NovelToon NovelToon

Mr. Mafia

#Awal

Dilarang membajak dalam bentuk apapun, karya ini original by Novi Wu.

Pasal 113 UUNo. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman hukuman paling lama 4 (empat) tahun penjara dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

So ... pikir-pikir sebelum mencuri!

 ***

Langit gelap mewarnai kota Boegenfille sore itu. Seorang gadis tampak berlari kecil, agar bisa segera sampai ke rumah supaya tidak kehujanan.

Areta gadis cantik yang belum genap dua bulan lulus dari Sekolah Menengah Atas. Ia harus berkerja membanting tulang demi memenuhi kebutuhan ibunya yang tengah sakit parah.

Sudah dua bulan ibunya tidak berdaya di atas tempat tidur dan hanya bisa menahan sakit jika efek obatnya telah hilang. Tubuhnya semakin kurus karena digerogoti oleh pengakit kangker payudara yang dideritanya.

Perlahan Areta membuka pintu rumah yang tampak reot, rumah peninggalan ayahnya yang entah pergi kemana sejak Areta masih kecil. Bahkan ia sudah lupa bagaimana wajah ayahnya saat ini.

"Ibu ... Areta pulang," sapa Areta dengan wajah penuh keceriaan meskipun menyembunyikan penderitaan.

Ibunya tampak lemah memandangi anak gadisnya yang cantik tengah berdiri di ambang pintu. Seutas senyum mengembang di bibir wanita paruh baya itu. Lalu berkata, "Bagaimana pekerjaanmu, Nak?" tanyanya dengan nada suara lemah.

"Baik ... Areta senang karena hari ini aku mendapatkan bonus besar dari perusahaan." Areta mengeluarkan sejumlah uang dari dalam tasnya dan memperlihatkan kepada sang ibu.

"Wah ... Banyak sekali, Nak?" ucap sang Ibu, tersenyum lemah.

Areta mengangguk penuh semangat. "Aku akan berkerja giat untuk membiayai oprasi pengangkatan payudara Ibu. Agar Ibu tidak merasakan sakit lagi."

Ibunya tersenyum mengelus lembut rambut anak gadisnya yang belum genap berusia sembilan belas tahun tersebut. "Cepatlah mandi, sepertinya malam ini akan turun hujan!" perintah ibunya.

"Baik ibuku yang cantik. Aku akan mandi yang bersih, lalu akan menyiapkan makan malam untuk ibu."

Sang ibu pun mengangguk lemah mendengar perkataan anak gadisnya itu. Perlahan Areta berjalan keluar—namun belum sampai di ambang pintu, tiba-tiba suara batuk mengagetkan Areta dan memaksanya untuk berbalik badan dan melihat ibunya.

Sang ibu tampak meringis memegang dadanya yang sakit, dengan panik Areta kembali ke tempat tidur ibunya.

"Ibu ... Ibu di mana yang sakit?" Areta nampak gugup dengan keadaan sang ibu yang lemah dan mulai hilang kesadaran.

"I–ibu .... " Gadis itu terus menggoyangkan tubuh ibunya berharap wanita paruh baya itu sadar.

Karena panik Areta berlari keluar menuju rumah tetangga sebelah untuk meminta bantuan. Dengan kasar ia menggedor-gedor pintu rumah tetangganya itu.

Seorang wanita paruh baya membuka pintu, dengan wajah yang kebingungan ia menyapa Areta. "Ada apa Reta?" tanyanya.

"Tolong aku, Bu Dela. Tiba-tiba ibuku tak sadarkan diri."

"Apa?! Ayo kita lihat ibumu!" ucap Bu Dela panik dan langsung menuju rumah Areta dengan berlari kecil.

Kedua wanita yang berbeda usia cukup jauh itu tiba di sebuah kamar dengan suasana yang remang dan begitu lembab, Seumur hidup Areta belum pernah merasakan hidup yang berkecukupan bahkan bisa dihitung berapa kali di dalam hidupnya bisa makan enak. Boro-boro makanan enak bisa—makan setiap hari tiga kali saja sudah sangat beruntung untuk Areta dan ibunya.

Bu Dela memeriksa tubuh Ibu Areta dengan seksama, menekan urat nadi yang ada di pergelangan tangannya. Tiba-tiba ia menangis sejadi-jadinya dan membuat Areta sangat bingung.

"Marla, Tuhan telah mengambilmu, kau sudah tak merasakan sakit lagi," ucap Dela sembari menjerit dengan air mata berlinang.

Areta menatap nanar tubuh wanita yang telah melahirkannya dan menyentuh kakinya dengan lembut dan mengecup kaki ibunya.

"Maaf ibu, Areta anak yang tidak berbakti karena tidak bisa membawa ibu ke rumah sakit," linangan air mata menguar dari sudut mata gadis cantik itu.

"Bukan, Reta. Ini bukan salahmu! Kau sudah berbakti kepada ibumu, Nak. Yang sabar! Ibumu sudah damai di surga." Dela mengelus lembut pundak Areta yang masih bersimpuh di bawah kaki ibunya yang tengah terbujur kaku di atas tempat tidur.

***

Esok paginya, peti mati telah diturunkan, bunga-bunga telah dilempar di peristirahatan terakhir nyonya Marla ibu dari Areta.

Dela tak henti-hentinya memeluk tubuh Areta yang tampak lemah dengan air mata yang tak mampu lagi keluar seolah telah habis karena menangis sehari semalam.

"Tabahlah, Nak. Ini yang terbaik untuk ibumu!" ucap Dela dengan nada lirih.

Areta bergeming dan meratapi bagaimana nasipnya yang akan hidup sebatang kara dengan tanpa ibunya.

Tiba-tiba seorang wanita cantik datang dengan dandanan serba hitam namun entah mengapa penampilannya meninggalkan kesan glamor karena banyak perhiasan yang menempel dari tubuhnya.

"Areta?" sapanya menepuk pundak gadis yang tengah bersedih itu.

Areta dan Dela segera memalingkan wajahnya ke arah wanita cantik itu. "Anda siapa?" tanya Areta dengan nada lirih.

"Perkenalkan. Aku Yosiana teman lama ibumu." Wanita itu mengulurkan tangan kepada Areta.

Areta hanya mengerutkan keningnya seraya berfikir, ia mengingat-ingat apakah ada teman ibunya yang bernama Yosiana. Tapi ia tidak berhasil mengais ingatannya.

"Saya tidak mengenal siapa Anda."

"Ah ... Tak apa. Mungkin ibumu lupa menceritakan soal diriku, Aku mendapat kabar jika ayahmu telah menikah dengan wanita di kota Apache ibukota negara ini. Dan aku kesini menawarkanmu pekerjaan sebagai assistant rumah tangga di salah satu boss besar di kota Appache. Apakah kau mau?"

"Hah ... Aku tidak mengenalmu, bagaimana bisa aku mempercayaimu."

"Aku bisa membantumu mencari keberadaan ayahmu di sana," ucapnya mengiming-imingi Areta yang tampak rampuh itu. "Jika kau mau, malam ini kita berangkat," imbuhnya lagi.

Areta menatap lekat wajah wanita itu dengan saksama, ia menangkap gurat keanehan muncul di sana. Tetapi hatinya berkecamuk, ia juga harus menemukan ayahnya karena ia tidak mau hidup sendiri tanpa ada orang yang melindunginya, terlebih lagi jika ia menikah nanti.

"Baiklah, aku mau. Dengan syarat anda membantu saya dengan mencari keberadaan ayah saya."

"Sure, pasti," sahut wanita itu dengan tersenyum seolah ia sedang menyembunyikan rahasia besar.

"Tapi Reta ...." Dela ingin mencegah Areta yang ingin ikut dengan Yosiana.

"Tidak apa, Bu. Aku akan baik-baik saja."

"Bukan begitu, kau bisa tetap di sini, dan menganggapku dan suamiku sebagai orang tua pengganti ibumu," tutur Dela mencegah Areta yang seolah sedang terhipnotis dengan kata-kata Yosiana.

Areta terus mencoba membuat Dela percaya jika ia akan baik-baik saja jika. Sehingga membuat Dela mau tak mau melepaskan gadis dengan mata coklay itu.

***

Malam itu Areta pergi dengan Yosiana yang mengendarai mobil sport berwarna merah, dengan kecepatan penuh mereka pergi menuju kota apachr yang berjarak puluhan kilometer dari kota kecil bernama boegenfille itu.

Hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga jam mereka telah sampai di sebuah rumah yang sangat besar dengan dua lantai serta halaman yang sangat luas, rumah itu benar-benar seperti istana dan di jaga ketat oleh penjaga yang berpakaian serba hitam.

"Apakah ini rumah majikan saya?" tanya Areta polos.

"Ya ... Benar." Yosiana menjawab dengan mengangguk lalu menghentikan mobilnya tepat di pintu masuk rumah itu.

Seoran penjaga membuka pintu untuk Yosiana dan mempersilahkan wanita itu keluar. Areta pun mengikuti Yosiana keluar dan berjalan mengekor di belakang wanita itu.

Seorang wanita dengan wajah dan perawakan sangar menemui mereka berdua. "Siapa dia?" tanya wanita itu.

Areta sungguh ketakutan, ia hanya bisa menundukkan kepala tidak berani menatap wajah wanita itu.

"Dia adalah orang yang kubawa, suruh bossmu membelinya dengan harga tinggi, dia masih gadis polos," jawab Yosiana.

Bak disambar oleh petir, ternyata Areta telah di jual oleh Yosiana kepada boss wanita itu. Jantung Areta seolah berhenti mendengar kalimat dari Yosiana.

Namun nasi telah menjadi bubur, kini Areta telah masuk ke sarang ular dan tidak bisa keluar lagi.

Bersambung....

Jangan lupa Like, Komen dan Vote, ya ....

Terimakasih dan papay..

#Pertemuan yang Menyakitkan

Karya Novi Wu

Areta tersentak kaget ketika wanita yang memasang wajah seram itu melemparkan sebuah pakaian kepadanya.

Gadis itu memungut pakaian itu dan mendekapnya. Sementara Yosiana menatap wajah Areta yang nampak ketakutan dengan senyuman licik.

"Tidak sia-sia aku memantau dan memata-mataimu selama satu bulan ini." Ia berkata dengan nada merendahkan.

Areta menatap nanar wajah Yosiana yang sejak awal ia anggap sebagai dewi penolong, ternyata ia telah mengincarnya dan menjual hidupnya kepada mafia.

"Katakan pada Kian! Aku tunggu uang masuk ke rekeningku, sesuai tawarannya kemarin," ucap Yosiana kepada wanita yang tampak bengis itu.

Wanita itu hanya mengangguk lalu melemparkan pandangan ke arah Areta yang tampak ketakutan. "Pakai itu! Sebentar lagi boss Kian akan pulang!" perintahnya dengan nada tegas.

"Gadis kecil, bersenang-senanglah. Kau akan menjadi santapan empuk para bodyguard Kian jika mereka mau. Jadi kau harus betah di sini, dan nikmatilah kehidupanmu sekarang. Hahahahha ...."

Yosiana tertawa puas lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Tiba-tiba rambut Areta ditarik ke belakang hingga membuat gadis itu meringis kesakitan. Wanita itu mendekat ke wajah Areta hingga napas yang berbau nikotin dapat Areta cium dengan mudah. "Aku Silda, pimpinan para pembantu di rumah ini! Kau harus menurut kepadaku. Jika tidak akan kubunuh kau!"

Tubuh Areta bergetar hebat ketika mendengar ucapan dari Silda wanita bengis itu, ia berperawakan gemuk memiliki rambut sebahu kulit putih dan memiliki tato ular naga di lengannya.

"Cepat pakai pakaianmu! Sebentar lagi boss Kian datang!" perintah Silda dengan nada yang begitu tinggi. Yang membuat semua orang yang melihatnya ketakutan, para gadis cantik yang berpakaian sama seperti Areta tampak memilih menjauh dari sana.

***

Akhirnya Areta memakai pakaian berwarna hitam dan putih yang memiliki potongan atas bawah, rok berwarna hitam di atas lutut dan baju berwarna putih berlengan balon, sementara ada aksen celemek kecil berwarna putih sebagai pemanis. Sementara rambutnya dikucir tinggi hingga memperlihatkan leher jenjang milik Areta.

Areta keluar dari sebuah kamar mandi dengan perasaan aneh dan mencoba menurunkan roknya agar tidak terlihat pendek, heels hitam dengan tinggi tiga centimeter membuat tampilannya semakin seksi, membuat para lelaki yang melihatnya hingga menumpahkan air liur karena ingin mencicipi tubuh Areta yang begitu indah ditunjang dengan parasnya yang begitu cantik bak dewi. Kulit putih, bulu mata lentik dengan kornea mata berwarna coklat.

"Cepat kemari! Boss Kian akan segera pulang!" perintah Silda.

Para wanita berdiri di abang pintu masuk untuk menyambut boss mereka yang mungkin saja selesai dan pulang dari kantor.

Saat Areta berjalan pelan menuju para wanita untuk ikut berbaris, tiba-tiba sebuah tangan mencengkeram pantatnya dengan sangat kuat hingga membuat Areta terperanjat karena kaget. Sungguh Areta ingin marah karena dilecehkan seperti itu, rasanya ia akan menampar pipi laki-laki kurang ajar yang melakukan hal tak senonoh pada dirinya, akan tetapi ia tidak memiliki keberanian sama sekali untuk itu.

Mobil sedan hitam terparkir di depan pintu masuk, Areta pun sudah ikut berbaris dengan para wanita muda yang lain.

"Pasti boss mereka adalah pria tua jelek dengan perut yang buncit," guman Areta dalam hati dengan memendam dendam yang begitu dalam.

Seorang pria tampan berperawakan tinggi dengan badan begitu tegap keluar dari mobil itu, laki-laki itu tampak gagah dengan memakai stelan tiga potong berwarna hitam dipadu dalaman kemeja putih, ia berjalan masuk melewati para gadis yang berjajar rapi dengan tatapan lurus ke depan, sementara para gadis cantik itu berusaha menarik laki-laki itu dengan senyuman genit yang seolah sedang dibuat-buat. Berbeda hal dengan Areta yang hanya menunduk pasrah karena takut.

Laki-laki itu melirik ke arah Areta lalu berhenti tepat di depan Areta.

"Silda ... siapa dia?" suara dingin menguar menyelimuti seluruh ruangan seolah seperti hawa pembunuh.

"Dia adalah gadis yang ditawarkan oleh Yosiana minggu lalu sebagai pengganti Rika yang mati di makan oleh anjing kita, Boss," ucap Silda dengan nada begitu manis dan sopan berbeda saat ia berbicara dengan Areta.

"Mati dimakan anjing?" Areta bergumam kakinya bergetar hebat karena itu, ia semakin menunduk dan tidak berani menatap laki-laki itu.

"Siapa namamu?" tanya Laki-laki itu kepada Areta, namun Areta hanya bergeming tidak menjawab. Sebuah pistol menopang dagu Areta dan memaksa gadis 19 tahun itu untuk mendongakkan kepalanya membuatnya bergidik ketakutan. "Kau tidak mau menjawab pertanyaanku? Atau kau mau postol ini mengakhiri hidupmu?" ancam laki-laki itu.

"a-aku Areta–" Areta menjawab dengan terbata kareba takut.

"Nama yang cantik," ucap laki-laki itu.

Lalu berjalan ke arah Silda untuk membisikkan suatu kalimat yang tidak bisa didengar oleh Areta meskipun ia dengan susah payah membuka telinganya, Silda mengangguk namun memasang wajah yang begitu bingung.

Silda menatap wajah Areta dengan aura pembunuh yang keluar dari tubuhnya dan mampu sekali lagi membuat Areta ketakutan.

Boss mereka berjalan ke lantai dua dan menghilang di balik koridor panjang di atas. Silda menghampiri Areta dengan wajah yang begitu menyeramkan dan tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan Areta dengan begitu kuat.

"Beruntunglah kamu karena boss Kian menginginkanmu malam ini. Padahal selama ini dia tidak pernah mau meniduri seorang pembantu meskipun ia sangat cantik sekalipun!" ucap Silda di ikuti dengan melepaskan cengkeramannya kepada Areta sehingga meninggalkan bekas kemerahan di sana."

Areta kaget, matanya terbelalak bibirnya bergetar, bulir air mata keluar dan berlinang membasahi pipinya. "Tolong saya nyonya, saya tidak bisa melayani boss anda," mohon Areta dengan nada lirih.

"Tidak bisa! Boss telah memilihmu malam ini, ia akan menikmati setiap inci tubuhmu jika ia mau." ucapan Silda yang sengaja ia hembuskan di telinga Areta membuat gadis itu semakin bergidik ketakutan.

Dua orang pria dengan tubuh tegap memegang kedua tangan Areta dan menyeretnya dengan begitu kasarnya. Tentu saja Areta tidak tinggal diam ia terus berontak dan berteriak melepaskan diri.

"Nyonya tolong aku! Nyonya Silda tolong aku, kumohon!" teriak Areta dengan air mata berlinang, namun Silda hanya menatap dengan senyuman yang begitu licik dan merendahkan Areta.

"Selamat datang di sarang ular wanita penghibur!" seru Silda.

Sementara semua gadis tampak menatap Areta dengan penuh kebencian, sekian lama ia ingin menemani boss Kian tapi mereka tidak pernah di inginkan oleh laki-laki itu.

Setelah sampai salah satu dari mereka mengetuk pintu kamar dengan dua pintu besar berwarna coklat itu.

"Masuk!" ucap Kian dari dalam.

Areta di dorong dengan begitu keras hingga masuk ke dalam kamar Kian.

Areta melihat Kian tengah berdiri menghadap jendela dengan rokok yang sedang ia hisap di tangannya.

Areta seolah tidak mampu bergerak, tubuhnya kaku dan mematung ketika berada dalam satu ruangan dengan Kian.

Kian berbalik badan lalu menghampiri Areta dengan menatap tubuh gadis itu dari bawah hingga ke atas seolah sedang menilai penampilan Areta.

"Kau sudah pernah melakukannya?" tanya Kian, namun pertanyaan Kian membuat Areta kebingungan.

"Pe-pernah apa?" tanya Areta gugup.

"Pernah tidur dengan laki-laki lain?" tanya Kian dengan tangan menyentuh pundak Areta lalu turun hingga ke pergelangan tangan Areta membuatnya tidak nyaman di perlakukan seperti itu.

"Aku bukan wanita murahan!" Areta memberanikan diri untuk melawan Kian yang mendominasi keadaan, namun tentu saja Areta kalah dengan Kian sebagai boss di rumah ini.

"Layani aku, semampumu!" kata Kian, yang membuat Areta kaget sehingga ingin menampar laki-laki itu.

Bersambung ....

Jangan lupa Like, Komen dan Vote 😋

Terimakasih dan papay

Kian Egan

Areta Marla

#Pelayan Pribadi

Karya Novi Wu

Tangan Areta mengepal napasnya memburu mendengar ucapan melecehkan dari laki-laki yang tidak dikenalnya ini. Bagaimana bisa ia berkata seperti itu, Memerintahkan dirinya melayani laki-laki itu. Meskipun ia terbilang sangat tampan, akan tetapi mereka belum menikah. Bagaimana bisa seperti itu.

Tangan kekar itu tiba-tiba menyentuh dada Areta, area sensitif bagi wanita, mata Areta terbelalak, tangannya tiba-tiba reflek menampar pipi Kian yang masih memegang rokok di sela-sela jari tangan kirinya.

Mendapat perlakuan demikian, membuat Kian terkekeh sejenak, manik matanya memandang sinis ke arah gadis yang baru saja menamparnya itu.

"Kau tahu siapa yang kau tampar?" tanya Kian dengan nada merendahkan menatap tubuh Areta dengan tatapan jijik.

"Apa? Dan siapa kau, aku tidak peduli. Kau telah melecehkan aku, Tuan!" ucap Areta membunuh rasa takutnya demi mempertahankan harga diri yang dijunjung tinggi olehnya, mungkin semua pelayan di rumah ini ingin menemani Kian, dan berharap naik jabatan, tapi tidak untuk Areta, ia berpikir bahwa ini adalah pelecehan terhadap wanita, apalagi ia datang kesini sebagai korban perdagangan manusia.

"Aku Kian Egan, adalah Mafia terbesar di negara ini Gank Naga Merah adalah Gank terbesar kelima di benua ini, yang menguasai segala aspek perdagangan gelap, obat terlarang dan perdagangan senjata ilegal. Dan kau gadis kecil berani-beraninya menamparku? Lancang kau!" Kian mendorong tubuh mungil Areta hingga menyentuh tembok, tangan kanannya mengunci kedua tangan Areta ke atas kepala gadis itu. Sementara napasnya menyapu wajah Areta karena wajahnya sengaja ia dekatkan kepada Areta.

"Dan aku, menginginkanmu malam ini!" ucap Kian dengan nada memaksa, seketika ia mencercap leher Areta hingga meninggalkan bekas memerah di sana. "Aku ingin menikmati setiap jengkal tubuhmu, sekarang juga!" imbuhnya lagi.

"Lepaskan aku! Lepaskan!" Areta terus mencoba memberontak namun usahanya sia-sia, bahkan melihat Areta yang ketakutan membuat libido Kian naik dan ingin segera memakan Areta mentah-mentah.

"Sebenarnya aku lelah, tapi karena melihatmu seperti ini, aku malah ingin menumpahkan hasratku kepadamu wahai kelinci kecil!" tutur Kian yang masih mencoba menaklukkan gadis itu.

Napas Areta naik turun karena menahan emosi dan ketakutan, ia mencoba sekuat tenaga melepaskan diri dari Kian yang terus mendesaknya.

Kian melemparkan tubuh gadis itu ke atas tempat tidur besar miliknya, membuat Areta terpental, seketika Areta meringsut sebagai pertahanan dirinya. Secara spontan ia bergerak menjauh saat Kian mulai mendekat ke arahnya.

"Jangan mendekat!" Kedua tangan Areta menujukan perlawan dengan bergerak lurus membentengi dirinya.

Namun dengan wajah yang tanpa ampun Kian terus mendekat ke arah gadis itu. "Siapa yang harus memerintah siapa? Kau di sini tidak dalam keadaan untuk memilih, kelinci kecil!"

"Ah ... lepaskan aku, laki-laki kurang ajar!"

Kian malah terkekeh mendengar perkataan Areta. Kini napsu setan telah melingkupi dan mengusai relung hatinya.

Areta sudah habis tenaga untuk melawan singa yang seolah sedang haus akan daging segar, dan ia adalah santapannya selanjutnya.

bulir demi bulir air mata sudah tidak terhitung berapa kali terjatuh, bahkan wajah memelaspun tak membuat Kian Egan kasian terhadap gadis kecil itu.

Ia menarik baju Areta dengan begitu serampangan, sehingga membuatnya robek di bagian sisi kanan memperlihatkan pakaian dalam berwarna merah yang membungkus lekukan indah di dada gadis itu, secara impulsif Areta menutup bagian sensitifnya itu dengan kedua tangan dan berharap Kian tak bisa melihatnya, namun sekali lagi usahanya sia-sia. Laki-laki itu kini menarik bagian rok hitam Areta.

Manik mata Areta terbelalak tatkala benteng terakhirnya terlepas dari tubuhnya menyisakan kain segitiga yang membungkus area sensitifnya.

"Aaaaaaa ...." Areta berteriak, namun teriakan Areta membuat cambuk napsu semakin membara untuk Kian, sekali lagi ia mencoba menanggalkan apa yang melekat pada tubuh gadis malang itu.

Kini tubuh Areta polos seperti bayi, dengan tangan kecilnya ia berusaha menutupi tubuhnya semampunya.

Pikiran Areta sudah melayang tak tentu arah, dosa apa yang diperbuatnya di masa lalu sehingga ia diperlakukan seperti ini.

Tiba-tiba Kian memeluk tubuh Areta menuntaskan hasrat yang sudah berada di puncak napsunya. Tubuhnya bergetar ketika ia menyatukan dirinya kepada diri Areta.

Tubuh gadis ini wangi, seperti bau cherry blossom parfum favoridnya, sehingga membuat candu bagi Kian.

Sekali lagi Kian menghirup kuat-kuat wangi parfum yang telah teresidu oleh keringat gadis ini, dan hal itu menciptakan sesasi candu bagai zat sik*tr*pika bagi Kian.

"Baumu manis, aku sangat menyukainya," ucap Kian lirih sembari melakukan aktifitasnya kepada Areta.

Gadis itu hanya bisa menangis menahan sakit dan rasa malu karena di lecehkan oleh laki-laki yang baru dikenalnya.

***

Setelah bergelut dan akhirnya mencapai pucak nirwana, tubuh Kian melemas, sementara Areta hanya bisa meringsut di pinggir kasur menutupi tubuhnya dengan selimut tebal berwarna biru tua milik Kian.

Entah kenapa tiba-tiba tangan Kian mengelus rambut Areta dengan begitu lembut, bukannya luluh. Hal itu semakin membuat Areta sangat membenci laki-laki yang berada di sampingnya ini.

Ingin rasanya ia mengehempaskan tangan Kian dengan kasar dan meludahi wajahnya agar ia merasa hina.

"Sekarang kau adalah pelayan pribadiku, kau hanya bertugas untuk melayaniku menyiapkan segala kebutuhan pribadiku dan sebagai penyalur hasratku."

Tubuh Areta bergetar, tangannya mengepal penuh kebencian terhadap Kian, ia berpikir bahwa ia harus segera mencari cara untuk kabur dari singa ini.

Entah kenapa tiba-tiba suara hening menyelimuti kamar ini, laki-laki itu sudah tidak bergerak menyentuh tubuh Areta.

Ia memberanikan diri untuk memalingkan tubuhnya untuk mengecek siapa tahu laki-laki itu telah mati. Tapi tidak, ternyata Kian hanya tertidur karena rasa lelah telah menggerogoti tubuhnya.

Ia baru saja pulang dari negara tetangga untuk mengurus sesuatu, belum lagi setelah pulang ia harus kembali menjalankan perusahaan keluarganya yang bergerak di bidang perdagangan. Ya sebuah mall terbesar di kota ini adalah miliknya.

Tentu bisa dibayangkan seberapa kaya Kian Egan saat ini, di usianya yang genap 29 tahun ia sudah menjadi boss mafia bahkan ia pemilik sekaligus ceo mall terbesar di kota ini.

Saat Areta mencoba menggerakan tubuhnya, tiba-tiba tangan kekar Kian menimpa tubuh Areta hingga gadis itupun tidak bisa bergerak, akhirnya ia menyerah dan terlelap dalam pelukan Kian.

Bersambung

Jangan lupa, like komen dan Vote 😋

Terimakasih dan papay.....

Irene Jams

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!