Seorang wanita tengah duduk di meja riasnya, ia menatap wajah putih bersihnya yang begitu cantik. Tuhan menganugrahi Joana dengan wajah cantik dan tubuh yang indah.
"Sepertinya aku terlalu lama mengagumi wajahku sendiri" guam Joana sambil terkekeh menyadari bahwa ia mengagumi wajahnya selama beberapa menit.
Joana memutuskan untuk turun menuju meja makan, Joana menuruni tangga ia melihat ayah dan ibunya tengah duduk di sana sambil bercerita.
Joana mempercepat langkahnya ketika ayahnya memanggil namanya.
"Joana, duduklah ada yang ingin kami bicarakan" kata Harry sambil menatap putri nya.
"Tentang apa dad?"
"Makan lah dulu Joana, kami akan membicarakannya setelah makan"
Beberapa menit kemudian...
"Joana" panggil Harry, ia sedikit bingung bagaimana cara mengatakan semua ini pada anaknya. Ia tau anaknya pasti akan sulit menerima permintaannya.
"Iya dad"
"Sebenarnya perusahaan dad tengah berada di ambang kebangkrutan, harga pasar menurun menyebabkan dad harus mengurangi jumblah kariyawan." Joana terkejut. Ia tidak percaya bahwa perusahaan yang ia pikir baik baik saja tengah berada di ambang kebangkrutan.
"Jadi, apa yang harus aku lakukan dad?"
Wendy-ibu Joana mengelus bahu anaknya. Ia mulai angkat bicara.
"Karna keadaan perusahaan seperti ini kami tidak memiliki pilihan lain nak.. Selain..."
"Selain apa mom?"
"Selain menjodohkanmu dengan anak pemilik perusahaan BSC nak" Joana berdiri dari duduknya. Ia menggelengkan kepalanya. Ia tidak setuju, bagaimana bisa dia menikahi pria yang bahkan tidak ia kenal.
"Tidak! Aku tidak akan menikah dengan pria itu!" Tolak Joana. Harry menundukkan kepalanya. Ia sudah menduga Joana akan menolak perjodohan ini.
"Joana, ini demi perusahaan nak, apa kau mau perusahaan kita bangkrut begitu saja?" Bujuk Wendy
"Tapi mom, apa tidak ada jalan lain? Aku yakin dad bisa menyelesaikannya tanpa harus menikahkanku." Harry menggeleng.
"Tidak! Ini adalah jalan satu satunya agar perusahaan tidak bangkrut. Apa kau rela perusahaan yang dad rintis bertahun tahun yang lalu hancur begitu saja?"
"Tapi dad, menyelamatkan perusahaan tidak harus mengorbankan ku bukan?"
"Dengar Joana, pria yang akan menikahimu adalah pria baik baik. Mereka dari kalangan konglomerat. Mommy yakin hidup mu tidak akan kekurangan bila menikah dengannya."
"Tidak! Aku tidak akan menikahi pria itu! Tega sekali mommy mengorbankan ku demi harta"
PLAK
Joana meringis ketika tangan ibunya menampar pipi mulusnya.
"Mommy.." Lirih Joana
"Mengorbankan katamu? Apa kau tau apa arti pengorbanan sebenarnya? Apa kau tau aku hampir mati ketika melahirkanmu, aku bahkan masih bekerja banting tulang ketika aku hamil tua. Dan ketika kau terlahir kami berharap kau bisa membahagiakan kami kelak bukan menjadi pembangkang seperti ini!"
"T..Tapi aku tidak bisa mom, aku akan melakukan apapun demi menyelamatkan perusahaan kita tapi tidak dengan menikah"
Wendy mulai geram dengan penolakan anaknya.
"Anak seharusnya dilahirkan untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Bukan malah menjadi kurang ajar sepertimu "
"Bagitukah mom? Apa semua anak harus berkorban untuk kebahagiaan orang tua? Anak juga memiliki kehidupan nya sendiri! Kami berhak menentukan siapa yang menjadi pilihan kami untuk menjadi seorang suami!"
"JOANA!!" Bentak Harry.
"Apa kau tau? Bertahun tahun kami menderita hanya untuk menghidupimu, ayah mu rela terbelit hutang demi memenuhi keinginanmu, kami kerja siang dan malam tidak hujan dan tidak panas hanya demi dirimu Joana. Dan lihatlah ini kah rasa terimakasihmu pada kami?" Cerca Wendy dengan mata berkaca kaca.
"Joana, kami sudah tua nak, apa kau rela membuat kami jatuh kedalam kemiskinan seperti dulu lagi? Apa kau rela melihat aku menjadi kuli bangunan seperti dulu lagi?Katakan apa kau mau melihat kami seperti itu lagi?" Joana terdiam. Air matanya menetes sangat deras. Ayahnya benar seumur umur ia belum bisa berbuat apapun demi membahagiakan orang tuanya. Ia hanya menjadi beban bagi kedua orang tuanya. Joana pun tidak ingin melihat ayahnya kembali menjadi kuli bangunan dan melihat ibunya menjadi pembantu rumah tangga lagi.
Tubuh Joana melemas, ia terduduk kembali di sofa sambil memegang kepalanya.
"Dad benar, selama ini aku hanya menjadi beban. Mommy dan Daddy sudah banyak berkorban untukku, kini giliran ku berkorban untuk kalian" Lirih Joana sambil mengusap air matanya.
"Joana..."
"Baiklah mom, aku menyetujui perjodohan ini"
____
"Tidak! Dad gila, aku ini sudah memiliki kekasih dad aku tidak mungkin menikahi wanita itu" Tolak pria itu dengan kasar.
Dia adalah David, calon pewaris seluruh kekayaan keluarga Xelton. David adalah CEO di perusahaannya. Dia merupakan pria kasar dan arrogant. Dan dia tidak menyetujui perjodohan yang ia anggap bodoh ini.
"David! Ini semua demi kebaikanmu! Dad melakukan semua demi kau dan masa depan mu!" Bujuk Daniel.
"Dad mu benar nak, ini semua demi kebaikanmu" lanjut Catrine-ibu David.
"Apa kalian yakin perjodohan ini demi kebaikanku dan bukan kebaikan sahabat dad? Aku tau wanita itu adalah anak dari sahabat yang ayahnya hampir bangkrut. Kalian ingin menjodohkanku untuk menyelamatkan mereka bukan?"
"David, apa salahnya perjodohan ini? Lagi pula dia adalah wanita baik baik nak" Kata Catrine.
"Apa karna sahabat dad, kalian rela mengorbankan kehidupanku ?"
BUGH
David meringis ketika Daniel meninju rahangnya. David mengusap darah yang mengalir dari sudut bibirnya. Catrine panik ketakutan ia segera memegangi putranya dan membantunya bediri.
"Kehidupan apa magsudmu? Apa kehidupan malam mu di night club dan menghamburkan uang demi ja*a*g mu itu?"
"Dengar dad. Yang kau sebut ja*a*g itu adalah kekasihku. Dan aku tidak akan menikahi wanita lain selain dia!"
"LELAKI BODOH MACAM APA YANG MENOLAK WANITA BAIK BAIK DEMI SEEKOR JA**** HUH?!"
keduanya mulai tersulut emosi. Catrine mulai menangis ia tau ini tidak baik baik saja.
Daniel biasanya akan melakukan hal tidak masuk akal jika David menolak keinginannya.
"TAU DARI MANA DAD BAHWA WANITA ITU ADALAH WANITA BAIK BAIK, DAN TAU DARI MANA DAD BAHWA KEKASIHKU ADALAH JA**** HUH?!" Bentak David tak kalah sengit. Mereka mengepakkan tangan seolah olah siap untuk mengadu kekuatan mereka kapanpun.
Catrine berusaha menenangkan suami dan anaknya.
"Baiklah kalau begitu kita buktikan. Sekarang kau pergi dari rumah ini dan jangan harap kau mendapatkan sepeser uang pun dari ku! Dan satu lagi aku akan melepas gelar CEO mu dan mencoret namamu dari pewaris keluarga ini!"
Catrine dan David membeku.
"D.. Daniel apa yang kau katakan?"
"Kita lihat saja apakah wanita yang kau sebut kekasih itu masih mau menerima mu atau tidak. Akan ku pasti kan kau akan menjadi gelandangan setelah ini!"
David terdiam. Ia mengepalkan tangan nya. Jika memang semua itu akan di lepas kan bukan hanya kekasihnya yang tidak rela dia sendiripun tidak ingin kehilangan semua kekayaan ini.
Mereka terdiam beberapa saat.
"Apa yang aku dapat kan setelah menikahi wanita itu?"
"Apapun yang kau inginkan"
"Aku ingin semua saham perusahaan jatuh ketanganku termasuk perusahaan milik Damian"
Daniel menghela nafasnya. Ia sudah menduga itulah yang diinginkan putra bungsunya ini.
"Baiklah aku akan memberikannya padamu"
"Baiklah aku menyetujui perjodohan ini"
David melangkah pergi setelah mengatakan itu. Ia tau apa yang akan ia perbuat setelah ini.
"Wanita bodoh" guam David sambil menyeringai iblis.
_____
Joana kembali mengusap air matanya yang menetes seharusnya ini adalah hari yang paling membahagiakan baginya. Hari ini adalah hari dimana ia akan menjadi seorang istri dan milik sah pria yang ia cintai.
Tapi nasib berkata lain. Jangankan tersenyum ia bahkan tidak sudi untuk melihat calon suaminya. Ia tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini. Joana berharap pria yang dijodohkan kepadanya sebaik apa yang orang tuanya katakan.
Wendy mengusap punggung Joana ia paham apa yang anaknya rasakan saat ini . Joana akan menjadi istri dari pria yang bahkan tidak pernah ia temui sebelumnya.
"Kuatkan dirimu nak, demi kami" Joana memeluk ibunya dengan sangat erat.
"Mommy, apa yang akan terjadi padaku setelah ini ?"
"Semua akan baik baik saja "
"Joana ayo kenapa kalian sangat lama"
"Iya dad, sebentar."
"Joana, percayalah pada Daddy semua akan baik baik saja" kata Harry menenangkan putrinya.
"Ku harap begitu dad"
Disisi lain David telah berdiri di altar pernikahan menunggu Joana. Ia sangat tampan rambutnya tertata rapi dan wajah putih nya bersinar tapi sayang tidak ada senyum yang menghiasi wajah rupawan nya.
David terpaku melihat kedepan. Ia melihat wanita dengan dres putih dan tudung pengantin ia berjalan sangat anggun dengan membawa bunga.
'lumayan juga' Batin David yang diam diam mengakui kecantikan Joana.
Skip
Mereka telah mengucapkan janji suci dan kini sah menjadi pasangan suami istri. Joana kini di bawa ke apartemen milik David. Joana menyimpan kopernya disisi ranjang.
Jam sudah menunjukan pukul dua belas tiga puluh menit. Tapi Joana hanya seorang diri di dalam kamarnya, ia berharap David tidak datang kekamar ini karna ia belum siap menemui pria itu.
Joana melihat sekeliling ia mendapati foto David yang berdiri mengenakan jas formal dan kaca mata. Pria itu sangat tampan meski ia tidak tersenyum sekalipun.
Joana menggelengkan kepalanya, ia merutuki pikirannya yang ternyata mengagumi David. Tapi tidak bisa di pungkiri pria itu memang tampan bahkan sangat tampan .
Tiba tiba jantung Joana berdetak lebih kencang ketiia melihat pintu yang akan terbuka dan David muncul di ambang pintu.
"Apa yang sedang kau lakukan dikamar ku?" Joana memberanikan dirinya menatap manik David.
"A...aku"
"Keluar!" Joana tersentak ketika David tiba tiba membentaknya.
"T..tapi"
"Tapi apa? Apa kau berpikir aku akan memperlakukanmu sebagai istri ku? Ingat baik baik aku menikahimu demi saham dan warisanku. Kau juga menikahimu demi untuk menyelamatkan keluargamu. Jadi jangan berharap kau mendapatkan hak mu sebagai istri!"
David melepas jas nya lalu menggulung lengan hingga ke siku.
"Tunggu apa lagi? Keluar dari kamarku!"
Joana tidak memiliki pilihan lain selain keluar. Dalam hati Joana mengumpat sejadi jadinya. Ia tidak menyangka pria itu begitu menyebalkan. Setidaknya dia mengijinkan Joana tidur di sofa karna ini sudah larut malam. Atau setidaknya hargai dirinya yang sebagai istrinya saat ini.
Joana menghentikan langkahnya.
"Tidak! Bagaimana bisa aku berpikir seperti itu, aku tidak mencintai nya dan dia tidak mencintaiku dan selamanya akan seperti itu."
Sejujurnya hatinya sangat sakit. Ia memimpikan pernikahan yang sederhana namun indah. Ia akan menikah dengan pria yang ia cintai dan hidup bersama selamanya. Tapi kenapa takdir sangat kejam memperlakukan dirinya. Ia bahkan sangat canggung untuk menyebut nama suaminya.
Tanpa Joana sadari air matanya menetes begitu saja. Dengan segera Joana menghapusnya.
"Tidak aku tidak boleh menangis ini demi mommy dan daddy"
__
08:45
David membuka matanya ketika alarm mengusik tidurnya. Ia melihat jam sudah jam sembilan kurang lima belas menit David segera kekamar mandi membersihkan tubuhnya.
Beberapa menit kemudian David keluar dari kamar mandi dengan wajah sangat segar.
"Apa aku sudah menjadi seorang suami sekarang?" Guam David sambil terkekeh melihat foto pernikahannya. Dengan santai ia mengambil foto itu dan membuangnya di tempat sampah.
"Wanita malang itu bermimpi aku menjadi suaminya? Cih aku bahkan tidak sudi melihat wajahnya"
David mengambil ponselnya ia melihat banyak pesan yang tidak terjawab dari Lily-kekasihnya.
David sudah menduga wanita itu akan marah seperti ini. Ia sudah berjanji untuk menikahi Lily tahun ini tapi dia malah menikahi wanita lain.
David menelpon Lily.
"Halo"
"Dasar pria ba****an kau berjanji akan menikahiku tapi malah manikahi wanita lain"
David menjauhkan ponselnya dari telinganya. Suara nyaring Lily bisa membuat gendang telinganya berdengung.
"Sayang maafkan aku. Kau tau betapa aku mencintaimu. Ini semua karna orang tuaku"
"Tapi kau bisa menolak nya David"
"Aku tidak bisa sayang. Dad mengancam ku jika aku menolak perjodohan ini. Dad bisa mencoret namaku dari pewaris keluarga ini"
"Lalu bagaimana dengan nasibku David aku benar benar kecewa!"
"Lily kau tau sendiri aku hanya mencintaimu. Aku tidak sudi satu atap bersama wanita itu" jelas David berusaha selembut dan sesabar mungkin.
"Kalau begitu buktikan padaku "
"Baiklah kau bisa datang ke apartemen ku aku akan membuktikan betapa aku mencintaimu"
"Baiklah" mereka mengakhiri pembicaraan nya. David menyeringai penuh kemenangan ia akan mulai melakukan kesenangannya sekarang.
Disisi lain Joana tengah menyiapkan sarapan untuknya dan David. Walau David tidak menganggapnya tapi bagaimana pun mereka berada di satu atap. Joana merasa tidak enak hati jika hanya membuat sarapan untuknya saja.
Joana menata sarapan dengan sangat rapi. Jantungnya kembali berdebar melihat David yang datang kearahnya.
"Apa kau sedang barusaha menjadi istri yang baik?"
"Tidak. Aku hanya berusaha menjadi tamu yang sopan" David terkekeh mendengar jawaban Joana.
"Baguslah jika kau sadar. Jadilah tamu yang baik agar aku tidak muak melihatmu"
Tiba tiba kedatangan seorang wanita menghentikan aktifitas mereka.
"Hay sayang kau sudah datang"
"Oh.. jadi ini istri mu?"
"Dia hanyalah tamuku" Joana berusaha menampakan ekspresi setenang mungkin ia tau wanita itu pasti spesial bagi David hingga bisa masuk dalam apartemen nya begitu saja.
"Sayang, sudahlah jangan terus menatapnya kau pasti lapar ayo kita sarapan bersama"
"Tentu saja. Oh ya aku sedikit terganggu dengan kehadirannya" kata Lily sambil menunjuk kearah Joana. Joana menatap Lily dengan tatapan dingin.
"Sudahlah kau hanya tinggal mengabaikannya"
Joana menahan kemarahan dan sakit hatinya melihat David dan Lily sengaja memamerkan kemesraan mereka dihadapannya. Matanya mulai berkaca kaca. Dengan segera Joana mengalihkan pandangannya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya David
"Apa kau tidak dengar yang dikatakan Lily barusan? Dia terganggu dengan kehadiranmu jadi pergi dari sini!"
"Aku akan pergi tanpa kalian suruh."
Joana melangkahkan kakinya dengan cepat air matanya mengalir begitu deras.
"Andai dad melihat nya andai mommy melihat nya bagaimana cara David memperlakukanku . Aku mengorbankan perasaan ku demi kalian. Ku harap kalian bisa melihatnya. Ku harap kalian menyadari harta tidak sebanding dengan hidup seorang anak."
____
Joana berdiri di depan jendela kamar nya, ia menikmati semilir angin malam mengelus wajahnya. Tiba tiba perutnya berbunyi Joana sadar sedari tadi ia belum makan.
"Ah aku lapar" guam Joana lalu keluar kamar berniat mencari makanan.
Joana berjalan menuju kulkas dan mengambil buah disana. Itu adalah kebiasaannya jika malam hari ia lapar maka ia hanya akan memakan buah buahan.
Setelah merasa kenyang Joana memutuskan kembali ke kamarnya. Langkah Joana terhenti melihat David yang tengah berjalan kearahnya.
David melewatinya begitu saja. Joana tidak memperdulikannya ia berjalan masuk kekamar.
"SIAPA YANG MEMAKAN BUAH APEL KU HUH!!" Joana yang tadi akan masuk ke kamarnya terpaksa mengurungkan niatnya. Ia mendengar suara keras David dari dapur. Joana segera menemui pria itu.
"David, ada apa kenapa kau berteriak seperti itu?" Tanya Joana dengan nada khas miliknya.
"Katakan siapa yang memakan dua buah apel milikku?"
"A..aku"
David berjalan kearah Joana Dengan langkah tegasnya.
"Kau tau itu adalah apel kesukaanku. Siapa yang memberimu ijin untuk memakannya?"
"Tapi David, aku sangat lapar dan aku terbiasa--"
"Aarrgghh... Aku tidak membutuhkan alasanmu. Sekarang pergi dan carikan aku apel yang sama dengan yang kau makan tadi!" Bentak David.
Joana sedikit merasa aneh dengan David, bukankah itu hanya buah apel lalu kenapa dia sangat marah hanya karena Joana memakan buah milik nya.
Walaupun begitu Joana menolak keinginan David. Ia tidak mau keluar malam malam begini hanya untuk membeli apel.
"Tapi ini sudah malam dimana aku mendapatkan buah apel?"
"Itu urusanmu, cari di kebunnya langsung bila perlu. Jadi apa yang kau tunggu cepat bawakan buah itu"
"Dan yah satu lagi, jangan pernah menyentuh apapun tanpa seijin ku. Jangan menyentuh barang barang ku, melakukan apapun tanpa seijin ku termasuk makan makanan milikku!!"
Joana hanya diam ketika David memakinya, tapi didalam hati Joana paham bahwa David memang tidak menganggapnya jadi wajar bila ia berkata seperti itu.
...
08:00
Joana bangun lebih awal, ia membersikan wajahnaya dan merapikan kamarnya. Joana berniat untuk membeli bahan makanan untuk nya ia bisa mati kelaparan jika tidak di ijinkan untuk menyentuh makanan di tempat ini.
Joana mengambil dompet lalu keluar dari kamarnya.
"Mau kemana kau?" Tanya David yang baru bangun.
"Aku akan membeli bahan makanan."
"Oh.."
Joana mengangguk lalu melanjutkan jalannya. langkah Joana kembali terhenti ia meringis ketika kepalanya berdenyut sakit.
"Aakh.. kepala ku" Joana merasa ada yang salah dengan tubuh nya.
PRANG
Joana tersentak kaget ketika ia tidak sengaja menyenggol vas bunga di samping nya.
"Bodoh berani sekali kau merusak vas bunga ku!"
"Maaf.. maafkan aku aku tidak sengaja melakukannya David"
"Dasar wanita tidak tau diri! Apa kau tau berapa harga benda itu huh?"
"Maafkan aku.."
"Dengar aku sudah mengatakan bahwa jangan menyentuh barang barang ku tapi sekarang kau malah merusaknya. Dasar wanita tidak tau diri!!"
"Uueeeekk... Uuueeeekk"
David membulatkan matanya ketika melihat Joana tiba tiba muntah dan mengenai sepatu mahalnya.
"APA YANG KAU LAKUKAN HUH?! BERANI SEKALI KAU MENGOTORI SEPATU KU!!"
"Maafkan aku.. Uukhuk Uukhuk.."
David berjongkok lalu menarik rambut Joana. Joana meringis kesakitan sambil memegangi rambutnya.
"Dengar! Aku benci jika ada yang mengotori barang barang ku apalagi sampai merusaknya! Jadi aku tidak mau tau, kau bersihkan semua ini dan aku tidak ingin melihat cairan menjijikan itu menempel di sepatu mahalku!" Joana meneteskan air matanya menahan sakit dan gejolak aneh di perutnya.
"Ma..maafkan aku.. akhh.. tolong lepaskan tanganmu.."
David menghempaskan kepapa Joana.
"Sekarang cepat bersih kan kotoran itu!" Joana mengangguk lalu mengambil lap di belakang.
Joana berjongkok di depan David lalu membersihkan muntahnya di sepatu milik pria itu. Sesekali Joana menyeka air matanya yang mengalir. David begitu kejam kepadanya.
"Cepatlah!"
"B..baik"
Beberapa menit kemudian Joana selesai membersihkan sepatu David .
"Entah kenapa aku suka melihatmu dengan posisi seperti itu" Joana mendongakkan kepalanya ketika David yang tiba tiba berkata seperti itu.
Joana sadar posisinya saat ini adalah tengah berlutut didepan David.
"Kejam sekali kau" Lirih Joana.
David terkekeh mendengarkan itu. Ia kembali berjongkok dan mencengkram dagu Joana.
"Dengar ini belum seberapa, anggap saja ini baru permulaan atau pemanasan. Aku bisa memberikan yang lebih istimewa dari pada ini.
Setelah itu David meninggalkan Joana begitu saja. Joana menangis sejadi jadinya.
"Mommy.. Mommy lihatlah ini pria yang kau berikan padaku. Daddy lihatlah... Aku diperlakukan seperti ini dengan pria yang kau pilihkan.. Hiks...Hiks.. Mommy... Dia kejam kepadaku.. Mommy bawa aku pulang... Hhuuaaaaa..... Mommy...." Tangis Joana yang tidak mampu di bendung lagi.
Joana yang malang, ia rela tersiksa demi menyelamatkan orang tuanya. Sama seperti David yang terpaksa menikahi orang yang tidak dia cinta tapi Joana lah yang lebih merasakan dampaknya. Berbanding terbalik dengan Joana yang sedang menangis David justru tengah bersenang senang bersama Lily.
"Bagus sayang.. aku tidak sudi melihatmu memperlakukan wanita itu seperti manusia."
"Tentu saja sayang, dari awal aku memang tidak pernah menganggap nya seperti manusia" Jawab David sambil membelai kepala Lily.
"Ku harap kau bisa mempertahankan sikapmu padanya"
"Sudah pasti. Jadi, apa kau tidak mau bersenang senang denganku?"
"Tentu saja aku mau"
"Kalau begitu mari lakukan yang lebih menyenangkan" Tawar David.
"Apa itu?"
"Kita lakukan 'itu' di apartemen milikku"
"Haha... Baiklah baiklah"
Sementara ditempat lain.
Orang tua Joana tengah mengkhawatirkan putri semata wayang mereka.
"Kira kira bagaimana keadaan Joana saat ini?" Tanya Wendy sambil menatap kosong ke langit langit kamarnya.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya Wendy, kita tau sendiri bahwa pria yang di nikahi oleh Joana adalah pria baik baik" kata Harry menenangkan istrinya.
"Dari mana kau bisa menyimpulkan bahwa David adalah pria baik baik. Kau bahkan tidak pernah bicara secara langsung dengannya kecuali tentang masalah kantor"
Harry menghela nafas panjang. Meski dalam hati ia memang meragukan pernikahan ini tapi apa boleh buat ini semua sudah terjadi dan Harry tidak memiliki pilihan lain selain menikah kan Joana.
"Lalu, kenapa baru sekarang kau mengatakan keraguanmu. Bahkan kaulah yang paling memaksa Joana untuk menikah dengan David."
"Apa kau sekarang menyalahkan ku? Kaulah yang membujukku untuk memaksa Joana"
"Kau bisa menolaknya bukan?" Wendy menatap suaminya dengan tatapan tidak percaya.
"Apa magsudmu? Jelas jelas kaulah yang menginginkan agar Joana menikahi David agar kita tidak bangkrut"
"Itu benar. Aku menyuruhnya menikah agar kita tidak bangkrut. Tapi ini semua juga demi dirinya hidupnya pasti lebih terjamin disana"
"Sayangnya aku masih meragukan itu semua"
"Sudahlah tidak ada gunanya kau khawatir ini semua sudah terjadi"
"Kau benar. Ini semua sudah terjadi tapi--"
"Sudahlah Wendy aku tidak ingin membahas itu semua sekarang"
Harry langsung pergi meninggalkan istrinya.
'Ayah macam apa kau ini?'
__
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!