NovelToon NovelToon

The Failed Playboy

Chapter 1

Namaku Nina, aku sekarang duduk di bangku SMP kelas tiga. Aku memiliki tiga sahabatku di kelas yaitu aku, Lastri, Viana dan Dafa. Dafa satu-satunya cowok yang menjadi sahabatku. Kita selalu ngatain dia karena selalu berteman dengan cewek.

"Selamat pagi Tri." ucapku yang baru masuk kelas.

"Pagi juga Nin." ucapnya dengan senyuman.

Aku langsung duduk di bangku urutan nomor dua dari depan. Lastri duduk di depanku bersama Viana. Sedangkan aku duduk bersama Dafa.

"Hai guys." kata Viana yang baru datang.

"Hai Na." kataku dan Lastri bersamaan.

"Dafa belum datang Nin?" tanya Viana.

"Yah lu bisa lihat sendiri Na, orangnya ada tidak!" kataku datar.

"Yah kan gue cuma nanya." kata Viana.

Seseorang datang dengan percaya dirinya, siapa lagi kalau bukan Dafa yang tingkat percaya dirinya tinggi.

Dafa berkata "Hai, lagi pada nyariin gue yah, pada kangen yah sama gue, iya lah gue kan orangnya ngangenin."

"Ihh najis." kata Viana yang menggelikan.

"Iya Daf tadi Viana nyariin lu, tapi pas lu datang bilangnya najis." kata Lastri yang tertawa.

Aku ikut tertawa melihat ekspresi Viana yang kesal.

"Maklumlah Tri, memang begitu kalau orang ngefans mah." kata Dafa dengan percaya dirinya.

"Oh iya Daf, gue lupa gue kan ngefans banget sama lu. Tahu tidak gue sudah cuci foto lu dan gue taruh di kolong tempat tidur, supaya tikus takut lihat foto lu hahaha." tawa Viana yang membuat kita berdua ikut tertawa, sedangkan Dafa hanya memajukan bibirnya dan langsung duduk di sampingku.

Begitulah kita, aku dan Lastri yang pendiam sedangkan Viana dan Dafa sudah kayak tom and jery tidak pernah akur.

Dua mata pelajaran hari ini telah kita lewati, sekarang waktunya jam istirahat.

"Tri ke kantin yuk!" kata Viana.

"Ayo, eh Daf lu mau ikut tidak?" tanya Lastri dan ngajakin Dafa.

"Iiiikuuuuttttt..." kata Dafa dengan manjanya.

"Iya ampun!!! salah apa gue bisa kenal sama ini orang." kata Viana menyindir Dafa.

"Lu seharusnya bersyukur Na bisa kenal sama gue!!! coba kalau tidak ada gue, lu mau berantem sama siapa coba?" kata Dafa.

"Iya juga yah, Lastri dan Nina orangnya sama-sama pendiam." kata Viana.

"Iya lah." kata Dafa dengan bangganya.

"Sudah ihhh ribut mulu!!! kalian mau pesan apa? pusing gue harus berada diantara kalian." kata Lastri melerai.

"Gue mau cireng isi dan ice tea." kata Viana.

"Gue mau batagor dan ice tea juga." kata Dafa.

"Ok baiklah, gue pesanin dulu." kata Lastri meninggalkan mereka berdua.

Lastri memang pendiam dan penurut juga orangnya. Jadi, sudah kebiasaan kalau yang pesan makanan itu selalu dia. Kadang kalau kita lagi mager (malas gerak) untuk ke kantin, pasti dia yang disuruh beli makanan di kantin dan kita makan di kelas.

Dafa dan Viana mencari tempat duduk yang kosong dan akhirnya ada yang kosong yang menghadap ke arah TK. Sekolah kita memang berada dipaling belakang, sedangkan di bagian depan ada TK dan SD juga.

Sedangkan aku, aku berada di perpustakaan. Aku mulai suka membaca di perpustakaan sekolah waktu kelas dua. Dimana teman-temanku waktu duduk di kelas dua kebanyakan suka membaca, jadi kebawa deh. Dan pas kelas tiga kita beda kelas.

Di perpustakaan sudah ada Yanti, dia teman sekelasku juga saat ini. Aku berjalan ke arahnya.

"Hai, kok tidak ngajak-ngajak mau kesini." ucapku.

"Oh iya lupa Nin, sini duduk." ucapnya.

"Iya Yan, nanti aku mau nyari novel dulu yah." kataku pergi melihat-lihat novel.

Sambil melihat-lihat, tidak sengaja aku melihat cowok yang masuk ke dalam perpustakaan dan dia tersenyum kepadaku ketika aku melihatnya, aku pun balas dengan senyuman.

"Eh Iksan, ayo duduk disini." ucap Yanti ketika melihat cowok itu masuk ke dalam perpustakaan.

Aku langsung duduk di samping Yanti setelah menemukan novel yang menarik untuk dibaca, dan langsung membacanya.

Yanti yang duduk di tengah, sedangkan aku duduk di samping kirinya dan Ikhsan duduk di samping kanan Yanti. Aku yang sudah terhanyut sama novel yang aku baca, sampai-sampai tidak mendengar bunyi bel masuk kelas.

"Nin ayo, sudah masuk kelas!" ucapnya mengagetkanku.

"Oh iya." ucapku langsung menghampiri ibu penjaga perpustakaan untuk meminjam novel yang aku baca tadi.

Kita bertiga keluar dari perpustakaan dan menuju kelas karena memang kita sekelas bareng.

Waktu pun tidak terasa, tibalah jam pulang sekolah.

"Eh gue duluan iya, bye." kata Lastri.

"Buru-buru amat si lu Tri, tidak bisa apa kita ngobrol-ngobrol dulu." kataku.

"Ya elah Nin, lu kayak tidak tahu Lastri saja!!! dia kan takut sama bapaknya." kata Viana.

Iya memang kita semua tahu kalau Lastri itu memang paling takut sama bapaknya. Kita juga tidak tahu alasannya kenapa? padahal pernah main ke rumahnya, bapaknya baik kok. Mungkin karena Lastri orang yang penurut, maklum juga sih dia dirawat sama bapaknya karena ibunya pergi ke luar negeri.

"Nin, shalat dzuhur dulu yuk!" ucap Yanti yang tiba-tiba menghampiriku.

"Ayo, tunggu sebentar iya aku kemasi buku dulu." ucapku berkemas.

"Iya sudah Nin gue duluan iya, itu teman-teman sudah pada nungguin." ucap Viana.

"Oh iya Na, hati-hati yah." ucapku melambaikan tangan.

"Daf, ayo pulang." ucap Dinda temennya Dafa.

"Gue duluan iya Nin, Yan." ucap Dafa berlalu pergi.

Setiap jam pulang sekolah aku sempatkan shalat dzuhur dulu, sedangkan Viana, Lastri dan Dafa langsung pulang bareng teman-teman mereka yang searah rumahnya. Kita berempat beda arah semua, kecuali Dafa dan Viana dia menggunakan bus yang searah, tetapi rumahnya lebih jauhan Viana.

Sesampainya di musolah sekolah.

Aku bertemu lagi dengan Ikhsan, dia tipikal orang yang rajin ibadah. Selama kita bertemu tidak pernah ada obrolan selain sapa lewat senyuman saja.

Setelah selesai shalat, aku langsung pamit ke Yanti pulang duluan dan dibalas olehnya dengan anggukan.

Aku pulang berjalan kaki seorang diri. Kadang kalau ketemu sama teman kita jalan bareng, tetapi kali ini aku berjalan seorang diri.

Sampai rumah.

"Assalamualaikum nek." ucapku mencium tangannya.

"Waalaikumsalam Nin." ucapnya tersenyum.

"Sudah sana ganti baju dulu." kata nenek.

"Iya nek." kataku pergi ke kamar untuk ganti baju.

Aku tinggal sama nenek karena ayah dan ibu sedang bekerja di luar kota. Sudah tidak aneh bagi aku karena memang sejak aku masih bayi, setiap mereka ke luar kota aku selalu dititipkan ke nenek.

...****************...

Chapter 2

Aku sudah ganti baju dan langsung menghampiri nenek yang sedang mempersiapkan barang jualannya. Meskipun dia sudah tua tapi dia masih berjualan di depan rumah. Tiap pagi jualan bubur ayam dan soto ayam sedangkan sore jualan lauk pauk. Menurutku masakan nenek paling enak dan yang beli pun tidak menyesal soal rasanya.

"Mari nek saya bantu siapin." kataku mengangkat barang-barang.

"Terimakasih nak." katanya.

Aku langsung merapihkan semua barang jualannya di atas meja.

"Sudah nak, kamu istirahat saja! lagian semua sudah beres." katanya.

"Iya nek, sudah tidak apa-apa saya disini nemenin nenek." kataku tersenyum dan dibalas anggukan dari nenek.

Satu persatu pembeli berdatangan dan aku selalu berada di sampingnya untuk membantu nenek jualan hari ini.

Tidak terasa hari mulai gelap dan sudah terdengar suara adzan magrib. Aku langsung mengambil air minum untuk sekedar membatalkan puasa.

"Alhamdulillah aku masih bisa menjalankan puasa sunnah senin kamis." batinku bersyukur.

"Nak, kamu makan dulu! ini masih ada serundeng." katanya.

"Iya nek nanti aku makan." kataku membereskan semua jualan nenek. Karena sudah waktunya tutup.

"Sudah nak, itu mah bisa nanti. Sekarang kamu makan saja dulu!" katanya.

"Iya nek, ini juga sudah mau selesai." kataku dan nenek hanya tersenyum melihatku mengerjakan semuanya.

"Kamu anak baik nak, semoga kelak kamu menjadi orang yang sukses dan kehidupanmu kedepannya bahagia." batin nenek.

Setelah semuanya sudah selesai dan rapih, aku mengambil satu buah apel untuk mengganjal perutku untuk sementara. Setelah itu aku pergi ke kamar mandi membersihkan diri. Selang 15 menit aku keluar dari kamar mandi dan berniat pergi ke musolah yang terletak di belakang rumah untuk menjalankan shalat magrib berjamaah.

"Nek, Nina pergi ke musolah dulu iya. " kataku pada nenek.

"Iya nak." katanya menganggukan kepala sambil tersenyum.

Setelah selesai shalat magrib di musolah, aku langsung balik lagi ke rumah.

"Assalamualaikum nek." ucapku.

"Wa'alaikumsalam nak, mari makan." ucapnya.

"Iya ampun nek! kenapa tidak makan duluan saja?" kataku.

"Sudah ayo, nenek mau makan bareng kamu." katanya.

Selama makan hanya hening tidak ada obrolan, hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring saja.

"Alhamdulillah." ucapku kenyang.

Nenek yang melihatku hanya tersenyum.

Aku memandanginya dalam hati berkata "Aku bersyukur punya nenek seperti dia. Aku yang jarang bersama ayah dan ibu bisa merasakan kasih sayang yang lebih dari seorang nenek."

Aku langsung merapihkan semuanya dan mencuci piring kotor.

"Nak, apa belum selesai?" tanya nenek di ruang televisi.

"Sudah kok nek." kataku menemuinya dan langsung duduk bersandar di pundaknya.

Dia membelai rambutku dengan lembut, dan aku menutup mata merasakan kenyamanan dan ketenangan melalui tangannya yang sudah keriput. Tiba-tiba terdengar suara adzan isya. Aku langsung bergegas untuk pergi ke musolah.

Setelah shalat isya.

Nenek yang lagi nonton televisi sinetron itu, air matanya jatuh seketika ketika tayangan televisinya menayangkan cerita sedih. Nenek mudah terbawa suasana dan mudah tersentuh hatinya, sama kayak aku.

Flashback On.

Waktu aku masih kecil aku juga pernah menangis sampai terisak karena sebuah film. Saat itu aku, ibu dan saudara-saudara yang seumuran denganku lagi pada kumpul dan nonton film di rumah. Ketika film itu menayangkan adegan sedih, aku nangis terisak di pojokan.

"Hei nak, kenapa kamu menangis?" tanya ibu yang mendengar isakanku.

"Hiks... hiks... " tidak menjawab karena menangis.

"Sudah-sudah, itu lagian cuma film masa kamu nangis kayak begini." katanya menenangkan.

Aku langsung memeluk Ibu, dan tanpa disadari saudara-saudaraku melihatku menangis dan mereka tertawa. Aku malu karena di tertawakan dan langsung pergi ke kamar mandi.

Flashback Off

Akhirnya aku mendekati nenek dan tidur di pangkuannya. Nenek sontak kaget dan menghapus air matanya.

"Kamu sudah pulang nak?" tanyanya.

"Iya nek, buktinya aku sudah disini." kataku tersenyum.

"Kok nenek tidak tahu kalau kamu sudah pulang." katanya bingung.

"Iya orang nenek lagi sedih karena nonton sinetron." kataku.

"Hehe... iya." katanya malu.

Karena pangkuan nenek membuatku nyaman, dan tanpa disadari aku tertidur di pangkuannya. Nenek yang merasakan kakinya sudah keram, dia mengambil bantal yang tidak jauh darinya dan meletakan kepalaku di bantal dengan hati-hati, karena tidak tega membangunkanku saat aku baru terlelap.

Waktu menujukan pukul 21.00 WIB.

Aku yang masih nyaman tidur di sofa. Akhirnya nenek coba membangunkanku karena hari sudah malam.

"Nak bangun sudah malam! tidurnya pindah dulu di kamar." ucapnya membangunkanku.

"Ehmmm iya nek." kataku yang belum sadar sepenuhnya.

Aku bangun dari tidurku meski belum sadar sepenuhnya dan aku berjalan menuju kamar tidur dan melanjutkan mimpiku.

...****************...

Chapter 3

Keesokan harinya.

Aku bangun subuh-subuh dan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan shalat subuh. Selesai itu aku bergegas membantu nenek menyiapkan jualannya. Sudah dirasa siap, aku berkemas untuk berangkat ke sekolah.

"Nak, sarapan dulu!" ucap nenek ketika aku keluar dari kamar.

Aku dengan antusias menghampirinya karena aku suka sekali sama bubur ayam jadi aku sendiri yang meracik buburnya untuk sarapan. Karena hari ini hari selasa jadi aku tidak melaksanakan sunnah puasa.

Aku berkata "Iya nek."

Selesai sarapan, aku mencuci mangkukku sendiri dan ada beberapa mangkuk pembeli yang sudah mampir sarapan.

"Nek, aku berangkat sekolah dulu iya." kataku.

"Iya nak hati-hati." katanya.

"Assalamualaikum." ucapku mencium tangannya.

"Waalaikumsalam." ucapnya tersenyum.

Aku menyapa para pembeli yang lagi mengantri untuk membeli sarapannya di nenek.

"Mari bu, pak saya permisi dulu." kataku menundukan kepala ke mereka.

"Iya nak hati-hati, sekolah yang benar." ucap salah satu dari mereka dan di anggukan dengan yang lain.

Aku pergi ke sekolah jalan kaki. Meski lumayan jauh, tapi karena sudah terbiasa jadi terasa dekat dan banyak juga yang jalan kaki ke sekolahnya. Jadi, kadang suka ketemu teman di jalan.

"Nina gadis yang cantik, baik, sopan lagi." ucap salah satu ibu-ibu pembeli sarapan di nenek.

"Iya nek, mau tidak di jodohkan sama anak saya? anak saya lagi kerja di jakarta loh kali saja bisa gitu nek." ucap ibu-ibu satunya.

"Aduh bu, maaf sebelumnya kalau soal ini saya juga harus tanya langsung sama anaknya." ucap nenek.

"Iya nek, kalau Nina mau kabarin saya saja iya nek." ucap ibu-ibu itu.

Nenek hanya menganggukan kepalanya dengan senyuman.

Sampai di gerbang sekolah.

Aku melihat Ikhsan yang baru turun dari bus, aku langsung menundukan kepala dan cepat-cepat pergi ke kelas. Ketika sampai di depan kelas, aku langsung menghampiri ketiga sahabatku yang sudah berada di kursinya masing-masing, dan tumben hari ini mereka yang datang lebih awal. Karena tempat duduk Lastri dan Viana dipaling depan dekat pintu, jadi aku berdiri di dekat pintu kelas menghadap ke lastri dan Viana. Tanpa disadari Ikhsan sudah masuk ke kelas berjalan di belakangku.

"Ekhm... " ucap Viana.

"Kenapa lu?" aku bertanya dan sedikit mengangkat alis.

Aku melihat Ikhsan berjalan di depanku.

"Iya sudah sih, jangan dilihatin terus." ucapnya mengagetkanku.

"Apaan sih." ucapku berjalan ke tempat dudukku.

Dafa yang melihat itu, tiba-tiba cemberut.

"Kenapa lu Daf, Pagi-pagi sudah cemberut begitu?" kata Viana.

"Tidak apa-apa." kata Dafa cepat.

"Ok baiklah." kata Viana yang sudah menyerah dengan situasi.

Viana memang sahabat yang paling dekat denganku, karena aku merasa lebih nyaman saja dengannya. Bukan berarti Dafa dan Lastri tidak asik juga, tapi aku lebih suka cerita ke Viana, dia pun sama ceritanya ke aku. Karena kita merasa cocok satu sama lain. Lastri yang pendiam dan Dafa yang kadang-kadang tingkahnya bikin kita semua ilfil, makanya aku lebih suka curhat ke Viana.

Tibanya jam Istirahat.

"Hey guys jajan yuk." ucapku mengajak ketiga sahabatku.

"Ayo." kata Viana cepat.

"Semangat amat lu." kataku.

"Iya kalau soal makan mah Viana memang paling depan." kata Dafa.

"Iya terserah kamu saja Daf, dari pada itu bibir makin maju karena cemberut dari pagi." kata Viana meledek Dafa.

"Iya kenapa sih lu Daf, tidak biasanya." kata Lastri.

"Lu mah memang lemot Tri." kata Viana.

"Jadi kalian mau makan kagak, apa mau ribut terus disini hah?" kataku kesal.

"Iya iya cantik, ayo kita makan." kata Dafa sambil menggandeng tanganku.

Ini sudah jadi kebiasaan Dafa bermanja kayak gini ke aku. Sudah beberapa hari terakhir ini dia seperti itu. Awalnya aku menolak, tapi tetap saja dia yang kayak gini. Kadang juga aku kesal sendiri dengan sikap dia kayak gini, tapi yah mau gimana lagi.

Kita berempat memilih makanan yang ada di kantin dan membawanya ke teras depan kelas, karena kantin sudah penuh.

Di teras kita ngobrol-ngobrol, becanda-becanda bahkan Dafa enggan beranjak ke tempat duduk lain, dia mau di sampingku saja. Menyebalkan bukan.

"Ikhsan, lu mau ke perpustakaan? gue ikut iya." ucap Yanti mengagetkan kita.

Sontak kita berempat melirik ke sumber suara. Tanpa diduga ternyata mata aku dan Ikhsan saling bertemu dan terkunci.

Viana yang ada di sebelah kananku menyenggol lengan aku, dan aku langsung mengalihkan tatapanku itu.

"Sorry Yan, gue ada urusan." ucap Ikhsan meninggalkan Yanti begitu saja.

"Hmmm... " hembusan Yanti yang kecewa.

"Ayo kita masuk kelas! sebentar lagi bel masuk." kata Dafa yang menarik tanganku.

"Apaan sih Daf! gue juga bisa jalan sendiri." kataku kesal dan melepaskan genggaman tangannya.

"Gimana mau kelar cerita cintanya kalau semua pihak hanya berdiam." batin Viana.

Jam pulang sekolah.

Seperti biasanya aku melaksanakan shalat dzuhur terlebih dahulu sebelum pulang, dan yang lain sudah di perjalanan pulang menuju rumah mereka masing-masing.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!