Season sebelum nya.
"Ehem, Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Azlan dengan deheman nya sedangkan Fany hanya diam. Naisa dan juga Aldi menoleh ke arah Azlan dan Fany yang baru saja sampai di ruang itu.
"Buta? tidak melihat?" ketus Aldi sedangkan Naisa kembali mengobat wajah Aldi.
"Shht kau ini selalu saja marah" ketus Azlan lagi. Aldi tidak menjawab nya lagi dan menatap lekat wajah Naisa yang sedang berada di hadapan nya.
"Shht, Percuma saja kita di sini, Ayo sayang kita pergi saja menikmati waktu berdua" ucap Azlan yang kesal dan keceplosan memanggil Fany dengan panggilan sayang sedangkan tangan nya sedang memegang tangan Fany sekarang.
Naisa dan Aldi yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Fany dan Azlan. "Hah? sayang?" ucap Aldi dan Naisa bersamaan dengan mata membulat kaget mendengar itu.
SEASON 2
"Astaga aku kelepasan" guman Azlan yang baru sadar akan ucapan nya.
"Apa maksud sayang yang kau ucapkan?" tanya Aldi dan menatap lekat wajah Azlan.
"Ah tidak apa, Ayo Fan" ajak Azlan lagi dan menarik tangan Fany, Naisa dan juga Aldi menatap kepergian mereka berdua dengan tatapan bingung nya.
"Aku curiga dengan mereka berdua" ucap Aldi saat melihat kepergian Azlan dan juga Fany.
"Hem, Aku juga, Mereka berdua seperti memiliki hubungan bukan?" tanya Naisa dengan menatap lekat wajah Aldi.
"Kau ini hampir saja ketahuan" ketus Fany dan melepaskan tangan nya itu dari tangan suami nya.
"Maaf, Aku kelepasan tadi" jawab Azlan dan menggaruk tengkuk nya yang tidak gayal itu. Fany tidak menjawab nya dan langsung berlalu dari sana sedangkan di dalam UKS Naisa sedang mengobati Wajah Aldi yang memar itu.
Satu tahun kemudian
Tibalah di mana saat nya Naisa dan teman teman seperjuangan nya wisuda sedangkan Aldi dan Azlan sudah terlebih dahulu wisuda. Kaki Naisa belum betul betul sembuh tapi setidak nya dia sudah tidak menggunakan kursi roda dan sekarang dia menggunakan tongkat makanya dia Sekarang sudah tidak terlalu merepotkan orang orang sekitar nya. Hidup Naisa dan Aldi berjalan lancar satu tahun belakangan ini begitupun dengan rumah tangga Azlan dan Fany yang masih tertutup rapat dan tidak ada satupun teman kampus mereka yang mengetahui tentang pernikahan itu termasuk Aldi dan Naisa.
"Happy graduation" ucap Aldi dengan memberikan buket bunga yang ia buat sendiri kepada Naisa, Naisa menoleh ke belakang dan melihat Aldi yang menghampiri nya. Naisa menoleh ke bawah dan melihat Aldi membawa buket bunga yang lumayan besar untuk nya.
Naisa menerima bunga itu. "Terima kasih" ucap Naisa dengan tersenyum lebar menatap Aldi.
"Happy graduation sayang" ucap Erdin dan Andini secara bersamaan kepada Naisa, Naisa menatap ke arah Andini dan juga Erdin.
"Terima kasih ma, Pa" jawab Naisa yang sudah di ajarkan untuk memanggil mereka dengan sebutan itu.
"Hey menatap lah ke sini" ucap salah satu siswa bawahan mereka dengan memegang kamera dan itu membuat Naisa dan Aldi menoleh ke depan dan berpose begitupun dengan Erdin dan juga Andini.
Setelah acara selesai semua nya nampak bubar dan kembali ke rumah masing masing begitupun dengan Aldi dan Naisa yang masih tinggal satu rumah sedangkan Asma tidak hadir karna dia baru saja melahirkan dan masih berada di soul korea selatan bersama suami nya karna ibunda Angga berasal dari sana. Aldi meletakkan tongkat milik Naisa itu ke dalam mobil bagian belakang dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sedangkan kedua orang tua Aldi mereka berbeda mobil dengan Aldi.
"Nilai mu tertinggi, Selamat ya" ucap Aldi saat tengah mengemudi.
"Hem, Terima kasih" jawab Naisa dan melebarkan senyuman nya menatap Aldi, Aldi membalas senyuman wanita itu dan kembali pokus akan kemudi nya.
"Em, Al" panggil Naisa yang sedikit ragu, Aldi menoleh ke arah wanita itu.
"Hem, Ada apa?" tanya Aldi dan menatap lekat wanita itu.
"Kita ke makam ibu dan ayah mau?" tanya Naisa yang sedikit ragu kepada Aldi.
Dahi Aldi mengerut saat Naisa seperti takut berbicara kepada nya. "Tentu saja boleh, Wajah mu kenapa seperti orang takut hem?" tanya Aldi dan meminggirkan mobil nya di tepi jalan untuk menatap lekat wanita yang ada di samping nya itu. Naisa segera menggelengkan kepala nya dengan pandangan yang masih menunduk ke bawah. Aldi masih menatap aneh ke arah wanita itu dan mendekat ke arah nya, Aldi mengangkat wajah wanita itu hingga menatap ke arah nya.
"Hey katakan kepadaku, Kenapa kau seperti ketakutan dan nampak sedih hem?" tanya Aldi dengan nada lembutnya menatap Naisa.
Naisa menatap lekat wajah Aldi. "Jawablah pertanyaan ku dengan jujur, Aku tidak akan memakan mu" ucap Aldi lagi dengan menatap manik mata wanita yang ada di hadapan nya itu nampak bersedih.
"Aku bahagia karna nilaiku tinggi" jawab Naisa yang terpotong oleh Aldi.
"Jadi kenapa raut wajah mu seperti nya nampak sedih?" tanya Aldi lagi dengan menatap lekat wajah Naisa.
"Aku belum selesai berbicara" jawab Naisa dengan mengerutkan bibirnya karna dia belum selesai berbicara Aldi sudah bertanya.
"Oh, Lanjutkan" ucap Aldi dan menurunkan tangan nya dari kedua pipi Naisa.
"Tapi di saat kebahagiaan ku, Ayah dan ibu tidak ada sama seperti saat aku lulus SMA mereka juga tidak ada" jawab Naisa dengan menundukkan kepala nya. Sungguh dia sangat sedih dan menginginkan kehadiran kedua orang tua nya saat ini dan tanpa di sadari air matanya sudah mengalir di wajah cantik nya itu. Aldi sangat tidak bisa melihat wanita itu bersedih apa lagi menangis, Tangan nya dengan sigap menghapus air mata yang menetes itu hingga tak tersisa tapi kesedihan hati Naisa itu tidak menghentikan air mata yang ingin jatuh itu dan terus menerus membuat air mata nya itu jatuh.
"Astaga, Aku tidak bisa membujuk jika dia menangis karna hal ini" guman Aldi yang sama sekali tidak bisa membujuk Naisa yang sedang menangis karna merindukan orang tua nya.
"Hey sudah lah jangan menangi, Nanti kita akan ke tempat mereka, Nanati mereka sedih melihat kau menangis jadi jangan menangis lagi" ucap Aldi yang mencoba membujuk Naisa dan mengusap wajah wanita itu dengan nya lembut nya. Naisa mengehntikan tangis nya dan menatap lekat wajah Aldi.
"Sudahlah jangan menangis lagi, Mau peluk?" tanya Aldi dengan menatap lekat wajah Naisa. Naisa menggelengkan kepala nya karna dia tidak mau di peluk dan diapun kembali memposisikan duduk nya seperti tadi.
"Shhttt wanita ini, Sedang menangis saja menyebalkan" guman Aldi yang kesal akan Naisa yang menolak untuk di peluk dan itu pertama kali untuk nya di tolak. Aldi tidak ingin membahas nya dan langsung mengambil ponsel nya yang ada di dalam saku celana nya dan mengirimkan pesan kepada ibu nya.
"Mah, Aku dan Naisa pergi ke makam ayah Adam dan ibu Naura, Jadi kami akan pulang telat nanti" isi pesan yang di kirimkan oleh Aldi kepada ibu nya dan setelah itu kembali meletakkan ponsel nya ke dalam saku celena nya, Setelah selesai meletakkan ponsel nya Aldi langsung melajukan kembali mobil nya dengan kecepatan sedang menuju ke makam. Aldi juga sudah memanggil kedua orang tua Naisa dengan panggilan sama seperti Naisa karna memang mereka berdua sudah bertunangan dan hanya menunggu hari pernikahan yang beberapa hari ini akan di laksanakan.
Aldi menoleh sekilas ke arah Naisa yang ada di samping nya itu dan melihat Naisa yang masih sedikit terisak. "Sudahlah jangan menangis, Nanti make up mu luntur" ucap Aldi yang kembali pokus ke kemudi. Naisa yang sedikit terisak itu menoleh ke arah Aldi.
"Diam kau" ketus Naisa dengan suara rendah karna ucapan Aldi tidak lucu di pendengaran nya.
"Iya aku akan diam" jawab Aldi dan diam di tempat Naisa menghapus air mata nya dan menghembus ingusan nya.
"Jorok sekali kau ini" ketus Aldi saat mendengar Naisa yang menghembus ingus.
"Banyak bicara sekali kau ini, kau mau?" tanya Naisa dengan menyodorkan tisyu bekas ingusnya tadi kepada Aldi.
"Ih, Tidak terima kasih" jawab Aldi dan sedikit menjauh karna dia jijik akan itu. Naisa tidak menjawab nya dan langsung membuang bekas tisyu itu keluar mobil.
"Wanita ini sedang sedih saja dia masih bisa membuat orang kesal?" guman Aldi dengan menatap lekat wajah Naisa. Beberapa menit mereka menempuh jalan akhirnya mereka sampai di kuburan. Aldi dan Naisa langsung beranjak turun dari mobil dan masuk ke dalam area pemakaman.
Naisa berjalan cepat untuk menuju ke makam kedua orang tuanya itu dengan membawa hasil nilai nya dan masih menggunakan topi wisuda nya. Sedangkan Aldi dia berjalan biasa saja karna langkah kaki nya jika di banding dengan langkah kaki Naisa jauh lebih besar langkah kaki nya. Setelah sampai di makam kedua orang tuanya Naisa langsung berjongkok di antara kedua makam itu dan terlebih dahulu mengirimkan doa kepada kedua orang tua nya itu begitupun dengan Aldi yang juga baru saja sampai dan berjongkok di samping Naisa.
"Ayah, Ibu, Nai mendapatkan nilai bagus di kampus lihatlah" ucap Naisa dan membuka hasil nilai nya kepada kedua makam orang tua nya itu. Naisa memperlihatkan nilai nya yang bagus semua itu kepada kedua makam itu.
"Lihatlah tinggi bukan nilai nya?" tanya Naisa lagi dengan menatap lekat kedua makam orang tua nya itu sedangkan Aldi dia masih diam dan melihat apa yang di lakukan oleh Naisa.
"Naisa juga sudah mengabulkan salah satu keinginan ayah yaitu jadi sarjana, Lihatlah Naisa sekarang mengenakan toga" ucap Naisa dan beranjak berdiri dan berputar untuk melihatkan tubuh nya yang sedang mengenakan toga dengan senyum yang mengembang, Aldi ikut tersenyum melihat senyum itu dengan senyum tulus nya setelah itu Naisa kembali berjongkok di antara kedua makam itu.
"Naisa merindukan kalian" ucap Naisa dan langsung mengeluarkan air mata nya saat mengatakan itu. Aldi tidak bisa mencegah ataupun membujuk nya untuk saat ini karna itu kemauan Naisa dan dia juga mengerti akan Naisa yang suasana hati nya saat ini sedang naik turun kdang bahagia kadang sedih.
"Hikss" Naisa terisak di antara kedua makam itu dengan wajah yang menunduk.
"Ayah, Ibu, Aldi mau meminta izin untuk menikahkan anak kalian dan menjadikan nya ibu untuk anak anak Al nanti, Al hanya meminta doa restu dan dukungan dari kalian di sana dan Aldi akan menjaga anak kalian dengan baik" ucap Aldi dengan menatap lekeat kedua makam itu secara bergantian sedangkan Naisa masih menangis di makam itu dan hanya mendengar ucapan Aldi.
"Aldi berterima kasih kepada kalian karna sudah menjaga Naisa dengan baik dan menjadi anak sebaik ini dan penurut pula, Jujur Aldi sangat beruntung bertemu dengan nya, Aldi mohon doa restu dari ayah dan ibu untuk niat Al ini" ucap Aldi dan membungkukkan sedikit tubuh nya seperti memberi salam. Naisa menoleh ke arah Aldi dengan wajah sedikit bakup dan basah, Aldi tersenyum melihat wanita itu dan menghapus air mata yang masih ada di wajah wanita itu.
"Aldi berterima kasih kepada kalian karna sudah menjaga Naisa dengan baik dan menjadi anak sebaik ini dan penurut pula, Jujur Aldi sangat beruntung bertemu dengan nya, Aldi mohon doa restu dari ayah dan ibu untuk niat Al ini" ucap Aldi dan membungkukkan sedikit tubuh nya seperti memberi salam. Naisa menoleh ke arah Aldi dengan wajah sedikit bakup dan basah, Aldi tersenyum melihat wanita itu dan menghapus air mata yang masih ada di wajah wanita itu.
"Sudahlah jangan menangis nanti ayah dan ibu juga ikut menangis melihat mu menangis" ucap Aldi yanh masih tersenyum dan mengusap dari wanita itu yang juga basah. Naisa tersenyum menatap lelaki itu dan menghentikan tangis nya dan senyuman itu di balas senyuman tulus oleh Aldi.
"Sudahlah, Ayo hari juga sudah mulai sore" ajak Aldi kepada Naisa karna memang hari sudah mulai sore. Naisa mengangguk mengiyakan nya dan mereka berdua tidak lupa berpamitan kepada makam kedua orang tua Naisa dan setelah itu langsung berlalu dari sana.
Naisa masuk ke dalam mobil begitupun dengan Aldi yang juga masuk ke dalam mobil bagian kemudi. Aldi langsung melajukan mobil dengan kecepatan sedang meninggalkan pemakaman itu dan menuju ke kediaman nya. "Nanti malam kita makan malam berdua mau?" tanya Aldi yang meminta persetujuan Naisa terlebih dahulu. Naisa langsung menggelengkan kepala nya menandakan jika dia tidak ingin makan malam nanti.
"Kenapa tidak mau? apa kau sakit?" tanya Aldi lagi dengan menatap wanita itu.
"Tidak, Hanya saja aku malas keluar" jawab Naisa akan pertanyaan Aldi dengan menatap Aldi.
"Baiklah" jawab Aldi yang tidak bisa memaksa Naisa untuk makan malam nanti bersama nya. Naisa tidak menjawab nya dan memilih untuk menoleh ke luar jendela.
"Padahal aku ingin membahas pernikahan sekaligus merayakan wisuda nya yang mendapatkan nilai tinggi" guman Aldi yang sudah mempunyai rencana untuk Naisa tapi harus di batalkan karna Naisa tidak mau dan dia sama sekali tidak bisa memaksakan Naisa untuk tetap pergi bersama nya.
"Ah sudahlah" guman Aldi kembali dan kembali pokus ke kemudi, Beberapa menit menempuh perjalanan akhirnya mereka pun sampai di rumah, Aldi keluar terlebih dahulu untuk mengambil tongkat Naisa meskipun Naisa sudah bisa berjalan sendiri tapi jalan nya itu belum terlalu sempurna dan belum terlalu sehat. Naisa dan Aldi masuk ke dalam rumah bersamaan dan saat masuk mereka langsung di sambut oleh banyak orang di rumah itu termasuk para pelayan.
"Selamat nona Naisa" ucap semua pelayan kepada Naisa. Naisa tersenyum dan mengangguk mengiyakan nya dan sangat nampak jika wajah wanita itu bakup atau bengkak.
"Bibi Naisa kelelahan dia akan istirahat" ucap Aldi yang mencoba membuat mereka mengerti. Andini dan Erdin menoleh ke arah Naisa dan melihat wajah Naisa seperti sudah menangis.
"Ah baiklah" jawab Andini akan ucapan Aldi, Aldi pun membimbing Naisa berjalan menuju lift untuk menuju ke kamar nya, Sesampai di atas Aldi membawa Naisa masuk ke dalam kamar nya.
"Kau tidak apa apa kan?" tanya Aldi dengan menatap lekat wajah Naisa. Naisa langsung menggelengkan kepala nya menandakan jika dia tidak apa ap.
"Baiklah, Aku akan ke kamarku jika terjadi apa apa langsung hubungi aku" ucap Aldi lagi kepada Naisa, Naisa langsung menganggukkan kepala nya akan ucapan Aldi dan setelah itu Aldi pun langsung berlalu dari sana dan menuju ke kamar nya.
Keesokan pagi nya.
Aldi terbangun dari tidur nya dan dia langsung menuju ke kamar mandi untuk berkumur dan membersihkan wajah, Setelah selesai dia langsung keluar dari kamar nya dan terlebih dahulu melihat Naisa. "Nai" ucap Aldi dengan mengetuk pintu kamar wanita itu. Naisa yang belum bangkit dari tidur nya pun tidak menjawab. Aldi mencoba membuka pintu kamar nya itu dan untung nya pintu kamar itu tidak di kunci, Aldi langsung masuk ke dalam kamar wanita itu dan melihat Naisa sedang tertidur nyenyak di atas ranjang.
Aldi berjalan mendekat ke arah wanita itu dan melihat wanita itu tidur dengan menelungkup. "Masih tertidur rupanya" ucap Aldi dan mengusap lembut rambut Naisa yang melindungi matanya memandang wajah cantik nya itu. Naisa tidur dengan tangan yang ada di bahu dan tubuh nya melengkung seperti anak bayi yang ada di dalam kandungan.
"Hey bangunlah" ucap Aldi dengan mengusap pipi wanita itu dan itu membuat Naisa yang merasa geli di wajah nya mengerjapkan matanya.
"Em" ucap Naisa dan kembali memejamkan matanya dan memeluk bantal kepala nya. Aldi menggelengkan kepala saat melihat wanita itu malah menutup wajah menggunakan bantal.
"Hey ini sudah siang, Kau tidak ingin bangun?" tanya Aldi dengan tangan yang masih mengusap kepala Naisa. Naisa membuka mata nya pelan dan langsung melihat Aldi dan itu sontak membuatnya langsung bangkit.
"Ah" rengek Naisa dan Aldi secara bersamaan karna kepala Naisa mebentur batang hidung Aldi yang mancung itu dan itu juga membuat Aldi kesakitan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" ketus Naisa kepada Aldi dengan memegang dahinya yang sedikit sakit itu.
"Aku tadi berniat ingin membangunkan mu" jawab Aldi akan pertanyaan itu.
"Kenapa tidak meminta izin terlebih dahulu?" ketus Naisa lagi dengan menatap kesal ke arah Aldi.
"Aku mengetuk pintu kamarmu tadi saja kau tidak menyaut bagaimana aku ingin meminta izin?" tanya balik Aldi dengan memegang batang hidung nya yang sakit itu. Hidung Aldi mengeluarkan darah dan itu terlihat jelas di mata Naisa, Mata Naisa membulat.
"Astaga hidung mu berdarah" ucap Naisa dan mengambil tisyu yang ada di atas lemari di samping ranjang nya itu. Naisa langsung menghapus bekas darah yang mengalir dari hidung Aldi itu sedangkan Aldi malah menatap wanita yang ada di hadapannya itu.
"Hey apa yang kalian lakukan?'' tanya Andini yang baru saja masuk ke dalam kamar Naisa. Naisa dan Aldi menoleh ke belakang dan melihat ada Andini di ambang ambang pintu yang tidak tertutup itu. Andini berjalan masuk ke dalam kamar itu dengan kedua tangan yang di letakkan nya di atas pinggang dan menatap datar ke arah Naisa dan juga Aldi.
"Hidungmu kenapa berdarah?" tanya Andini lagi saat melihat hidung anak nya itu berdarah dan juga banyak darah ada di tisyu yang di pegang Naisa.
"Keperntok kepala Naisa" jawab Naisa dengan menundukkan kepala nya merasa bersalah akan dirinya yang sudah membuat hidung Aldi mengeluarkan darah, Andini menoleh ke arah Naisa begitupun dengan Aldi dengan hidung yang sudah tidak mengeluarkan darah tapi masih ada merah merah di daerah hidungnya itu.
"Maafkan Naisa yang sudah membuat hidung Aldi berdarah" ucap Naisa dengan kepala yang masih menunduk.
"Kenapa kepala mu bisa menabrak hidung Al?" tanya Andini dengan memegang kedua pipi Naisa supaya menatap nya.
"Tadi saat Naisa bangun dari tidur Naisa langsung melihat Aldi ada di atas makanya Naisa sontak langsung bangkit dan akhirnya kepala Naisa menabrak hidung Aldi" jelas Naisa jujur dengan menundukkan kepala nya. Andini beralih menoleh ke arah anak nya itu dan menatap tajam anak nya yang sudah lancang masuk ke dalam kamar Naisa tanpa seizin Naisa.
"Tapi kepala mu tidak apa apakan?" tanya Andini yang kembali menatap Naisa yang juga kembali menundukkan kepala nya. Aldi yang mendengar itu langsung naik darah akan ibunya yang malah menanyakan Naisa bukan menanyakan dirinya yang sudah jelas jelas terluka.
"Tapi kepala mu tidak apa apakan?" tanya Andini yang kembali menatap Naisa yang juga kembali menundukkan kepala nya. Aldi yang mendengar itu langsung naik darah akan ibunya yang malah menanyakan Naisa bukan menanyakan dirinya yang sudah jelas jelas terluka.
"Mama apa apaan malah menanyakan Naisa, Anakmu ini lihat hidungnya mengeluarkan darah" protes Aldi kepada ibunya itu dan tidak terima ibunya malah bertanya kepada Naisa, Andini menoleh ke arah Aldi begitupun dengan Naisa yang juga ikut menoleh ke arah nya.
"Kau cemburu?" tanya Andini dengan menatap lekat anaknya itu.
"B-Bukan" elak Aldi yang tidak terima akan ucapan ibunya itu dan matanya malah teralih kepada Naisa.
"Shtt lelaki ini, Sudah cemburu tidak ingin mengaku" guman Naisa dan tersenyum mengejek menatap Naisa.
"Apa kau melihatku?" tanya Aldi dengan melototkan matanya kepada Naisa.
"Apa?" tanya balik Naisa yang juga ikut melototkan matanya menatap Aldi.
"Shtt" umpat Aldi dan mengalihkan pandangannya.
"Sudah sudah, Kalian tidak ingin ke butik?" tanya Andini yang menghentikan tatapan tajam di antara Naisa dan juga Aldi.
"Untuk apa ma?" tanya Naisa dengan menatap heran ke arah ibu Aldi begitupun dengan Aldi yang juga menatap heran ke arah ibunya itu.
"Lusakan pernikahan kalian akan dilaksanakan" jawab Andini dengan menatap kedua orang itu. Aldi menoleh ke arah Naisa begitupun dengan Naisa karna mereka tidak tau jika lusa adalah pernikahan mereka karna yang mengurus masalah itu bukan mereka yang mengurusnya.
"Kenapa malah saling tatap? bersiaplah, Kalian harus mencoba baju yang sudah di buat oleh mami Rita (Ibu Azlan)" ucap Andini kepada kedua insan itu dan mendorong Aldi. Aldi masih saling tatap dengan Naisa dengan tatapan heran nya.
"Sudah, Pergi" ketus Andini kepada Aldi, Aldi tidak menjawab nya dan langsung berlalu dari sana dan menuju ke kamar nya.
"Kau juga, Bersiaplah" ucap Andini kepada Naisa.
"Baik ma" jawab Naisa dan beranjak berdiri dari duduk nya, Andini langsung keluar dari kamar Naisa itu dan menuju ke bawah dan Naisa pun langsung mengunci pintu kamar nya itu dan setelah itu baru dia langsung berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
Di dalam kamar Aldi.
"Lusa aku menikah dengan nya?" ucap Aldi dengan pandangan entah kemana.
"Yes, Aku akan menikah dengan Naisa" teriak Aldi girang dan meloncat tidak jelas sama seperti Asma saat di lamar oleh Angga.
"Yes, Aku menikah dengan Naisa" ucap Aldi dan berjakan masuk ke dalam kamar mandi dengan berjoget kegirangan akan dirinya yang ingin menikah dengan Naisa lusa, Sama persisi seperti yang di lakukan Asma dan yang membedakannya Asma waktu itu terjungkal dari ranjang tapi dirinya tidak. Aldi membersihkan tubuh nya dengan terus berjoget kegirangan akan kabar yang di beritahu Andini.
"Aku akan menikah dengan Naisa" ucap Aldi lagi sambil keluar dari kamar mandi dengan masih berjoget sambil berjalan menuju ruang ganti. Hati lelaki itu sungguh gembira sekali saat ini, Dia langsung memilih baju dan dengan cepat dia mengenakan nya dan setelah itu dia langsung berlalu keluar dari kamar nya itu. Seperti biasa saat keluar dari kamar dia selalu menuju ke kamar Naisa terlebih dahulu.
Tok..tok..tok
Aldi mengetuk pintu kamar Naisa. "Nai" panggil Aldi dan menghentikan ketukan pintunya itu.
"Sebentar" teriak Naisa dari dalam dan berjalan menuju ke dekat pintu dengan mengenakan celana pendek dan baju kaos nya sungguh sangat simpel.
Ckleeek
Pintu kamar Naisa terbuka dan Aldi langsung menatap ke arah Naisa yang baru saja keluar. "Kenapa mengenakan celana itu?" tanya Aldi dan menatap lekat kaki jenjang dan putih calon istrinya itu.
"Kenapa memangnya?" tanya balik Naisa kepada Aldi.
"Tukarlah, Kita ini ingin keluar dan aku tidak mau semua orang melihat hakku itu" ucap Aldi dan membuang pandangnya menandakan jika dia tidak ingin melihat itu sebelum sah meskipun hanya kaki. Dahi Naisa mengerut tapi dia mengikuti ucapan Aldi, Dia kembali masuk ke dalam kamar nya dan mengambil rok dan langsung mengenakannya tanpa melepaskan celananya Tadi.
"Ayo" ajak Naisa yang sudah menggunakan rok tutu panjang. Aldi menoleh kembali ke arah nya dan melihat Naisa sudah mengenakan rok.
"Ayo" ajak Aldi balik dan langsung membimbing wanita itu berjalan menuju lift. Sesampai mereka di bawah langsung melihat Erdin dan Andini di meja makan.
"Kalian langsung pergi nak?" tanya Erdin kepada Aldi dan juga Naisa.
"Iya pa" jawab Naisa sedangkan Aldi hanya menatap ayah nya itu.
"Kalian tidak sarapan terlebih dahulu?" tanya Erdin lagi.
"Kami akan makan di luar saja nanti, Ayo" ajak Aldi kepada Naisa, Sifat Aldi tidak terlalu berubah tapi setidaknya dia tidak sesombong dulu dengan kedua orang tuanya itu. Aldi dan Naisa langsung berlalu keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil.
"Kau ini selalu saja datar kepada papamu" ucap Naisa saat Aldi masuk ke dalam mobil.
"Aku sudah biasa saja perasaan ku" jawab Aldi dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke tujuan nya dan juga Naisa.
"Tapi kau tidak boleh datar seperti itu, Kau tidak kasihan melihat papa selalu memasang wajah sedih saat kau menjawab ucapannya dengan wajah datar? coba sesekali kau jawab dengan baik dan di iringi dengan senyum pasti dia akan senang akan itu" jelas Naisa yang mencoba mengajarkan Aldi.
"Aku tidak biasa tersenyum dengannya, Wajahnya saja selalu datar saat melihatku" jawab Aldi akan penjelasan Naisa itu.
"Itu karna kau yang selalu datar kepada nya dan tidak pernah tersenyum kepadanya makanya dia juga melakukan hal yang sama, Coba kau tersenyum saat berbicara dengannya pasti dia juga akan tersenyum melihatmu, Bukankah langka bagimu melihat senyum papa?" tanya Naisa dengan menatap lekat wajah Aldi.
"Senyum papa? aku memang sudah lama tidak melihatnya, Bahkan aku lupa bagaimana bentuk wajah papa saat tersenyum" guman Aldi yang baru sadar akan dirinya yang tidak pernah melihat senyum ayahnya.
"Hey" ucap Naisa yang menyadarkan lamunan Aldi itu.
Aldi langsung menoleh sekilas ke arah wanita itu dan setelah itu kembali fokus ke kemudi. "Hem, Aku memang jarang melihat senyum papa, Bisa di bilang tidak pernah" jawab Aldi akan pertanyaan Naisa yang tadi dan menatap ke depan.
Naisa menatap lekat wajah lelaki yang ada di sampingnya itu dan nampak sekli wajah lelaki itu sedikit sedih. "Nanti cobalah untuk berbicara sopan dan keluarkan senyummu saat di dekat papa dan aku yakin jika kau tersenyum kepadanya dia juga akan tersenyum kepadamu" jelas Naisa dengan senyumannya menatap Aldi. Aldi menoleh ke arah nya dan melihat senyum tulus di wajah wanita itu.
"Em" jawab Aldi mengangguk mengiyakannya dengan senyum tak kalah tulus dari senyum Naisa.
"Yasudah ayo" ajak Naisa untuk turun karna mereka sudah sampai di butik. Aldi mengiyakannya dan turun terlebih dahulu tapi Naisa juga ikut turun, Aldi mengambil tongkat Naisa dan memebrikannya kepada Naisa, Naisa menerimanya dan mereka pun berjalan masuk ke dalam butik.
"Mami" sapa Aldi saat masuk ke dalam butik dan melihat Rita. Rita menoleh ke arah Aldi dan juga Naisa yang baru saja sampai.
"Eh kamu sudah sampai" ucap Rita dan menghampiri Aldi dan juga Naisa, Aldi tidak menjawab sedangkan Naisa hanya membalasnya dengan senyuman.
"Kau memang cantik nak, Pantas saja Aldi sangat menyukaimu" ucap Rita saat melihat Naisa, Aldi tidak suka akan ucapan Rita itu dan menatap tajam ke arah Rita karna dia menyukai Naisa bukan karna Naisa cantik tapi karna baiknya Naisa.
"Mami hanya bergurau" ucap Rita saat melihat tatapan tajam dari Aldi. Naisa menoleh ke arah Aldi dan Aldi langsung melebarkan senyumannya kepada Naisa.
"Ayo nak ikut mami, Aini kau urus Aldi" ucap Rita kepada salah satu pelayan.
"Baik mam" jawab Aini akan ucapan Rita dan langsung berlalu dari sana dan mengajak Aldi menuju ke ruang baju pria.
"Ayo nak" ajak Rita kepada Naisa dengan membimbing Naisa masuk ke dalam ruangan gaun wanita. Naisa hanya mengangguk mengiyakannya dan mengikuti Rita.
"Pilihlah mana yang kau suka sayang" ucap Rita menyuruh Naisa memilih mana baju yang dia suka. Naisa melihat lihat gaun itu dan dia menemukannya.
"Ini saja tante" ucap Naisa saat melihat gaun yang sangat cantik itu.
"Cobalah" ucap Rita kepada Naisa. Naisa mengangguk mengiyakannya dan langsung masuk ke dalam ruang ganti dan mengenakan pakaian itu. Naisa keluar dari ruang ganti saat mengenakan pakaian itu dan Rita bisa melihat jelas Naisa yang sangat cantik mengenakan itu.
"Cantik sekali kau sayang" ucap Rita yang kagum akan kecantikan Naisa. Naisa hanya bisa membalas senyuman dari pujian Rita itu.
"Ayo kita tunjukkan kepada Al" ajak Rita kepada Naisa Naisa mengiyakannya dan kembali mengenakan tongkat nya dan menuju kelur, Aldi yang baru saja mengenakan dasi pun menoleh ke arah Naisa dan juga terpana eh kecantikan wanita itu.
"Bagaimana Al? bukankah cantik calon istrimu ini?" tanya Rita kepada Aldi, Sedangkan Naisa masih menatap Aldi yang juga nampak Tampan dan gagah menggunakan stelan jas berwarna hitam itu.
"Itu terlalu terbuka" jawab Aldi yang tidak setuju akan gaun itu yang menurutnya terbuka. Naisa menoleh ke tubuh nya dan melihat biasa saja gaunnya itu begitupun dengan Rita.
"Ini sangat cocok dengannya Al" ucap Rita dengan menatap Naisa.
"Tapi lihat dadanya terbuka, Aku tidak mau orang melihat itu" jawab Aldi akan ucapan Rita. Naisa masih diam dan mematung di tempatnya.
"Ayo, Biar aku saja yang memilihkan baju untukmu" ajak Aldi dan membuang dasi yang ingin ia kenakan tadi dan membimbing Naisa masuk ke dalam ruang gaun tadi lagi. Naisa hanya mengikutinya sedangkan Rita menunggu di luar. Aldi menatap lekat wajah Naisa dan setelah itu melihat tubuh Naisa yang kini berbalut tahun itu dan matanya terhenti saat melihat bagian dada Naisa sangat terbuka dan itu membuat diri nya langsung menggelengkan kepala, Aldi dengan segera mengalihkan pandang nya dari sana dan berjalan melihat lihat banyaknya gaun di dalam sana.
.
.
Mari mampir ke novel baru Author.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!