Suara gadis membentak keras , mengagetkan sepasang muda-mudi yang sedang bermesraan.
"Ana..."sahut pemuda berwajah tampan itu pucat , dengan cepat ia menjauhkan diri dari gadis manis yang bersandar pada sebuah pohon.
" Mel..lu " ujar gadis cantik berhidung mancung itu tak percaya saat mengenali siapa yang ada bersama cowok yang di panggilnya Raka.
"Mel..lu tega lakuin ini semua sama gw " lanjut gadis itu menahan marah dan kecewanya.
"Ana..aku bisa jelasin semua sama kamu" Raka cepat menghampirinya.
"Ngga perlu Ka..apa yg baru saja aku lihat , sudah cukup menjelaskan semuanya" seru Ana dengan keras.
"Ana , apa yang di katakan Raka benar , biar kita jelasin semua sama lu " pinta meli mulai bersuara.
"Lu mau jelasin apa sama gw mel , lu itu sahabat gw , tapi lu tega menikam gw dari belakang seperti ini , lu sendiri sudah tahu kalau Raka itu pacar gw " hardik Ana dengan suara bergetar menahan tangis .
"Please Ana..kamu jangan menyalahkan meli , gw yang salah" aku Raka berusaha menenangkan suasana.
"Kalian berdua keterlaluan.." teriak Ana tak tahan , ia berlari menembus hutan membawa tangis dan kepedihan penghianatan 2 orang yang dia percaya.
"Mariana...tunggu " teriak Raka dan hendak berlari mengejar gadis malang itu .
"Ngga usah di kejar Ka..gw paham betul bagaimana sifat Mariana , dia ngga bakal maafin kita berdua " ujar meli mencegah Raka .
"Tapi mel , kita lagi di hutan dan gw sebagai ketua mapala bertanggung jawab atas keselamatan anggota gw , tanpa terkecuali Ana , wanita yang gw cintai.." terang Raka tegas.
*Plak...* satu tamparan tepat mengenai wajah tampan pria tersebut.
"Lu benar-benar keterlaluan Ka , lu bilang lu mencintai Ana, selama ini lu selalu mengeluh tentang perasaan lu ama dia dan memohon cinta gw hingga gw percaya dan rela mengkhianati sahabat gw sendiri" meli mendorong kasar tubuh raka dan berlari kembali ke kemah berlawan arah dengan mariana tadi.
"Brengsek..." maki raka keras memecah kesunyian hutan belantara.
~~
"Mel...lu lihat Raka sama Mariana ngga? soalnya gw mesti minta pendapat mereka tentang rencana teman-teman mapala lainnya buat ntar malam" ujar seorang cowok ceking berkulit gelap langsung saat cewek berambut sebahu itu berjalan tergesa melewati berapa kumpulan anggota pecinta alam yang ikut dalam rangka merayakan pergantian tahun baru di puncak gunung.
"Mana gw tahu..."sahut meli jutek melampiaskan kekesalannya dan tak menghiraukan pemuda tersebut.
"Alamak...cantik-cantik tapi juteknya minta ampun"ujar pemuda ceking itu sambil geleng kepala.
"Wooyyyy..."suara dan tepukkan keras di bahunya membuat pemuda itu kaget bukan main.
"kodok..kodok...kodok..." ucap pemuda itu latah yang langsung di sambut tawa keras dari orang yang mengejutkannya juga senyum geli dari beberapa anggota pecinta alam yang ada di sana.
"Ucok..ucok..latah lu dari dulu ngga pernah sembuh ya.."ujar orang tersebut masih di iringi tawanya.
"Dasar makhluk kurang kerjaan , lu paling senang kalau melihat sohibnya menderita kayak gini" semprot pemuda yang di panggil ucok sedikit kesal dengan logat khas medan yang cukup kental.
"Sorry bro...lu juga sih,ngapain juga bengong di hutan kayak gini? ntar lu ke sambet ama penghuni disini , baru tahu rasa lu ngga tahu jalan pulang" ujar orang tersebut menakuti sahabatnya.
"Emangnya gw terry si butiran debu apa ? sampai ngga tahu jalan pulang?" sahut ucok tetap dengan logat medannya.
"Oh ya Van...lu lihat si raka sama Mariana ngga? dari tadi kaga kelihatan?"
"mariana..?" ulang pemuda yang di panggil Revan oleh ucok itu dengan raut wajah sedikit tegang. .
"Gw tadi nyebut nama raka lho Van ,bukan mariana seorang" goda ucok membuat muka cowok bertubuh tegap itu langsung memerah.
"Hmmm..ceritanya ada yang cin da ha (cinta dalam hati) nih??" goda ucok lagi.
"Apaan sih lu..lu tahu sendiri kan kalau Ana itu pacarnya raka, ya..siapa tahu aja mereka sekarang..lagi berduaan dan ngga pengen di ganggu" sahut cowok bermata coklat dan tajam itu berusaha menyembunyikan kecemburuaan nya.
"Udah deh bro..gw udah kenal lu dari SMA dan gw tahu betul bagaimana lu memendam perasaan lu ama si Mariana saat pertama kali kita sama-sama menginjakkan kaki di kampus,lu nya aja yang lelet dekati itu cewek sampai keduluan ama si senior belagu"
Revan hanya tersenyum tawar mendengar paparan sahabatnya tersebut dan dia tidak bisa bilang kalau sahabatnya itu sok tahu tentang perasaannya terhadap mahasiswi jurusan kedokteran tersebut.
"Walaupun begitu,lu ngga boleh pesimis,lu harus yakin,sebelum janur kuning melengkung,cinta si calon dokter pasti bisa lu raih,asal lu ngga lempeng kayak gini aja" ucap ucok serius memberi semangat pd sahabatnya.
"Cok..liat muka lu serius kayak gini, bawaannya gw pengen buang air kecil..gw titip handphone ya bro..."ujar Revan sambil berlari .
"Sialan lu..emang lu pikir muka gw toilet apa? sesama orang ganteng di larang saling menghina tau" teriak ucok.
~~
"Perasaan tadi di sini ada sungai kecil, tapi sekarang bisa ngilang?" oceh Revan kebingungan.
"Atau emang gw yang salah arah ? jangan-jangan sungainya ada di sana?" ocehnya lagi sambil memutar arah.
"Di sini juga ngga ada ? kenapa tiba-tiba gw jadi pikun gini ? " Revan menggaruk kepalanya yang tak gatal dan menatap sekitarnya yang di kelilingi pepohonan besar . Ia tersenyum usil saat melihat sebatang pohon besar dan ide aneh langsung menyala di otaknya.
"Bodo amat dah..yg penting gw aman" Revan berjalan mendekati pohon tersebut dan langsung membuka resleting celananya.
( ꈍᴗꈍ)
Air mata terus menggenangi pelupuk mata gadis cantik berambut panjang yang indah itu , dia duduk termenung memikirkan nasib cintanya di sebuah batu berukuran sedang di tengah hutan.
"Udah donk Ana..ngapain juga lu harus menangisi orang yang sudah tega mengkhianati lu.. air mata lu terlalu berharga untuk semua ini" ujar Ana pada dirinya sendiri sambil menghapus air matanya.
"Lu..harus kuat Ana..lu harus buktikan pada raka dan meli kalau apa yang mereka lakukan ngga bisa menghancurkan hidup lu begitu saja" ujarnya lagi berusaha tegar menyimpan perih , dia pun berdiri dari duduknya
.
"Astagaaa.."ucap Ana menutup mulutnya , dia menatap sekelilingnya dan baru menyadari kalau ia sepertinya salah arah.
"Ngga mungkin.."ucapnya panik bercampur rasa takut.
"Tenang Ana , lu ngga boleh panik , sekarang lu tarik nafas dalam dan berfikir yang tenang" ujar gadis itu berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"huuff..semoga gw ngga salah arah" harapnya sambil mengayunkan kakinya kearah yang dia yakini dan baru beberapa langkah ia di buat terkejut melihat pemandangan yg ada di hadapannya.
"Aaaaaaaaa...." mariana berteriak keras sambil membalikkan badan dan menutup kedua matanya dengan telapak tangannya.
"Aaaaaaa..." Revan ikut berteriak kaget dan langsung membalikkan badan.
"Wooyyy..lu pasti dedemit penghuni hutan ini kan? dan sengaja gentayangan ngintipin gw" ujar revan kembali membalikkan badan dengan muka memerah menahan malu.
"Apa?? dia bilang gw dedemit? cari perkara itu cowok ama gw" ucapnya jengkel dalam hati.
"Enak aja lu bilang gw dedemit, lu tu lakinya sundel bolong , parkir sembarangan" omel mariana tak mau kalah sambil membalikkan badan.
"Lu.."ujar keduanya serempak.
"Aaaaaaaa..." Mariana kembali berteriak histeris sambil menutup matanya lagi membuat revan kaget minta ampun mendengar suara teriakannya yang menggema ke penjuru hutan.
"Lu bisa ngga sih,ngga usah teriak-teriak kayak gitu , bikin budeg tau ngga" semprot revan kesal sambil menutup telinganya.
"Gimana gw ngga teriak,parkiran lu masih ke buka kayak gitu" omel gadis itu lagi sambil terus menutup matanya.
"Parkiran ??" ujar Revan tak mengerti maksud gadis itu, dia pun memperhatikan dirinya dari ujung kaki sampai...
"Astaga..." Revan cepat berbalik dan menaikan resleting celananya kembali.
"Dasar cewek mesum...kalau ngeliat cowok tampan itu cukup atasnya aja , matanya jangan ampe kelayapan ke sana ke mari.." ujar cowok berbadan kekar itu berkilah menyembunyikan rasa malunya.
"Tadi lu bilang gw dedemit, sekarang lu bilang gw cewek mesum..seenaknya aja lu ngatain gw, lu tu cowok asal parkir, masih untung gw kasih tahu,kalau ngga... " ana tidak melanjutkan kata-katanya .
"Kalau ngga , lu mau ngintip semau lu gitu" potong Revan cepat membuat darah gadis itu mendidih , ia cepat menunduk mengambil ranting kayu yang berserakan dekat kakinya.
"Dasar cowok belagu ngga punya etika , terima nih" ana langsung melempar ranting tersebut dan tepat mengenai kening cowok tersebut.
"marianaaa.."teriak Revan marah sambil memegang keningnya, dia langsung berjalan menghampiri gadis itu dengan pandangan tajam membuat Mariana ketakutan.
"Lu..." revan mengayunkan tangannya ke arah wajah gadis berwajah ayu itu. Ana hanya menunduk dan pasrah saat itu.
"Ada daun kering yang menempel di rambut lu.." Revan langsung mengambil daun tersebut lalu membuangnya dan ana langsung bernafas lega saat itu juga.
"Lu ngapain sendirian di hutan kayak gini? trus si codot mana?apa dia ngga nemani lu?"
"Si codot siapa?" sahut gadis itu tak mengerti dengan si codot yang di bicarakan cowok di hadapannya.
"Itu romeo lu, si ketua mapala"
"Raka ..maksud lu?"
"Terserah lu manggil dia siapa?"
Senyum lucu langsung menghias di bibir Mariana , ia merasa ada nada yg aneh keluar dari mulut Revan tentang Raka , seperti nada kurang suka atau tepatnya cemburu juga dari gerak-geriknya saat menyebut nama codot, tapi ia tak mau berpikir lebih jauh lagi karna rasa perih itu muncul lagi.
"Gw ngga mau bahas masalah apapun tentang Raka " sahut gadis itu getir, wajahnya kembali di rundung sedih ,ia kemudian berjalan melewati pemuda di hadapannya.
Revan langsung tertegun melihat perubahan sikap gadis yang di cintai nya diam-diam itu, baru saja ia merasakan kesejukan karna bisa melihat senyum yang begitu memikat ,kini ia seolah terbawa dalam dilema yang berkecamuk pada gadis itu, walau ia tak tahu itu apa.
Mata pemuda itu langsung membelalak kaget saat melihat ranting kayu cukup besar hendak patah dan tepat berada di atas kepala gadis itu.
"Ana....awasss..." Revan berlari kencang dan cepat memeluk dan mendorong gadis itu hingga ia terjatuh menindih tubuh Ana.
Hutan kembali sunyi saat kedua muda mudi itu tak mampu menyembunyikan gejolak jiwanya saat kedua matanya beradu pandang dengan mata gadis pujaannya begitu dekat, ia seperti melihat ribuan cahaya yang bersinar di balik tatapan gadis itu sedangkan Ana sendiri merasa ada yang aneh dengan detak jantungnya saat untuk pertama kalinya ia menatap seseorang begitu dekat, mata yang tadi menurutnya menakutkan justru meneduhkan seperti ini, ia seperti menemukan berlian indah di balik kilau tatapan pemuda itu,tangannya pun spontan mengelus wajah pemuda itu saat bibir Revan tanpa sadar mengulas senyum yg mempesona dengan lesung pipit yang menggoda.
Entah sadar apa tidak, Revan meraih tangan gadis itu dari wajahnya dan mengecupnya pelan dengan seluruh perasaan terpendam yg ia miliki.
Gadis berhidung mancung itu langsung memejamkan matanya saat ia merasakan seperti ada aliran listrik mengalir di seluruh tubuhnya melalui telapak tangan yang di kecup mesra oleh revan dan kesadarannya kembali saat bayangan raka melintas di benaknya.
"Lu..."Ana langsung menarik tangannya dan mendorong tubuh pemuda itu dengan kasar.
"Maaf..An...gw ngga...ng....."
"Lu..ngga perlu salah paham soal yang tadi dan terima kasih lu udah mau nolongin gw" sahut mariana acuh dan tak mau memikirkan hal tadi, hal seperti itu menyakitkan buat revan karna itu baginya adalah satu-satunya momen terindah dalam hidupnya bisa sedekat itu dengan wanita yg ia cintai.
"Ana..mungkin hal tadi,tidak ada artinya buat kamu,tapi tidak buat aku. Andai kamu tahu Ana ,kalau aku sangat mencintai kamu sejak pertama kamu dan aku sama-sama jadi mahasiswa di kampus yang sama,dan aku rela menjauh dari kamu saat aku tahu kamu begitu mengagumi Raka ,aku rela terluka untuk kamu,tapi itu semua tidak berpengaruh buat kamu"batin Revan getir.
"Sekarang lu ikut gw,kita mesti balik ke kemah sebelum hari ke buru malam"ujar revan dingin membuat suasana menjadi kaku dan itu terasa lain untuk mariana.
"Lu yakin jalan arahnya ke sana?"ujar ana tak yakin dengan arah yang di ambil Revan.
"Lu ngga usah bawel dan cukup ikutin gw aja"perintah Revan tegas.
"Enak aja lu main perintah gw,lu jalan aja sendiri,lu pikir gw ngga tahu jalan mana yang benar" tukas Mariana kesal sambil berjalan berlawan arah dengan Revan.
"Ana ,lu mau kemana?" Revan cepat berputar arah menyusul gadis keras kepala tersebut.
"Ngapain lu nyusul gw,lu ikutin jalan lu sendiri,gw ikutin jalan gw sendiri dan kalau lu sampai tersesat, ya itu emang udah nasib lu aja yang sial " kata gadis semaunya sambil trus melangkah menyusuri semak belukar.
"Dasar cewek songong ,lu anak mapala baru dan ngga usah sok tahu, lu ikut gw sekarang" Revan cepat menarik tangan gadis itu.
"Dasar cowok belagu,lu ngga usah sok di depan gw,meski lu lebih senior dari pada gw, tapi lu masih ngga ada apa-apa nya di banding... " ana tidak melanjutkan kata-katanya.
"Di banding si codot pacar lu,begitu?"sergah revan cepat.
"Namanya Raka ,,bukan codot.."
"Terserah lu mau manggil dia apa?yang penting sekarang lu ikut gw atau lu mau mati sia-sia di terkam binatang buas di sini" revan kembali menarik tangan gadis itu agar mengikutinya.
"Iya..binatang buasnya itu lu"sergah Mariana sengit sambil berusaha melepaskan genggaman tangan revan yang cukup kuat.
Laki-laki bermata tajam itu menggertak geram menahan emosinya menghadapi sifat keras kepala gadis yg ada di hadapannya.
"Lu ngga usah banyak bacot di sini"ujar revan keras dan menarik paksa tangan ana yang terus memberontak.
"Lepasin gw.."mariana menyentak kan tangannya dengan keras tapi itu membuat tubuhnya tak seimbang.
"Van..Aaaaaa" mariana berteriak keras saat tubuhnya hendak terjatuh dan ia spontan menarik pinggang pemuda itu hingga ikut terjatuh.
"Ana..." revan berusaha menahan tubuhnya dan menarik tubuh gadis itu ke pelukannya,tapi terlambat,ia ikut terjatuh berguling-guling bersama mariana.
"Nih dia...di cari-cari dari tadi , baru nongol sekarang " ujar ucok bernafas lega melihat ketua mapala sudah kembali.
"Ka , untung lu datang , gw udah pusing dari tadi di cerca terus sama anak mapala lainnya tentang rencana kita selanjutnya apa?"
"Sorry cok , gw ngga ada waktu mikirin itu , sekarang lu jawab pertanyaan gw , lu lihat Mariana ngga?" kata Raka tanpa peduli keluhan sahabatnya.
"Alamak...ni anak di tanya , malah balik nanya " sahut ucok dengan logat medannya .
"Gw serius cok , lu lihat mariana ngga ?" bentak Raka keras.
"Mana gw tahu cewek lu kemana ? yang ada dari tadi gw yang kebingungan nyariin lu ama cewek lu"
"Jadi mariana sama sekali belum balik ke kemah? handphone nya juga ngga aktif " wajah Raka berubah cemas saat itu juga .
"Belum , emangnya ada apa sih Ka?" ujar ucok jadi penasaran.
"Kalau Mariana belum balik ke kemah , terus dia kemana? apa dia tersesat di hutan, ngga mungkin " Raka memegang kepalanya , pikirannya jadi berkecamuk tak menentu.
"Mariana tersesat di hutan ?" teriak ucok keras membuat anak-anak pecinta alam lainnya yang sibuk dengan kegiatannya sontak terkaget dan langsung berhambur mendekati mereka.
"Mariana tersesat di hutan? kok bisa sih, dia kan cewek lu, masa lu ngga bisa jagain cewek lu sendiri " cerca meli berlagak sok tak tahu kejadian sebenarnya.
"Udah deh mel, gw ngga ada waktu buat berdebat ama lu ,sekarang lebih baik kita bentuk kelompok dan menyebar mencari Mariana"
"Tapi tunggu dulu deh Ka , kayaknya bukan ana aja deh yang hilang , Revan juga ikut hilang, soalnya dari tadi aku cariin ngga ada " kata seorang gadis berwajah lugu berkaca mata minus membuat keadaan makin panik.
Raka menatap satu persatu anggota pecinta alam yg ikut mendaki gunung di bawah kepimpinannya.
"Sial.." Raka mengumpat kesal saat tak melihat sosok Revan di antara semuanya.
"Cok, lu kan sahabat dekatnya Revan ,lu pasti tahu sahabat lu kelayapan kemana?"
"Gw juga sama bingungnya ama lu Ka, terakhir ketemu Revan , dia masuk ke hutan, katanya sih mau buang air kecil dia tadi cuma nitipin handphone nya ke gw" jelas ucok kebingungan.
"Jangan-jangan dia ikut tersesat lagi" ujar laki-laki bertubuh jangkung dan bergaya sedikit culun ketimbang yang lainnya.
"Benar tuh" ujar anggota pecinta alam lainnya serempak membenarkan.
"Ok..sekarang begini saja , kita bagi tim jadi 2 kelompok, tim gw mencari Mariana dan lu cok,pimpin tim mencari Revan dan gw minta yang ikut cuma yang cowok , yang cewek tetap berjaga di kemah " ujar Raka tegas sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai ketua umum mapala dan dengan cepat tim pun sudah terbentuk jadi 2 bagian.
"O..ya, Riky.. lu ngga usah ikut , lu sama Yuda jagain cewek-cewek di sini" Raka menunjuk dua sahabat yang di percayainya.
"Ok Raka.."sahut keduanya menyetujui.
"Ka ,apa pencariannya ngga bisa di tunda besok pagi saja , hari udah mulai malam Raka , terlalu bahaya bagi keselamatan lu juga yang lainnya" ujar meli berusaha mencegah niat raka dan sahabatnya.
"Lu, ngga usah sok peduli ama gw,gw tahu apa yang gw lakuin" sahut Raka ketus.
"Ok guys, sekarang kita mulai berpencar dan kalian jangan lupa membawa peralatan yang di perlukan,terutama senter karna dalam hutan pasti sangat gelap dan kita berkumpul kembali di sini 2 jam lagi " ujar raka mengingatkan sahabat pecinta alam.
~~
"Awwww..." Revan mengerang kesakitan saat tubuhnya terhempas di dasar tebing tak terlalu curam.
"van..lu ngga apa-apa kan?? " ujar Mariana khawatir .
"Gw..." Revan menggantung ucapannya saat menyadari bahwa gadis itu menindihnya tanpa sadar . dia menyibak rambut panjang yang menjuntai di wajah gadis itu , dia memang tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana paras gadis itu saat ini , tapi sinar di matanya cukup memberi arti baginya.
"Ana..aku sangat mencintai kamu " tanpa sadar kata-kata itu meluncur pelan dari mulut Revan .
"Lu bicara apa ?" ujar mariana penasaran dengan perkataan pemuda itu.
"Lu berat banget" sahut Revan cepat mengalihkan perkataannya tadi , dia begitu lega gadis itu tak mendengar apa yang dia ucapkan , karena dia merasa akan terlihat bodoh di depan wanita yang jelas-jelas tidak mencintainya.
Muka Mariana langsung memerah menyadari posisinya saat ini.
"Maaf..."ujarnya salah tingkah sambil berdiri.
"Kita ngga mungkin balik ke kemah malam ini ,sebaiknya kita cari tempat yang aman untuk bermalam , gw takut, kalau kita nekad balik yang ada nanti kita tersesat " Revan pun ikut berdiri dan mengamati sekitarnya dan dia bersyukur , mereka tak jatuh di tebing jurang dalam, hanya tebing yg sedikit curam dan tak sulit untuk di lalui nantinya.
"Apa?..bermalam di sini,berduaan sama lu?" ucap mariana kaget , dia tak mungkin berduaan di tempat sepi dengan laki-laki yang bukan muhrimnya.
"tunggu.... handphone ku mana ya?" Mariana meraba-raba saku bajunya. "astaga....lupa tadi lagi di charger di tas" ana menyadarinya.
"Lu jangan takut ,gw ngga bakal ngapa-ngapain lu,gw bakal jaga jarak" janji Revan sungguh-sungguh.
"Sekarang lu mendingan istirahat di pohon besar itu" Revan menunjuk ke arah tepat di hadapan gadis itu.
"Gw pegang kata-kata lu"ujar Mariana serius dan pemuda itu hanya membentuk huruf v dng jarinya.
Sementara Mariana berjalan menuju pohon, Revan menunduk mengumpulkan daun-daun juga ranting pohon kering yang berserakan dan mengumpulkannya jadi satu.
Dengan berbekal pengalamannya yang dia punya , dia menyalakan api pada daun-daun dan ranting pohon menggunakan korek gas yang selalu dia bawa hingga mengeluarkan percikkan api . Revan langsung tersenyum saat api menyala dan suasana menjadi sedikit hangat karna itu.
"Ana..lu ngga mau.. " Revan kembali menggantung ucapannya saat ia memperhatikan gadis itu tertidur sambil bersandar pada batang pohon yang cukup besar . Wajahnya kini terlihat lebih jelas , sangat teduh dan sedikit lelah juga sedikit menahan dingin di terpa angin malam , Revan cepat mendekat dan melepaskan jaket hitamnya , lalu menyelimutinya pada gadis itu.
Ada perasaan tak tega dalam diri pemuda itu melihat gadis yg dia cintai seperti ini , dia pun berinisiatif duduk di sebelah gadis itu dan membiarkan bahunya jadi sandaran . Jantungnya seketika terasa berhenti saat hembusan nafas Mariana menerpa lehernya.
"Apa selamanya aku hanya bisa mencintai kamu dalam diam seperti ini Ana.." gumamnya getir memendam lukanya sendiri.
"Ana.." Revan tersentak kaget , saat dia merasa tangan hangat melingkar dan memeluk pinggangnya tapi gadis itu tetap terlelap dalam tidurnya . Revan mengumpulkan segenap kekuatannya , memberanikan diri memeluk gadis itu dan mengecup kening gadis itu dalam diam walau ia sadar menjadi seorang pecundang yg berani mencintai dalam diam.
"Aku mencintai kamu Ana.." kata-kata itu begitu lirih terucap dari bibir pemuda itu, tanpa dia sadari bibir Mariana mengulas senyum dalam alam tak sadarnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!