Pagi ini Sena harus bersiap untuk pergi sekolah lebih awal, karena ini hari pertama Sena masuk sekolah menengah atas.
Sena berasal dari keluarga sederhana, ayahnya membuka toko sembako di dekat rumahnya. Tapi beruntung dia anak yang pintar, hingga dia mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah favorit di kotanya.
"Sen..ayo sarapan nak, ayah sudah nunggu kamu tuh." teriak sang ibu.
"Iya bu..tunggu bentar".
Gadis itu dengan semangatnya berlari untuk sarapan.
"Semangat sekali anak ayah". ucap ayah sambil tersenyum.
"Iya dong yah, kan hari ini hari pertama Sena masuk sekolah yah, harus semangat dong."
"Ayah antar yah, sekalian mau lihat sekolah kamu. waktu kamu daftar kan cuma sama ibu."
"Iya ayah terserah ayah aja". ucapnya sambil tersenyum.
Setelah sarapan ayah mengajak sena berangkat, sedangkan ibu pergi ke tokonya.
Sena adalah anak tunggal, ibu dan ayahnya sangat memanjakannya, tapi itu semua tidak membuat sena tumbuh menjadi anak yang manja. Dia pintar dan mandiri.
di sekolah....
Ayah mengantar sena sampai ke gerbang sekolah.
"Waah nak, kamu beruntung loh bisa sekolah disini. harus semangat ya...jangan nakal ok."
"Siap ayah." ucapnya sambil mengacungkan kedua jempolnya.
"Kalau gitu ayah pulang ya, masuk gih nanti kamu telat."
Sena pun masuk setelah menyalami ayahnya..
Karena hari ini hari pertama sekolah jadi hanya di isi dengan perkenalan murid dan wali kelas. Teman sekelas sena ada 30 orang, dia duduk di kelas 1 IPA.
"Hay." sapa Sena pada teman sebangkunya.
"Hay gue Riri".
"Gue Senavia."
Dan mereka bercerita ngalor ngidul karena kelas sedang bebas.
Jam istirahat Riri mengajak Sena makan di kantin.
"Sen makan yu di kantin."
"Boleh".
Di kantin...
"Sen gue aja yang pesan, lo mau apa?" tanya Riri.
"Eeemmmhhh es capucino sama mie ayam deh".
"Okeee. Tunggu bentar."
"Siip". jawab sena sambil mengangkat rangannya membentuk huruf O.
Asik menunggu Riri, Sena celengak celinguk melihat apa saja supaya dia tidak merasa bosan. Tiba tiba Sena termenung, menatap segerombol siswa yang sedang berjalan ke arah kantin. mereka asik tertawa dan saling meledek. tapi yang menarik perhatian Sena adalah satu orang siswa yang berjalan dengan tenangnya. dia sesekali tersenyum membalas ocehan teman-temannya.
Sampai Riri duduk di sisinya pun sena tidak menyadarinya dan tak berpaling.
"heyyyyy." Teriak riri
"E ayam kaget gue".
"Lo kenapa siih bengong bae dari tadi, ngeliatin apa sih???"
"Engga ko, gue cuman lagi...lagi..lagi apa ya, gue juga bingung." cengirnya.
"Issh isshh ishhhh...elu tuh ya, ngelamunin apa sih sampe bengong gitu..gue panggil panggil ga nyaut". Gerutu Riri sambil manyun.
"Gak papa ah, mana pesenan gue." alih alih menjawab sena malah mengalihkan topik.
"Nih mie ayam doang kan?". jawab riri
"Lah es capucinonya mana sayyyaaangg". tanya sena sambil menekan kata SAYANG...
"Ya ampun, gue lupa sen. lo ambil gih udah gue pesenin ko tapi gue lupa bawa".
"Issshh ampun de ah. belum tua tua amat kan lu Ri?". ucapnya sambil berlalu.
Sena berjalan untuk mengambil es nya. dia melihat sosok tampan itu lagi.
"Siapa sih namanya, ganteng banget perasaan." batinnya..
sampe dia tidak sadar menabrak seseorang...
huy huy... salam kenal yupsss
ini novel pertama akoohhh
mohon dukungannya yupsss
"Aww". Pekiknya.
"Maaf-maaf ". Ucap pria itu.
"Gue yang minta maaf. Lo jadi basahkan kena es gue".
"Gapapa ko, gue juga gak liat-liat tadi. Anak baru ya?".
"Iya." Jawab sena
"Kenalin gue Wahyu, anak 2 IPA ".
"Oh maaf ka".
Sena jadi kikuk sendiri karena menabrak kakak kelasnya.
"Gak papa ko, ga sepenuhnya salah lo". Jawabnya seraya tersenyum.
"Kalo gitu gue bantu bersihin atau gimana ya gue jadi bingung."
"Gak usah, gue gapapa ko, lagian cuma basah dikit." Pemuda itu mengedipkan sebelah matanya.
"Gitu ya, ya udah sekali lagi maaf ya ka." Ucap Sena.
"Iyaa gak papa. Eh lupa, nama lo siapa?". Tanya Wahyu.
"Senavia. Panggil sena aja ka."
"Oke sena, gue cabut ya."
"Siap ka. Maaf sekali lagi, gue jadi ga enak."
Seena pergi untuk memesan es nya lagi, lalu duduk bergabung bersama Riri.
Namun ternyata Riri tak sendirian, ada dua orang lagi yang menemaninya.
"Sen sini". Gadis bernama Riri itu melambaikan tangannya.
"Eh iya Ri".
"Kenalin nih Siska sama Vika."
"Hay jawab keduanya."
"Hay Sis, Vik. Salam kenal ya, kalian kelas berapa?".
"Kita sekelas loh Sen". Jawab Vika.
"Emang yah? Sorry gue belum terlalu ngeuh sama temen temen yang lain."
"Gue juga". Timpal siska. "Gue juga baru kenal sama Vika doang. Terus kenalan sama kalian deh."
"Mulai sekarang kita temen oke."
"Oke oke oke". Mereka berucap kompak seraya tertawa.
Bel pertanda waktunya pulang pun berdering, ke empatnya kompak untuk keluar kelas bersama.
"Gue duluan yah". Gadis bernama Riri itu melambaikan tangannya.
"Oke Ri hati hati".
"Siiiiip." Riri mengacungkan ibu jarinya sebagai pertanda ia akan baik-baik saja.
"Sen pulang sendiri?". Tanya Vika
"Iya vik biasa ngangkot gue". Gadis itu terkekeh.
"Bareng dong Sen". Timpal Siska.
"Yuk buruan panas Sis".
"Bentaran atu lah, jangan di tinggal dong".
Sesampainya di rumah.
"Assalamualaikum ibu."
"Waalaikum salam anak ibu". Jawab ibu sambil terkekeh.
"Laper bu".
"Ya udah sana shalat dulu, abis itu makan yah. Ibu pergi dulu nganterin makan siang buat ayah kamu."
"Siap ibu komandan."
"Kamu nih, ya udah ibu pergi dulu. Assalamualaikum".
"Waalaikum salam bu".
Sena pergi ke kamarnya. Dia merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur berukuran kecil itu.
"Ah ya ampun lelahnya, dia siapa ya. Kok gue keinget dia terus sih."
Gadis itu memegang dadanya yang berdesir ketika mengingat sosok yang begitu tampan dimatanya.
Teringat kalau dia belum shalat dia pun segera pergi ke kamar kecil untuk membersihkan diri dan berwudhu.
Setelah selesai dengan kewajibannya pada sang khaliq gadis itu keluar untuk makan.
"Sepi banget, apa ketoko aja ya?". Gumamnya.
Dia pun pergi ke toko yang tak seberapa jauh dari rumahnya. Sesampainya di toko Sena melihat ibunya sedang berbincang dengan seseorang yang usianya tidak jauh dari ibu.
"Ayah ibu". Sapanya.
"Eh anak ibu, kamu udah makan kan??" Tanya ibu.
"Udah dong bu, kenyang banget malah".
"Oh iya nak kenalin ini teman sekelas ibu dulu waktu sekolah, namanya bu Rima".
"Tante". Gadis itu menunduk sopan dan mencium punggung tangan wanita paruh baya di depannya.
"Ini Sena ya? Udah besar kamu yah?".
"Iya tante".
"Sekolah dimana Sen?". Tanya tante Rima.
"Di SMA Nusa Bakti tante." Jawabnya.
"Loh anak tante juga sekolah disana loh. Tapi dia udah kelas 2."
"Siapa tante? kali aja aku kenal."
siapa yaa kira kira😜😜
"Oh kelas 2 ya tante?".
"Iya nak, namanya Wahyu. barangkali kamu kenal?".
"Wahyu?". Ulang Sena.
"Iya Wahyu. Kenal gak sayang?"
"Kayanya Sena kenal tante, tadi Sena gak sengaja nabrak ka Wahyu tan".
"Duuh Senaa, kamu tuh ya cerobohnya gak hilang-hilang". Timpal sang ibu.
Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, kemudian berucap.
"Maaf ya tante".
"Gak papa lah San, Sena juga ga sengaja kan."
Jawab tante Rima pada bu Susan, yang adalah ibunya Sena.
"Ya sudah San aku pamit ya, kapan kapan main lagi. Sen nanti main ya ke rumah tante".
"I..iya tante". Jawabnya kikuk
⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
Pagi menjelang, seperti biasa Sena pergi ke sekolah di antar sang ayah.
Sesampainya di sekolah Sena berpamitan pada sang ayah.
"Yah, Sena masuk yah, ayah hati hati pulangnya."
"Iya bawel". Jawab ayah seraya mencubit hidung mancung putrinya yang membuat gadis itu terkekeh.
Sena berjalan masuk ke kelasnya. Sesampainya di kelas dia melihat Riri dan teman-temannya yang lain sedang asik tertawa.
"Woy asik banget ketawanya".
"Eh elu Sen, baru nyampe? ngangkot lo?". Tanya Vika.
"Gue di anter ayah." jawab Sena.
Tak berapa lama bel masuk berbunyi, guru mata pelajaranpun masuk dan kegiatan belajar mengajar di mulai.
⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
Bel istirahat berbunyi. Terdengan helaan nafas dari murid-murid yang lelah dan kantukpun seketika hilang.
Mereka berhamburan ke luar kelas untuk sekedar menghirup udara segar ataupun makan makan di kantin.
"Guys kantin yu". Ajak Siska.
Yang di jawab anggukan dari ke tiga temannya.
Saat sedang berjalan di lorong kelas tanpa sengaja Sena melihat DIA lagi. Dia yang di kagumi Sena.
"Dia.." Bathin Sena.
"Oh tuhan oh tuhan dada gue". Gumamnya, gadis itu memegang dadanya yang terasa berdebar. "Kenapa ini?". Gumamnya lagi.
Sena berpapasan dengannya, pemuda itu terlihat dingin dan cuek tapi juga ramah.
Lamunannya buyar karena sebuah tepukan di bahunya.
"Hay". sapa Wahyu.
"Eh kak Wahyu, hay juga".
"Ngelamun ya? Kesandung loh lama-lama bengong."
"Enggak kok. Gue gak bengong." Jawabnya.
"Itu tadi apa? Sampe mau ngiler gitu".
"Isshhh kak Wahyu maahh".
"Ngomong-ngomong kemarin nyokap gue cerita sesuatu loh".
"Ah ituu, iya kak kebetulan gue ketemu tante Rima di toko ayah." Sena cengengesan sendiri jadinya.
"Kebetulan ya Sen?". Ucap Wahyu.
"Iya kak". Jawab Sena.
"Yu lo lama ya." Tampak seseorang menepuk bahu pemuda bernama wahyu itu.
"Sorry sorry Rick". Jawab Wahyu.
Deg...
"Jantung gue..oh my god." Bathin Sena.
"Sen duluan ya". Seketika itu juga Sena tersadar dari kegugupannya.
"Eh iya kak Wahyu". Jawab Sena.
"Senaaa buruaann!!". Teriak Vika.
"Iya iya bentar, cerewet nih". Gerutunya.
Sesampainya di kantin, ke empat sekawan itu memesan makanannya masing-masing.
"Ri pesenin gue dong, gue cari tempat duduk dulu."
"Oke lo mau apa?". Jawab Riri.
"Es capucino aja".
"Gak pesan makan lo?".
"Gak lah gue masih kenyang Ri."
"Oke lah kalo gitu."
Sena pun celengak-celinguk mencari tempat duduk yang masih kosong.
Dan yang bikin Sena dag dig dug adalah tempat duduk yang tersisa hanya bangku yang berdekatan dengan Wahyu dan kawan kawan.
Sena jadi gugup sendiri jadinya.
"Duh gimana niihh?". Gumam Sena.
"Maju deh daripada gue pegel, jantung jangan gini doooonggg." Teriak bathin Sena.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!