Namaku Lia, lengkapnya Casselia Cassandra. Yah seperti yang kalian tebak aku seorang indigo, entah kalian percaya atau tidak. Aku bisa melihat mereka yang telah tiada, masuk dalam dunia mereka, membaca pikiranmu ataupun mengetahui masa lalu dan masa depanmu.
Kalau kau pikir anak indigo hanya melihat hantu maka aku tidak, ah aku hampir lupa menceritakan pandangan buruk orang padaku, si wajah pucat, si dingin es, atau si aneh. Mereka menghujatku tanpa mau mengerti rasanya jadi diriku. Rasanya diteror mereka, diminta tolong, atau diancam. Haha
Sayangnya aku tinggal sendiri di rumah peninggalan nenekku dengan kakak perempuanku. Usia kami terpaut 8 tahun. Orang tuaku meninggal 1 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil, itu jelas membuatku terpuruk karena hanya mereka yang mengerti spesialnya diriku.
Ngomong ngomong pasal kakak perempuanku, namanya Andita Cassandra. Dokter psikolog lulusan Singapura, kakakku sangat tidak mempercayai hantu karena terlalu lama di negeri orang. Hubunganku dengannya juga tidak terlalu dekat, tapi percayalah aku mencintainya.
Terkadang pacar kakakku, Andy. Juga sering mampir kerumah untuk menemani kakakku, setidaknya aku bisa bernafas lega kakak tak terpuruk karena kematian mama papa karena kehadiran kak Andy.
Setelah kematian orang tuaku, aku berubah jadi lebih pendiam. Bahkan untuk berbicara pun aku tak mau, aku masih bisa melihat kedua orang tuaku tersenyum hangat di rumah dan terkadang tampak bersimbah darah menyeramkan sembari merintih kesakitan. Mama juga meminta tolong padaku, tapi aku tak tahu untuk apa. yang kutahu, setelah kecelakaan yang kami alami beberapa bulan yang lalu, mama dan papa meninggal.
Saat pertama kakakku pulang ke Indonesia, perusahaan papa bangkrut dan rumah kami disita. Untung saja nenek mewarisiku dan kakakku rumah di tempat kelahiran mama.
Oke sekarang aku akan menceritakan tentang rumahku, rumah ini lebih besar dari rumahku di jakarta. Disini terdiri dari 3 lantai dengan perabotan lengkap dan masih bagus, sayangnya saat kami datang rumah ini sangat tidak terawat dan kotor. Hawa disini sangat panas dan pengap. Ah anggap saja karena lama tak terawat.
"Non Lia mau berkeliling?" Kaget sebuah suara serak dari belakangku, aku menengok dan ternyata adalah pak Karto, penjaga rumah ini. Aku menganggukkan kepala dan dibalas senyuman darinya
"Hati hati, saya ada di kebun belakang"
Aku menelusuri rumah saat para pekerja memperbaiki rumah. Aku melihat sebuah piano tua tepat di bawah tangga. Piano itu tertutup dengan kain putih yang sudah penuh debu. Aku menyibakkan kain itu dan mulai memainkan piano itu. Musik indah mengalun mengikuti tarian jemariku diatas tuts piano. Ah lagu ini adalah lagu pertama yang mama ajarkan padaku, ia bilang lagu ini selalu nenek mainkan agar mama dapat tertidur pulas.
Saat musik selesai aku tersenyum kecil lalu meninggalkan piano itu menaiki tangga disamping dengan pelan perlahan. Rumah ini sangat sepi, entah kemana pekerja yang tadi berada bersamaku. Suara langkah kakiku terdengar nyaring dari tangga menuju lantai dua. Tepat di tangga ke 12 bau anyir darah menusuk indra penciuman ku, aku mencari sumber bau itu tapi nihil, aku tak menemukan apapun.
Aku kembali melanjutkan perjalananku hingga suara tuts piano mengagetkan ku. Aku menengok ke arah piano itu, masih sama! Aku tak melihat satupun makhluk halus disana. Aku mencoba mengalihkan pikiran negatif ku kemudian melanjutkan perjalananku. Tepat di tangga paling atas, aku melihat hantu anak kecil tengah menatap kosong kedepan sembari memegangi tangan kirinya yang terluka sampai tulang lengannya keluar dan darah merembes dari sana.
Aku mencoba untuk tak melihat kearahnya dengan harapan ia tak mengetahui kalau aku bisa melihatnya. Tepat di anak tangga yang sama dengan tempatnya duduk, aku merasakan kakiku berat melangkah ke anak tangga selanjutnya. Aku mendengar isak tangis kesedihan dari arah anak kecil itu. Aku mencoba menghiraukan nya dan mencoba menarik kakiku.
Usahaku berbuah nihil, kakiku sangat berat untuk digerakkan.
"Apa kau bisa melihatku?"
Tanya hantu anak kecil itu, aku tetap berusaha tak menghiraukan nya dan mencoba menarik kakiku lebih keras lagi
"Aku tau kau bisa melihatku!" Kini suaranya meninggi membuat bulu kuduk ku meremang, hantu kecil ini memiliki aura yang besar. Dadaku terasa sesak berada didekatnya, dengan perlahan aku menengok kearahnya dengan takut. Percayalah hantu ini tidak seseram hantu wanita yang kutemui di rooftop sekolah lamaku yang memiliki wajah yang hancur dan membusuk, tapi aku takut melihat masa lalunya yang tragis.
"Tolong aku.." Katanya dengan sedih, kata klasik yang sering kudengar saat menjumpai makhluk sebangsa mereka.
"Lenganku sangat sakit kakak" Katanya dengan isak tangis yang menyeramkan bila didengar dengan seksama, hantu ini buakan hanya menangis, ia juga sesekali tertawa menyeramkan yang bisa membuat bulu kuduk meremang seketika.
"Pe-pertama lepaskan kakiku" Kataku terbatas batah, pelan perlahan ia mengendurkan pegangannya dengan kakiku, aku menghembuskan nafas gusar.
"Apa yang bisa kakak bantu"
"Kak, aku tinggal disini 5 tahun yang lalu dan-
" Ya aku tahu, cepat katakan apa maumu" Potong ku. Ia pelan perlahan mendekatiku dengan terseot seot, ah aku menyadari kakinya yang patah dan membiru.
"Em, bisa kau rubah tampilan menyeramkan ini?" Lanjutku, kulihat ia menutup matanya dan kemudian hantu itu hilang, lama aku menunggu ia tak kunjung muncul kembali. Kuputuskan untuk melanjutkan penelusuran ku kedalam rumah. Di lantai dua ini didominasi oleh lantai dan atap kayu, disini juga dikelilingi jendela kaca yang membentang dari ujung lorong ke lorong lainnya. Aku membuka tirai putih agar cahaya matahari sore ini masuk kedalam. Lantai ini sepertinya sudah dibersihkan para pekerja, terlihat indah dan menenangkan saat sinar jingga memasuki lorong ini.
Aku mulai membuka ruangan ruangan di lantai ini, tak ada yang spesial. Hanya ada 3 kamar dan 2 kamar mandi besar. 1 ruang kerja yang terdapat balkon dengan mengarah langsung ke taman belakang yang terdapat kolam renang besar.
Ah sebenarnya aku melihat hantu wanita berpakaian putih di pohon beringin didekat kolam renang. Ia memandangku dan mulai tertawa melengking.
Keadaan mulai menggelap, aku berniat untuk keluar mencari kakakku dan menanyakan tempat kamarku. Lorong ini mulai gelap karena cahaya matahari mulai tenggelam. Dengan pelan aku menelusuri lorong untuk menuju tangga yang akan mengantarku ke lantai dasar.
Langkah kakiku terdengar menggema di lantai kayu ini, ah kurasa aku salah. Saat aku menghentikan langkahku, suara ketukan kaki itu tetap terdengar. Aku merasakan sesak di dadaku, pasti salah satu dari mereka ada di dekatku!
Tess
Aku merasa ada yang jatuh tepat di dahiku, darah! Saat ku periksa itu adalah darah! Lalu aku mendengar suara serak dari arah atasku, semakin lama semakin keras dan melengking. Aku mengarahkan kepala melihat keatas.
Sesosok hantu dengan rambut panjang menjuntai ke bawah tengah berjalan merayap di atap rumah. Darah yang menetes itu jatuh dari wajah rusaknya yang mengeluarkan belatung di beberapa sisi, daging di wajahnya makin menghilang menampakkan tulang pipi dan bola mata yang kosong.
Hantu itu kembali mengeluarkan suara melengking nya dan menjatuhkan diri kearahku, dia mulai menyerangku dengan mencakar dan berusaha untuk menggigit ku.
Kegelapan menelanku, yang terakhir kulihat adalah wajah hantu itu yang mendekat dan seakan memakan ku, bau busuk sangat menusuk indra penciumanku
"Mama Ika minta maaf" Seorang anak kecil merintih kesakitan saat ibunya mencambuk tubuh kecilnya dengan sabuk kulit ditangannya.
"Mama sakit, Ika janji gak nakal hiks" Rengeknya lagi.
Zatzzz
Suara pecutan kembali terdengar beriringan dengan suara tangisan yang semakin mengeras.
"Dasar anak pembawa sial!" Teriak ibunya dengan memecut anaknya lagi dengan emosi.
"MAMAAA!!!!"
Teriakku dengan keras, cahaya pagi menerangi kamar yang gelap, mungkin kak Dita Sudah membuka tirai itu. Suara alarm mendominasi seisi ruangan yang ku tempati.
Kamar ini didominasi oleh warna abu abu dan hitam. Tempat tidurnya juga berukuran king size dengan warna abu abu. Aku mengusap keringat dengan telapak tangan lalu meremas rambutku.
"Oh Tuhan" Gumamku. lalu aku menyibakkan selimut yang membalut tubuh. Aku keluar dari ruangan ini, oh ternyata kamar itu adalah salah satu kamar di lantai 2. Aku menuruni tangga sambil mengikat rambut panjangku. Aku melihat kak Dita Sudah duduk manis dengan kak Andy di meja makan.
"Pagi" Sapaku.
"Ah akhirnya kau bangun juga! Sini makan"
Aku menurutinya lalu duduk disamping kak dita dan mengambil sarapan ku.
"Dek kamu tuh kalau mau kemana mana ijin kakak dulu lah, kakak tuh khawatir pas kemarin malem gak lihat kamu" Kata kak Dita, aku kaget dan mengingat kejadian kemarin. Saat hantu itu mencoba melukaiku.
"Sudahlah sayang, kasihan Lia jangan dimarahin" Bela kak Andy disampingnya.
"Untung ada kak Andy! Kalau gak mana bisa kakak angkat kamu dari gudang belakang!" Kata kak dita sekali lagi, aku kembali mengerutkan dahi. Seingatku aku terakhir kali berada di lorong lantai 2.
"Kau ternyata sangat cerewet Dita haha" Ledek kak Andy dengan mencubit pipi kakakku, akhirnya berkat kak Andy suasana kembali menghangat. Aku melanjutkan makanku dengan tenang.
"Ah sebenarnya kau sedang apa Lia di gudang sampai tertidur disana?" Tanya penasaran kak Andy, aku hanya menggelengkan kepala. Aku tau kalau aku jujur mereka pun tak akan percaya.
Seperti rutinitas pagiku, setelah makan aku akan menumpuk semua piring kotor lalu mencucinya di wastafel. Aku melakukannya karena terbiasa.
"Oh ya Lia, kakak sudah daftarkan kamu di sekolah baru!" Seru kakakku dari arah ruang tamu.
"Bersiaplah dalam 30 menit, kakak akan mengantarmu" Tempat kak Andy. Aku tak menjawab dan memilih untuk menyelesaikan cucian ku, setelah selesai aku menaiki tangga menuju kamar yang tadi ku tempati untuk tidur, didalam lemari sudah ada sepasang seragam putih abu abu. Aku mandi dan memakainya setelah kurasa siap, aku keluar menemui kak Andy yang tengah bercakap cakap di telepon.
Setelah menyadari kehadiranku, kami pergi melajukan mobil ke arah kota, yah.. Rumahku sangat jauh jari kota.
°°°°
Hm, tak terlalu buruk. Sekolah ini terlihat bagus dan hijau, sayangnya kak Andy tak bisa mengantarku sampai kedalam, ia harus menemui Rekan kerjanya. Aku memahami kesibukannya ditambah beban yang diberikan kakakku untuk bolak balik dari rumah kami, kau sangat baik kak Andy!
Setelah diberi ijin oleh satpam yang menjaga pintu gerbang, aku masuk menuju ke ruang kepala sekolah dengan bantuan sesosok hantu berpakaian putih Abu-Abu disini haha, Namanya Kalya, aku menemukannya di taman dekat gerbang. Untungnya dia baik dan mau mengantarku ke ruang kepala sekolah.
Setelah diijinkan masuk aku memasuki ruang kepala sekolah. Kepala sekolah disini adalah seorang wanita paruh baya yang sangat berwibawa, tapi saat membaca pikirannya tetap saja ia melihatku aneh.
"Kau kelas 11.3, selamat datang di SMA kami ya nak?" Ujarnya lembut, aku hanya menganggukkan kepala dan menyalimi tangannya lalu keluar menuju kelasku.
Tak kuduga Kalya masih ada di depan pintu menungguku "Kau masih menungguku?" Hantu itu tersenyum senang lalu berjalan mengiringi ku. wajahnya tampak bersemangat sampai aku hampir mengiranya manusia, walau dengan sedikit pucat.
"Kau sudah bertemu ibuku? Aku sangat menyayanginya" Katanya dengan semangat.
"Apa maksutmu kepala sekolah tadi adalah ibumu?" Kalya mengangguk, mungkin apabila ada orang yang melihatku pasti aku sudah dianggap gila karena berbicara sendiri.
"Boleh aku bercerita? Aku kesepian, boleh aku berteman dan mengikutimu?" Aku tersenyum simpul dan mengangguk.
"Aku meninggal 8 tahun yang lalu, saat itu ibuku masih guru pendatang disini. Aku seorang pendiam dan menyukai perpustakaan, suatu hari aku pergi ke kamar mandi di jam pelajaran, sendiri seperti biasanya. Tapi dijalan aku bertemu segerombolan kakak kelas 11 di depan gudang yang letaknya di samping kamar mandi wanita, aku melalui mereka dengan gugup. Mereka menghinaku lalu menyiksaku ....
Perkatannya terhenti, kemudian dia menangis tersedu sedu. Aku berusaha mengorek masa lalunya tapi buram, aku sangat susah untuk mengetahuinya.
" Kau seharusnya ikhlas dan kembali ke asalmu" Dia kembali tersenyum lalu mengantarku tepat di dalam kelas. Pelajaran sudah dimulai sejak tadi, setelah memperkenalkan diri aku duduk di bangku pojok paling belakang yang masih kosong, tak lupa kalya mengikutiku duduk disampingku.
banyak pasang mata yang menatap kearahku membuatku sedikit terintimidasi, akhirnya mereka mengalihkan pandangannya setelah menerima interupsi dari guru.
"Kau tahu? Ini tempat duduk ku dulu" Katanya, aku tersenyum simpul menanggapinya. Entah mengapa ia menjadi seperti hantu hantu lainnya yang menatap kosong kedepan. Aku tak menghiraukan nya dan memilih fokus kedepan.
Tapi fokusku hilang saat aku merasakan ada yang menatapku intens, dan benar saja. Siswa disampingku menatapku, aku membaca pikirannya tapi kosong. Aku mencoba mengabaikannya dan memilih untuk mendengarkan guru didepan.
°°°°
Pelajaran telah selesai, banyak siswi mendekatiku menanyakan segala hal. Aku hanya merespon dengan anggukan ataupun gelengan. Mungkin mereka menganggapku aneh dan pelanggan perlahan meninggalkanku.
Sayangnya pria yang menatapku tadi masih duduk di bangkunya dan menatapku. Aku memberanikan diri mendatanginya dan menanyakan sesuatu.
"Maaf kenapa kamu menatapku seperti itu? Kau membuatku risih" Kataku, ia tersenyum simpul.
"Tak papa, kau cantik" Setelah mengucapkan itu dia pergi meninggalkanku, dia orang pertama yang tak mengatai ku aneh selain orang tuaku! Aku mematung di tempat.
"Ciee kurasa kau sedang berbunga bunga! Apa aku melewatkan sesuatu lia? Kaget kalya saat ia datang entah dari mana, aku kembali sadar dan meninggalkan dia sendiri, ia nampak mengejarku dan sekarang kami jalan beriringan. Tentunya siswa siswi lain akan melihatku berjalan sendiri.
" Kita mau kemana?"
"Kantin"
"Apa kau lapar?"
"Aku lupa kapan terakhir kali aku memakan nasi haha"
"Kalya stop menanyai ku! Aku tak mau dicap gila karena berbicara sendiri" Ia merajuk lalu meninggalkanku. Tiba tiba kepalaku sakit dan berputar putar, aku terjatuh dan menimbulkan semua orang di Koridor mengelilingiku tanpa mau menolongku.
Kurasa saatnya kau mengetahui masa laluku lia! Kata kalya mendengung ditelingaku
Flashback.........
*Kalya POV
*Flashback on.....
Namaku kalya, aku seorang introvert yang suka berdiam diri di perpustakaan, tak ketinggalan kaca mataku yang tebal selalu menggantung di atas hidungku, rambutku selalu ku kepang dua. Tampilan nerd ku selalu menghadirkan bullyan bagiku. Tapi aku menghiraukan nya, toh ini adalah hidupku terserah mereka mau berkata apa
Hari ini hari yang sangat cerah bagiku, seperti biasa aku bangun pukul setengah empat lalu melaksanakan sholat subuh, hal yang membuat hari ini istimewa adalah aku sholat bersama ibuku. Kemudian kami menyiapkan sarapan bersama dan memakannya.
Kami berangkat ke sekolah bersama, ibuku mengajar biologi disekolahku. Hal ini juga membuatku dibully oleh yang lain, mereka bilang nilai ku yang bagus karena ibuku yang menjadi gurunya. Percaya padaku! Ibuku tak seburuk itu!
mereka mengatakan, kalau ibuku sudah membocorkan jawaban disetiap ulangan padaku, makanya aku terlihat pintar. tapi ayolah... mereka tak pernah bisa membuktikannya.
Setelah sampai di depan kelas aku mencium tangan ibuku lama, entah kenapa aku sangat berat untuk melepaskannya. Ibuku tersenyum lembut lalu membelai kepalaku.
Pelajaran berjalan normal tapi tiba tiba telapak tanganku banyak tinta hitam yang berasal dari loker mejaku, huh pasti ulah mereka yang membullyku lagi.
ide bodoh siapa lagi yang menjahili ku kali ini? dulu mereka menaruh lem di kursiku, sekarang? tinta? ahh tinta ini terkena seragamku juga, ibu pasti marah melihat noda ini
Setelah meminta ijin pada guru aku berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan telapak tanganku. Aku mendengar tawa teman sekelasku yang sering membully diriku, oh sangat jelas merekalah penyebabnya!
aku berjalan sendiri menyusuri koridor yang sepi karena jam pertama telah dimulai, terkadang aku tersenyum simpul saat melihat beberapa bagian dari sekolah ini yang memberiku kenangan indah, walau hanya beberapa.
kenapa aku sangat mellow hari ini? yah... mungkin aku hanya merindukan sahabatku, yang sekarang sangat membenciku.
Aku mendengar tawa segerombolan anak laki-laki di depan gudang, tentunya aku harus melewati mereka untuk menuju kamar mandi, dengan gugup aku melewati mereka.
"He nerd!" Panggil seseorang dari mereka, aku mengenalnya! Pria itu adalah ketua basket di sini. Jika boleh jujur aku menyukainya, apalagi ia sangat tampan
tunggu, lupakan masalah ketampanannya, sekarang aku harus mengkhawatirkan diriku sendiri saat ia mendekatiku dengan menyebulkan asap rokoknya ke udara.
Tanganku dicekal olehnya, dadaku berdesir aneh.
Oh tidak! Aku mencium bau alkohol dan rokok disini! Oh Tuhan aku harus segera pergi.
Ia memojokkan ku lalu meludahi ku, mereka semua dalam keadaan tak sadarkan diri.
"To-tolong lepaskan aku" Kataku terbatah batah, aku mendengar suara tawa mengejek dari mulutnya. Lalu ia mendorongku hingga jatuh ke lantai
"Bos gimana? Cewek ini tau kita minum di sekolah" Bisik temannya. Wajah Bram, pria itu memucat, yeah kalau kabar ini menyebar nama baik ibunya yang seorang kepala sekolah akan ikut tercoreng
apa yang harus kulakukan sekarang? haruskah aku berlari dan berteriak meminta tolong? tapi siapa yang mau mempercayaiku?
"Lakukan semau kalian! Yang terpenting dia tutup mulut dan pergi dari sekolah ini!" Kata Bram dengan panik, dia kemudian pergi meninggalkanku.
"tidak, kumohon.... biarkan aku pergi, aku akan diam" elakku memohon, bram tak memperdulikanku dan tetap berjalan menjauh.
Tinggallah aku bersama teman teman Bram, mereka ada 5 orang. Hm aku melihat Deva disini, Deva teman sekelasku. Ia sangat baik kepadaku, sekarang ia menatapku iba.
"Dev, aku gak bakal ngomong siapa siapa.... " Deva hanya diam tak berani menatap mataku, Oh tidak.... aku semakin takut.
Mereka saling bertatapan melempar senyum misterius, seseorang dari mereka mulai mendekatiku.
"Kak, kumohon jangan! Apa kau mau dengan wanita jelek macam dia?" Kata Deva menohok hatiku, tapi aku bersyukur setidaknya aku bisa berusaha melarikan diri dari mereka.
ini kesempatanku... aku bisa menelfon ibu meminta pertolongan, tapi sayangnya sebelum aku menekan nomor itu, salah satu dari mereka merebut paksa hpku dan membanting nya ke lantai.
"Lo main bantah perintah bos?" Deva menunduk, jangan Dev! Tolong bantu aku!
"Udahlah bro, diem aja! Baru kita beresin cewek ini" Aku mencoba melarikan diri tapi nihil, mereka memasukkanku kedalam gudang menyiramku dengan air keras. tak jarang mereka menampar dan memukulku, hidupku hancur di menit ini dan seterusnya. Sekujur tubuhku penuh dengan luka bakar. Terakhir kalinya kudengar mereka menyuruh Deva untuk memukul kepalaku untuk mengakhiri hidupku
Dengan memejamkan mata takut, Deva memukulkan balok kayu itu tepat di kepalaku. Rasa sakit menjalar menambah penderitaanku, Bram datang lagi dengan matanya yang membulat sempurna.
"Bodoh! Kenapa kalian memukulnya! Apa dia mati?" Sayup-sayup aku melihat Bram menendang perut kawannya dengan keras.
"Maaf bos, kami hanya bersenang-senang"
"Bodoh! Cepat bereskan! Aku tak mau mendapatkan masalah gara gara kalian!" Mereka mengangguk dan mulai pergi satu persatu, mereka menyuruh Deva untuk membereskan ku.
"ganti juga baju kalian! jangan sampai ada yang tau" lanjutnya.
Deva mendekatiku dan mencium tanganku lembut, ia menangis tersedu sedu, tak ada yang bisa kulakukan lagi, aku hanya bisa menatap wajah Deva yang kalut dngan samar.
"Maaf maaf maaf" Tak ada yang bisa kudengar lagi dadaku terasa sesak dan kurasa nyawaku akan hilang dari tubuhku, rasanya sangat menyakitkan tapi aku tak bisa berbuat apa apa.
Tak ada yang mengetahui kematianku, mereka menyebarkan rumor bahwa aku menghilang kabur bersama kekasihku. kehilanganku juga sengaja disembunyikan dengan alasan nama baik sekolah, tentu ini ulah bram dan kawan kawannya.
Mereka kembali datang ke tempat jasadku, aku melihat mereka membopong tubuhku lalu dikubur secara tidak terhormat di bawah lantai gudang ini! Aku sangat geram dan tak Terima akan apa yang kuhadapi!
Mulai sekarang dan seterusnya aku akan membalaskan dendamku kepada mereka yang menghancurkan hidupku! Menghancurkan nama baikku! Membuat ibuku membenciku karena mengatakan aku kabur karena hamil di luar nikah!
terimakasih lia... kau membantuku... membantuku menguak lagi kenangan pahit itu, mengenang kembali apa yang membuatku sangat menderita, yang sangat kubenci! aku akan menuntaskan dendamku.
flashback off*....
Aku memegang kepalaku pusing, penglihatan terhadap kalya sangat menyiksaku. Aku merasakan kesakitan dan amarah yang dimilikinya mengalir dalam tubuhku, dadaku sesak dan nafas yang memburu
apa yang barusan kulakukan? aku membantunya mengingat dendam? arghh... bodoh Lia! aku harus bagaimana sekarang?
Saat aku menyadari posisiku yang dikelilingi banyak orang, aku mencoba menetralkan emosiku dan berdiri, setelahnya aku meminta maaf dan pergi. Aku mendengar bisik bisik mereka yang mengataiku aneh dan sejenisnya, aku menghiraukan mereka. Toh aku sudah terbiasa di sekolah lamaku.
"Kalya kau cukup menderita" Kataku dalam hati
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!