin.

''Ada apa, mau ngajak makan siang bareng?'' Tanya Justin.

''Nggak''

''Iya''

Menjawab bersamaan.

''Jadi iya atau tidak?'' Tegas Justin.

''Tidak, kita tadi sudah selesai makan siang. dan kemudian kesini karena mendengar ada sekertaris baru, dan kita datang kesini untuk menyapanya.'' Jawab Danu.

Justin melirik kearah Calysta, dengan nada dingin ia menjawab perkataan Danu.

''Nggak usah menyapa nggak penting juga.''

Mereka tidak mendengarkan perkataan Justin. malah sebaliknya menyapa Calysta dengan ramah dan keceriaan mereka.

''Hai, aku Aldo

'Deni

'Febi

'Danu

Sambil berjabat tangan memperkenalkan diri kepada Calysta dan senyuman di setiap wajah laki-laki itu.

''Hallo, aku Calysta. Hari pertama kerja mohon bimbingannya.'' Ucap Calysta tersenyum manis.

''Aahhh... meleleh aku melihat senyummu Calysta'' Gombalan Febi sambil kedua tangannya memegang dada.

Gubrak, menjatuhkan diri berpura-pura pingsan.

Justin terlihat kesal yang sedari tadi melihat tingkah laku teman-temannya yang konyol itu.

''Sudah-sudah waktunya makan siang, ayo pergi.'' Ajak Justin yang beranjak dari tempat duduknya.

''Oh iya, Calysta ayo makan siang bersama.'' Ajakan mereka berempat.

Sedangkan Justin mereka cuekin dan tidak mereka anggap.

''Tidak terimakasih, kalian duluan saja.'' Jawab Calysta dengan senyum indah di bibirnya.

"Apa-apaan, tadi kalian bilang sudah selesai makan siang? tapi sekarang mengajak dia pergi bersama," sanggah Justin tidak habis pikir dengan teman-temannya.

"Kenapa memangnya?" jawab Aldo sedikit menantang "Kamu sendiri sudah tahu kita sudah makan siang, tetapi tetap saja mengajak kita pergi."

"Hei bos jangan terlalu kejam seperti itu, kamu bahkan tidak mengijinkan sekertaris mu pergi makan siang." Danu ikut menyudutkan Nya.

''Aahh baiklah, tapi Calysta sepertinya kamu jangan terlalu banyak tersenyum, karena senyuman mu bagai bidadari yang turun dari khayangan dan membuat ku ingin mencuri selendang mu.'' Gombalan Febi yang receh tetapi membuat semua orang tertawa kecuali Justin.

Justin yang dari tadi sudah menahan emosinya, akhirnya menyeret mereka berempat untuk pergi.

''Ayo pergi.'' Ajak Justin dengan nada marah.

''Calysta kita duluan ya.'' Kata Beni melambaikan tangan.

Calysta hanya membalas dengan senyuman dan mengangguk.

''Akhirnya mereka pergi juga.'' Gumam Calysta.

Siang hari yang cerah , sinar matahari yang menyinari wajah Calysta saat berjalan menuju ke kantin itu membuat kecantikan Calysta semakin memancar hingga semua mata tertuju padanya.

Setiap orang yang dilaluinya selalu menyapanya dengan penuh kagum.

''Siang Calysta,''

''Hai,''

''Selamat siang Calysta.''

Itulah salah satu sapaan orang-orang yang di laluinya.

Calysta hanya mengangguk dan tersenyum menanggapinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!