NovelToon NovelToon

Istri Kontrak Tuan Arjuna

CEO Arjuna dan Wanita malang Naya

Pukul 02:00, delapan tahun yang lalu.

Seorang pria bertubuh tinggi kekar baru saja pulang dari kantornya ia memijat tengkuknya yang terasa pegal itu. Berjalan keluar area gedung menuju pelataran kantor.

Mendekati sebuah mobil mewah yang sudah terparkir di sana. pria berusia 27 tahun itu berjalan sedikit lunglai pasalnya pukul tujuh pagi nanti ia harus sudah take off menuju London namun di jam segini saja ia belum tersentuh bantal dan selimutnya. Menjadi seorang CEO muda memang tidak mudah, namun itu tak membuat Arjuna untuk berhenti berambisi sebelum menjadi raja bisnis di Negara ini. Ia mendekati mobil itu saat seorang asisten pribadinya sudah membukakan pintu itu untuknya, dan setelah semuanya masuk, mobil pun melaju menuju rumahnya.

sang asisten menoleh sejenak. "Anu Tuan? anda yakin, nanti kita tetap melakukan perjalanan tanpa jet pribadi anda?" tanya Rian, pria itu masih baru bersamanya sehingga dia belum begitu memahami karakter bosnya yang suka seenaknya sendiri itu.

"menurut mu, sudah lah. aku bilang aku ingin naik pesawat di Bandara internasional. pasti akan sangat seru jika mengantri di sana." tersenyum tipis. dengan mata yang terpejam menyandar di sandaran kursi.

Rian pun geleng-geleng kepala. terserah situ lah Tuan.

mobil pun terus melaju, menyisir jalan ibu kota yang sudah mulai sepi, karena kehidupan malam sudah mulai meredup, orang-orang pun sudah mulai terlelap dalam tidur mereka.

cukup menempuh perjalanan sekitar satu jam, mobil pun sudah tiba di rumah. Rian yang dengan cepat keluar dari mobil itu, tepat saat seorang pelayan sudah membuka pintu mobil itu untuk Tuannya.

Mereka pun terus berjalan hingga sampai pada ujung tangga dan menaiki anak tangga tersebut yang terdapat Karpet merah di bawahnya dengan memijat batang hidungnya yang pening ia bergegas terus naik ke dalam kamarnya. Lalu berhenti di depan pintu yang besar itu, di mana sang pelayan sudah membukanya untuk sang Tuan muda.

"Kalian sampai sini saja, aku mau masuk sendiri." Titahnya. "Oh... Dan kau Rian, kau boleh langsung pulang, besok kau tidak perlu kemari. Langsung saja ke Bandara." Ucapnya sebelum masuk ke dalam kamarnya sementara Rian langsung mengiyakan dan menghela nafas lega. Akhirnya dia bisa pulang juga, begitu pikirnya.

Di kamar...

"Huft, aku bosnya. tapi kenapa aku sangat iri dengan para karyawan ku, yang bisa pulang cepat dan tidur sembari memeluk istri mereka." Gerutu Juna sembari melepaskan jas melempar itu ke-sembarang lalu semua atribut yang ia kenakan. Termaksud sepatu yang ia lemparkan begitu saja.

"Tidak ada waktu untuk mengganti pakaian, aku sangat mengantuk." tukas Juna sembari melepas kemejanya dan melompat ke atas ranjangnya, dengan bertelanjang dada dan masih menggunakan celana bahannya Juna memejamkan matanya, tertidur.

***

Pagi berselang Juna menerima telfon dari Rian asisten pribadinya. Dengan malas, ia meraba-raba kasurnya mencari ponselnya. Namun tangannya tak kunjung menyentuh ponsel itu, membuat kepalanya sedikit terangkat dan mencari ponselnya yang sedari tadi berbunyi.

"Haahhh mana sih ponsel ku?" Ia pun menemukannya di atas meja di dekat ranjangnya.

"Hallo–" sapa Juna serak.

"Tuan Anda dimana? Pesawat akan take off empat puluh menit lagi." ucap Rian dari seberang membuat Juna terperanjat seketika matanya tertuju pada jam di mejanya.

"Ohh shit! Aku kesiangan." Runtuknya ia pun bergegas bangun dan mematikan ponselnya.

ia langsung membasuh tubuhnya dengan air yang mengalir dari kran shower nya, dan menyelesaikan mandinya itu dengan cepat, lalu bergegas mengenakan pakaian terbaiknya.

Sejenak, dia mengingat kembali apa yang harus di bawa dan setelah diyakin tak ada yang tertinggal? Ia pun berlari dengan dasi dan jas masih tergantung di lengannya, rambutnya yang masih acak-acakan pun tak di perdulikan nya ia segera berlari masuk kedalam mobil yang sudah terbuka pintunya. Seorang supir pun bergegas menuju kursi kemudi nya dan membawa mobil itu melaju.

"Sial... Sial... Sial!! Ini Seperti nya tidak akan keburu." Juna menggerutu dengan tangan yang tengah menyisir rambutnya lalu menggunakan hair sprai.

Setelah menatanya rapi, Ia pun mengenakan rompi nya dan jam tangan yang terpasang di lengan kirinya. Juna meraih cermin nya.

"Okay, sempurna." gumamnya dengan bangga dan senyum yang tersungging sangat arogan itu. Di depan Airports Juna berjalan cepat dengan kaca mata hitamnya. Penampilannya yang sangat keren itu membuatnya menjadi pusat perhatian terutama para gadis.

"Boss!" Seru seseorang membuat Arjuna menurunkan kaca matanya. "Terpaksa kita reschedule gara-gara anda terlambat Tuan." ucap Rian.

"Ya sudah lah tidak apa-apa, kapan pesawat selanjutnya terbang?"

"Lima puluh menit lagi Tuan," jawab Rian.

"Masih lama ya? Baiklah, Aku akan mengunjungi resto sebentar, gara-gara terburu-buru jadi belum sempat sarapan." ucap Arjuna yang lantas melenggang pergi Rian pun membungkuk.

.

.

.

Saat ini, Juna tengah berjalan santai menuju salah satu restoran di bandara itu jiga. ia mendengar sebuah keributan membuatnya menoleh, dan mendapati seorang gadis remaja yang tengah di seret paksa seorang security, Juna menurunkan kaca matanya lagi dan langsung memasangnya menurutnya hal itu tidak lah penting. Ia pun memutuskan untuk diam saja saat melewati gadis tersebut yang tengah menangis.

Di dalam resto Yang terkesan mewah.

Juna memesan croissant dengan butter dan secangkir kopi disana.

Dia sedikit menikmati menu breakfast tersebut, sesekali matanya tertuju pada jam di tangannya. ia pun mengakhiri makan paginya itu dan mengusap bibirnya dengan serbet yang ada di pangkuannya. Setelah membayar sesuai yang tercatat di Bill, ia pun keluar dan kembali menemui Rian yang sudah berdiri di hadapannya lalu mengantarnya untuk segera masuk ke pesawat mereka.

****

"Aaaaahhh lepas pak jangan usir saya, itu ibu saya, kami harus bicara." Seru Naya.

"Nona! Anda sudah membuat keributan di sini, jadi lebih baik anda pergi sekarang juga, atau anda mau saya membawa anda ke kantor polisi?" ucapnya membuat Naya berhenti memberontak untuk memaksa masuk. Lagi pula semua tidak ada gunanya ibunya tetap pergi ke luar negeri dengan suami barunya itu. Naya menutup mulutnya dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menekan dadanya yang sesak, ia kembali teringat saat dimana ibunya pergi dengan seorang pria kemarin malam, belum lagi ketika sang ayah turut pergi akibat mengakhiri hidupnya di malam yang sama.

"Ibu..? Kenapa kau tega sekali pada ku dan ayah?" Gumam Naya yang lantas berjongkok, di depan Airports tersebut.

"Kenapa kau mengusir ku hiks... Kenapa kau mengusir ku seperti pengemis ibu hiks... Hiks."

"Naya, bangunlah." ucap seseorang yang berdiri di hadapannya membuatnya mendongak keatas.

"Raihan?" Gumamnya saat mendapati teman masa kecilnya tengah ada di hadapannya, membuat Naya lantas berdiri dan memeluknya tanpa sadar.

Raihan sedikit membeku karena Naya tiba-tiba memeluknya, tangannya perlahan naik membalas pelukan Naya.

"Ibu ku sudah pergi Raihan...kini hanya ada aku dan nenek saja di rumah itu hiks dia meninggalkan ku dan nenek." Isak Naya membuat Raihan menepuk-nepuk punggung Naya berusaha menenangkannya.

"Naya, sudah biarkan ibu mu itu pergi, sekarang kau ikut aku pulang ya." ucap Raihan yang lantas membuat Naya melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya, lalu mengangguk.

"Ya sudah sekarang kita ke parkiran motor, motor ku ada disana." ucap Raihan yang membuat Naya kembali mengangguk.

Mereka pun berjalan beriringan menuju sebuah parkiran motor, Raihan mengeluarkan motor matic nya diantara kumpulan motor-motor lain.

Setelahnya, Raihan pun mulai menaiki motor itu dan menyuruh Naya untuk segera naik juga, membonceng. Sepanjang perjalanan Raihan terus menatap Naya dari kaca spionnya ia melihat Naya masih terus meneteskan air matanya. Walau tidak terdengar suaranya namun ia yakin Naya masih sedih karena hal itu. Membuatnya memutuskan untuk mencari tempat lain guna menenangkan Naya.

Sesaat motor Raihan sudah berhenti di sebuah taman yang tidak begitu ramai, membuat Naya merasa aneh, ia turun dari atas motor Raihan dan melepas helmnya.

"Raihan? Kenapa kita berhenti disini?" tanya Naya yang masih bingung.

"Tidak apa, aku tidak mau kau tetap menangis saat sampai di rumah mu nanti, kau tidak mau kan membuat nenek mu juga ikut sedih?" tanya Raihan, Naya pun menggeleng pelan.

"Ya sudah ayo, kita duduk di sana dan keluarkan semuanya, ceritakan pada ku apa yang terjadi pada mu tadi" ucap Raihan yang melangkah lebih dulu meninggalkan Naya yang masih mematung.

Sikap cool Raihan memang sangat misterius baginya, sampai saat ini ia masih bingung dan tidak pernah bisa menangkap maksud dari sikapnya itu, sekilas ia seperti pria dingin yang tidak peduli, namun ia pun merasakan bahwa Raihan selalu ada buatnya di kala ia sedang dilanda kesedihan. Jujur saja walau Naya sedikit memiliki perasaan padanya ia tetap berusaha untuk menahan itu, karena takut kalau Raihan tidak menyukainya dan malah akan menjauhinya.

Dengan pelan Raihan duduk di sebuah ayunan, di ikuti dengan Naya yang juga duduk di ayunan sebelahnya.

"Sekarang ceritakan, apa yang terjadi tadi?" tanya Raihan tanpa menatap ke arah Naya.

Dengan menghela nafas Naya pun mulai menceritakan apa yang terjadi tadi.

ibu yang membuang ku

Pagi ini ia mendengar bahwa ibunya dan suami barunya itu, akan berangkat ke Singapura. Dengan cepat Naya berlari menuju pangkalan tempat berkumpulnya ojek di sana dan memanggil salah satu dari mereka.

"Pak? Tolong antarkan saya ke bandara ya, cepat pak." ucap Naya memberi perintah, tukang ojek itu pun nyalakan mesin motornya dan segera menggerakkan laju motornya menuju bandara.

Sesampai di sana Naya berlari mencari pintu keberangkatan pesawat menuju Singapura, ia terus berusaha membidik kesemua orang yang berada di sana,

"Ibu...? Semoga kau belum pergi, ku mohon ibu." gumam Naya yang terus berharap, matanya seketika menangkap seorang wanita yang tengah duduk dengan seorang pria. Dengan kacamata hitam dan rambut yang tergerai indah membuat Naya yakin bahwa itu adalah ibunya. Ia pun segera mendekati sosok wanita tersebut.

"Ibu!" Seru Naya dengan nafas yang tersengal-sengal, sehingga membuat ibunya menoleh cepat dan terkejut.

"Ibu, ayo pulang ibu, ku mohon ayolah kita pulang, aku tidak bisa hidup tanpa ibu." ucap Naya sembari memeluknya, membuat ibunya itu berusaha keras melepaskan pelukan Naya dan mendorong tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya ibunda Naya kelabakan.

"Almira, Gadis ini siapa?" tanya pria itu.

"Dia?? Dia hanya anak angkat ku." Jawab ibunda Naya yang lantas membuat mata Naya melebar.

"A... Anak angkat?" tutur Naya tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Hey... Aku mengangkat mu karena aku iba saja, jadi berhenti menemui ku, kau bisa hidup dengan nenek mu sekarang!" ucap ibunya itu membuat Air mata Naya menetes.

"Ibu! Ibu sudah mengkhianati ayah , dan saat ayah meninggal ibu malah justru tetap pergi tanpa belas asih disaat jasad ayah bahkan masih di rumah duka, dan sekarang? IBU BILANG AKU ANAK ANGKAT MU? AKU INI ANAK KANDUNG MU IBU!" Plaaaaaaaaakkkk sebuah tamparan mendarat di pipi Naya.

"Berhenti berkata seperti itu, aku itu belum pernah menikah!!" pekik Almira.

"Almira, katakan yang sejujurnya, benarkah dia itu putrimu?" tanya Jonathan.

"tidak Jonathan, dia bukan putri ku, mana mungkin aku yang seorang model ini, sudah memiliki putri yang sudah seusianya, aku belum pernah menikah Jo, percayalah padaku." ucapan Almira membuat Naya tak habis pikir. Ambisinya sebagai model benar-benar membuatnya lupa daratan akan kenyataan bahwa dirinya adalah seorang ibu yang sudah melahirkan Naya, saat dirinya dulu masih berusia belasan tahun. semua terjadi karena kesalahan ibu dan ayahnya itu.

"Dia itu hanya anak kakak ku dan kini kakak pria ku sudah meninggal, jadi dia memang ku anggap seperti anak ku sendiri Jo." ucapnya membuat Naya menggeleng pelan.

"Kalau dia bukan anak mu? Bagaimana dia bisa berbicara kalau kau itu meninggalkan suaminya dan berselingkuh, mungkinkah dia berbohong sampai sedetail itu?" bidik Jonathan.

"Aku tidak berbohong Tuan, aku memang putrinya, putri kandungnya! bukan anak angkat seperti yang ia bilang pada anda!" ucap Naya sembari menatapnya bengis.

"Dasar kau anak tidak tau diri!" ibunya pun menarik tangan Naya dan membawanya menjauh dari Jonathan.

"Pergi kau Naya, jangan hancurkan cita-cita ibu." ulcap Ibunya itu.

"Ibu apa sepenting itu ambisi ibu untuk menjadi orang model sampai menelantarkan kewajiban mu?"

"KEWAJIBAN APA?? Selama ini aku sudah mengandung bayi yang tidak pernah ku inginkan sebelumnya, merawat mu hingga besar, sampai kau bisa berdiri di depan ibu, lalu kau berkata aku melalaikan kewajiban ku?!" ucap ibunda Naya itu.

"Ibu aku mohon pulang lah dengan ku, ibu aku akan bekerja keras untuk mu, sudah cukup aku kehilangan ayah,aku tidak ingin kehilangan mu juga." Naya memeluk tubuh ibunya itu membuat Ibunya kembali mendorong tubuh Naya cepat.

"Pergi aku bilang pergi!!" Bentak ibunya Naya.

"Aku tidak mau pergi tanpa membawa ibu pulang." Naya terus menarik tangan ibunya itu.

"Lepas... Lepaskan aku!" Seru ibunya itu sehingga mengundang seorang security yang saat itu juga menghampiri mereka.

"Selamat pagi? Apa yang sedang terjadi disini?" tanya security tersebut.

"Pak, wanita gila ini kenapa berkeliaran di Bandara sih, usir dia pak, dia sudah mengganggu ketenangan saya sebagai calon penumpang." ucapnya yang lantas membuat Naya merasakan sesak teramat di dadanya.

'tega sekali ibu menyebutku dengan sebutan wanita gila?' batin Naya.

"Wanita tidak waras?" Kata Naya dengan suara serak bahkan hampir tak terdengar "setelah tidak mengakui ku? Sekarang ibu sebut aku WANITA TIDAK WARAS!!" Bentak Naya yang lantas menarik lagi tangan wanita itu.

"Ayo pulang ibu, aku ingin kau tetap bersama ku!"

"Tidak lepaskan aku!" Plasaaaaakkkk wanita itu kembali menampar pipi Naya,

"Nona cepat keluar dari sini kau sudah membuat keributan disini." titah seorang security yang lantas menyeretnya paksa untuk keluar dengan Naya yang terus memberontak.

"Ibu... Aku menyayangimu ibu, IBU! KU MOHON, PULANGLAH BERSAMA KU... IBUUUUUUU" Seru Naya terus saat dirinya tengah di seret paksa oleh pihak keamanan menjauh dari ibunya itu.

Almira memalingkan wajahnya ia tidak bisa menahan tangisnya melihat putrinya itu di seret keluar dengan sangat kasar oleh security tersebut.

"Almira? Kau tidak sedang berbohong pada ku kan?" Seru Jonathan membuat Almira terperanjat dan langsung mengusap air matanya.

"Jo, aku bukan seorang ibu aku belum pernah menikah percayalah pada ku Jo" ucap Almira.

"Baiklah aku percaya padamu, namun jika pada kenyataannya kau benar-benar seorang ibu? Kau akan tau apa yang akan aku lakukan pada mu Almira." ucap Jonathan yang saat itu juga melenggang pergi menuju bangkunya. tubuh Almira gemetaran ia pun berusaha menyembunyikan itu semua dan kembali mendekati Jonathan dengan wajahnya yang terlihat marah padanya.

****

Setelah menceritakan semua pada Raihan dan menumpahkan kesedihannya Naya pun merasa sedikit lebih lega, ia kini sudah memutuskan untuk melupakan ibunya dan tinggal berdua saja, dengan kekuatannya sendiri ia berusaha membahagiakan neneknya, yang bisa di bilang keluarga satu-satunya yang ia miliki, yang masih menyayanginya.

Melihat keyakinan Naya yang kini sudah mulai tersenyum, Raihan pun turut tersenyum dan beranjak dari ayunan tersebut.

"Okay, kau sudah lebih baik kan? Saatnya kita pulang." ucap Raihan yang lantas jalan lebih dulu, Naya tersenyum melihat punggung itu, hatinya merasa senang karena adanya Raihan yang masih peduli padanya.

Raihan benar-benar pangeran penyejuk hatinya, ia sangat beruntung memiliki sahabat seperti Raihan, yang selalu bisa memberi ketenangan di saat kesedihan itu melanda hatinya.

Naya pun beranjak dan segera menyusul Raihan yang berjalan di depan,

dengan perasaan senang Naya membonceng di belakang. Tangan Raihan meraih kedua tangan Naya dan melingkar kan di perutnya, seketika membuat Naya berdebar.

"Aku sudah bilang kan, kalau membonceng itu harus pegangan, kau itu kecil kalau terbang terbawa angin bagaimana?" ucap Raihan sedikit meledek namun dengan nadanya yang datar, ucapannya itu membuat Naya tersenyum.

"Kau pikir aku sekurus itu? Aku itu tetap berat tahu." ucap Naya yang membuat Raihan tersenyum. Motor pun mulai melaju, menyusuri jalanan ibu kota.

Dan tak membutuhkan waktu lama, karena jarak dari taman tadi tidak terlalu jauh dari rumah mereka, sehingga kini mereka telah sampai di depan rumah Naya yang memang berhadapan dengan rumah Raihan, Naya pun turun dari motor Raihan dan memberikan helm itu padanya.

"Terimakasih Raihan." ucap Naya sembari tersenyum.

"Sama-sama." jawab Raihan singkat sembari menerima helm itu.

"Eheeeeem, mau sampai kapan jadi benalu si Raihan?" Seru seorang wanita dari depan rumah Raihan, sehingga membuat Naya menoleh lalu tertunduk.

"Ibu? Ibu bicara apa sih?" ucap Raihan yang lantas mendekati ibunya itu.

"Hey Naya? Jangan jadi wanita sok malang ya. kau itu dan ibumu sama saja, tidak tau dirinya!" Seru wanita itu membuat Naya terdiam.

"Ibu jangan bicara seperti itu." tutur Raihan.

"Itu kenyataan! Raihan, berhentilah berteman dengannya, wanita itu sudah pasti sama matre nya dengan ibunya, kau itu hanya di manfaatkan olehnya."

"Ibu!" bentak Raihan yang seketika membuat ibunya dan Naya tersentak, "ma...maaf Bu, Raihan tidak bermaksud membentak." ucap Raihan yang lantas membuatnya merasa menyesal dan akhirnya berjalan masuk ke dalam rumahnya melewati ibunya.

"Semua gara-gara kau Naya!! Dasar gadis haram!" Seru ibunya Raihan sembari berlalu membuat Naya menitikkan air matanya.

Ya, anak haram, gadis haram, anak pembawa masalah, semua sudah biasa ia dengar dari mulut ibunya Raihan yang sangat tidak menyukainya, dan tidak hanya ibunya Raihan saja, bahkan banyak orang yang menganggapnya demikian. Naya berusaha menghapus tangisnya dan berusaha tersenyum, saat neneknya keluar dari dalam rumahnya dengan kursi roda.

"Naya? Kau dari mana sayang?" ucap Neneknya itu. Naya pun mendekati neneknya dan mencium punggung tangan neneknya itu.

"Seperti biasa, Naya habis main sama Raihan." Naya terkekeh. Neneknya pun tersenyum.

"Kau sudah makan?" tanya Neneknya, yang di balas dengan anggukan cepat dari Naya.

"Ya sudah mandi dan istirahat lah," Ucap neneknya yang langsung di iyakan oleh Naya yang mendorong kursi roda neneknya itu masuk.

pekerjaan untuk Nayaka

itulah cerita delapan tahun yang lalu, dan kini Naya sudah mulai terbiasa hanya dengan hidup berdua saja dengan sang nenek. dia sudah bahagia. walaupun neneknya terlihat lebih rentan dan tua, namun dia berharap neneknya tetap di berikan kesehatan dan umur yang panjang.

***

Malam ini, Dodit pria berkacamata tebal salah satu teman Naya dan Raihan juga, tengah bermain catur di sebuah dipan yang terbuat dari bambu, yang berada di bawah pohon mangga milik Naya.

Ya karena ketiganya sama-sama tidak memiliki kekasih, itu sebabnya mereka akan menghabiskan malam minggunya dengan berkumpul di rumah Naya, Naya yang keluar membawa tiga gelas teh hangat dan brownies pun mendekati mereka...

"Wuidiiiiiiih brownies Nayaka terenak se-DKI pokoknya." ucap Dodit memuji.

"Malah makan, jalan itu!" Seru Raihan membuat Naya terkekeh, Raihan pun meraih potongan kue itu dan melahap nya.

"Naya, kue ini hendak di jual kan?" tanya Raihan.

"Iya, tenang saja masih ada kok," ucap Naya.

"Hari ini pesanan berapa kotak?" tanya Dodit.

"Hanya lima, tapi aku tetap bersyukur sih." ucap Naya, yang memang kerjaannya hanya membuat kue, dan tak jarang ia pun menitipkan nya di beberapa warung terdekat.

"Bagus itu, setidaknya tetap ada penghasilan." ucap Raihan.

"Iya, namun akhir-akhir ini kue yang ku titipkan di warung itu sedikit sepi peminat," ucap Naya.

"coba beralih ke yang lain saja." Dodit mengusulkan.

"Heeeeem, aku tidak tau mau membuat yang seperti apa lagi, sedangkan modal ku semakin menipis." ucap Naya sedikit murung.

"Kau butuh dana untuk modal? Aku bisa membantu mu," ucap Raihan menawarkan yang saat itu membuat Naya menggeleng cepat.

"Tidak Raihan, jangan membantu ku."

"Memang kenapa?"

"Aku tidak mau merepotkan mu lagi."

"Merepotkan apanya? Aku suka kok membantu mu," ucap Raihan. Yang lantas membuat Dodit berdeham dan tersenyum. Ia tau jelas dari sikap Raihan dan Naya mereka pasti saling suka namun karena sikap pendiam Naya dan pasifnya Raihan sehingga membuat keduanya tidak kunjungan jadian.

"Raihan aku hanya ingin bekerja saja." ucap Naya.

"Bekerja?" tanya Raihan yang di balas anggukan Naya.

"Kerja apa? Naya tidak usah macam-macam ya. aku tak mau kau bekerja belum lagi mengurus nenek mu, kalau kau butuh uang kan masih ada aku." ucap Raihan sedikit melarang niatan Naya.

"Raihan aku sudah bilang pada mu berhenti memberiku bantuan, aku benar-benar ingin bekerja" Ucap Naya.

"Dodit? Kau punya info lowongan untuk perempuan lulusan SMA tidak?" tanya Naya.

"Eeemmm?" Dodit mengusap-usap dagunya sembari berfikir sejenak, "di kantor tempat ku dan Raihan bekerja ada sih, namun sebagai OG." ucap Dodit kemudian.

"Hey! Apa itu OG, jangan macam-macam memberi info pekerjaan ke Naya." Seru Raihan yang lantas memukul kepala Dodit dengan buku milik Naya, yang saat itu membuat Dodit mengaduh.

Naya memang sangat gemar membaca buku, khususnya Novel dan komik.

"Aku mau!" Ucap Naya yang lantas membuat keduanya menoleh.

"Naya kau itu bicara apa sih? Jangan Jadi OG lah, aku tidak mau kau jadi Office Girl." Seru Raihan.

"Memangnya kenapa? Apa kau malu ya karena hanya aku yang menjadi babu sedangkan kalian karyawan kantor di sana?" ucap Naya, "aku bisa kok berpura-pura tidak mengenal kalian." Lanjut Naya.

"Siapa bilang? aku tidak malu mempunyai teman seorang OG kok." seru Dodit, Raihan membulatkan bola matanya menghunus kearah Dodit yang saat itu langsung menunduk sembari memasukan potongan kue itu sekaligus ke mulutnya.

"Naya? Bukan seperti itu, tapi pekerjaan OG itu berat, kau tidak tau saat kau berhadapan dengan orang-orang kantor, kalau ada yang memperlakukan mu dengan kasar bagaimana?" ucap Raihan.

"Aku sudah siap Raihan, setiap pekerjaan mana ada yang mudah, semua pasti akan mendapatkan kesusahannya." ucap Naya yakin, ia pun menoleh ke arah Dodit. "Bukan begitu Dodit?" ucap Naya yang lantas di jawab dengan acungan jempolnya membuat Naya tersenyum senang.

"ya sudah terserah kau saja Naya" ucap Raihan pasrah.

****

esok paginya...

Dengan izin neneknya, ia pun berangkat bersama Raihan, melihat kedekatan Raihan dan Naya yang terlihat semakin mesra membuat ibunda Raihan semakin tidak menyukai Naya, ia pun memalingkan wajahnya dan melenggang masuk.

Di kantor tempat Raihan dan Dodit bekerja Naya sangat takjub, Kantor ini sangat bagus dan tinggi. Ia membaca tulisan di sana terdapat nama Dirgantara Corporation, matanya pun beralih pandang ke sebuah mobil mewah yang masuk dan berhenti di depan pintu masuk kantor tersebut, dimana seorang pria membukakan pintu mobil itu, Naya terus mengamati seseorang berjas rapi keluar dari mobil itu dan melenggang masuk.

"Raihan, Itu CEO kita kan? Lama aku tidak melihatnya." ucap Dodit,

"Iya dia kan perusahaannya tidak hanya satu jadi harus ke cabang lain juga belum lagi bolak-balik keluar Negeri." jelas Raihan.

"CEO itu apa?" tanya Naya polos.

"CEO itu seperti presiden perusahaan, dengan kata lain ia pemimpin Dirgantara Corporation ini, namanya Arjuna Dirgantara." Raihan menjelaskan, sedangkan Naya hanya manggut-manggut walaupun sebenarnya ia tidak begitu paham namun ia tidak ingin banyak bertanya.

"Ya sudah yuk masuk," ajak Raihan mereka bertiga pun masuk ke dalam kantor tersebut, dengan perintah Raihan yang meminta Dodit untuk ke meja kerjanya sedangkan dirinya lah yang mengantarkan Naya bertemu supervisor nya.

Dengan pertimbangan dan segala hal Naya pun diterima kerja sebagai OG di sana.

"Ini seragam mu Naya" ucap Sulis sang supervisor di sana.

"Terimakasih bu" ucap Naya senang.

"Sekarang gantilah pakaian mu, lalu kembali lagi temui saya ya." ucapnya yang lantas membuat Naya bergegas ke ruang ganti. Ia pun memakai seragam itu cepat, dengan senyum lebarnya ia merasa senang karena menurut Naya seragam berwarna hijau itu sangat bagus. Ia pun keluar dan kembali menemui supervisor nya.

"Nah, Naya, kerjamu menyapu dan mengepel ya, lalu jika kau sedang ada di pantry dan ada Karyawan yang minta di bawakan minuman kau harus siap okay." ucap supervisor itu.

"Iya bu." jawab Naya bersemangat.

"Dan lagi, jika yang memesan kopi itu adalah Tuan Arjuna, lebih baik kau mencari Sidik atau Marwah ya, jangan pernah coba-coba membuatkan minuman untuknya, soalnya tidak semua bisa membuat kopi yang pas sesuai selera Tuan Arjuna, kau paham kan?" tanya Supervisor itu.

"Iya bu, saya paham." ucap Naya sembari tersenyum semangat.

Supervisor itu pun tersenyum dan memanggil Marwah untuk mentraining Naya.

Di hari pertamanya bekerja Naya benar-benar semangat menjalani pekerjaannya, ia mengepel Lantai itu, dengan sesekali menyapa Karyawan yang lalu lalang disana dengan senyum manis yang tersungging di bibirnya.

Raihan menatap Ke arah Naya saat dirinya tengah membersihan ruangan Karyawan itu, hal itu sekilas membuatnya merasa kasian. Naya yang menangkap tatapan Raihan pun tersenyum membuat Raihan membalas senyumnya dan kembali menatap ke komputernya, sedangkan Naya kembali fokus menyapu di ruangan tersebut.

Saat jam makan siang tiba dengan membawa kantung sampah besar Naya membuangnya ke tempatnya. Ia menepuk-nepukan tangannya, lalu mengusap peluhnya, seseorang tiba-tiba mengusap peluhnya menggunakan tissue membuat Naya menoleh.

"Raihan?" Sapa Naya semangat.

"Kau pasti lelah kan Naya?" ucap Raihan.

"Namanya juga bekerja Raihan, mana ada sih yang tidak melelahkan?" ucap Naya yang terlihat masih semangat membuat Raihan mengusap kepalanya.

"Raihan, lihat? Aku pakai seragam." ucap Naya girang membuat Raihan tertawa.

"Kau terlihat senang sekali, padahal hanya seragam OG." tutur Raihan dengan tawanya.

"Memang kenapa? Ini bagus kok." ucap Naya.

"Iya, iya bagus deh." balas Raihan sembari mengusap kepala Naya, sehingga membuat Naya tersenyum.

"Kita makan siang bersama yuk." Sambung Raihan.

"Aku masih memiliki pekerjaan lain Raihan, jadi kau makan bersama Dodit saja ya, daaahh." ucap Naya yang langsung bergegas pergi. Raihan pun menatap ke arah Naya dengan pandangan tidak tega ia benar-benar bekerja keras sekali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!