08, September.
Kringggg. (Suara alarm)
07.30
Setelah mematikan alarm. "Hooaamm..." Aku mulai bangun dari tempat tidur nyamanku ini, dan segera bergegas untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.
_________________
Sebelum itu, namaku adalah Koujo Kotaro. Umurku 17 tahun dan aku adalah siswa SMA kelas 2 di sekolah Sakurai, salah satu dari 3 sekolah terkenal yang ada di Tokyo, Jepang.
Hidupku bisa dikatakan cukup nyaman, meskipun tinggal terpisah dari orang tua, aku cukup menikmati hari-hariku sebagai seorang pelajar yang mandiri. Orang tuaku mengirimkanku uang setiap bulannya, tapi aku juga bekerja sampingan sebagai tambahan bila ada sesuatu yang mendesak saat uang yang diberikan oleh orang tuaku kritis.
Aku tinggal di apartemen yang bisa di katakan kecil tapi cukup mewah. Sebuah rumah kecil yang cukup lengkap, ada kamar, kamar mandi, ruang tamu, dan juga dapur. Cukup mewah, bukan.
_________________________
08.08
Setelah selesai bersiap-siap, aku segera berangkat menuju ke sekolah.
Dalam perjalanan menuju ke sekolah.
Tak ada hal menarik dalam perjalananku menuju ke sekolah, seperti bertemu dengan gadis cantik, ataupun hal lain. "Haaa. Tenang sekali hari ini." Setelah menghela nafas, aku mempercepat langkahku.
---------------
08.19
Karena jaraknya cukup dekat, aku hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk sampai di sekolah. Setelah sampai, aku langsung pergi menuju ke kelas.
"Kotaro, selamat pagi." (Yu) Habane Yu, dia adalah teman sekelas ku sejak aku kelas 1, atau bisa dibilang kalau dia adalah sahabatku.
"Yo." Aku menjawabnya dengan nada biasa dan setelah itu bergegas menuju ke tempat dudukku.
"Seperti biasa, sapaanmu padaku semakin dingin setiap harinya." Yuu berjalan mendekat ke arahku.
"Ada apa? Tidak biasanya kau menghampiriku?" Yu biasanya tidak menghampiriku saat aku baru sampai di kelas pagi hari, kecuali ada hal yang ingin dibicarakan olehnya.
"Dalam seminggu ada 10." Dia berbicara dengan suara yang cukup pelan.
"Sebanyak itu?!" Aku cukup terkejut mendengarnya.
Dalam pembicaraannya yang singkat, aku langsung tahu apa yang dimaksud oleh Yu. "Ya, tapi masih belum ada pergerakan lanjutan."
"Begitu, ya." Dalam seminggu, sudah ada 10 korban yang meninggal akibat serangan iblis. "Haa... Apa tidak ada cara untuk mengalahkan para iblis itu?"
"Entahlah? Jika ada mungkin kita bisa hidup dengan damai tanpa takut akan ancaman para iblis itu." Beginilah pembahasan kami setiap minggunya. Membahas tentang korban yang meninggal akibat serangan iblis.
Sampai saat ini tidak ada yang tau bagaimana caranya untuk mengalahkan para iblis itu, dan untuk saat ini para penduduk hanya bisa bersiaga dengan alarm datangnya iblis.
"Baiklah, kita mulai pelajarannya." (Guru) Tanpa aku sadari pelajaran sudah dimulai, dan Yu kembali ke tempat duduknya.
Sepulang sekolah.
"Yu, aku duluan."
"Ya." Karena hari ini Yu ada tugas piket, aku pulang lebih awal. Biasanya setelah pulang sekolah Yu selalu mengajakku ke Gamecenter ataupun pergi ke karaoke untuk menghilangkan rasa bosan.
Di dalam perjalanan pulang.
Kriiingggg kriiiinnggggg.
Tiba-tiba saja terdengar suara alarm yang cukup nyaring. "Aku harus segera sembunyi." Suara alarm itu adalah pertanda kalau iblis sudah mulai muncul, dan biasanya akan menyerang siapa saja yang ditemuinya.
Sedikit info : Iblis disini berbentuk monster, ya.
Aku memutuskan untuk bersembunyi di gang yang cukup sempit. "Tunggu? Kenapa aku malah kesini?" Karena dirasa cukup berbahaya berada di gang sempit, aku mencoba untuk keluar.
Tepat sebelum itu, langkah kakiku terhenti setelah melihat 1 iblis yang berada tepat di depanku, atau lebih tepatnya berada di jalan keluar dari gang ini. ‘Menyeramkan, ini sangat menakutkan.’ Ini pertama kalinya aku melihat iblis secara langsung.
Tubuhku berkeringat karena ketakutan melihat hal ini, kakiku mulai bergetar dan aku seakan tidak bisa mengangkat kakiku ini, rasanya sangat berat.
Iblis itu perlahan pergi dan sepertinya dia tidak menyadari keberaanku. Keringatku mulai menetes, dan saat aku berniat keluar melalu jalan lain.
Grrr. Sfx : Geraman.
Gerakan iblis itu terhenti. ‘Apa dia menyadariku?’ Hal itu terlintas di benakku.
Gerakan iblis itu mulai kembali menuju ke arahku. ‘Aku harus pergi dari sini.’ Perlahan aku mulai pergi menuju ke jalan keluar yang ada di tempat lain.
Iblis itu menyadari keberadaanku dan mulai menabrakan diri ke dinding gang ini. Aku dengan cepat berlari dari tempat ini. Tubuh iblis itu cukup besar dan mungkin tidak akan bisa masuk kedalam gang sempit ini.
Aku terus berlari tanpa henti sampai akhinya aku berhasil keluar dari gang itu melalui jalur yang lain. "Ha, ha, ha... Menyeramkan." Nafasku terengah-engah karena aku berlari tanpa henti.
Tapi aku melihat sesuatu yang sangat tidak ingin aku lihat. ‘Yang benar saja..’ Kakiku tiba-tiba saja tidak bisa digerakkan karena sangat terkejut melihat apa yang ada di depanku ini. ‘Jadi ini yang dinamakan tidak beruntung..’ Didepanku, aku melihat kawanan iblis. Karena mereka sepertinya tidak menyadari keberadaanku, aku kemudian berjalan perlahan memaksa kakiku yang berat ini untuk berjalan menjauh dari tempat yang sangat berbahaya ini.
Saat jarakku semakin jauh dari pada iblis itu, aku mencoba untuk mempercepat langkahku.
Grrrr.
"Sial, mereka menyadarinya." Aku kemudian kembali berlari, dan dibelakangku terdapat 5 iblis yang sedang mengejar ku.
Setelah cukup lama berlari, aku sampai di sebuah lapangan.
"Haaaa, aku sudah tidak kuat lagi." Aku terbaring di tengah-tengah lapangan, dan iblis yang mengikutiku sekarang bukan hanya 5, tapi sangat banyak. Dan saat ini aku tengah di kelilingi oleh iblis yang siap kapan saja membunuhku.
Umumnya, jika seseorang sudah berada di dalam situasi seperti ini, mereka akan menyerah. Karena percuma saja melawan sesuatu yang tidak bisa dikalahkan.
‘Mungkin saja aku akan mati disini. Tapi…’ Aku mencoba untuk menyakinkan diriku sendiri. "Mati karena iblis, itu tidak keren." Disaat seperti ini, entah kenapa aku masih bisa berkata seperti itu.
Aku kemudian mencoba untuk berdiri. "Haaa, baiklah." Setelah menghela nafas, aku mencoba untuk menyakinkan diriku kembali. "Setidaknya, aku ingin melakukan perlawanan meskipun itu sia-sia."
Aku kemudian berlari dan... "Agghhhhh!!!!" Tanpa sadar salah satu iblis menggigit lengan kiriku. "Sakit, rasanya sangat sakit." Saat aku melihat ke arah lengan kiriku. 'Hilang?'
Melihat hal itu, aku hanya bisa berdiam diri. Darah segar tak henti-hentinya keluar dari tangan kiriku. ‘Huh? Kenapa’ Aku tak merasakan rasa sakit seperti tadi. Tapi ada sesuatu yang sangat aku sesalkan. ‘Kenapa hal seperti ini terjadi padaku?’
Tanpa merasakan rasa sakit, aku melihat para iblis itu sedang mencabik-cabik tubuhku. Tapi, aku juga bersyukur tentang sesuatu. ‘Meskipun aku tak bisa menikmati masa mudaku, tapi setidaknya aku bersyukur karena bisa mati tanpa merasakan rasa sakit.’ Tanpa menyadari apa-apa, aku akhinya menutup mataku. Dan aku tak tau apa yang terjadi pada tubuhku setelah aku menutup mata. Ada sesuatu yang sempat aku harapkan untuk kematianku ini. ‘Apa aku akan terlahir kembali. Jika benar seperti itu, aku ingin lahir dimana keadaan seperti ini tidak pernah ada.’
08, September.
Kringgg. Sfx : alarm jam.
07.50
"Agghhhhh!!!" Aku terkejut dan bangun karena mendengar suara alarm yang aku pasang. "Huh?" Tapi, disaat itu juga aku merasa kebingungan. "Bukannya aku, sudah mati. Bagaimana aku bisa ada disini?" Aku melihat ke arah kalender. 08, Agustus. "Apa itu cuma mimpi? Tapi, itu terlalu nyata untuk dikatakan sebagai mimpi."
Aku melihat ke tangan kiriku dan tanganku baik-baik saja, tapi ada sesuatu yang aneh di tanganku. "Tato?" Entah kenapa tiba-tiba saja muncul tato berbentuk sabit tepat di pergelangan tangan kiriku. "Apa ini?" Aku cukup penasaran dengan tato ini. Tapi. "Gawat, sudah jam segini!" Aku kemudian langsung bersiap-siap, dan setelah itu berangkat menuju ke sekolah.
Di perjalanan menuju ke sekolah.
"'Hilang'?" Tepat saat aku melihat tanganku, tanda sabit yang ada di pergelangan tangan kiriku tiba-tiba hilang. "Apa mungkin cuma halusinasi ku saja?" Karena tak ingin mempermasalahkannya lagi, aku kemudian mempercepat langkahku.
08.22
Setelah sampai di sekolah, aku langsung menuju ke kelas.
"Kotaro, selamat pagi."
"Yo." Setelah menjawab salamnya, aku langsung menuju ke tempat dudukku.
"Seperti biasa, sapaanmu padaku semakin dingin setiap harinya."
"Ada apa? Tidak biasanya kau menghampiriku." Pada saat aku berkata seperti itu, aku merasakan sesuatu. ‘Tunggu, sepertinya hal ini pernah terjadi sebelumnya.’ Entah kenapa aku merasakan sebuah Déjà vu.
"Dalam seminggu ada 10."
"Sebanyak itu?!" Aku kembali merasakan sesuatu. ‘Bukannya percakapan ini sudah pernah terjadi. Tapi, jika memang benar, aku harus memastikan 1 hal.’ Aku merasa apa yang terjadi saat ini sudah pernah terjadi, dan aku merasa kalau aku mengulanginya kembali. "Tapi, masih belum ada pergerakan lanjutan, kan?" Aku mencoba menggunakan kata-kata yang akan digunakan oleh Yu, seperti yang aku mimpikan tadi.
"Begitulah. Hey, kau mencuri kata-kataku. Sudahlah, lagipula aku memang ingin mengatakan itu padamu, jika kau sudah tau tidak masalah." Kemudian Yu kembali ke tempat duduknya.
Dan tepat setelah itu, guru datang dan memberikan pelajaran.
Disaat seperti ini, aku masih cukup bingung. ‘Hey, kau mencuri kata-kataku.’ Jika benar seperti itu, berarti Yu memang berniat untuk mengatakannya. ‘Apa ini hanya sebuah kebetulan?’
Jam pulang sekolah.
"Kotaro, ada apa? Kenapa kau masih belum pulang?" Yu sedang melakukan tugas piketnya.
"Aku sedang menunggumu."
"Hooo. Tidak biasanya kau seperti ini, tapi sudahlah tunggu aku sebentar lagi, aku akan segera menyelesaikannya dengan cepat." Sambil berkata seperti itu, Yu mempercepat tugas piketnya.
Alasanku menunggu Yu adalah karena mimpi tadi, entah mimpi ataupun bukan tapi yang aku rasakan pada mimpi itu terlihat sangat nyata, dan jika tebakanku benar. Alarm peringatan munculnya iblis akan berbunyi sebentar lagi sesuai dengan apa yang terjadi pada mimpiku.
Beberapa saat kemudian.
Kriiiinnngggg kriiiiinnggggg.
Tepat seperti yang aku duga, alarm peringatan munculnya iblis berbunyi. ‘Kebetulan? Atau ini memang ingatanku tentang mimpi yang aku mimpikan tadi. Jika benar seperti itu, saat alarm berbunyi, seharusnya aku sudah mati dicabik-cabik oleh kumpulan iblis itu. Tapi, saat ini aku tengah berada disini. Berarti...’
Aku tidak bisa berfikir lebih keras seakan otakku hanya bisa berfikir sampai bagian itu saja. ‘Aagghhhhh...’ Aku merasa sangat kesal dengan diriku yang tak bisa berfikir lebih luas ini.
"Kotaro, ayo kita pergi ke tempat pengungsian."
"Ya.." Aku dan Yu pergi menuju ke tempat pengungsian yang berada cukup dekat dengan sekolah.
Aku terus memikirkan tentang kejadian dimana aku pergi sendiri saat mimpi itu. ‘Apa itu benar-benar mimpi?’ Aku meragukan kalau yang aku alami itu adalah mimpi. Karena, jika benar itu mimpi, pasti hal seperti percakapan dan juga kejadian alarm ini tidak akan terjadi. Mimpi itu adalah khayalan, dan sangat atau bahkan tidak mungkin jika menjadi sebuah kenyataan.
"Kotaro, apa yang kau pikirkan?" Yu mengajakku bicara dan seketika apa yang aku pikirkan hilang. "Kita harus bergegas."
"Baik." Kami mempercepat langkah.
Beberapa saat kemudian.
Kami sampai di tempat pengungsian, dan ada cukup banyak orang disini, baik siswa ataupun penduduk sekitar yang kebetulan sedang lewat di area ini.
"Huft... Untung saja di dekat sini ada tempat pengungsian. Jika tidak, pasti sesuatu yang berbahaya akan terjadi pada kita." Dengan wajah lega, Yu mengatakan hal itu.
"Untunglah." Tempat pengungsian ini terbuat dari baja yang cukup tebal, dan mungkin ini merupakan pertahanan terakhir dari para iblis.
"Kotaro, apa yang kau pikirkan?" Yu kembali menanyakan hal itu padaku.
"Tidak ada, aku hanya berfikir bagaimana bentuk monster itu sebenarnya."
"Haha." Mendengar hal itu, Yu sedikit tertawa. "Saat hal seperti itu terjadi, mungkin saja kau sudah dimakan oleh iblis."
"Haha, itu mungkin saja."
"Sebenarnya aku juga penasaran dengan wujud iblis itu. Tapi sudahlah, jangan bicara tentang hal itu. Kita tunggu sampai alarm aman berbunyi." Keberadaan iblis tidak bisa ditangkap oleh kamera pengawas, oleh karena itu wujud monster iblis yang sebenarnya tidak ada yang tau. Dan lagi seluruh listrik mati saat iblis itu muncul, itu termasuk sebuah halangan besar untuk bisa dapat melihat wujud iblis yang sebenarnya.
"Ya.." Alarm aman akan berbunyi jika seluruh iblis sudah kembali ke dunia mereka, dan itu tidak membutuhkan waktu lama, mungkin kurang dari 1 jam atau lebih baru alarm aman akan berbunyi.
Setelah hampir 1 jam menunggu.
Kriiiiiiinnnggggg.
Sebuah bunyi alarm panjang, menandakan kalau para iblis sudah kembali ke dunia mereka. "Kotaro, ayo kita keluar."
"Ya." Orang yang ada didalam tempat pengungsian ini berangsung-angsur keluar.
Saat aku berada di depan pintu keluar, ternyata hari sudah sore. "Haaa... Hari ini aku terlambat kerja lagi." Hari ini aku punya pekerjaan sampingan, menjadi pelayan di restoran. Tapi, karena kejadian ini aku mungkin tidak bisa bekerja hari ini. Bisa dibilang kalau ini ke-2 kalinya aku terlambat. "Jika begini terus, aku bisa-bisa tidak mendapatkan uang tambahan."
"Kotaro, bukannya uang yang dikirimkan oleh orang tuamu cukup banyak. Kenapa kau bekerja sampingan lagi?"
"Aku takut kalau tiba-tiba saja ada keperluan mendesak, jika uang yang diberikan oleh orang tuaku habis, apa yang akan aku gunakan?"
"Haaa..." Sekarang giliran Yu yang menghela nafas. "Menurutku kau itu kurang istirahat."
"Kurang istirahat?"
"Ya. Dari pagi sampai sore kau belajar, sedangkan setelah pulang sekolah kau bekerja hingga larut malam. Bukankah menurutku itu berlebihan untuk seorang siswa sepertimu."
"Itu hanyalah masalah kebiasaan, jika sudah terbiasa akan nyaman." Setelah berkata demikian, aku perlahan pergi untuk pulang. "Sampai jumpa besok."
_______________________
17.45
Di apartemen.
"Haaa..." Aku tengah berbaring di kasur. "Biaya untuk bulan ini sudah lunas, ya." Beberapa saat lalu, aku berniat untuk membayar biaya apartemen untuk bulan ini. Tapi ternyata sudah dibayar oleh orang tuaku dengan tranfer. "Jika begini, bagaimana aku bisa mandiri."
"Sudahlah, aku mandi saja. Memikirkan hal itu membuat kepalaku sakit."
Setelah selesai mandi.
18.55
Aku kembali berbaring di kasur. "Makan malam hari ini, enaknya makan apa, ya?" Aku melihat isi tabunganku. "Sudah sebanyak ini." Uang tabunganku sudah cukup banyak, dan aku hanya menggunakan sedikit untuk makan. "Haaa..." Memikirkan hal itu, membuat kepala menjadi pusing. "Sebaiknya aku pergi mencari makanan untuk makan malam." Aku kemudian memakai jaket karena diluar udaranya cukup dingin jika malam hari.
Beberapa menit kemudian.
"Sepertinya disini enak.." Aku melihat sebuah restoran yang cukup menarik perhatianku, dan karena itu aku mencoba untuk makan disana.
"Selamat datang, tuan. Silahkan pilih tempat duduk yang anda sukai." (???)
"Terima kasih." Aku disambut oleh pelayan wanita, dan sepertinya umurnya tidak jauh beda denganku. ‘Kerja sampingan?’ Tapi aku melihat sesuatu yang aneh padanya. ‘Dia bukan orang Jepang.’ Rambut panjangnya yang berwarna pirang serta cara bicaranya yang agak kaku, aku bisa menyimpulkan kalau dia baru saja pindah ke Jepang. ‘Apa keadaan di negaranya sangat parah sampai-sampai gadis ini pindah kesini.’ Cuma hal itu yang bisa aku pikirkan, tak ada hal lain.
Aku kemudian duduk di dekat jendela. "Haaa, sungguh malam yang menenangkan." Setelah menghela nafas, aku kemudian melihat buku menu yang sudah disediakan di atas meja.
‘Wah. I-ini…’ Aku cukup terkejut setelah melihat buku menu ini. Harga makannya melebihi perkiraanku, harganya sangat mahal. ‘Apa aku salah masuk restoran, ya.’ Entah kenapa terbesit hal seperti itu di kepalaku.
Beberapa saat kemudian.
"Haaa..." Aku memesan makanan murah yang ada di menu. Meskipun murah, tapi menurutku murahnya makanan disini cukup untuk kebutuhan makanku 3 hari jika makan di tempat lain. "Mungkin ini terakhir kalinya aku akan mampir ke tempat ini." Sembari memikirkan hal itu, aku perlahan menyantap makanan yang aku pesan.
Untuk rasanya, aku bisa katakan lumayan. Tapi yang aku sesalkan adalah hargnya.. "Sudahlah..."
Beberapa menit kemudian.
Tak butuh waktu lama, makanan yang aku pesan sudah habis. Aku berdiri, menghampiri kasir lalu membayar setelah itu bergegas pulang.
19.25
"Sudah jam berapa, ya?" Entah kenapa aku merasa kalau jalanan yang biasanya ramai saat ini terlihat sangat sepi.
Aku melihat ke arah toko jam yang ada di sekitar sini. "Padahal baru jam segini. Sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja." Karena tak ingin memikirkan hal yang tidak-tidak, aku melanjutkan perjalanan.
"Aghh..." Aku merasakan sedikit rasa sakit di tangan kiriku, dan karena itu aku putuskan untuk melihatnya. "Ha?!" Aku terkejut, tanda sabit di pergelangan tangan kiriku yang tadi hilang kembali muncul ditambah saat ini tanda itu berwarna merah. "Ada apa ini?"
Beberapa saat kemudian.
Kriiiinnngggg kriiiiinnggggg.
"Woy woy, yang benar saja!" Alarm peringatan munculnya iblis berbunyi. Dan saat ini aku tengah berada cukup jauh dari tempat pengungsian. "Gawat, aku harus segera pergi dari tempat ini." Aku kemudian berlari menuju ke arah tempat pengungsian.
Setelah beberapa saat berlari, langkah kakiku terhenti.
Tubuhku gemetar dan juga aku berkeringat, karena terdapat 1 iblis yang tepat berada didepanku. "Sepertinya keinginanku menjadi kenyataan." Aku mengingat kembali percakapanku dengan Yu saat di pengungsian sore tadi.
‘Aku hanya berfikir bagaimana bentuk iblis itu sebenarnya.’ Dan tepat seperti yang dikatakan oleh Yu, 'Mungkin jika saat itu terjadi, kau akan dimakan oleh iblis itu'. Dan itu menjadi kenyataan sekarang, aku hanya tinggal menunggu waktunya saat iblis ini menyadari keberadaanku dan langsung memakanku.
‘Bergeraklah, bergeraklah!!’ Aku mencoba untuk menggerakkan kakiku tapi kakiku terasa berat dan tidak bisa di angkat.
Tepat setelah itu, iblis itu menyadari keberadaanku.
Grrrrr.
‘Apa aku akan mati disini? Di tempat sepi dan juga parahnya lagi, dimakan oleh iblis.’ Setelah aku berfikiran seperti itu, kakiku kembali bisa aku gerakkan.
Aku mencoba untuk lari dari iblis itu, dan bukan hanya 1 melainkan sekarang ada banyak iblis yang sedang mengejarku. "Sial!! Kenapa aku yang harus mengalami hal seperti ini!" Aku terus berlari menghindari kumpulan iblis yang sedang mengejarku.
Beberapa menit kemudian.
"Ha, ha, ha...." Saat ini aku tengah terbaring di tengah lapangan luas, nafasku terengah-engah dan aku juga tidak bisa bergerak karena terlalu kelelahan. ‘Hal ini juga terjadi di mimpiku, meskipun kematian yang ada di mimpiku itu terjadi sore hari.’ Aku masih sempat berfikir seperti itu disaat-saat seperti ini.
Tempat ini sudah penuh dengan iblis, dan untukku hanya tinggal menunggu kematianku. ‘Mati, ya. Apa rasanya akan sama seperti yang ada di mimpi?’ Di mimpi, aku mati tanpa merasakan rasa sakit, dan aku hanya merasakan rasa sakit di tangan kiriku saat dimakan oleh iblis. Hanya itu rasa sakitnya. "Haaa..." Aku menghela nafas.
Aku mencoba untuk berdiri. "Setidaknya, aku ingin berusaha seperti yang terjadi di mimpiku."
"Agghhhhh!!!!" Aku merasakan rasa sakit yang sangat sakit, terjadi di tangan kiriku. Saat aku melihatnya. 'Hilang!' Hal ini persis seperti yang ada di mimpiku. Dan setelah rasa sakit itu, aku tak bisa merasakan apapun.
Disaat seperti ini, aku bersyukur karena apa yang terjadi di mimpiku itu, ternyata menjadi kenyataan. ‘Mati tanpa merasakan rasa sakit yang berlebihn.’ Berfikir tentang hal itu, membuatku sedikit tersenyum.
Pandanganku semakin gelap, aku tak bisa merasakan apapun selain rasa dingin yang ada di tubuhku ini.
Mataku semakin berat, seakan memang memaksaku untuk menutup mata. ‘Sudahlah, aku tidak peduli lagi.’ Aku menutup mataku dan aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi pada tubuhku.
‘Jika aku diberikan kesempatan untuk hidup, aku mungkin akan...’
......
.....
....
...
..
.
–—————————————
"Tuan, tuan?" (???) Meskipun kecil, aku merasa ada seseorang yang sedang memanggilku.
Aku perlahan membuka mata. "D-Dimana, aku?" Aku melihat sekeliling dan aku berada tepat di restoran yang aku datangi tadi. ‘Apa itu tadi mimpi? Apa aku tertidur?’ Keadaan disini terlihat sangat damai.
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" (???) Gadis yang tadi menyambut ku menanyakan hal itu padaku.
"Aku, baik-baik saja.." Nafasku terasa berat, dan juga aku merasa sangat lemas. Aku mencoba untuk melihat tangan kiriku, dan tanganku baik-baik saja hanya saja, tanda sabit itu muncul dan berbeda dengan tadi tandanya tidak berwarna merah.
"Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" Pelayan itu kembali bertanya padaku.
"Terima kasih, bisa tolong bawakan aku air putih."
"Baik tuan." Pelayan itu pergi, dan entah kenapa aku tidak merasa lapar.
‘Apa ini akibat mimpi barusan.’ Entah mimpi ataupun bukan, tapi masih sama seperti sebelumnya. Mimpi ini terasa begitu nyata hingga aku sulit untuk membedakannya. ‘Tapi, apa barusan itu mimpi?’ Aku sedikit bergumam, mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi padaku barusan.
Beberapa saat kemudian.
19.05
Pelayan itu kembali sambil membawaku air putih. "Ini tuan, apa ada yang ada inginkan lagi?" Aku merasa kalau caranya melayani berbeda dengan pelayanan lain.
‘Sudahlah, aku tak ingin memikirkan hal lain untuk sementara waktu.’ Aku sedikit meminum air putih yang dibawakan oleh pelayan ini. "Sekarang jam berapa?"
"Sekarang jam, 19.05, tuan." Pelayan itu menjawab pertanyaanku.
"Begitu.." Aku kembali sedikit berfikir. ‘19.05, ya. Jika seperti itu, 20 menit lagi sebelum alarm peringatan munculnya iblis berbunyi. Tapi, jika itu memang benar..’ Dan lagi-lagi otakku tidak bisa berfikir luas.
"Tuan, ada apa? Ada yang bisa saya bantu?" Entah kenapa pelayan ini terpaku padaku, ia sama sekali tidak pindah dari tempat dudukku.
"Tidak ada, terima kasih atas tawarannya."
"Begitu."
Aneh, seharusnya jika pelayan lain, saat pengunjung berkata seperti itu pelayan akan langsung pergi tapi... Dia masih saja diam berdiri di dekat mejaku. "Ada apa dengan pelayan ini?" Aku sempat ingin bertanya sesuatu padanya, tapi aku urungkan.
Setelah cukup lama.
19.20
Aku berdiri dari tempat dudukku dan berniat untuk pergi. "Tuan, sudah mau pergi?" Aku merasa aneh, tidak seharusnya pelayan restoran berkata seperti itu pada seorang pelanggan.
"Iya."
"Kemana?" Saat ia berkata seperti itu, ia seakan ingin menginterogasi ku.
"Pengungsian."
"Pengungsian?"
"Iya.." Setelah berkata seperti itu, aku kemudian berjalan menjauh dan pergi menuju ke pengungsian.
Beberapa menit kemudian.
19.23
"Haa... Tinggal 2 menit lagi sebelum alarm peringatan berbunyi." Aku masih dalam perjalanan menuju ke tempat pengungsian, kurang tiga ratus meter lagi sebelum aku sampai di tempat pengungsian.
"Tunggu!!" (???) Aku mendengar ada seseorang yang menganggil, tapi aku abaikan. Toh mungkin saja panggilan itu bukan untukku, lagipula tak ada yang pernah memanggilku selain Yu. Aku kemudian terus berjalan.
"Tunggu!!" (???) Suaranya semakin mendekat, dan itu terdengar seperti suara dari seorang gadis.
Aku cukup takut untuk berbalik melihat ke arah orang yang seperti memanggilku itu, karena jika salah orang aku mungkin saja akan malu. "Tunggu!!" Suara gadis itu semakin mendekat.
‘Haa, sepertinya aku memang harus berbalik.’ Mungkin saja dia salah orang, dan jika seperti itu dia mungkin saja akan pergi. Akupun berbalik, dan aku melihat ke arah suara itu. "Huh?" Aku sedikit kebingungan karena gadis yang memanggilku itu adalah gadis pelayan restoran yang aku datangi barusan. ‘Tunggu, apa aku lupa untuk bayar? Tapi, aku'kan hanya memesan air putih... Ahhh, sepertinya dia memanggilku untuk meminta bayaran airnya."’Aku baru ingat kalau aku langsung pergi tanpa membayar air putih yang aku minum tadi, mungkin dia mengejarku untuk hal itu.
Tapi, dia tidak memakai seragam pelayan restoran, ia memakai baju biasa. "Ha, ha, ha..." Gadis itu sampai di tempat ku dan nafasnya terengah-engah karena berlari mengejarku. "Su-dah aku bi-lang, tunggu.."
"Huh?" Aku sempat bingun setelah gadis itu berkata seperti itu padaku. "Aku?" Menunjuk ke arahku sendiri.
"Tentu saja, siapa lagi.." Saat aku melihat ke arah sekitar, memang tak ada orang dan hanya ada aku sendiri di tempat ini.
"Ehh... Ada apa? Apa kau mau mengambil uang air putih yang aku pesan itu?" Siapa tau tujuannya kemari adalah untuk itu, makanya aku menanyakan hal itu.
"Huh?"
"Huh?" Gadis itu kebingungan, begitupun denganku. "Bukan itu, ya."
"Ada hal lain yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Bicarakan denganku?" Aku mencoba mengingatnya, tapi aku sama sekali belum pernah bertemu dengan gadis ini, dan bisa dikatakan kalau aku pertama kali melihatnya saat di restoran itu. "Apa kau tidak salah orang?"
"Tidak, aku tidak salah. Aku sudah melihatmu tadi saat di pengungsian di dekat sekolah Sakurai dan tadi di restoran."
"Begitu, lalu? Apa hubungannya?" Meskipun ia berkata seperti itu, tapi apa hubungannya dia memanggilku. Lagipula aku baru melihatnya tadi, jadi meskipun dia melihatku beberapa kali tidak mungkin dia langsung memanggilku. Lagipula aku tidak kenal dengannya.
"Begini, seharunya. Saat kejadian alarm peringatan munculnya iblis berbunyi sore tadi. Kau seharusnya sudah mati..." Kata-katanya barusan membuatku terdiam. Kemudian dia melanjutkan kata-katanya lagi. "Dan juga barusan, setelah pesan makanan murah seharusnya kau pulang dan saat itu pula kau seharusnya mati."
Aku mendengar apa yang terjadi atau aku rasakan pada mimpiku dibicarakan oleh gadis ini. "Mimpi itu? Tentang kematianku?"
"Tidak, itu bukan mimpi..." Kelanjutan kata-katanya membuat ku terdiam. "Itu seharusnya terjadi padamu. Kau yang mati di makan oleh iblis di lapangan." Meskipun begitu samar, tapi dia tau apa yang aku mimpikan.
"Sudah, hentikan omong kosong mu ini." Aku perlahan berjalan menjauhinya.
"Itu bukan omong kosong, kau pergi ke pengungsian karena kau tau alarm akan berbunyi, benar'kan." Kata-katanya membuat langkahku terhenti.
"Bagaiman kau tau?"
"Karena aku sama sepertimu."
"Sama sepertiku?"
"Ya."
Aku kemudian berbalik melihat ke arahnya, lagi. Ia menunjukkan tangan kirinya. "Tato?" Terdapat tato di atas telapak tangannya, tapi berbeda denganku. Sebuah lambang pedang yang ada di telapak tangannya, sedangkan milikku adalah sabit.
"Ini adalah lambang untuk seorang Guardian, kau pasti juga memilikinya."
Aku melihat tangan kiriku dan lambang sabitnya muncul. "Guardian?"
"Ya, seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengalahkan para iblis."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!