NovelToon NovelToon

DESTINY

NEW LIFE

Dingin begitu menusuk hingga jaket tebal ini pun tak mampu menangkalnya, salju yang begitu tebal menyulitkan jalanku. Aku mempercepat langkahku karena udara begitu dingin bahkan menusuk hingga ketulang. Aku sampai ke depan rumah yang terlihat sempurnah dengan desainnya yang luar biasa, ditambah sinar redup dari lampu membuatnya kian elegan dan berkelas. Kugeret koperku hingga ke depan pintu rumah itu, inilah rumah yang akan menjadi awal hidupku yang baru.

Warna dinding dan interior yang didominasi oleh warna hitam dengan sentuhan krem sungguh membuat rumah ini kian berkelas. Aku bergegas menyalakan penghangat ruangan untuk membuat tubuhku hangat, kulempar sembarang koper yang tadi kubawa, aku berjalan ke salah satu ruangan yang menyediakan botol-botol berisi cairan memabukan itu, kupilih acak lalu menuangnya kegelas.

Kusesap berlahan sambil memejamkan mataku, merasakan setiap mili cairan itu memenuhi rongga mulutku, lalu mengalir dengan anggunnya menuju tenggorokanku. Begitu nikmat, itu yang kurasa. Patah hati membuat kumelangkah sejauh ini, aku berada di tanah kelahiran Ayahku. Orang-orang begitu kaget saat aku menawarkan diri untuk mengurus bisnis di sini, karena seperti yang mereka tau aku enggan pergi tapi kali ini, takdir memaksa kupergi.

Aku ingin melupakan kesedihanku, aku ingin mulai menata hatiku lagi. Entah sampai kapan aku akan terpuruk dengan terkuburnya cintaku bersama kebahagian yang didapat oleh Sorinku itu. Tidak, aku tak marah dan kecewa pada siapa pun, aku merasa marah pada takdirku yang tak mujur.

Mungkin aku dan Sorinku itu sudah berbeda benua tapi rasaku tetap sama belum berubah sedikit pun. Aku mentap keluar jendela melihat butiran-butiran salju yang terus turun menyapa tanah. Mulai sekarang, aku akan hidup seperti salju. Salju tak bisa memilih ingin jatuh di tanah bagian mana, tapi salju tetap menerima semua garis takdirnya bahkan akan segera mencair dan menghilang pada saatnya tiba. Begitulah hidup, kita harus menjalankan setiap apa-apa yang terukir dalam garis takdir tanpa protes dan memilih karena itulah cara takdir bekerja.

Ada Romeo yang rela minum racun saat tau Julietnya mati menenggak racun, mereka mati bersama cinta yang mereka miliki. Ada Antonius yang seketika menusukan pedang ke dadanya saat mendengar kabar kematian Cleopatra. Ada Qays dari Persia yang mendapat julukan Majnun karena persis seperti orang gila saat tak bisa bersama Laylanya dan keduanya masih saling mencintai sampai nafas terakhir berhembus. Ada Anarkali yang rela dikubur hidup-hidup dan menukar nyawa untuk Salim yang begitu dicintanya dan sekarang ada Sean pria dungu yang merelakan cintanya untuk berbahagia bersama orang lain.

Sungguh banyak kisah cinta yang berakhir tragis, maka anggap saja kisahku adalah salah satunya. Tidak, tak setragis yang lain karena sampai detik ini aku masih bernafas dan hidup. Tapi aku begitu tak beruntung, aku begitu pengecut bahkan aku tak kuasa mengakatakan cintaku yang sudah kusimpan sendiri selama bertahun-tahun.

Biar kenangan dan semuanya kukubur di lubuk hati, aku bisa saja meninggalkan semua kenangan itu tapi akulah Sean, pria dungu tak berpenderian dan pengecut. Semua kenangan indah itu terlalu manis untuk dilupakan, namun tak apa biar aku hidup dengan segala kenangan yang mungkin hanya aku yang masih menyimpannya.

Tak terasa, aku sudah menghabiskan tiga gelas anggur dan ini adalah gelas keempat, entah sejak kapan toleransiku terhadap alkohol begitu baik bahkan dulunya aku tak menyukai alkohol sama sekali. Tapi, kuakui alkohol sedikit membantuku saat fikiranku kacau dan semua kesedihan yang tiba-tiba melanda hatiku lagi.

Aku teringat pada hari itu, hari di mana aku bertemu dengannya pertama kali. Saat itu hujan lebat dan aku berada di perpustakaan karena persiapan untuk ujian akhir tingkat SMA dan persiapan tes masuk perguruan tinggi. Perpustakaan begitu sepi hingga aku bergidik ngeri karena mendengar tangis seorang wanita ya, kufikir itu setan, demit atau sejenisnya.

Pada awalnya aku masih berusaha menyakinkan diriku dan mengembalikan konsentrasiku pada buku yang sedang kubaca, tapi makin lama aku makin takut hingga kuputuskan untuk berlari dari sana. Langkahku terhenti saat melihat di pojok ruangan ada seseorang yang menangis dan aku yakin itu manusia bukan setan seperti yang kukira sebelumnya.

Kudekati dia "Hei," sapaku dan dia menoleh sambil berusaha menghapus air matanya "Maaf, kufikir tinggal aku sendirian, maaf mengganggumu." gadis itu sungguh lucu dengan mata indahnya. Kutanyakan namanya, dan pada akhirnya aku mengetahui nama Sorinku itu, kami pun makin dekat dan berteman hingga kuketahui bahwa dia adalah gadis yang sudah tak punya orang tua dan harus membiayai dirinya sendiri dan itu kian membuatku salut padanya.

Aku ingat bagaimana Ibuku begitu marah saat tau aku bekerja paruh waktu di salah satu mini market, aku berasal dari keluarga yang kaya Ayahku punya perusahaannya sendiri bahkan sudah berkembang hingga manca negera dan punya banyak cabang di segala bidang sudah pasti aku tak kekurangan masalah materi tapi entahlah, aku hanya ingin menemaninya bekerja saat itu. Yang kufikirkan hanyalah aku ingin terus bersamanya.

Saat aku tau dia mendapat beasiswa di salah satu kampus ternama di kota kami, aku memutuskan untuk membatalkan studiku di luar negri dan memutuskan untuk berkuliah di tempat yang sama dengan gadis itu dan sekali lagi Ibuku marah dengan begitu hebat. Lambat laun, hari-hari yang kami lewati begitu indah dan aku mulai merasa aneh pada setiap rasa yang hadir saat aku menatap matanya yang indah.

Bertahun-tahun aku memendam rasa yang ada, aku tak pernah berani mengatakan betapa aku mencintainya, betapa aku mendamba untuk bersamanya dan menjadikannya kekasih dalam hidupku "Aku begitu teramat mencintai mu," itu yang selalu kuucapkan dalam hatiku setiap kali menatap mata cantik yang terus berbinar itu.

Aku terus memendam rasa yang terus tumbuh hari demi hari, makin membesar dan kian kuat terus merasuk ke sukma jiwa hingga melekat sampai begitu sulit untuk tak memikirkannya seditik saja, hingga pada akhirnya aku menyesali setiap waktu yang kusia-siakan bersamanya harusnya aku mengatakan "Aku mencintaimu, jadilah kekasihku." harusnya aku melakukan itu, tapi aku terlambat aku terlalu pengecut untuk mengatakan itu, aku tak punya keberanian untuk mengatakan hal sebesar itu.

Hingga akhirnya Sorinku menemukan garis takdirnya. Dia bertemu orang lain yang dicintainya, tak peduli seberapa besar sakit yang diberi pria itu, Sorinku masih tetap bertahan dengan rasanya dan itulah akhir kisahku dengan Sorinku tercinta. Aku merelakannya bersama cinta yang dipilihnya. Aku tak masalah, tak ada penyesalan dalam diriku. Ku katakan "Aku teramat mencintaimu dan akan terus mencintaimu,"

***

Welcome to Sean's Story ❤

NEW LIFE (2)

Dingin! Udara begitu dingin sungguh aku belum terbiasa dengan cuaca dingin ini. Aku merasa sedang berada di dalam lemari es dan siap membeku kapan saja. Baru satu bulan aku menetap di sini tapi aku sudah mulai merindukan hangatnya kota itu.

Venesia, Italia siapa yang tak mengenal kota ini begitu eksotis dengan bangunan yang sangat artistik dan dikenal sebagai salah satu kota paling romantis di dunia, jangan lupakan gadis-gadisnya yang terlihat sangat anggun dan lucu di waktu yang bersamaan. Yang paling terkenal adalah gondolanya, sayang ini musim dingin hingga semua kanal membeku dan tak bisa dilewati oleh gondola.

Aku menyusuri setiap jalan menuju hotel tempatku bekerja sekarang. Ya, aku diberi tanggung jawab untuk mengurus usaha Ayah yang ada di sini salah satunya adalah hotel itu, yang aku ingat sejak aku kecil hotel itu sudah ada dan kami sangat sering kemari untuk berlibur, awalnya hotel berbintang yang menjadi primadona kota itu hanya penginapan kecil dengan dua puluh kamar, Ayahku menghabiskan masa mudanya untuk mengurus usaha itu hingga menjadi begitu hebat seperti sekarang ini.

Sesuatu yang ditekuni dan terus diusahakan akan menjadi sesuatu yang besar di masa depan dan aku belajar prinsip itu dari Ayahku. hanya butuh 15 menit berjalan kaki dari rumah menuju hotel itu, aku biasa menggunakan sepeda tapi hari ini lebih memilih untuk berjalan kaki. Semua kariawanku merasa heran, kenapa aku tak minta dijemput mobil saja ketimbang bersusah payah untuk berjalan dan mengayu pedal sepeda, tapi kota ini begitu indah dan sayang jika harus melewatkannya walau hanya seinci saja, bahkan sudah satu bulan aku berada di kota ini, tapi aku dibuat takjub setiap harinya.

"Selamat datang Tuan Sean," sapa seorang wanita dengan seragam khas pegawai hotel itu sambil membantu Sean melepas mantel tebalnya "Semoga harimu menyenangkan Anna," kata Sean sambil tersenyum pada salah satu pegawainya itu.

Dengan langkah gontai Sean memasuki ruangannya, setiap sapaan dari pegawainya itu ditanggapi dengan ramah oleh Sean. Sungguh Sean begitu memukau dengan wajah tampan dan tubuh sempurnah itu, bukankah Sean adalah gambaran ideal setiap gadis? Ya, tentu saja.

Rambut hitam tebal yang selalu tersisir rapih, mata coklat yang sangat indah, bibir kecil yang terlihat menggemaskan, hidung mancung yang menambah keelokan wajah tampan itu, belum lagi postur tubuh yang begitu sempurna leher jenjang, bahu lebar, lengan berotot, kaki panjang yang terlihat sangat kuat belum lagi kulit putihnya yang membuat siapa saja terpesona saat melihat sosoknya itu.bSungguh Sean terlihat sangat mempesona begitu perlente dengan semua yang melekat padanya, pembawaan tenang dengan senyum yang terus ada di wajah itu sungguh membuatnya kian memukau dengan segala pesona yang ada.

"Mau saya bawakan kopi Tuan?" tanya Liya pada Sean "Ya, seperti biasa gulanya hanya satu sendok," kata Sean pada sekertarisnya itu "Baiklah Tuan," kata Liya sambil berlalu pergi dan membuatkan atasannya itu kopi.Sean melepas jas dan menggantungkannya lalu menggulung lengan kemeja abu-abunya hingga hampir menyentuh siku. Ya, akan lebih nyaman untuk pria itu jika bekerja dengan pakaian yang sedikit santai seperti itu.

Sean terlihat sangat memukau dengan dengan kaca matanya, terlihat sangat serius sambil membaca tumpukan kertas yang ada di depannya itu "Terima kasih Liya," kata Sean saat kopinya sudah datang. Perlahan Sean menyesap kopi itu sambil terus menatap kertas yang ada di tangannya.

"Jam berapa jadwal rapatku hari ini?" tanya Sean pada Liya "Jam sebelas siang Tuan, setelah itu akan dilanjutkan dengan makan siang bersama Tuan Jims," jelas sekertarisnya "Oh, baiklah kalu begitu, pastikan semuanya berjalan dengan baik kita tak boleh kehilangan infestor ini," kata Sean "Baik Tuan." Liya menjawab sambil tersenyum lalu pergi dari ruangan Sean.

***

"Halo, Tuan Jims." Sean menyapa sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman "Hai, Tuan Sean," sahut pria yang sudah beruban itu dengan ramah. "Aku tak tau jika pimpinan Quan Hotel masih begitu muda," kata pria itu "Tidak Tuan, aku hanya melanjutkan tugas Ayahku." Sean biaca dengan sesantai mungkin ini adalah proyek pertama Sean dan membuatnya begitu tertekan.

"Aku selalu menginap di hotelmu saat pergi ke Venesia tapi tak pernah berfikir untuk bekerja sama," kata Tuan Jims "Maaf tapi, apa kau terpaksa mengambil posisi itu untuk membuat Ayahmu senang?" tanya Tuan Jims bercanda "Tidak Tuan," jawab Sean tersenyum "Aku penasaran apa arti Quan itu sendiri?" tanya Tuan Jims. Sean tersenyum lalu meminum teh yang ada di depannya "Quan diambil dari bahasa Tionghoa artinya adalah air di musim semi," jelas Sean "Ayahku memulai usahanya karena satu pristiwa besar dalam hidupnya, dia kehilangan cinta pertamanya karena laut dan di hari pertama musim semi, ayahku begitu mencintai wanita itu dan memakai nama Quan agar mudah mengenang kematian cinta pertamanya," kata Sean bercerita.

"Apa wanita itu Ibumu? aku minta maaf jika pertanyaanku membuka luka lama keluargamu," kata Tuan Jims tak enak "Bukan, dia bukan Ibuku. Meski hancur dan putus asa dia memilih bangkit dan menata hidupnya sendiri." Sean menyelesaikan ceritanya Tuan Jims begitu tertarik dengan cerita itu "Lalu apa Ibumu tak merasa cemburu dengan wanita itu?" tanya Tuan Jims "Tidak Tuan, Ibuku percaya pada ukiran garis takdir. Cinta pertama Ayahku musnah ditelan laut itu adalah garis takdir, tapi mendapati Ibukulah yang menjadi masa depannya juga salah satu takdir yang digariskan dalam kehidupan Ayahku." Sean meladani setiap pertanyaan pria itu padahal tak ada hubungannya dengan proyek mereka.

"Lalu kau juga percaya pada garis takdir?" tanya Tuan Jims "Tentu Tuan, aku mempercayainya aku pernah mencoba memutus garis takdir tapi aku gagal, bahkan alam tak dapat merenggut takdir," jawab Sean "Aku suka dengan cara berfikirmu, ayo kita tanda tangani kontrak." Tuan Jims menatap Sean sambil tersenyum "Anda serius Tuan? bahkan aku belum bercerita apa pun tentang proyek itu," kata Sean tak percaya "Aku yakin ide dari seorang yang punya pemikiran sepertimu akan luar biasa," kata Tuan Jims "Terima kasih Tuan, ini bahkan pengalaman pertamaku," kata Sean.

"Aku sudah malang melintang di dunia ini, aku sudah banyak tau cara dunia berkerja. Aku hanya butuh seorang yang punya ketulusan ketimbang orang yang punya pengalaman, karena pengalaman bisa dicari tapi ketulusan hanya melekat pada sukma setiap insan dan kau punya itu." Tuan Jims begitu senang dengan pendapat Sean yang dirasanya begitu luar biasa, dia begitu tersentuh dengan kata-kata Sean. "Selamat untuk proyek pertamamu," Kata Tuan Jims pada Sean.

NEW LIFE (3)

Malam sudah begitu larut, aku duduk di pinggiran jendela sambil menatap sungai yang membeku karena temperatur yang begitu dingin terlihat sempurna dengan pantulan cahaya rembulan. Kubuka akun sosial mediaku yang sudah begitu lama tak kubuka, aku merindukan sosoknya. Kubuka menu sosial medianya, aku tersenyum bahagia, halaman itu dipenuhi dengan foto bayi yang begitu lucu dan menggemaskan. Aku fokus pada mata bayi itu, itu sangat mirip dengan matanya. Banyak foto yang menampilkan kebahagiannya, suaminya berserta anak mereka yang begitu lucu "Kau begitu berbahagia, aku legah."

Ya, paling tidak tidurku akan nyenyak malam ini. Aku sudah melihat betapa bahagia kehidupannya sekarang dan semoga tak ada kemalangan yang menghampirinya lagi.

***

Kupakai mantel tebalku, kuputuskan untuk mencari udara segar di luar. Aku melangkah berlahan sambil menikmati pemandangan malam kota ini. Melihat kota ini di malam hari aku tak merasa heran kenapa kota ini disebut-sebut sebagai kota paling romantis di dunia, aku melihat banyak pasangan yang menghabiskan waktu bersama disini.

Aku mentap langit, banyak bintang yang menghiasinya ada juga bulan yang bersinar dengan begitu terangnya, kupejamkan mataku menikmati sentuhan angin malam "Angin bisakah kau menyebrang benua lalu sampaikan pesanku padanya, katakan bahwa aku baik-baik saja dan teruslah berbahagia."

Kuputuskan untuk duduk di salah satu kursi yang menghadap kanal beku itu, mungkin aku begitu lelah akhir-akhir ini hingga menjadi telalu banyak merenung dan melamun, tidurku juga tak nyenyak sama sekali dan itu membuat tubuhku terasa begitu lelah.

Aku berdiri dan berencana untuk pulang lalu dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba memelukku "Tuan aku mohon bantu aku," kata gadis itu dengan suata gemetar. Aku hanya diam tak bergerak hingga datang segerombolan pria dengan badan tinggi berotot "Mungkin mereka adalah alasan takutnya gadis yang memelukku ini, nafasnya terengah dan aku bisa merasakan detak jantungnya yang sangat cepat."

Untuk mengelabuhi orang-orang itu, aku memeluk tubuh gadis itu dengan erat sambil mengucapkan kata-kata cinta layaknya pasangan, gadis itu terlihat sangat takut hingga aku bisa merasakan detak jantungnya yang tak beraturan, hingga akhirnya rombongan pria seram itu pergi tanpa menaruh curiga sedikit pun pada kami.

Saat rombongan itu sudah menjauh, gadis itu melepas pelukanku, lalu duduk sambil memegangi dadanya "Ini," kataku memberikannya air putih yang sempat kubawa dari rumah, dengan tergesah-gesah gadis itu meminum air yang kuberikan.

"Tuan, terima kasih banyak atas bantuanmu," kata gadis itu "Apa mereka orang jahat?" tanyaku pada gadis itu "Ya, andai saja aku tertangkap maka besok aku tak akan melihat matahari lagi," desis gadis itu sambil memeluk dirinya sendiri mungkin merasa dingin karena hanya menggunakan baju kaos pendek di suhu yang begitu dingin ini, kujamin dia akan membeku sebentar lagi.

Aku melepas mantelku, lalu menyelimutkannya pada tubuh gadis itu "Tidak Tuan, anda akan sakit," kata gadis itu "Tidak jaketku masih cukup tebal untuk menghangatkan tubuhku. Pakailah kau hanya menggunakan kaos tipis itu, kau akan mati membeku," kata Sean. "Dimana rumahmu? aku akan mengantarmu," kata Sean "Tak perlu Tuan, kuucapkan terima kasih," jawab gadis itu sambil tersenyum.

"Kreokkkk..," gadis itu langsung menatap Sean gugup saat perutnya bersuara "Kau lapar?" tanya Sean sambil menatap gadis itu "Sebenarnya aku malu mengatakannya, tapi nampaknya kau orang baik dan bisa memberiku makan, ya aku lapar bisakah kau memberiku makan," kata gadis itu sambil menunduk dan membuat Sean tersenyum, merasa geli sekaligus gemas pada gadis itu.

"Baiklah, aku akan memberimu makanan," kata Sean. Sean mengajak gadis itu ke salah satu restoran yang terdekat dari tempat mereka tadi, Sean hanya menonton gadis itu makan dengan begitu lahap dan terlihat begitu kelaparan. Sean menatap gadis dengan manik mata coklat itu, rambutnya terlihat panjang walaupun sekarang sedang diikat sembarang, hidung mancung, bibir merah muda dan kulit agak sedikit coklat membuat penampilan gadis ini cantik tapi postur tubuhnya tak begitu tinggi hanya sepatas dada Sean.

Sean masih menatap gadis itu dengan tatapan heran, bagaimana bisa gadis dengan postur tubuh mungil itu menghabisakan begitu banyak makanan "Tuan aku sangat berterima kasih," katanya pada Sean lalu beranjak hendak pergi "Paling tidak katakan siapa namamu?" Tanya Sean pada gadis itu "Namaku Tinkerbell," katanya berbohong "Jika kau Tinkerbell maka aku adalah Peterpanmu," kata Sean sambil tertawa.

"Tuan, aku terburu-buru." gadis itu pergi begitu saja meninggalkan Sean disana "Aku akan menemuimu lagi pada hari pertama musim semi untuk berterima kasih secara benar karena sudah menolongku, sekali lagi terimakasih banyak," kata gadis itu langsung berlari dan meninggalakan Sean disana sendirian, masih dengan rasa penasarannya pada gadis itu.

Sean membayar tagihan makanan itu, lalu bergegas pulang untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya. Sean terpingkal sendiri mengingat bagaimana gadis tadi makan seperti orang tak makan berbulan-bulan.Gadis itu begitu unik dan nyeleh, dia memeluk Sean dipertemuan pertama mereka, minta makan juga, bahkan membawa mentel Sean begitu saja.

***

Seperti biasa Sean berjalan menyusuri jalan untuk sampai di hotel, tapi matanya menangkap satu pemandangan tak asing. Banyak orang yang mengerubuni seorang pengamen yang sedang membawakan instrumen dengan nada biolanya yang indah.Enatah, ada magnet apa yang menarik Sean hingga mulai bergerak dan ikut berkumpul di kerumunan itu dan gadis dengan senandung biolanya itu adalah gadis semalam, bahkan dia masih menggunakan mentel Sean pagi ini.

Sean hanya diam sambil mentap takjub pada gadis yang tengah asik dengan biolanya itu, nada-nada dari biola itu begitu menenangkan, sambil tersenyum Sean meletakan beberapa lembar uang di kotak biola gadis itu dan pergi perlahan. Sean tak ingin gadis itu melihat wajahnya, jadi setelah meletakan uang itu Sean bergegas pergi dan melanjutkan perjalanannya ke hotel untuk kembali melakukan pekerjaan yang melelahkan itu lagi

***

Aku tak pernah menyesali apa pun, hidupku begitu sulit, bahkan aku harus berfikir keras untuk biaya makanku sehari-hari. Aku harus terus bersembunyi dari orang-orang jahat itu yang terus memaksaku membayar hutang yang bahkan aku tak tau dimana uang hasil berhutang itu berada. Kenapa dia begitu tega padaku, dia berencana meninggakanku dengan hutang-hutang judinya, aku terlalu lelah jika terus memaklumi pria itu, aku juga lelah aku menginginkan sesuatu dari kerja kerasku bukannya malah harus membayar hutangnya yang nilainya begitu besar. Aku begitu malang karena karena semua keadaan ini, bukankah sebaiknya aku mati saja jika harus hidup dengan semua dusta yang ada di dunia.

Awal cerita yang manis, ada seseorang yang tidak sadar sudah membawa pergi hati seseorang, ada juga yang tak sadar jika hatinya sudah dicuri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!