Carla Hadijaya, gadis berusia 20 tahun memiliki sikap manja, malas dan sedikit arrogant. Dia sering merendahkan dan menghina orang lain. Karena sifat jelek itulah membuat Carla di benci orang-orang di sekelilingnya. Bahkan saat dirinya jatuh, tidak ada orang yang mau membantunya.
Aska Rafasya, pemuda berusia 26 tahun selain memiliki perawakan yang tampan, dia juga sosok yang jujur dan pekerja keras. Dan berkat kejujurannya dia menjadi orang kepercayaan Hadyjaya, walau pekerjaan aslinya hanya seorang sopir pribadi bagi putrinya, Carla. Namun ada satu rahasia yang dia sembunyikan yang hanya di ketahui oleh kedua orang tua Carla.
Hadyjaya (ayah Carla, 53 tahun), pengusaha nomor satu di Asia. Sikapnya yang ramah namun tegas dalam memecahkan masalah membuat dia di kagumi oleh semua rekan bisnisnya. Namun sayang, semua sifat baiknya tidak menurun kepada putri semata wayangnya.
Wydia Rahayu (ibu Carla, 47 tahun), istri dari Hadyjaya, memiliki sifat lembut dan baik hati. Dia selalu memanjakan putri semata wayangnya.
Aditya Suherman (22 tahun) kekasih Carla. Dia berpacaran dengan Carla hanya untuk bisa memeras hartanya. Apapun yang dia minta selalu di kabulkan oleh Carla. Dia meninggalkan Carla saat gadis itu jatuh terpuruk. Dibelakang Carla dia berpacaran dengan Devi yang tak lain adalah sahabat Carla.
Nara Larasati (20 tahun) sepupu Carla. Dia sangat membenci Carla karena sering dihina dan dibilang kampungan oleh sepupunya tersebut. Diam-diam, Nara menaruh hati pada Aska.
Devi (20 tahun) teman Carla. Dia bersahabat dengan Carla hanya karena hartanya. Dan saat kehidupan Carla jatuh, dialah orang pertama yang lari meninggalkannya.
🍁🍁🍁
Teman-teman ini adalah karya ke 4 saya dengan genre yang sama yaitu romantis. Dan kisah kali ini tidak berhubungan dengan kisah-kisah novel saya sebelumnya. Semoga kalian tetap suka dan menjadikan karya saya ini menjadi bacaan favorit kalian.
Jangan lupa untuk tetap memberikan like, komen dan rate bintang lima. Dan kalau bisa Author juga minta votenya.
🍁🍁🍁
HAPPY READING 🤗🤗
"Apa!?!" suara seseorang menggelegar keseluruh ruangan. Bahkan suara teriakan tersebut terdengar keseluruh penjuru rumah.
"Ada apa sih, Mas?" tanya Wydia yang berjalan menuruni anak tangga. Wydia yang saat itu berada di kamar segera keluar saat mendengar teriakan suaminya. Iya, suara yang menggelegar ke seluruh penjuru ruangan adalah suara Hadyjaya.
"Kamu lihat, Mah. Putrimu di D.O lagi dari kampusnya," jawab Hadyjaya yang terdengar emosi.
"Pah, jangan lebay deh. Hanya di D.O juga, aku masih bisa kuliah di kampus lain," jawaban santai terdengar dari mulut seorang gadis cantik bernama Carla. Gadis itu memang selalu tenang setiap menghadapi kemarahan ayahnya.
Ini bukan kali pertama Carla di D.O dari sebuah kampus, setengah tahun yang lalu dia juga di D.O dari sebuah universitas karena tidak pernah mengikuti mata kuliah dan juga tidak pernah mengerjakan tugas. Dan satu tahun yang lalu, Carla juga di D.O karena menghajar temannya di kampus.
"Carla, sampai kapan kamu akan bersikap seenaknya seperti ini?!" bentak Hadyjaya. Dia benar-benar sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk merubah sikap malas dan arrogant putri semata wayangnya tersebut.
"Sabar, Mas." Wydia mengusap lengan suaminya.
"Sayang, aku sudah terlalu sabar menghadapi putrimu ini."
"Carla Sayang, seharusnya kamu bisa belajar dari setiap kesalahan yang kamu perbuat. Bukan malah seperti ini." Wydia berusaha untuk memberikan pengertian kepada putrinya.
"Aduh, Mah. Jangan ikutan lebay kayak Papah deh."
"Nak, Mama bukannya lebay atau apapun itu. Tapi sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini?" tanya Widya. Dia duduk di sebelah putrinya tersebut. "Berubahlah, Nak. Belajarlah dengan sungguh-sungguh untuk masa depanmu."
"Ma, masa depanku sudah tertulis jelas di garis tanganku, kalau aku ini putri tunggal dari Hadyjaya, pengusaha terkaya se--Asia. Jadi walaupun aku tidak bersekolah dan hanya ongkang-ongkang kaki di rumah, harta kekayaan papa tidak akan habis hingga tujuh turunan."
Itulah jawaban yang sama yang sering kali di lontaran oleh Carla saat mendapat nasehat dari kedua orang tuanya.
"Justru karena kamu anak tunggal dari Papa, makanya kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh, karena kelak kamu yang akan menjadi penerus Papa memimpin perusahaan," sahut Hadyjaya.
"Bukankah Papa punya pegawai, merekalah yang akan membantu Papa mengembangkan perusahaan. Kalau aku harus ikut bekerja keras, lalu apa gunanya Papa memperkerjakan mereka."
Hadyjaya benar-benar kehilangan kata jika harus beradu argumen dengan putrinya. Dia selalu memiliki jawaban dari setiap argumen yang dilontarkan olehnya.
"Carla, Papa ini sudah tua. Bagaiamana kalau tiba-tiba ...."
"Stop!" sela Carla sebelum ayahnya menyelesaikan perkataannya. "Carla tahu apa yang ingin Papa katakan. Dengar Pa, Papa masih muda dan masih bisa memimpin perusahaan, jadi stop bicara seoalah-olah Papa akan pergi meninggalkan Carla besok."
Carla sudah yakin kalau ayahnya pasti akan mengatakan hal yang seperti biasa dia ucapkan setiap kali Carla di keluarkan dari kampus.
"Sekarang, Papa tinggal carikan aku kampus baru. Aku mau pergi bersama teman-temanku dulu." Carla bangun dari tempat duduknya.
Carla berjalan ke arah pintu, namun beberapa langkah sebelum ke luar, dia kembali berbalik dan berkata: "Ohya, Pa. Carikan aku kampus yang isinya orang-orang elite, bukan orang kampungan seperti kampusku yang sekarang!"
Carla kembali melangkahkan kakinya meninggalkan ruang tamu mensionnya. Tepat di depan pintu, dia berpapasan dengan Aska, sopir pribadi yang selama ini mengantarkannya.
Aska membungkukkan badannya saat berpapasan dengan anak dari bosnya tersebut. Pemuda 26 tahun itu, membalas tatapan tajam yang diberikan oleh Carla dengan senyuman.
"Hari ini jangan ikuti aku, aku akan menyetir mobilku sendiri!" titah Carla pada Aska.
"Tapi Nona, Tuan ...."
"Biarkan dia pergi!" jawaban dari Hadyjaya membuat Aska seketika terdiam. Dia memundurkan kakinya selangkah untuk memberikan jalan kepada anak dari majikannya tersebut.
Carla sengaja menabrak bahu Aska dengan kasar dan membuat tubuh pemuda itu mundur beberapa langakah dari tempatnya berdiri. Carla sangat membenci Aska, karena selama ini Aska selalu menganggu waktunya saat bersama dengan pacar dan juga sahabatnya. Aska menatap kepergian Carla dengan tatapan yang sulit di artikan.
Hadyjaya menghela napasnya, dia benar-benar tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk mengubah sikap putri semata wayangnya tersebut.
"Aska, hari ini kamu temani aku kantor!" seru Hadyjaya kepada pemuda 26 tahun tersebut.
Aska yang sedang menatap kepargian Carla, segera berbalik. "Baik, Tuan," jawab Aska yang kembali membungkukkan sedikit badannya.
"Widya, kamu carilah universitas sesuai dengan keinginan putrimu itu. Aku benar-benar pusing menghadapinya!" titah Hadyjaya kepada istrinya.
"Baik, Mas," jawab Widya.
"Aku kembali ke perusahan, mungkin malam ini aku akan telat pulang karena harus meeting dengan client," ucap Hadyjaya.
"Iya, Mas."
"Ayo Aska, kita ke perusahaan sekarang!"
Hadyjaya berlalu dari hadapan istrinya, diikuti oleh Aska di belakangnya.
Sesuai dengan ucapannya saat di rumah tadi, saat ini Carla sedang menunggu kedatangan Aditya di sebuah restoran mewah.
Aditya adalah kekasih Carla, pemuda berusia 22 tahun itu sudah menjalin hubungan dengan Carla sejak Carla duduk di bangku SMA.
Carla melambaikan satu tangannya saat kekasih hati yang dia tunggu sudah berdiri di tengah-tengah pintu masuk. Pemuda dengan tinggi 175 cm, berperawakan tampan itu mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Carla. Saat melihat lambaian tangan Carla pemuda dengan nama Aditya itu tersenyum sambil berjalan ke tempat duduk Carla.
Aditya menarik bangku yang ada di sebelah Carla, kemudian dia mendaratkan tubuhnya di bangku tersebut.
"Sudah lama, Yang?" tanya Aditya.
"Baru 10 menit," jawab Carla setelah melihat jam tangan yang dia pakai. Jam tangan yang di pakai Carla adalah salah satu jam tangan termahal di dunia dengan merk ROLEX.
Label jam tangan asal Geneva, Swiss, yang satu ini merupakan salah satu label jam tangan paling populer sekaligus menjadi salah satu jam tangan termahal di dunia.
Label yang dahulunya dinamakan Wilsdorf and Davis, kemudian berubah dengan nama Rolex dan diresmikan di tahun 1908 ini terkenal akan craftsmanship yang historis sekaligus apik.
Salah satu jam wanita termahal dengan teknologi waterproof sejak tahun 1953 adalah Rolex Oyster Pearlmaster 39.
Dibuat dengan campuran berbagai macam emas yaitu emas kuning, rose gold, dan emas putih 18 karat, jam tangan ini telah menyuarakan kemewahan berkat kilau bagian dial dan penggunaan berlian yang diaplikasikan secara sejajar dengan sangat rapi.
Bagian gelang yang diolah secara mewah merupakan hasil dari taburan berlian dengan bahan dasar emas putih yang solid, sehingga memancarkan perhatian bagi siapapun yang melihat.
"Aku dengar kamu di D.O lagi dari kampusmu? Kenapa?" tanya Aditya lagi.
"Aku malas belajar di kampus itu, karena kampus itu terlalu jauh dari kampusmu," jawab Carla dengan nada sedikit manja. "Sayang, kenapa kamu tidak pindah kuliah yang sama dengan kampusku saja?"
"Kuliahku sudah hampir selesai, kalau harus pindah akan repot," jelas Aditya.
"Tapi kenapa waktu itu kamu memilih S2 mu di universitas yang sama dengan Devi. Bukankah, kamu bisa memilih melanjutkan S2mu di kampus yang sama denganku? Kenapa kamu tidak melakukan itu?"
"Itu hanya kebetulan Sayang, kan aku tidak tahu kalau Devi juga berkuliah di kampusku sekarang," tutur Aditya.
Carla mengangguk mengerti. Devi adalah sahabat Carla sejak SMA, dia tidak memilih melanjutkan kuliah di universitas yang sama dengan Carla karena alasan biaya.
"Makanlah, aku sudah memesan makanan favoritmu!" seru Carla. Dia mendekatkan piring yang berisi steak ke arah Aditya.
"Terimakasih Sayang, kamu memang pacar yang pengertian," puji Aditya.
"Sayang, kapan kamu akan menemui papaku?"
Aditya yang sedang makan langsung tersedak mendengar pertanyaan kekasihnya. Dia mengambil segelas air putih yang ada di sebelah piringnya.
"Kamukan tahu sendiri, papamu tidak menyukaiku. Dia mengira aku berpacaran denganmu, karena menginginkan harta dari papamu itu."
"Makanya kamu buktikan dong sama papa kalau segala yang papa tuduhkan padamu tidak benar," ucap Carla lagi.
"Itu sangat sulit, apalagi ...," Aditya menggantung kalimatnya.
"Apalagi apa?" tanya Carla. Dia menatap wajah kekasihnya.
"Aku merasa sopirmu itu juga tidak senang melihat kedekatan kita. Aku yakin, dia akan memberikan laporan yang menjelekkanku kepada papamu," jawab Aditya dengan raut muka yang di buat seolah-seolah menjadi pihak yang tidak berdaya.
"Aku juga tidak suka padanya," sahut Carla. Dia memang sangat membenci Aska, terlebih saat pria itu mengatakan padanya kalau kekasihnya menghianatinya.
"Ohya, dimana sopirmu? Tumben aku tidak melihatnya di sekitarmu?" tanya Aditya. Dia mengedarkan pandangannya mencari sosok yang saat ini sedang di perbincangkan.
"Tenang saja, tadi aku melarangnya ikut."
Sebuah ide licik tiba-tiba muncul di benak Aditya. "Sayang, apa kamu benar-benar ingin bersamaku dan menikah denganku?" tanya Aditya.
"Tentu saja," jawab Carla mantap.
Aditya membisikkan idenya ke telinga Carla.
"Apa harus dengan cara itu agar kita bisa bersama?" tanya Carla setelah mendengar ide dari kekasihnya.
"Itu adalah cara satu-satunya agar papamu bisa menerimaku," jawab Aditya.
Carla terdiam, dia memikirkan ide yang diberikan oleh Aditya.
"Tapi kalau aku hamil bagaimana?" tanya Carla.
"Aku akan bertanggung jawab, kamu tenang saja."
Carla masih terdiam. Dia memang arrogan dan pemalas, tapi selama ini dia tidak pernah melakukan hal di luar batas norma sosial. Jika dia berkelahi dengan temannya, itupun karena temannya yang terlebih dulu mengatainya dengan kata-kata kotor.
"Baiklah, jika itu cara agar kita bisa bersama, aku rela menyerahkan tubuhku ini untukmu," jawab Carla kemudian.
Pa, maafkan aku. Aku akan menyerahkan kehormatanku kepada Aditya agar Papa bisa merestui kami --- batin Carla.
Aditya tersenyum penuh kemenangan, akhirnya penantiannya selama beratahun-tahun akan menjadi kenyataan.
"Kalau begitu ayo kita pergi dari sini!" ajak Aditya.
Sepasang kekasih itupun beranjak dari tempat duduknya, setelah membayar semua makanannya, mereka berjalan meninggalkan restoran.
*****
Aska terus memandangi layar ponselnya, dia semakin tidak tenang saat melihat titik yang di tunjukkan pada layar tersebut.
"Ada apa? Kelihatannya ada yang sedang kamu pikirkan?" tanya Hadyjaya.
"Tuan apa meeting Anda masih lama?" jawab Aska sembari bertanya.
"Kamu ini As, disini tidak ada siapapun, kenapa masih memanggilku Tuan." Hadyjaya memukul pundak Aska pelan.
"Apa rekan Anda masih lama datangnya?" kembali Aska bertanya.
"Sekitar 30 menit lagi," jawab Hadyjaya. "Kenapa? Apa kamu merindukan putriku itu?"
Aska hanya memutar bolanya malas. Kemudian dia kembali melihat ke arah layar ponselnya.
"Pergilah, jika memang ada hal yang mengganggu pikiranmu! Nanti aku bisa menyuruh sopir perusahaan untuk mengantarku pulang!" seru Hadyjaya.
"Terimakasih, Tuan."
Dengan sedikit berlari Aska meninggalkan gedung JAYA GRUP. Dia benar-benar merasa tidak tenang memikirkan Carla. Apalagi saat dia melihat tempat yang di tuju Carla adalah sebuah hotel.
"Jangan bodoh Carla, jangan serahkan kehormatanmu pada ******** itu," gumam Aska sambil terus berlari.
Ponsel Carla sengaja Aska hubungkan langsung dengan ponsel miliknya. Awalnya, Aska tidak begitu khawatir karena tahu Carla sedang berada di restoran, namun kekhawatiran muncul saat posisi Carla berpindah. Dan kekhawatiran itu meningkat saat tahu tempat yang di tuju Carla adalah sebuah hotel.
Aska begitu memahami watak Carla, gadis itu kadang bisa berbuat nekat untuk bisa mendapatkan hal yang dia inginkan. Terlebih, Hadyjaya tidak merestui hubungan Carla dengan Aditya.
Dengan kecepatan penuh Aska mengendarai mobilnya menuju ke hotel tempat Carla berada. Dia menghentikan mobil yang dia kendarai saat tiba di depan sebuah hotel.
Aska memberikan kuncinya kepada juru parkir di hotel tersebut dan segera berlari menuju ke kamar tempat Carla berada.
Aska menarik napas kemudian menghembuskannya, ada kekhawatiran yang dia rasakan saat berdiri didepan kamar yang di duga di tempati oleh Carla. Aska mulai mengulurkan tangannya untuk menekan bel yang menempel disisi kanan pintu tersebut. Satu kali Aska menekan bel yang ada di sana tidak ada jawaban dari dalam, dua kali belum ada respon dan ketiga kalinya barulah pintu itu terbuka.
Aska menarik napas kemudian menghembuskannya, ada kekhawatiran yang dia rasakan saat berdiri didepan kamar yang di duga di tempati oleh Carla. Aska mulai mengulurkan tangannya untuk menekan bel yang menempel disisi kanan pintu tersebut. Satu kali Aska menekan bel yang ada di sana tidak ada jawaban dari dalam, dua kali belum ada respon dan ketiga kalinya barulah pintu itu terbuka.
Aska bernapas lega, kekhawatirannya terhadap Carla tidak terjadi. Gadis yang dia khawatirkan ternyata sedang makan di dalam kamar.
"Kamu lagi," ucap Carla. Dia begitu malas jika harus bertemu dengan Aska, laki-laki yang menurutnya selalu menjadi pengganggu.
"Untuk apa kamu ke sini?" tanya Carla ketus.
"Membawamu pergi dari sini," jawab Aska tanpa ekspresi.
"Hei, aku masih ingin menghabiskan waktuku bersama dengan pacarku. Jadi jangan menggangguku!" seru Carla.
Tanpa memperdulikan ucapan majikannya Aska mendekati Carla. Dia membopong tubuh majikannya dan meletakkannya di atas bahunya.
"Turunkan aku! Aska, cepat turunkan aku!" teriak Carla sambil terus memukuli punggung kekar Aska.
"Hei, turunkan dia!" suruh Aditya.
"Kamu ingin aku melaporkan tindakanmu ini pada Tuan Hadyjaya?!" tanya Aska seraya mengancam. Dia memberikan tatapan tajamnya kepada Aditya.
Aditya mengepalkan tangannya, dia memang takut dengan ancaman yang di lontarkan oleh Aska. Aditya mundur dan memberikan jalan untuk Aska membawa Carla keluar dari kamar hotel tersebut.
"Turunkan aku! Sopir brengsek! Cepat turunkan aku!" Carla terus memukul punggul Aska, namun pukulan itu sama sekali tidak membuat Aska menurunkan tubuhnya dari bahu pria tampan yang menjadi sopirnya itu.
"Kenapa kamu berada satu kamar dengan ******** itu?" tanya Aska.
"Dia adalah pacarku, jadi apa salahnya kami berduaan," jawab Carla seenaknya.
"Apa kamu berniat menyerahkan diri kepada pria brengsek itu?!" tanya Aska dengan menekankan kata Brengsek.
"Kalau iya kenapa? itu bukan urusanmu!"
Aska menghentikan langkahnya, tanpa mengucapkan apapun, pria bertubuh tegap itu melemparkan Carla ke kolam renang yang ada di hotel tersebut.
"Aska! Kau brengsek!" maki Carla.
"Itu untuk membuatmu sadar kalau tindakan yang ingin kamu lakukan tidak hanya akan merugikan dirimu, tapi juga kedua orang tuamu," ucap Aska. Laki-laki tampan tersebut berdiri di dekat kolam renang dengan kedua tangan di depan dada.
Namun wajah Aska berubah panik saat Carla berteriak meminta tolong.
"Tolong!" teriak Carla dengan mengepak-ngepakkan kedua tangannya.
"To-tolong aku! Aku tidak bisa berenang!" kembali Carla berteriak. "To--"
Aska segera melepaskan jas dan juga sepatunya lalu melompat kedalam kolam renang untuk menolong Carla. Dan sesaat setelah dia melakukan itu terdengar gelak tawa seseorang. Dan dia tahu persis siapa pemilik suara tersebut.
"Shit," umpat Aska saat menyadari kalau ternyata Carla sedang mengerjai dirinya dengan berpura-pura tidak bisa berenang.
Carla dengan baju yang basah kuyup beranjak dari kolam renang.
"Bagaimana?" tanya Carla yang merasa puas karena berhasil mengerjai Aska.
"Ternyata kamu pintar juga, tapi sayangnya kamu berubah menjadi orang bodoh saat bersama dengan pria brengsek itu," ejek Aska.
"Kau!!" Carla menunjuk ke arah Aska yang kini juga sudah naik ke atas permukaan kolam renang.
Dengan sorot tajamnya Carla menatap Aska, gadis itu benar-benar membenci pria yang saat ini berdiri dihadapannya.
"Aku tidak tahu kenapa papa begitu mempercayaimu. Jika kamu mengatakan Adit brengsek hanya karena aku sering memberinya bantuan finansial, berarti kamu juga seorang pria brengsek karena telah memanfaatkan kepercayaan yang diberikan oleh papa," Carla membela kekasihnya.
Aska hanya menanggapi ucapan Carla dengan senyuman. "Lalu apa yang ingin kamu lakukan terhadap pria brengsek ini?"
"Aku akan melaporkan perbuatanmu hari ini pada papa," ancam Carla. "Aku yakin saat papa tahu dia akan langsung memecatmu."
"Benarkah? Kalau begitu silahkan saja lapor! Aku justru yakin jika Tuan Hadyjaya tahu kalau putrinya berniat menyerahkan kehormatannya kepada Aditya, seluruh fasilitas yang ada padamu juga akan di cabut."
"Kau ...."
Aska kembali tersenyum.
"Baiklah, aku tidak akan melaporkanmu pada papa soal ini. Tapi aku harap kamu juga tidak mengatakan apapun pada papa soal yang tadi aku katakan padamu."
Aska berpura-pura berpikir. "Tergantung," jawabnya kemudian.
"Apa maksudmu dengan tergantung?"
"Jika kamu bisa bersikap manis di hadapanku dan tidak menemui pria brengsek itu, aku pasti akan menutup mulutku ini rapat-rapat."
Carla tidak bisa berkutik, satu-satunya cara agar Aska tutup mulut adalah dengan menuruti keinginannya.
"Baiklah, untuk sementara aku tidak akan menemui Adit."
"Gadis manis," puji Aska.
"Ayo kita pulang, aku tidak mau menjadi pusat perhatian tamu hotel ini!" ajak Carla yang berjalan mendahului Aska.
Aska mengambil jas dan sepatu yang tadi dia lempar, sebelum akhirnya mengikuti langkah Carla. Keduanya berjalan meninggalkan hotel tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!