Haah..., di waktu senggang begini memang enaknya rebahan sambil membaca novel. karena terlepas dari tugas kantor, hari libur adalah hari yang sangat menyenangkan. Ahh, aku ingin melanjutkan novel yang kubaca kemarin. Bukannya si tuan Putri antagonis Ravella akan dihukum!
Ia berbaring di atas kasur, sambil mengotak-atik handphonenya.
***
"Ayah.. apakah harus menghukum kakak dengan cara seperti ini?"
Grasia memelas kepada sang Ayah, yang dengan angkuhnya duduk sambil melipat kedua kakinya. Mendengar Seruan Putrinya Grasia, Duke berujar lantang padanya sambil melirik kearah sosok Ravella, yang sedang terbelenggu rantai di kedua tangan dan kakinya.
"Grasia, dia memang pantas dihukum. Karena dia telah membuatmu terluka, bahkan sampai ingin membunuhmu." Ujar Duke.
Grasia menyeringai dalam hati, menertawakan nasib Ravella yang menyedihkan.
"Ayah.. kalau begitu, izinkan aku untuk terakhir kalinya berbicara dengan kakak. aku mohon..." Rayunya kepada Sang Ayah.
"Baiklah Putriku, Tapi jangan lama-lama, Karena aku ingin segera menghukumnya. Keberadaannya hanya membuatku semakin muak dan jijik." Ujarnya memandang jijik kepada Ravella
Grasia mendekati sosok Ravella, dan berbisik di telinganya.
"Kakak, kau sungguh bodoh. Bahkan kau tidak pantas menjadi sainganku Hehe.. terima kasih telah memberikan Ayah dan tempatmu padaku, juga beserta tunanganmu. Ah, dan ternyata aku sungguh beruntung ya!
Asal kau tau kakak, sebenarnya... aku bukanlah adikmu, dan aku juga tidak perlu repot-repot menyingkirkanmu. Jadi, nikmatilah hukumanmu kakak! hehe.. sungguh menyenangkan melihatmu akan mati seperti ini, selamat tinggal kakakku tercinta."
Grasia menertawakan kesedihannya tanpa belas kasihan. Kemudian Grasia berpura-pura sedih dan duduk di samping Duke. Menyaksikan hukuman Putri terbuang.
Ravella dengan wajah yang kotor, dekil, tak terawat. untuk terakhir kalinya ia menatap sosok Sang Ayah yang dengan bodohnya percaya kepada Putri palsu.
'Ayah, kenapa kau bisa sampai seperti ini kepadaku?? aku selalu melakukan yang terbaik dan patuh kepadamu. Tapi bahkan, kau tidak pernah sedikitpun melihat kearahku, dan menganggap aku ada.
Andaikan saja waktu bisa terulang kembali.. benarkah dewa itu ada??? Oh dewa, jika kau benar-benar ada..! maka kabulkanlah permohonanku kali ini, aku tidak ingin dilahirkan sebagai putri seorang Duke.' Ia berdoa dalam hati, memohon pertolongan Dewa yang tidak pernah ia percaya keberadaannya.
Lannox hanya menatap dingin kepada Ravella, Tanpa rasa iba sedikitpun, ataupun rasa kasihan, hatinya sebagai seorang ayah benar-benar telah mati. Ia langsung berseru lantang, menjatuhi hukuman kepada Putri kandungnya.
"Potong tangan juga kakinya, dan penggal kepalanya. Lalu buang dia ke hutan terlarang, dan jadikan dia sebagai santapan binatang buas."
***
'Haaa.... Oh tidak, kenapa begini ceritanya..!
Jadi si antagonis yang aku kira jahat, ternyata sangat baik? Sungguh jalan cerita yang buruk. kalau tau begini mendingan aku tidak usah membacanya sama sekali. Sungguh tragis nasib Putri tersebut, dimana sang penulis menggiring opini pembaca agar percaya jika Putri yang sebenarnya penjahat adalah baik.
Hahhhhh.. rasanya, aku jadi lapar sekarang. Lebih baik aku beli makanan di luar saja tapi hari sudah mulai malam, keluar apa tidak ya!!!
Hmmm sudahlah, keluar saja.. benci sekali jalan cerita novel seperti itu. apa yang diharapkan sang penulis?? Dengan mengahiri kehidupan tokoh utama wanita secara tragis! Aku jadi menyesal telah menuduhnya setelah tahu akhir cerita sebenarnya.'
"Wuah, ada nona manis lewat. sendirian saja nih! Mahu abang temenin??"
"Si..siapa kalian??"
"Nona, daripada sendirian, lebih baik temani kami saja! Benar tidak teman-teman?"
"Minggir.. jangan halangi jalanku."
"Aduh galak sekali.. dia seperti serigala betina, aku suka yang galak-galak haha.."
"Aku bilang minggir.. sialan, plak." Dia mengayunkan tangannya kepipi pria yang menghalangi jalannya.
"Kurang ajar, berani-beraninya kau menamparku! Cari mati haa.. dasar wanita j****g. Cepat tangkap dia jangan sampai dia kabur. Kau harus melayani kami nona!"
"Tidak, kumohon jangan.. lepaskannn, dasar menjijikan. Kumohon jangan siapapun tolong aku!!!! Pergi kalian bedebah."
"Kita pakai dulu dia, setelah itu buunuh dia dan jangan sampai ada jejak, buat seolah-olah dia kecelakaan."
"Baik bos."
****
"Tidaaaak....!"
"Ah! tu-tuan putri, anda sudah sadar..?"
"Kamu.. ka..kamu siapa?" Tanyanya bingung.
"Saya Reni, pelayan anda Tuan Putri."
'Pelayan, Sejak kapan aku punya pelayan?? Tunggu.. Aku menepuk pipiku agar sadar. Oh tidak, bukankah setelah di perkosa lalu aku langsung di bunuh. Tapi.. bagaimana bisa aku ada disini? Dan tempat apa ini??
Aku berdiri melihat kesekeliling kamar dan jendela. Ini seperti istana megah, dan kamar yang sangat besar sekali, sangat luas. Ini terlalu mewah untukku, serta pelayan yang bernama Reni...!
Aku seperti pernah mendengar nama Reni, tapi dimana ya??
Reni.. Reni.. hmm, rasanya aku sangat familiar dengan nama ini..! Tapi dimana ya? Hem.. Reniiii.. ah ia benar, bukannya Reni adalah pelayan kesayangannya Putri Ravella!!
Ra..ve..lla.. tunggu..? Mungkin mereka tidak menyadari bahwa aku bukanlah orang yang mereka kenal. Jika benar dugaanku, berarti aku yang sekarang adalah! Tidak aku harus memastikan dulu, aku melemparkan pertanyaan kepada Reni, untuk menjawab kebenaran atas dugaanku tersebut.'
"Reni siapa namaku?"
"Anda kenapa tuan Putri..?" Tanya Reni bingung.
"Aku tanya siapa namaku..???"
"Ah, anda adalah Putri Ravella.. Putri dari Yang Mulia Duke."
'A..ap..apaaaaaaahh......?? celaka oh tidak, ini pasti tidak benarkan!! baru saja aku mati dibunuh, dan sekarang harus dibunuh lagi, apalagi dengan Ayahnya Ravella, oh tuhan.. cobaan apalagi yang kau berikan padaku.
Tidak cukupkah kau menyiksaku, kenapa aku harus berada ditubuh Ravella? Ini benar-benar petaka.'
"Reni aku sakit apa?"
"Anda keracunan Putri.. dan sudah sejak seminggu anda tidak sadarkan diri. tapi syukurlah, anda telah melewati masa kritis, tidak di sangka efek samping dari racun tersebut, sampai bisa membuat Putri lupa ingatan."
'Racuuun..! Lupa ingatan!!' pikirnya masih bingung. "Berapa umurku sekarang?"
"Tujuh tahun Putri.."
'Berarti aku kembali ketubuh kecil Ravella. Kalau begini.. aku masih punya kesempatan sebelum kedatangan Grasia. Baiklah, mari kita ubah alur cerita novel ini. Aku akan menyelamatkan Ravella, Tidak, bukan Ravella lagi sekarang, tapi tubuh ini telah berubah menjadi hidupku. Aku harus menyelamatkan diriku sendiri, dan melindungi tubuh gadis kecil ini. Aku tidak ingin mati konyol seperti Ravella yang asli.'
"Lapor yang mulia".
"Bagaimana keadaannya?"
"Tuan putri sudah sadar yang mulia."
"Baguslah, kau boleh pergi. Laporkan terus keadaannya padaku."
"Baik yang mulia."
"Tuan putri, sudah saatnya anda sarapan"
"Baiklah."
"Reni, apa ayah ada mencariku?"
"Tidak putri."
"Begitu ya..! Kau boleh pergi."
"Baik putri."
'Wow.. apakah begini jadi seorang putri? Berbagai macam makanan yang dihidangkan diatas meja. Yah, nikmati saja. Selama aku jadi putrinya, aku tidak perlu bertemu dengannya lagi kali ini cukup menghindarinya saja, dan menjaga jarak dengannya.. Itu cukup aman untuk kondisiku sekarang. Ternyata jadi putri bangsawan itu enak sekali ya, hihiiiy.. Ada baiknya juga aku bereinkarnasi ditubuh Ravella, aku akan mengubah jalan hidup Ravella, agar tidak direndahkan lagi.'
'Tenang saja Ravella.. aku akan menjaga tubuh ini dengan baik. Dan, aku tidak akan mengemis kasih sayang dari orang tua sialan itu. Pokoknya, aku harus menyusun rencana untuk pergi dari sini, sebelum usia delapan belas tahunku di mulai.' Pikirnya dalam hati.
'Dari novel yang kubaca berjudul APAKAH AKU BUKAN ANAKMU?
Di novel itu Grasia datang saat usia Ravella menginjak tepat lima belas tahun. Dan disaat itu kekesalan Ravella makin menjadi-jadi Tapi, aku bukan Ravella yang asli. Ditubuhku sekarang, aku memang kelihatan tujuh tahun, tapi mentalku sudah tiga puluh tahun.'
***
Duke Lannox Ravinrallex sedang duduk diruangan kerjanya sambil berpikir. 'Tumben sekali anak itu tidak mencariku, biasanya dia akan datang memberi salam dan menyapaku!
"Ranov, apa yang sedang dilakukan anak itu? Bagaimana keadaannya??." Tanya Duke kepada kepala pelayan.
"Putri, sedang membaca di taman yang mulia."
"Hmmmm,,, laporkan setiap kegiatan anak itu kepadaku."
"Baik yang mulia."
Kepala pelayanpun melenggang pergi meninggalkan Duke yang tengah duduk sendiri di ruangan kerjanya. Lannox pun bangun dan melihat kejendela dimana sang putri sedang asyik membaca.
***
'Ini cerita yang membosankan, Hah... aku bosan sekali.. aku mau jalan-jalan ditaman sebentar. Taman ini seperti labirin saja, besar sekali. Untunglah ada Reni yang selalu menemaniku. Kalau tidak, mungkin aku sudah tersesat sekarang.'
"Reni!"
"Ya putri.."
"Apakah ada danau disekitar sini?".
"Ada putri.. tapi agak jauh dari sini."
"Baiklah.. Tidak apa-apa, Kalau begitu ayo antarkan aku kesana.." Ujar Ravella kepada Reni.
"Baik, biar saya panggilkan beberapa kesatria, untuk mengawal put..."
'Aku langsung menyela perkataan Reni.' "Tidak perlu, cukup kamu saja yang menemaniku."
"Egh, tapi putri.. kalau sampai terjadi apa-apa pada anda saya yang akan...."
'Aku menyela lagi perkataan Reni.' "Jangan khawatir, kan ada kamu yang selalu menjagaku."
Reni tidak kuasa menatap wajah lucu itu dan berkata.
"Haah.. baiklah putri, mari silahkan saya antar."
Ravella yang ingin pergi ke danau, tiba-tiba saja melihat Duke dari kejauhan.
'Sialan.. ngapain juga si Duke ada disini segala! Sebaiknya aku harus segera pergi dari sini sekarang juga. Lebih baik menghindar, daripada harus terpaksa basi-basi dengannya. Huufffttt.. malas sekali.' Pikirnya kesal.
"Reni, ayo kita ketempat lain! Aku tidak jadi kedanau, moodku benar-benar sudah hilang sekarang."
"Baik putri." Reni melihat perubahan sikap Ravella tiba-tiba berubah. 'Apa yang membuat beliau tidak jadi pergi?'
Tak lama, dari kejauhan tampak wajah tampan Duke menjadi kecewa.
'ugh, apa mungkin karena beliau, mood Tuan Putri berubah?'
Lannox yang ingin menyapa putrinya dari kajauhan, tiba tiba saja kaget, karena tindakan putrinya yang malah berbalik menghindarinya, dan pergi begitu saja tanpa menyapanya sama sekali.
'Aneh, kenapa anak itu malah menghindariku..? Biasanya dulu, dia akan duluan berlari mengejarku, tapi mengapa sekarang!!!'
(Flashback) "Selamat pagi ayah.., apa ayah sudah makan???"
"Ada apa kau kemari..?"
"Saya datang ingin menyapa ayah."
"Apa hanya itu..! Jangan membuang waktuku, kalau tidak ada kepentingan lain kembalilah, Saat ini aku sedang sibuk."
Mendengar ucapan Duke, Ravellapun pergi dengan berat hati.
"Baiklah ayah." Ceklik, pintu ditutup kembali. (Masa sekarang)
"Yang mulia, apakah anda sakit???'"
"Ah, apa, kenapa???"Tanya Duke yang baru saja sadar dari lamunannya.
"Yang mulia, tiba-tiba saja anda terdiam tanpa suara."
"Oh, aku hanya sedikit pusing saja, mungkin karna kurang tidur, Ayo kita kembali."
"Baik yang mulia."
***
Keesokan harinya.
'Hmmmm sudah pagi ya..
dikehidupanku sebelumnya.. aku sering bangun pagi-pagi sekali, mungkin karena sudah terbiasa begitupun saat berada di tubuh ini.
apa mungkin karena tubuh ini juga sudah terbiasa bangun cepat. bisa saja.. karena diakan seorang Putri.
Reni yang selalu lebih dulu bangun dariku, sudah duduk di sini sejak tadi.'
"Reni... apa jadwal hari ini?"
"Anda ada pertemuan hari ini, acara minum teh dengan para nona bangsawan."
"Ganti.. aku tidak mau ikutan acara membosankan seperti itu..!"
"Tapi putri, pergaulan sosial di kaum para bangsawan itu sangat penting."
"Ya aku tau.. tapi aku malas bertemu para putri-putri penggosip itu. Lalu.. apa kegiatan setelahnya?"
"Anda harus bertemu pangeran Denfinxall Roleff."
'Ha... bukannya dia adalah tunangan Ravella yang tidak setia. Si penghianat itu dimasa depan, dia meninggalkan Ravella dan akan menikahi Grasia. Huuu membayangkannya saja sudah bikin kesal. tidak sudi aku.' "Reni, bisa kau batalkan saja pertemuan itu?"
"Tidak bisa putri.. ini pertemuan dengan pangeran, saya tidak bisa membatalkannya secara sepihak."
"Haah.. baiklah." 'menyebalkan sekali.' "Reni... biasanya apa yang akan aku lakukan jika bertemu dengan pangeran??"
'Aku benar-benar muak dengannya.. Walaupun bukan aku sih yang mengalaminya secara langsung. Tapi, ingatan di novel yang aku baca, di kehidupanku sebelumnya sungguh membuat aku muak juga benci dengan tokoh utama pria.. aku juga sangat kasihan denganmu Ravella. Untuk itu, aku akan menjaga tubuhmu ini dengan sangat baik. Tidak akan aku biarkan kau terluka lagi.' ujarnya dalam hati.
"Anda akan berbincang biasa.. dan kadang bermain bersama, lalu minum teh sambil menyambut senja."
'Apa!! itu cukup membosankan sekali.. di dalam novel dimasa depan, Devin akan bertunangan denganku. Tapi, dia berkhianat meninggalkan Ravella demi Grasia.. kasihan sekali nasibmu Ravella, tapi aku bukanlah Ravella yang dulu, aku akan berusaha menghindari pangeran.'
...----------------...
"Hormat hamba pangeran."
"Ravella.. bagaimana keadaanmu? sejak kemarin, Aku dengar kau keracunan. Maaf aku tidak bisa datang menjengukmu, aku sedang diluar kota waktu itu."
"Terima kasih telah mengkhawatirkan saya pangeran.."
"Apa kau marah karena aku tidak datang??"
"Tidak apa-apa pangeran, jangan terlalu dipikirkan. Silahkan diminum tehnya, sebelum menjadi dingin." Ujar Ravella beralasan.
"Baiklah, Apa kau ingin bermain?"
"Maaf pangeran, saya ada janji hari ini.."
"Begitu ya..! sayang sekali, kalau begitu baiklah, besok aku akan datang lagi kemari."
"Baik pangeran." 'haah.. Akhirnya dia pergi juga. untung aku cepat beralasan punya janji. Kalau tidak, mungkin aku akan terjebak dalam pertemuan membosankan ini.'
Dan tiba-tiba hal yang tak bisa di hindaripun terjadi.
"Tuan putri, yang mulia memanggil anda!"
"Apa.. ada apa lagi..??" Tanya Ravella.
"Hmm.., itu saya kurang tahu putri. Saya hanya diberitahu untuk mengabari putri kalau beliau, sedang menunggu anda."
"Baiklah.. dimana ayah?"
"Di ruangan kerja putri."
'Ngapain sih.. orangtua picik itu sampai ingin bertemu denganku segala..?! Biasanya juga dia bersikap tidak peduli pada putrinya Ravella.
Tapi kali ini tumben sekali, malah dia yang mulai mengajak bertemu duluan. Ah, baru saja lepas dari penghianat. Sekarang malah berhapadan dengan orang tua pembunuh. Sialan, merepotkan sekali.'
'Tok.. tok.. tok.. aku mengetuk pintu. kemudian terdengar suara dari dalam berkata' "masuklah".
"Baik, hormat saya yang mulia!"
'Lannox menghentikan pekerjaannya. Sinar matahari terpantul dari jendela kaca, dan mengenai rambut peraknya yang indah. Matanya yang semerah darah memandang tajam kepadaku. sial, dia ganteng sekali. Ah, tapi maaf saja ya.. aku sudah tidak tertarik lagi padamu. Aku berusaha tetap fokus dan terlihat tenang.'
"Bagaimana keadaanmu?"
"Saya sangat baik yang mulia.."
"Hmm.., mengapa kau menghindariku waktu di danau??"
'Haa.. jadi dia menyadarinya!!' Pikirnya terkejut.
"Oh, saya tidak mahu mengganggu yang mulia, makanya saya pergi.. Maafkan saya jika yang mulia merasa terganggu dan tidak nyaman dengan kehadiran saya."
'Kulihat wajah tampannya mengernyit dan Lannox tercengang, mendengar jawaban dariku.. mungkin karna aku tidak memanggilnya ayah.
Kemudian aku melanjutkan lagi.'
"Apa ada lagi yang ingin anda tanyakan yang mulia?"
"Ah, ehem.. ehem.. tidak ada, kau boleh pergi sekarang."
"Baik yang mulia, saya mohon undur diri."
'Aku pun berbalik membuka gagang pintu, lalu pergi meninggalkan ruangan Duke. Haaahh... hampir saja jantungku berhenti, suasananya sungguh meneganngkan sekali berada di dekat Duke. Ah, tapi biarlah yang penting aku sudah aman sekarang.'
****
Dibalik keterkejutannya dia memandang punggung mungil kecil yang keluar meninggalkannya, tanpa berbalik sedikitpun.. Ia merasa putrinya sangat dingin sekali sekarang, seakan-akan ada jarak yang begitu besar di antara mereka.
'Tapi, kenapa aku jadi merasa kehilangan.. bukankah seharusnya aku senang, dengan begini aku tidak perlu mengingatnya lagi.'
Ibu Ravella meninggal setelah melahirkan Ravella, dan semenjak itu Lannox menyalahkan putrinya atas kepergian istri tercintanya. Ia selalu mengabaikan putri kecilnya yang sangat membutuhkan kehadirannya, dan tidak pernah menjenguknya sekalipun saat Ravella masih bayi. Setelah Ravella berusia tiga tahun, itu pertama kalinya dia melihat putrinya yang tengah tertatih berjalan.. 'rambut perak miliknya sangat mirip sekali denganku, begitupun matanya yang bewarna merah darah menyala, juga sama dengan mataku. Tapi wajahnya sangat cantik dan indah, juga sangat imut persis seperti istriku. Cih, menyebalkan sekali..'
saat teringat mendiang istrinya.. dia menjadi kesal, dan pergi mengabaikan putrinya begitu saja.. meninggalkan jejak dengan tatapan kebencian pada anak yang tak berdosa itu.
Lannoxpun pergi dengan suasana hati yang buruk.
...****...
Di saat malam saat Ravella sedang tertidur.
''Ceklik'' gagang pintu tiba-tiba terbuka. Seseorang memasuki kamar gadis kecil itu.. kemudian mendekatinya, lalu duduk disamping tempat tidur gadis itu. Tangannya membelai wajah gadis mungil tak berdosa, yang sedang tertidur pulas.
'Kenapa dia menjadi sangat dingin padaku! Seakan ingin menghindariku. dan dia telah membuat batas diantara kami, Biasanya aku yang akan menghindari saat melihatnya, dan bersikap acuh tidak acuh padanya.
Tapi sekarang, mengapa aku jadi sangat kehilangan dan begitu sedih saat melihat dia seperti ini kepadaku. Dan yang paling mengesalkan lagi, dia tidak memanggilku Ayah seperti sebelumnya, Dan itu sangat menggangguku.
Padahal dulu dia paling bersemangat memanggilku Ayah, dan selalu tersenyum ceria setiap kali melihatku. Sekarang jangankan kata Ayah, bahkan senyumnya yang biasa bersinar cerah.. kini telah sirna berganti senyum palsu.
Apa mungkin karna dia lupa ingatan? yang menyebabkannya berubah drastis. Untuk sementara, aku akan mengawasi semua perkembangannya.'
Lannox merasa sedih dengan perubahan besar pada putrinya. Ia tidak terbiasa dengan perubahan sikap putrinya itu, yang secara tiba-tiba. Dia yang biasanya sering mengabaikan, kini jadi berganti terabaikan. Dan itu jadi membuatnya semakin ingin mendekati putrinya.
"Delio, apa kau sudah menemukan pelaku itu?"
"Belum yang mulia. Tapi menurut para pelayan.. sempat ada seorang pelayan baru yang mengantarkan makanan untuk putri. Namun semenjak keracunan itu terjadi, pelayan itupun lenyap, hilang bagai ditelan bumi".
"Hmmm.. selidiki dan cari tahu motif pelaku!".
"Baik yang mulia."
Ravella sedang fokus duduk bersandar di balkon kamarnya, sambil membaca buku tentang sihir kerajaan.
'Ternyata didunia novel ini masih sarat akan sihir juga! aku pikir dunia ini seperti duniaku. Ternyata didunia ini.. manusia bergantung pada sihir. heee,,, tunggu dulu, bukannya di novel yang kubaca tidak ada membahas sihir apapun. mengapa dibuku ini, diceritakan sihir adalah kebutuhan, dan bagi yang punya mana akan di anggap istimewa. Apalagi jika mempunyai mana langka. Haa.., apakah Duke juga bisa sihir! Ah, biar nanti kutanyakan kepada Reni saja.'
Ravella sangat terkejut dengan apa yang ia baca, berbeda jauh dengan novel yang pernah ia baca waktu berada di dunianya.
'Matahari sudah berganti senja, Kemudian terdengar ketukan pintu dari Reni, dan aku langsung menyuruhnya masuk.'
"Putri, sudah saatnya anda mandi. Saya sudah menyediakan air hangat untuk anda mandi Putri."
"Baiklah".
"Reni...!"
"Ya putri..."
"Apa ayah bisa sihir???"
"Tentu saja beliau bisa, bahkan dikerajaan ini.. beliau adalah kesatria sihir kerajaan yang paling disegani di benua ini. Karena kekuatannya, dan besarnya mana yang beliau miliki, hingga beliau dijuluki singa kerajaan. Bahkan, kaisar saja tidak bisa menundukkan beliau."
"Begitu kah..! Apakah aku juga bisa menggunakan sihir seperti ayah?"
"Tidak Putri.. sihir anda masih belum terbangun. Katanya bagi keturunan seorang Duke, sihir mereka akan bangkit saat usia meraka sebelas tahun.
Dan itu bertepatan saat bulan purnama penuh, Cahaya bintang akan jatuh memasuki tubuh mereka, itulah keistimewaan dari keluarga Duke." Tiba-tiba Reni melihat ekspresi kesedihan diwajah sang Putri.
"Oh, jangan bersedih putri. Andakan masih berusia tujuh tahun.. jadi, waktu itu masih lama."
'Aku jadi sedih mendengar ucapan Reni. Bagaimana kalau aku tidak punya sihir? apakah aku akan dibuang atau dihukum pancung!!
Menyelamatkan hidupku sekarang saja, aku butuh perjuangan dan segala rencana matang. Apalagi memiliki sihir.. sama sekali tidak mungkin bagiku!! Oh Ravella.. malang sekali nssibmu nak. Jika didunia benar-benar ada dewa atau dewi, aku ingin komplain kepada mereka.
mengapa mereka malah membuat Ravella seperti ini? Tidak cukupkah bagi kalian melihatnya tersiksa tanpa belas kasih sang ayah..? Belum lagi tekanan dari wanita sialan, yang mengaku sebagai saudari tirinya, dan merampas tunangannya.
Oh dewa dewi, kalian memang sangat kejam kepada anak ini. dan mengapa begitu banyak reinkarnasi, malah aku harus bereinkarnasi ditubuh Ravella.
Dan kenapa juga aku harus hidup dalam tubuh gadis ini? Kenapa banyak sekali penderitaannya.. aku jadi menyesal membaca novel itu.'
Tok,tok, tok,,, suara ketukan pintu dari pelayan memecah pergolakan batin Ravella.
"Tuan Putri.. sudah waktunya makan malam, yang mulia sudah menunggu anda dibawah."
'Apa, situa sialan itu ingin makan malam bersamaku, haah.. ada apa dengannya? apa aku tidak salah dengar!' Ravella berucap dalam hati, lalu segera menjawab panggilan dari luar pintu.
"Ya, baiklah aku akan segera turun".
"Baik Putri".
'Aku pun berjalan menuruni tangga, dan kulihat sang Duke, sedang duduk menungguku dengan wajah sedikit kesal, Kemudian aku berujat.' "Hormat saya yang mulia".
"Duduklah".
'Pelayan menarik kursi untukku, Entah kenapa aku muak sekali melihat wajahnya. Aku mengambil sendok dan pisau untuk memotong daging.
Tapi.. kenapa dagingnya keras sekali.. Apa dagingnya yang alot atau akunya yang tidak punya kekuatan. Sungguh memalukan, bagaimana bisa aku makan kalau begini.
tiba-tiba Duke memberikan daging yang sudah dipotong dari piring miliknya, lalu menukarnya dengan piringku.'
"Makanlah".
"Terima kasih yang mulia."
'Ada apa dengan pak tua ini? tidak biasanya dia begini..! opss.., ralat bukan tidak biasa, tapi tidak pernah. Hmmm.. bodo amat yang penting makan aja dulu, kebetulan aku memang sedang lapar sekali.'
"Ravella, besok ayah akan berkunjung ke istana. Apa ada yang kau inginkan?"
'Aku terdiam sejenak, memandang meja yang penuh hidangan dan berpikir, apa lagi sekarang yang dia rencanakan? Dia menawarkan aku untuk meminta hadiah, tapi sayangnya, aku tidak butuh tuh.'
"Tidak yang mulia, saya tidak menginginkan apa-apa."
Lannox terdiam kaku, beberapa saat kemudian melanjutkan kembali makannya.
"Yang mulia, saya sudah kenyang, terima kasih atas makan malamnya. Saya mohon izin kekamar dulu, terima kasih hidangannya hari ini."
'Dia tidak menjawab, aku pun bangkit dari kursi, dan pergi setelah memberi hormat. Lalu menaiki tiap tangga sambil mencuri pandang padanya, dia melihat kepergianku dengan tatapan sedih.
Huh apa mungkin perasaanku saja.. wajahnya terlihat kacau sekali, cih, apa peduliku, dia juga tidak menganggap aku ada. biarlah.. apapun yang terjadi, aku harus segera pergi dari sini.'
Disisi lain.. sang Duke yang membeku menatap punggung kecil, melihat kepergian putrinya dengan tatapan kesedihan. 'Kenapa dadaku terasa sesak sekali.. seperti ada yang hilang tapi apa itu?'
Esoknya Duke pun berangkat keistana, Malam yang pekat, suara angin berdesir mengusik tirai kamar, cahaya rembulan menembus jendela kaca masuk tanpa izin, memberi cahaya di setengah katil yang ditidurinya. Tiba-tiba jendelapun terbuka.
"Kau harus mati..! "
Sosok berpakaian serba hitam memasuki kamar gadis itu, dan mengangkat kedua tangannya, lalu menancapkan pedangnya pada tubuh yang mungil itu.
"kau harus mati rasakan ini..!"
''Sruuukk..'' suara pedang menusuk tubuh sosok hitam tadi. ''Cussss..'' darah mengucur deras dari tubuhnya. ''Shuutss...'' suara pedang ditarik kembali dari tubuhnya.
"Siapa kau? ke..kenapa?? Ba..ba..bagaimana bisa ada yang melindungi gadis itu. Padahal aku sudah me..mastikannya, tidak ada yang melindungi anak ini sebelumnya, bahkan ayahnya saja mengabaikannya."
"gedebug" suara tubuh yang jatuh kelantai.
"Berani sekali kau ingin membunuh tuan Putri, cepat jawab, siapa yang menyuruhmu???"
Pria itu tersenyum, lalu menggigit lidahnya dan bunuh diri.
"Kurang ajar, aku kehilangan informasi. aku harus segera membereskan mayat ini sebelum tuan putri terbangun."
Tiba-tiba keluar cahaya biru dari tangannya, lalu dalam sekejap mayat dan bekas darah itupun menghilang dan kembali bersih seperti semula. ''Wussshh..'' bayangan hitam secepat kilat menghilang dari kamar itu.
'Uuuaaggghhh.. aku menguap, Hmm,, sudah pagi lagi.'
"Selamat pagi Putri.. anda sudah bangun?" sapa si pelayan.
"Eehh, siapa kau? dimana Reni??"
"Maaf Putri, tadi pagi-pagi sekali Reni mendadak dapat berita, kalau ibunya sedang sakit. Jadi dia buru-buru pergi lalu menitipkan surat ini untuk Putri."
"Apa, sakit??" 'Aku membuka surat yang diberikan sipelayan.'
"Salam saya Putri.. saya benar-benar minta maaf kepada Putri, karna terpaksa pulang tanpa pamit dulu. Tapi saya baru mendapat surat dari keluarga saya, bahwa ibu saya sedang sakit parah. Beliau batuk darah dan sangat lemah, jadi saya tidak sempat izin dengan Putri. Saya benar-benar minta maaf, jika ibu saya sudah sembuh, saya akan segera kembali. Sebagai gantinya.. sepupu saya akan melayani Putri. Jadi anda tidak perlu khawatir, Dia dapat dipercaya. Hormat saya
Reni."
'Hahh, pelayan setiaku pulang! aku akan sangat kesepian sekali tanpanya.'
"Siapa namamu?"
"Nama saya Merri Putri, saya menjadi pelayan sementara untuk menggantikan Reni."
"Baiklah."
"Saya sudah menyediakan air hangat untuk putri mandi, mari silahkan saya akan membuka pakaian Putri."
"Baiklah.." 'Aku pun bangkit dari katil kebesaranku.'
setengah jam kemudian.
Merri, selanjutnya apa agendaku hari ini?"
"Hari ini anda harus les budaya, dan setelahnya.. ada pelajaran menari, kemudian pelajaran etika."
"Baiklah."
'tiba-tiba terdengar bunyi suara kereta kuda dari luar, kulihat dari jendela, kereta hitam mewah dihiasi warna emas di tiap sudutnya. Ah, pak tua itu sudah kembali rupanya. Cepat sekali.. bukannya seharusnya dia akan pergi selama seminggu, ini baru satu hari dia sudah kembali, aneh! apa sebenarnya yang terjadi??'
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!