NovelToon NovelToon

ONTRAN-ONTRAN JAMALUDIN Asal Usul Nama Desa Di Tegal

1. PROLOG

Sebagai seorang pangeran dan putra Mahkota Demak Bintoro. Trenggono tentu senang berkelana. Keluar masuk kampung dan blusukan kemana-mana.

Disaat itulah Trenggono berkenalan dengan seorang gadis di salah satu dusun yang agak terpencil.

Sebut saja nama gadis itu Saraswati. Tidak cuma hanya kenalan mereka pun akhirnya menikah.

Dan pernikahan ini dilakukan diam-diam tanpa sepengetahun Sultan Abdul Fatah atau Raden Fatah raja demak.

Ini dilakukan karena Trenggono adalah putra mahkota. Tentu dia tidak boleh menikahi perempuan sembarangan. Sehingga terpaksa dia menikah diam-diam.

Setelah beberapa bulan menikah, Saraswati hamil dan Trenggono pamitan harus pulang ke Demak.

Sebelum meninggalkan Saraswati dia cerita bahwa sebenarnya dia pewaris tahta Kerajaan Demak.

Jadi kalau suatu ketika anaknya dewasa bisa mencarinya ke Demak.

Tahun 1521 M Trenggono dilantik jadi Sultan Demak menggantikan Raden Fatah.

Sementara itu anak Saraswati sudah mulai tumbuh dewasa menjadi anak lelaki yang gagah tetapi agak berangasan namanya Jamaluddin.

Suatu ketika Jamaludin bertanya.

" Ibu setiap orang selain punya seorang ibu tentunya juga punya seorang ayah. Apakah aku juga punya seorang ayah...? Kalau iya dimana ayahku itu dan siapa namanya..!?"

Mendapat pertanyaan mendadak yang tidak disangka-sangka, Saraswati sempat gelapan dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Kok ibu tidak mau jawab dan nampak sedih mengapa..Ibu..!?" Tanya Jamaludin lagi.

"Ayoh dong Bu jawab...dia masih hidup atau sudah meninggal....jika sudah meninggal dimana kuburannya Ibu..!?" Desak Jamaludin yang membuat Saraswati terpaksa buka mulut.

"Anakku...apakah kamu dengan Ibumu saja kurang cukup...kamu tak perlu tahu siapa ayahmu..!?" Jawab Saraswati.

"Bukan begitu Ibu..sebab orang tanya asal usul itu wajar. Kelak kalau aku kenalan sama perempuan dan dia tanya ayahku siapa...kan aku musti bisa menjawab.

Apa yang dikatakan Jamaludin masuk akal juga. Sehingga tidak ada alasan dia untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya.

Akhirnya Saraswati membuka semua rahasia dan mengatakan bahwa ayah Jamaludin adalah Trenggono.

"Dia sekarang sudah menjadi raja bergelar Sultan Trenggono..dan dia sudah punya permaisuri...sehingga kamu tidak usah menemuinya...sebab itu bisa dianggap menodai dan merusak tatanan keraton...!" Jelas Saraswati kepada Jamaludin.

"Nah...begini baru benar. Soal aku mau menemuinya atau tidak itu persoalan lain." Ujar Jamaludin.

"Tetapi aku ingatkan anakku kamu tidak usah menemui ayahmu...cukup kamu tahu saja. Ibu tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan..!" Tegas Saraswati.

Dari pengakuan dan cerita Ibunya. Dalam hati kecilnya Jamaludin bangga. Sebab bagaimanapun dia anak sultan. Anak raja. Anak penguasa di jaman itu.

Tetapi kebanggaan itu jadi sirna mengingat cerita ibunya bahwa pernikahannya dengan Trenggono tanpa diketahui kalangan kraton.

Pernikahan itu dilakukan diam-diam. Inilah yang menyakitkan.

"Apakah ayahku mau mengakui aku sebagai anak atau tidak. Benar kata Ibuku kedatanganku malah bisa membuat ayah marah besar...karena membongkar aib dirinya..!" Ujar Jamaludin dalam hati.

Kegelisahan Jamaludin tidak lepas dari amatan ibunya. Saraswati melihat kegelisahan anaknya merasa menyesal juga.

Sehingga akhirnya dia berpikir untuk membiarkan jamaludin melakukan apa yang diingininya.

"Meskipun aku harus bertampang cuek ... jangan menunjukan jika aku mendorong Jamaludin untuk menemui Trenggono," batin Saraswati.

Hari berganti bulan bergeser dan akhirnya keinginan Jamaludin menemui ayahnya.

Pagi-pagi sekali Jamaludin sudah pamitan terus terang bahwa dia mau ke Demak untuk ketemu Sultan Trenggono.

"Ibu aku mohon pamit mau ke Demak..!" Ujar Jamaludin kepada Ibunya. Saraswati mengiyakan dengan pesan bahwa setelah ketemu ayahnya supaya cepat kembali.

"Inggih Ibu...dan aku pasti secepatnya kembali kesini..!" Ujar Jamaludin.

Dengan naik kuda Jamaludin segera ke Demak.

Singkat cerita Jamaludin sampai ke Demak. Karena berpakaian mirip petani sehingga para prajurit Kraton Demak tidak memperbolehkan dia menghadap Sultan.

"Maaf sampean siapa kisanak...kok mau menghadap Sultan..!?" Ujar prajurit penjaga gapura kraton kepada Jamaludin.

"Aku Jamal...mau ketemu ayahku...Sultan Trenggono..!" Jawab Jamaludin.

"Ah kamu ngarang...anak kampungan sepertimu kok ngaku-ngaku anak Sultan..!?" Ujar prajurit dengan nada sinis.

Melihat perlakuan prajurit itu Jamaludin sudah terpancing emosinya. Apalagi perangai Jamaludin memang brangasan.

"Kamu jangan kurang ajar, ya..kuhajar baru kamu tahu rasa..!" Ancam Jamaludin.

Mendapat ancaman, Jamaludin bukannya takut. Prajurit itu malah mengundang teman-temannya untuk mengepung Jamaludin.

Karena merasa terdesak akhirnya Jamaludin mengamuk sejadi-jadinya. Para prajurit terus berdatangan. Tetapi tidak ada yang berhasil menundukan Jamaludin.

Malah amuk Jamaludin semakin tak terkendali sehingga sampai kedengaran dari dalam keraton.

Sultan Trenggono yang merasa terusik segera memanggil perajurit ingin mengetahui ada apa sehingga ribut-ribut di gapura istana.

Setelah diberitahu bahwa keributan itu terjadi gara-gara ada anak muda yang mau menghadap Sultan dan dihalangi perajurit.

Sultan Trenggono kemudian perintahkan agar membiarkan Jamaludin ketemu dengannya.

Keriuhan segera reda setelah Jamaludin dipersilahkan ketemu Sultan.

"Anak muda benarkah kamu mau ketemu aku ? Kamu siapa dan darimana mengapa harus ketemu aku?" Tanya Sultan kepada Jamaludin.

Setelah terdiam sejenak kemudian Jamaludin menjawab.

"Saya dari sebuah padukuhan di sebelah Barat wilayah Demak. Nama saya Jamaludin ibu saya Saraswati. Apakah benar Bapak pernah punya isteri yakni Ibu dan kemudian setelah Ibu hamil Bapak kembali ke Demak...dan tidak muncul-muncul sehingga saya kemari...!?" Papar Jamaludin kepada Sultan.

Mendengar keterangan Jamaludin Sultan sempat kaget dan mengernyitkan dahi.

"Aduh anak muda..kamu jangan ngawur. Kamu ngarang...sebelum nikah sama permaisuri saya belum pernah nikah. Jadi kamu jangan ngarang ya..!" Bentak Sultan kepada Jamaludin.

Mendengar kata-kata Sultan yang cukup pedas sebenarnya Jamaludin yang berwatak berangasan sangat marah. Mau rasanya saat itu juga dia ngamuk. Tetapi dia sadar ada dimana dan berhadapan dengan siapa.

Merasa dipermalukan Jamaludin langsung pergi tanpa pamit.

"Awas kau rasakan pembalasanku..!" Ancam Jamaludin keluar kraton langsung ambil kuda dan pergi.

Karena tidak seperti yang dia harapkan Jamaludin tidak kembali ke padepokan atau ke tempat ibunya. Namun dia pilih ketemu teman-temannya para lenggarong (perompak) bencoleng, kecu dan semua orang golongan hitam.

Jamaludin meskipun tidak diajarkan maksiat tetapi dia merasa lebih cocok bergaul dengan orang-orang demikian.

Menurutnya orang-orang demikian lebih jujur tidak munafik dan tidak pernah basa basi. Dan lebih tepat lagi karena watak Jamaludin yang berangasan.

Dia sengaja mengumpulkan teman-temannya dari golongan hitam dari wilayah Semarang sampe ke daerah Cirebon.

Dalam rencana Jamaludin nantinya teman-temannya dari golongan penjahat ini akan melakukan perampokan atau pembegalan terhadap semua fasilitas milik pemerintah.

Misalnya mereka gerombolan Jamaludin ini akan mencegat setiap pengiriman upeti ke Demak. Untuk kelompok ini mengambil lokasi di alas Roban Weleri.

Dan yang lain diminta mencuri di rumah para abdi kerajaan. Sebagian hasilnya dibagi-bagikan kepada penduduk yang membutuhkan.

Sikap demikian membuat Jamaludin mendapat julukan Malingguna (maling aguna) oleh penduduk dan mendapat simpatik rakyat yang sangat luar biasa.

*

*

*

Terima kasih yang sudah bersedia baca karyaku. So, jangan lupa komentar, vote dan like yang banyaaaak. 🙏🙏🙏

2. Trenggono Mulai Terusik

Keriuhan dan keonaran yang dibuat Jamaludin dan kawan-kawan benar-benar telah menyita perhatian Sultan Trenggono.

Karena banyaknya laporan yang masuk Trenggono segera memanggil pasukan bhayangkara. Dia perintahkan komandan pasukan bhayangkara menumpas habis gerombolan ini.

"Aku perintahkan kamu segera basmi pengacau keamanan. Aku tidak mau tahu bagaimana caramu menangani mereka, yang penting buatku negara aman dan tidak berisik..!" Perintah Sultan kepada Diponolo sang komandan bhayangkara.

Diponolo segera koordinasi dengan unit-unit kriminal dan dia segera perintahkan menangkap hidup atau mati pimpinan gerombolan.

Dengan sekitar seratus orang pasukan bhayangkara Diponolo segera melacak keberadaan Jamaludin.

Semula Diponolo menganggap remeh dan mudah menangani gerombolan Jamaludin apabila dia telah mengerahkan orang-orang terbaiknya dengan persenjataan lengkap.

Ternyata dugaannya meleset. Jangankan menangkap. Melacak keberadaan Jamaludin saja sangat susah.

Karena Jamaludin cukup cerdas dan licin. Malam ini dia dikabarkan di sekitar Semarang. Begitu pasukan bergerak dia sudah ada di Weleri.

Dikejar ke Weleri, Tiba-tiba Jamaludin muncul di Demak. Dalam sebulan terus melakukan pengintaian pengejaran dan penangkapan hasilnya nihil. Alias gagal total.

Diponolo benar-benar dibuat kewalahan. Karena setiap penyergapan selalu kosong. Nihil. Jangankan nangkap Jamaludin anak buahnya pun sudah kabur.

"Bagaimana laporan perkembangan penangan para berandalan...heh Dipo..!?" Tegur Sultan Trenggono kepada Diponolo.

"Luar biasa Gusti...saya sudah berusaha sedemikian rupa...tetapi dia dengan liciknya ngeles..saya selalu mendapatkan tempat persembunyiannya kosong..!" Ujar Diponolo.

"Apa strategimu yang kurang bagus...!?"

"Mungkin Gusti dan itu akan terus saya perbaiki..!" Jelas Diponolo.

"Okey aku beri kamu waktu satu bulan lagi dan harus ada hasilnya...!" Tekan Sultan Trenggono.

"Sendiko Gusti...mudah-mudahan berhasil..!" Jawab Diponolo.

"Kalau tidak berhasil...bisa kucopot jabatanmu, heh Dipo..!" Ancam Sultan.

Ancaman Sultan yang tidak main-main membuat Diponolo ketakutan. Dia bertekad entah bagaimana caranya yang penting harus berhasil meringkus Jamaludin.

Maka kemudian Diponolo menyuruh Surogento agar segera menyiapkan satuan intel.

Satuan intel ini untuk mempersempit ruang gerak gerombolan Jamaludin. Sekaligus untuk memastikan keberadaannya di suatu tempat.

Sementara itu Jamaludin tidak kurang akal. Setelah dia dan gerombolannya beroperasi sekian bulan lamanya dan selalu berhasil.

Sekarang sumber dana yang cukup besar yang dia simpan di tempat-tempat tertentu dan tidak pada satu tempat tetapi banyak tempat. Sehingga memudahkan buat mereka bermobilitas.

Sementara dengan sumber dana yang memadai Jamaludin bisa membeli agen-agen pemerintah yang bermental korup.

Sehingga semua gerakan Diponolo ataupun Surogento telah berhasil diendus dengan baik oleh Jamaludin dan kawan-kawan.

Diponolo maupun Surogento tidak menyadari bahwa gerakannya telah tercium karena banyaknya penghianat.

Sehingga meskipun gerakan inteljen sudah satu pekan belum ada hasilnya juga.

”Bagaimana Dik Surogento...kok belum ada perkembangan ya..!?" Tanya Diponolo kepada Surogento.

"Benar Kang Mas...ini benar-benar sangat mencurigakan..!" Jawab Surogento.

Karena itu mereka tidak berani membuat laporan minggguan kepada Sultan pasti bisa kena Semprot.

Karena mereka segera memperketat pasukan. Terjadi penambahan prajurit secara besar-besaran.

Dan karena ruang gerak gerombolan Jamaludin di wilayah Semarang diperketat. Mereka mengalihkan operasinya ke wilayah Barat atau wilayah Cirebon.

Pokoknya segala macam upeti yang hendak dibawa ke Demak maka akan dirampok.

Sedang Diponolo menemui pepesan kosong. Sebab wilayah yang diperketat penjagaannya justru telah ditinggal pergi gerombolan Jamaludin.

Disisi lain posisi Jamaludin justru makin naik daun. Namanya menjulang langit di wilayah Demak bagian Barat yang meliputi wilayah Weleri Kesesi sampe Cirebon.

Jamaludin sendiri seperti telah dinobatkan jadi raja kecil. Selain wilayah kekuasaannya yang makin luas. Jamaludin juga bertambah anak buahnya.

Bahkan banyak diantara mereka adalah mantan perajurit Demak yang deserter dan lebih memilih bergabung ke gerombolan Jamaludin daripada ikut pemerintahan.

Apalagi Jamaludin gemar membagi-bagi hasil rampasan kepada anak buah.

Kondisi semacam ini membuat Diponolo maupun Surogento serba salah.

Mau melaporkan keadaan sebenarnya kepada Sultan takut kena marah. Sebaliknya tidak melaporkan pun juga salah. Sebab ini bisa dikatagorikan tidak bertanggungjawab.

Dan bila hal ini diketahui Sultan. Tidak saja bisa kena damprat habis-habisan dan dicopot dari jabatannya. Yang paling cilaka bila nantinya juga dihukum.

Karena Diponolo tetap merencanakan laporan apa adanya.

"Kita musti memberi tahu Sultan apa pun resikonya. Sebagai bentuk tanggungjawab seorang prajurit...!" Ujar Diponolo kepada Surogento.

Akhirnya Diponolo dan Surogento menghadap Sultan melaporkan perkembangan yang terjadi apa adanya.

"Bismillah...apa pun yang terjadi ini sudah menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai abdi negara..!" Ujar Diponolo.

"Benar Kang Mas..ini lebih bersifat ksatria daripada tidak lapor..!" Timpal Surogento.

Sultan Trenggono yang menerima pisowanan anak buahnya tanpa dia panggil sudah menduga bahwa mereka gagal dalam mengemban tugas. Gagal memborgol Jamaludin.

Dalam hati kecil ada rasa bangga dalam diri Trenggono. Sebab bagaimana pun dia mengakui bahwa Jamaludin adalah anak kandungnya.

Hanya saja Sultan terlalu gengsi. Tidak ingin reputasinya hancur gara-gara dia ketahuan telah menikah dahulu sebelum dinobatkan jadi raja.

"Jadi kamu menghadapku untuk melaporkan kegagalanmu ya Diponolo..!?" Sapa Sultan kepada Diponolo dan Surogento.

Keduanya hanya bisa mengangguk tanpa berkutik apapun.

"Dan berandalan telah bergeser ke arah Barat. Benar begitu?" Tanya Sultan lagi.

"Inggih Gusti..!"

"Dan Jamaludin sekarang telah menjadi semacam raja kecil. Benar begitu bukan?" Tanya Sultan lagi dan yang hanya mampu dijawab "inggih".

"Baiklah...tanpa laporan kalian pun aku sudah cukup tahu perkembangannya. Kalian sudah bekerja bagus..membuat ruang gerak Jamaludin cs di wilayah Semarang Demak tidak leluasa. Sehingga mereka mengalihkan operasinya ke wilayah Barat sampe Cirebon..!" Ujar Sultan.

"Inggih Gusti...nyuwun ngapunten..ingkang katah..!" Ujar Diponolo dan Surogento berbarengan.

"Kalian sudah kumaafkan...kalian abdiku yang setia...hanya kalian kalah cerdik dan kurang beruntung. Tidak mengapa..!" Tegas Sultan.

Mendengar ucapan Sultan, Diponolo dan Surogento hanya bisa berujar Alhamdulillah tanpa berani berucap apapun. Mereka masih tetap diam menunuggu perintah lebih lanjut.

Dan ternyata Sultan tidak perintah apa-apa. Kecuali mereka diminta bubar dan melanjutkan tugas rutin biasa.

Yakni menjaga kamtibmas di seputar keraton. Dan ini bukan berarti masalah Jamaludin selesai.

Keberadaan Jamaludin dan kelompoknya tetap saja menjadi semacam duri dalam daging.

Meskipun dalam hati kecil Sultan mengakui bahwa Jamaludin anaknya. Tetapi karena soal kekuasaan dan reputasi sehingga tetap saja harus disingkirkan.

Dan orang lain tidak perlu tahu. Jadi semacam pembungkaman sejarah politik kekuasaan.

Namun begitu bukan berarti Sultan diam. Pemerintah tak boleh takluk dengan bangsa preman.

Diam-diam Sultan memikirkan bagaimana mengejar Jamaludin menangkap dan menuntaskannya.

Ini tentu perlu dicari orang yang tepat orang yang mampu membawa misi rahasia dan berhasil dengan baik.

Ini bukan menyangkut soal kalah menang. Ini tidak menyangkut soal untung atau rugi. Tetapi pemerintahan harus punya harga diri.

Dia harus tegak tidak terusik.

Karena itu Sultan Trenggono berencana menindaklanjuti dan mengejar Jamaludin.

Tetapi sebelumnya akan dibicarakan dulu dengan patih senior Wonosalam.

Wonosalam adalah patih tua. Tetapi dia sangat berpengalaman luas pandangan dan diyakini pasti punya solusi yang jitu untuk mengentaskan persoalan ini.

*

*

*

Note :

Pisowanan = menghadap raja

Apakah Sang Pemberontak berhasil ditangkap? Nantikan episode 3

Jangan ketinggalan vote, like dan komentarnya ya.. 🙏🙏🙏

3. Perlu Intel Khusus

Ontran-ontran yang dilakukan Jamaludin dan kawan-kawan benar-benar telah mengusik ketenangan dan kenyamanan Sultan Trenggono.

Dia telah menggunakan seorang komandan bhayangkara jempolan Diponolo yang dibantu seorang perwira anti teror Surogento.

Ternyata tidak mampu berbuat banyak. Jamaludin terlalu licin dan cukup cerdas untuk menghindari penangkapan. Apalagi penahanan.

Karena itu Sultan Trenggono telah mengajak patih senior Wonosalam untuk mendiskusikannya.

Bagaimana bisa menangkap Jamaludin. Syukur bisa menangkap tanpa banyak. Mengambil ikan airnya tetap jernih.

Karena bagaimana pun Jamaludin itu masih darah daging sendiri. Dan patih senior Wonosalam sangat tahu itu. Bahkan secara bisik-bisik banyak punggawa keraton yang sudah mengetahui.

Dan tidak sedikit yang menyatakan simpati kepada Jamaludin.

Inilah yang membuat Trenggono semakin berhati-hati. Salah sedikit saja dalam mengambil suatu kebijakan. Bisa berakibat fatal. Karena banyak sudah yang mengetahui.

Bahwa perang Demak lawan Jamaludin sesungguhnya perang antara anak melawan bapak. Ini dikisahkan juga dalam kisah wayang gajali suta.

Ketika Kresna Raja Dwaraka atau Dwarawati harus berhadapan melawan anaknya sendiri Bomanarakasura alias Bambang Suteja Raja Trajutisna.

Dalam kisah Gajali Suta itu Kresna harus rela kehilangan nyawa anaknya demi terciptanya ketentraman dunia.

Bomanarakasura dibunuh dengan senjata Cakrabraswara sehingga akhirnya meninggal dunia.

Sultan Trenggono sebenarnya tidak menghendaki seperti kisah Gajalisuta itu. Namun dia masih belum menemukan formula yang tepat untuk mengatasi persoalan ini.

"Apa pendapat Paman Wonosalam untuk mengatasi persoalan ini. Saya mohon pendapatnya Paman..!?" Ujar Trenggono kepada Patih senior Wonosalam.

"Sungguh sangat rumit angger Sultan. Saya juga belum dapat menemukan formulasi yang tepat karena banyak hal..!" Ujar Wonosalam.

"Maksud Paman..!?" Trenggono penasaran.

"Ya...itu akan rumit. Karena angger Sultan tidak mau semua orang tahu secara terbuka bahwa Jamaludin adalah titisan paduka..!" Jawab Wonosalam.

"Iya benar Paman..!"

"Nah disinilah rumitnya. Padahal Jamaludin hanya menghendaki paduka mengakui dia sebagai anak paduka. Namun paduka keukeuh...tidak mau...kan jadi susah..!" Kilah Wonosalam.

"Ya paman memang begitu...terus harus bagaimana..!?"

"Ada...masih ada harapan...menangkap Jamaludin....coba nanti kita minta bantuan inteljen spesial Raden Said putra Bupati Wilwatikta dari Tuban..!" Jelas Wonosalam.

"Apakah dia mau Paman..!?"

"Ya harus mau...sebab bagaimanapun Tuban adalah wilayah Demak. Dan Bupati Tuban adalah bawahan demak..jadi tidak ada alasan mereka menolak perintah kita!" Ujar Wonosalam.

"Terus kapan Paman perintahkan Raden Said itu..!?"

"Secepatnya paduka buat surat perintah..dan segera kirimkan ke Tuban. NantiK saya akan bicara langsung dengan Raden Said..!" Jelas Wonosalam.

Setelah berunding cukup matang Trenggono segera buat surat perintah penangkapan Jamaludin kepada Raden Said putra Bupati Wilwatikta dari Tuban.

Mendapat surat perintah yang terkesan tiba-tiba membuat Bupati Wilwatikta kaget.

"Anakku...engkau diminta Sultan untuk menangkap Jamaludin seorang pelarian Demak yang sekarang membuat ontran-ontran di wilayah Barat..!" Ujar Bupati kepada Raden Said.

"Ya kalau itu perintah Sultan...ya musti kita kerjakan ayahanda..!" Jawab Raden Said.

"Apa kamu siap....sebab Jamaludin sepertinya bukan orang sembarangan ... selain pengikutnya juga banyak. Dia juga mendapat simpati dan dukungan dari rakyat. Juga dikenal sakti..!" Papar Bupati.

"Itu sudah pasti...karena itu ntar saya pun akan minta petunjuk dari Paman Patih Wonosalam. Beliau orang tua yang banyak sekali pengalamannya..!" Kilah Raden Said.

"Itu langkah yang sangat bagus....Kakang Wonosalam memang pantas dimintai nasehatnya..anakkku..!" Ujar Bupati.

Setelah mendapat bekal pengetahuan dan sebagaimya. Akhirnya Raden Said segera berangkat ke Demak untuk ketemu Sultan sekaligus melaksanakan perintah untuk menangkap Jamaludin.

Di Demak Raden Said dapat banyak petunjuk dari Patih Wonosalam. Dia pun dapat cerita bahwa kelak yang akan dihadapi adalah putera kandung Sultan.

"Karena itu ananda harus bijaksana dalam segala hal. Jika bisa menangkap ikan airnya tetap jernih..begitu anak Mas..!" Nasehat Wonosalam kepada Raden Said.

Dan Raden Said menerima semua wejangan petunjuk dengan takdzimnya. Semua kata dari titik sampai koma benar-benar diperhatikan.

Raden Said memulai pekerjaannya dengan melakukan penyamaran. Agar dia bisa masuk ke kelompok utama Jamaludin.

Raden Said segera memperkenalkan dirinya di kalangan perampok, tukang begal, copet dan bencoleng dengan nama Brandal Lokajaya.

Nama Brandal Lokajaya segera tersebar begitu luas dari Wilayah Demak Semarang sampe ke WeIeri.

Kejahatan yang ditorehkan pun tidak tanggung-tanggung. Banyak pejabat Demak yang dirampok dan hasilnya dibagi-bagikan kepada penduduk miskin.

Karena modusnya hampir sama kelompok Jamaludin pun menurut hormat dan respek terhadap Brandal Lokajaya. Dan penyamaran ini berjalan mulus karena Raden Said bergerak sendirian.

Kalau pun sekarang punya pengikut. Mereka umumnya orang-orang yang baru dia kenal. Sehingga ini membuka peluang buat Raden Said mendekati Jamaludin.

Nama Brandal Lokajaya memang luar biasa. Selain dikenal sebagai begal yang sakti. Brandal Lokajaya juga dikenal sebagai sosok yang budiman.

Soal kebaikan jelas Jamaludin masih kalah dibanding Brandal Lokajaya. Karena tidak heran jika di kalangan preman dan penduduk miskin nama Lokajaya lebih harum.

Jadi diam-diam diantara keduanya bersaing. Yakni bersaing memperebutkan pengaruh dan juga pengikut.

Dalam perang taktik ini Raden Said atau Brandal Lokajaya lebih sabar dan lebih cerdas mengungguli Jamaludin.

Namun begitu persaingan itu masih bisa mereka kendalikan. Brandal Lokajaya tetap mengingat pesan Ki Wonosalam.

Kalau bisa menangkap ikan airnya tetap jernih. Inilah yang dia pegang sampai saat ini.

"Apa benar setiap Lokajaya merampok semuanya dibagikan kepada fakir miskin tanpa tersisa...!?" Tanya Jamaludin suatu pagi kepada tangan kanannya Wantar yang dijuluki Brandal Kesesi.

"Begitu yang saya dengar Kang..setiap kali merampok dia bagikan semua hasilnya. Bahkan tanpa secuil pun Lokajaya mengambil..!" Terang Wantar.

"Lha dia makan minum dan untuk keperluannya darimana...!?" Tanya Jamaludin penasaran.

"Dari keterangan orang-orang yang pernah dekat dengan Lokajaya. Dia sendiri sebenarmya orang kaya.

Sehingga dia merampok hanya semacam menyalurkan hobby saja. Dan hasil sama sekali tidak dinikmatinya..!" Papar Wantar.

"Aku jadi makin penasaran dan ingin segera menemuinya..!" Ujar Jamaludin lagi.

"Untuk bertemu dengannya mudah. Ntar saya atur kang..!" Ujar Wantar.

Wantar sengaja mengatur siasat. Dia menyelenggarakan mantu poci (mantu poci adalah kebiasaan di kalangan preman untuk mengadakan hajatan simultan dan biasanya nanggap Tayub).

"Nanti saya undang dia Kang saat saya mantu poci dan pertunjukan Tayub. Pasti Lokajaya datang. Nah disitulah Kakang mulai kenalan...tetapi jangan berterus terang bahwa Kakang adalah Jamaludin.

Kakang harus menyembunyikan identitas dulu....siapa tahu dia agen yang disusupkan Pemerintah Demak..!" Ujar Wantar.

Jamaludin mengangguk angguk setuju dan memuji kecerdasan tangan kanannya itu.

Dan seperti telah direncanakan. Wantar mengadakan hajatan simultan mantu Poci.

Dan untuk meriahkan acara mantu poci Wantar sengaja mengundang Tayub dari Pekalongan. Acara digelar dua hari dua malam.

Hampir semua lenggaong, rampok, brandal, maling di kawasan Barat Demak diundang.

Mereka menyediakan tuak dari berbagai jenis. Motong kerbau dan menggelar segala permainan judi. Seperti judi koprok, cheki dan domino termasuk gunyeran dan lain-lain.

Lokajaya juga terlihat diantara mereka. Tetapi tidak ikut judi. Juga tidak ikut minum tuak. Lokajaya sekedar melihat lihat saja dan menghormati orang-orang semacam Wantar.

Semua tingkah laku Lokajaya diawasi Jamaludin dengan seksama. Bahkan dia sempat mengernyitkan dahi karena seorang berandal yang cukup terkenal seperti Lokajaya kok tidak minum tuak. Juga tidak berjudi.

Bahkan ada Tayub dengan ronggengnya muda dan cantik. Lokajaya seperti tidak tertarik. Padahal hampir semua lenggaong (******** tengik) semua nyawer. Malah berebut nyawer.

*

*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!