NovelToon NovelToon

Di Balik Mata INDIGO

Sendiri...

 

Alia, nama gadis kecil yang masih berusia 4 tahun dan dia memiliki seorang adik perempuan yang baru berusia 2 tahun. Sore itu waktu sudah menunjukan pukul lima sore, kedua orang tua Alia yaitu Bu Mia dan Pak Aji sudah siap dengan tas ransel mereka masing-masing. Bu Mia juga menggendong anak keduanya yaitu Sita yang baru berusia dua taun dan dia adalah adiknya Alia,

 

"Mama sama Papa jadi pergi?" kata seorang gadis kecil yang baru berusia 4 tahun itu, ia seakan masih tidak rela kalau kedua orang tuanya harus pergi keluar kota dan meninggalkan dirinya bersama kakek dan neneknya.

"Iya sayang... kamu yang nurut yah," kata Bu Mia dengan penuh kasih sayang kepada anak sulungnya itu.

"Alia ngga diajak bu? tapi kenapa Sita boleh ikut?"jawabnya seakan tidak rela

"Sayang... Sita itu kan masih kecil, dia baru bisa berjalan jadi masih belum bisa ditinggal nak" kata seorang yang tiba-tiba menjawab pertanyaan Alia,

dia adalah neneknya Alia yaitu Mbah Imah.

"Tapi Maaa..."sambil merengek kepada ibunya

"Sayang gini aja, sekarang kamu antar Mama sama Papa ke terminal bus ya, nanti kamu mau jajan apa aja Mama beliin oke!?" berusaha meyakinkan anak sulungnya itu.

 

Alia hanya mengangguk, ia sebenarnya tidak rela jika harus ditinggal bersama nenek dan kakeknya.

 

Keluarga mereka memang bukan berasal dari keluarga yang berada jadi kedua orang tua Alia terpaksa pergi keluar kota untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

 

Mereka meninggalkan Alia karna dia sudah mulai memasuki sekolah dasar, ya! gadis berusia 4 tahun itu sudah kelas satu disekolah dasar di desanya.

 

Dia memang berbeda dari kebanyakan anak lainnya, diusia 3 tahun dia bahkan sudah bisa menulis dan menggambar layaknya anak kelas 3 sekolah dasar.

"Sayang kamu hati-hati dirumah ya,, jangan nakal, dan nurut sama nenekmu" sambil membelai rambut Alia.

Gadis kecil itu hanya mengangguk diam, dia terus melihat ayah ibu dan adiknya yang masuk kedalam bus besar antarkota. Kedua orangtuanya melambaikan tangan sambil tersenyum kepadanya, Alia terus memandangi bus itu yang perlahan menjauh dan mulai tak terlihat lagi.

 

Esok harinya Alia terbangun dari tidurnya dan langsung berteriak "Maaa.... ma... mama...." beranjak bangun dari tempat tidurnya sembari mencari mamanya.

 

"Lia kamu kenapa?" tanya Mbah Imah menghampiri nya,

"Mama mana mbah?" tanyanya kebingungan.

"kan Mama sama Papa sudah pergi kemarin sore,, Alia juga ikut mengantar ke terminal kan?"menjelaskan kepda cucunya itu.

Sejak saat itu, Alia lebih suka menyendiri dirumahnya. Keluarga Alia memang sudah punya rumah sendiri, namun rumahnya hanya berada dibelakang rumah neneknya. Jadi dia lebih suka bermain dirumahnya itu sendirian, karna dia juga tidak terlalu memiliki teman.

 

Keesokan harinya Alia pulang dari sekolahnya dengan berjalan kaki, ia melewati sebuah toko mainan dan ia melihat sebuah boneka barbie yang sangat cantik.

 

"Waaahhh cantik sekali boneka itu, jadi pengin beli"katanya dalam hati

"Tapi,,, kalau minta sama Mama boleh ngga yah? ah udahlah pulang aja". Ia melanjutkan perjalanannya pulang kerumah.

 

"Pokoknya aku mau boneka itu, harus kebeli!" Alia bertekad untuk membeli boneka yang ia sukai itu. Akan tetapi dia tidak mau membebani orang tuanya, sejak saat itu ia mulai menabung dan tidak pernah jajan di sekolahnya.

 

"Yeah!! akhirnya uangku cukup!" sambil menghitung uang receh pecahan lima ratusan yang ia keluarkan dari celengannya. Selama kurang lebih sebulan Alia telah menabung uang sakunya untuk membeli boneka yang ia inginkan.

 

Dia langsung pergi ke toko mainan itu dengan uang recehannya, dan segera membeli boneka yang selama ini ia impikan.

 

"Yeeeeeee!!!! akhirnya bisa beli boneka cantik ini!" berlari kegirangan sambil memeluk boneka barunya itu.

 

"Sejak saat itu Alia merasa punya teman, dia selalu bermain dengan boneka itu dirumahnya, dia juga tidak memperlihatkan boneka itu pada siapapun.

 

Alia bahkan memberi nama boneka itu dengan sebutan Tiara, setelah bermain dia selalu menyembunyikan boneka itu di bawah bantal di tempat tidurnya yang ada dirumahnya itu.

 

Semenjak kedua orangtuanya pergi, rumah Alia memang kosong dan tidak ditempati karna Alia tidur dirumah neneknya itu, dia hanya berada dirumahnya ketika pulang sekolah untuk bermain dengan bonekanya itu.

Ya! rumah itu kosong, dan hawa dingin mulai menyelimuti rumah itu.

 

Sebulan berlalu, orang tua Alia mengirimkan surat dan beberapa paket mainan beserta jajan untuk Alia. Waktu itu memang belum ada telefon genggam, yang ada hanya pesawat telefon rumah, itupun hanya wartel yang mempunyai.

 

"Anakku sayang... apa kabar? kamu sehat kan? Mama sama Papa kangen sama kamu. Kamu yang nurut yah sama nenek, jangan nakal. Mama kirimkan mainan buat kamu main, kamu seneng ngga? Mama juga kirim jajan coklat buat kamu, kamu suka coklat kan?...." sepenggal isi surat dari orang tua Alia, setelah selesai membaca surat itu ia langsung membuka paketan itu.

 

"Waahhh boneka, ada baju, dan ada mainan yang lain juga" sambil membuka satu persatu paketan itu.

keesokan harinya banyak anak-anak yang main ke rumah Alia itu, ia pun merasa sangat senang karna ada temannya yang mau main, yah... mereka sebenarnya mau main karna mereka tau ia punya banyak mainan baru yang berasal dari kota.

Alia tidak pernah menghiraukan hal itu, ia hanya senang karna ia bisa punya teman.

Setelah semua temannya pulang ia bergegas mencari Tiara, boneka kesayangan nya itu

"Loh kok nggak ada si," sambil mengangkat bantalnya dan kaget karna boneka itu ternyata tidak ada dibawah bantalnya.

"Perasaan kemarin aku taruh disini, kemana yah.." sambil terus mencari boneka itu.

 

"Huh ketemu juga kamu!" sembari mengambil boneka itu yang ternyata ada di bawah tempat tidurnya itu.

 

"Kamu ngapain dibawah kolong! ngumpet dari aku yah!?" sambil memegang boneka Tiara itu, dia memang merasa bahwa Tiara lah teman dekatnya. Alia selalu menceritakan semua yang ia alami kepada Tiara.

Semenjak hari itu, posisi boneka Tiara selalu berpindah saat Alia mencarinya, padahal dia ingat betul selalu menaruh nya di bawah bantal di tempat tidurnya.

Alia tidak pernah menghiraukan semua itu, karna ia hanyalah gadis berusia 4 tahun yang belum tau apa-apa.

 

Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan berlalu, hingga dua tahun sudah berlalu. Alia kini sudah berusia 6 tahun, di mulai bergaul dengan teman sebayanya, tidak seperti dua tahun terakhir dimana dia hanya menghabiskan waktu bersama dengan boneka kesayangan nya itu, boneka Tiara.

Hari itu Alia sedang bermain dengan boneka Tiara di rumahnya, tiba-tiba dia melihat sekelebat bayangan hitam yang melintas kearah kamar Mama dan Papanya, dia jadi teringat pada mama dan papanya.

 

Aku tidak tau apa-apa

Beberapa hari setelah kejadian itu, kedua orang tua Alia beserta adiknya pulang ke rumah. Mereka pulang dalam kondisi panik serta kebingungan karna Sita terus saja menangis ketakutan dan minta pulang kerumahnya.

"Maaaa.... mamaaaaa.....Sita mau pulang maaa... Sita mau pulang..." Sambil terus menangis di pelukan mamanya.

"Astaghfirullah.... ada apa ini Mia?" Tanya Mbah Imah kepada anak perempuannya, dia ikut panik melihat cucu bungsunya terus menangis.

"Ini bu, Sita nangis terus minta pulang ke rumahnya. Badannya juga panas" Jawab Bu Mia dengan suara lemas.

"Sudah berapa lama?" Tanya Mbah Imah

"Satu minggu bu, saya sudah bawa ke rumah sakit di kota, tapi kata pihak rumah sakit dia nggak papa" Ucap Bu Mia.

"Ya sudah sekarang bawa masuk kerumah dulu, tidurkan dia dikamar ya" Sambil memegang pundak Bu Mia.

Bu Mia lalu masuk kerumah dan mencoba menidurkan Sita di kamarnya, Sita memang masih tidur sekamar dengan kedua orangtuanya, karna kamar dirumah mereka hanya ada dua.

Setelah beberapa saat kemudian Sita terlelap.

"Sita kenapa Pa?" Tanya Alia yang masih bingung.

"Ngga papa nak, mungkin dia cuma ingin pulang kerumahnya" Jawab Pak Aji mencoba menenangkan Alia.

Setelah Sita tertidur, Bu Mia keluar untuk berbicara dengan ibunya. Alia mengintip dari pintu kamar, ia merasa kasihan dengan adiknya yang sedari tadi terus menangis.

Alia terus menatap wajah adiknya itu, namun tiba-tiba tatapan itu ia hentikan karna kaget ketika melihat ada sesosok hitam besar yang berada tepat di atas adiknya itu.

Ia lalu pergi sambil berlari menuju kamarnya.

Alia teringat sosok hitam yang menuju kamar Mama Papanya tempo hari.

"Aku ngga tau! aku ngga tau! aku ngga tau apapa!!" Teriak Alia didalam kamarnya, Bu Mia mendengar Alia sedang berteriak dan hendak menghampiri nya namun tiba-tiba...

"Mamaaaaaa...!!!! Papaaaaaaaa!!! Sita takuuuuttt!!!" Sita tiba-tiba kembali menangis dan berteriak ketakutan.

Saat Bu Mia tiba di kamar dia sangat kaget melihat putrinya yang menangis dan berteriak ketakutan.

Tubuhnya kejang dan matanya melotot kearah langit-langit rumahnya.

"Astaghfirullah kamu kenapa naakkk..."kaget melihat kondisi putrinya.

"Paaaa!! Papaaaaa!!!!" Bu Mia berteriak memanggil suaminya.

Tak lama kemudian Pak Aji datang dan diapun kaget melihat kondisi putri bungsunya itu,

"Kenapa to nak kok teriak-teriak?" Kata Mbah Imah yang juga ikut panik.

"Sita Maa, Sita..." Sambil terus memegangi tubuh Sita.

"masyaallah... cucuku! sebentar ya nak sebentar!" Tiba-tiba Mbah Imah pergi begitu saja.

Pak Aji mencoba membacakan ayat-ayat di atas kepala Sita sambil mengusap-usap keningnya.

Sementara itu, Alia tetap dikamar sambil memeluk boneka Tiara nya itu, dia terus saja berkata "Aku tidak tahu, aku tidak tahu"..

Tidak lama setelah Pak Aji membacakan ayat-ayat akhirnya Sita mulai tenang dan kembali tertidur.

Didepan rumah terdengar suara langkah kaki yang memasuki rumah itu, ternyata itu adalah Mbah Imah dan seorang kakek yang sudah cukup tua, jalannya pun sudah membungkuk.

"Jadi begitu mbah," Ucap mbah Imah yang telah selesai menjelaskan keadaan cucunya.

Mereka berdua pun langsung masuk ke kamar untuk menengok Sita.

Pak Aji masih mengelus kening Sita yang sudah terlelap, dan Bu Mia masih mengusap tangan sita yang dingin dan masih terasa kaku.

"Eh Mbah Arsa.." Bu Mia menyambut kakek tua itu sambil mencium tangannya, begitu juga Pak Aji.

"Sehat mbah?" Tanya pak Aji.

"Yah,, seperti yang kamu lihat ini," Jawab Mbah Arsa dengan singkat.

Mbah Arsa adalah paman dari Mbah Imah, dia merupakan orang yang masih kukuh menjalankan adat kejawen, dia juga punya kemampuan khusus untuk menyembuhkan berbagai penyakit terutama yang berhubungan dengan ilmu hitam.

"Anak saya Mbah.." Belum sempat Pak Aji bicara tapi sudah dipotong oleh Mbah Arsa.

"Saya sudah tau!" Ucap mbah Arsa dengan tegas.

"Jadi, mari kita bicara diluar saja" Sambil berjalan keruang tamu.

Mereka semua bicara diruang tamu dan Sita tertidur sendiri di kamar.

Alia keluar dari kamarnya dan mencoba mengintip adiknya lagi.

Namun, betapa kagetnya dia ketika dengan jelas dia melihat sosok hitam besar itu berada di atas langit-langit kamar itu. Kali ini dia melihat dengan jelas wujud dari sosok itu, ternyata sosok itu berwujud seperti manusia, namun tubuhnya penuh dengan bulu. Ya! manusia kera, lebih tepatnya begitu.

"A a aku tidak tahu! aku tidak tahu!" Alia ketakutan dan langsung lari ke kamar.

"Pesugihan kera?!?" Pak Aji dan Bu Mia kaget mendengar ucapan Mbah Arsa.

"Astaghfirullah.. yang sabar ya nak" Kata mbah Imah mencoba menenangkan anaknya.

"Ya! ini biasanya harus menumbalkan anak terakhir untuk dijadikan budak nya raja kera itu" Mbah Arsa mencoba menjelaskan.

"Tapi saya tidak pernah melakukan pesugihan mbah" Ucap pak Aji dengan lantang.

"Apalagi saya mbah, buat apa!" Bu Mia ikut menjawab.

"Orang bisa saja melakukan kesalahan tanpa mereka sadari," Kata Mbah Arsa dengan tenang.

"Mia... coba kamu ingat ingat, selama di kota kamu pergi kemana saja?" Mbah Arsa mencoba mengingatkan Bu Mia.

"Astaghfirullah.... saya ingat mbah, saya pernah diajak ke suatu tempat oleh teman saya di kota" Ujar Bu Mia.

"Maa.. kamu..?" Pak Aji mulai kecewa.

"Dengarkan dulu Ji.. ceritanya belum selesai" Ucap Mbah Arsa mencoba menenangkan.

" Saya ngga tau apa-apa mbah, saya cuma diajak untuk menemani teman saya itu, di sana ada sebuah gua. Ya! diluar gua itu saya memang melihat ada beberapa monyet di sana" Bu Mia mulai mengingat kejadian yang ia alami.

"Kamu ambil apa dari sana?"Kata Mbah Arsa dengan tenang.

"Maaf mbah, saya benar-benar tidak tau kalau ternyata tempat itu adalah...

ya! batu itu" Bu Mia mulai menyesal.

"Jadi, kamu harus kembalikan benda itu ke tempatnya. Secepatnya sebelum terjadi apa-apa pada anakmu!" Ucap mbah Arsa.

"Besok pagi saya akan bawa Mia ketempat itu, untuk mengembalikan benda itu. Saya akan pastikan itu." Kata Pak Aji dengan yakin.

"Yang sabar nak, jangan buru-buru. Tenangkan pikiranmu dan jangan kebawa emosi" Mbah Arsa mencoba menenangkan suami istri itu.

Keesokan harinya , Pak aji dan Bu Mia pergi dengan tujuan mereka.

"Bu,, tolong jaga Sita dan Alia ya, kami pamit dulu" Sembari berpamitan dan pergi.

Sementara itu dikamar Sita mulai menangis dan berteriak.

"Nggak! nggak mau! aku ngga mau ikut! Mama Papa tolong Sita! Sita terus berteriak ketakutan.

Mbah Arsa dan Mbah Imah langsung menuju ke kamar, dan badan Sita sudah kejang, matanya melotot.

Sita ketakutan,,,

"Tolong ambilkan air Mah.."Kata mbah Arsa pada keponakannya itu.

"Iya mbah" langsung pergi mengambil air.

Mbah Arsa mencoba membacakan mantra untuk menenangkan Sita, sambil men cipratkan air ke wajahnya.

Tak lama kemudian Sita mulai tenang. Sementara itu Alia sedari tadi bersembunyi di depan pintu kamar sambil mengintip keadaan adiknya.

"Masuk saja nak, jangan takut"Kata Mbah Arsa yang tau kalau Alia ada di sana.

"Mbah tau, kamu lihat semuanya. Kamu nggak usah takut" Ucap mbah Arsa.

Alia hanya terdiam tak dapat berkata apapun.

Belum saatnya...

Mbah Arsa mendekati Alia sambil tersenyum,

"Belum saatnya nak.." Sambil mengusap kepala Alia.

Keesokan hari nya ke dua orang tua Alia pulang, mereka langsung melihat keadaan putri kedua mereka.

"Kalian tenang saja, saya sudah menanganinya" Ucap Mbah Arsa.

"Tapi apa ini semua sudah selesai mbah? apa tidak akan terjadi apa-apa lagi pada Sita mbah?" Tanya Pak Aji agak resah.

"Tenang saja, saya sudah mengusirnya. Dia tidak akan tetap tinggal karna kalian tidak meminta sesuatu apapun darinya" Mbah Arsa menjelaskan.

"Syukurlah.. akhirnya anakku sudah aman" Kata Pak Aji sambil memeluk Sita.

"jadi,, apa kami sudah bisa pergi ke kota lagi untuk bekerja mbah?" Tanya Bu Mia.

"Tunggu lah beberapa hari lagi, lagi pula apa kalian tidak rindu dengan anak pertama kalian yang selalu ditinggal itu" Sambil menuju kearah Alia yang sedang duduk sendirian.

Bu Mia menghampiri Alia dan memeluk nya,

"Mama tentu rindu sekali dengan mu nak, anak Mama ini sudah besar yah" Sambil mengusap kepalanya.

"Alia,, apa itu boneka mu? tapi Mama sama Papa nggak pernah merasa membelikan boneka kecil itu" Kata Pak Aji sambil menunjuk kearah boneka yang selalu dipeluk Alia.

"itu... itu Maa" Agak bingung sambil takut dimarahi.

"Sayang.. apa kamu minta nenek untuk belikan boneka itu?" Tanya Bu Mia pelan.

"Sebenarnya.. Alia beli boneka ini sendiri Ma" Mulai memberanikan diri untuk bicara.

"Iya terus,?" Bu Mia bertanya lagi

"Alia ngumpulin uang jajan buat beli ini Ma, Alia ngga nyusahin nenek kok.."Jelas nya dengan nada sedikit takut.

Bu Mia hanya tersenyum sambil memeluk putrinya itu.

"Maa apa Sita nggak papa?" Sambil melepas pelukan dari ibunya.

"Kamu tenang yah,, insyaallah sekarang sudah ngga papa" Mencoba menenangkan.

Alia sebenarnya ingin memberitahu ibunya tentang apa yang dia lihat di kamar adiknya itu, namun dia masih takut dan tidak berani, jadi dia lebih memilih untuk diam dan hanya bercerita kepada Tiara (boneka Barbie kesayangan Alia).

Sementara itu diruang tamu Pak Aji sedang berbicara dengan Mbah Arsa

"Ini Ji, kamu kasih minum ke Alia" memberikan segelas air putih yang sudah di beri doa.

"Untuk apa mbah?" Tanya pak Aji sambil menerima segelas air itu.

"lakukan saja dulu, nanti saya jelaskan" Kata Mbah Arsa.

Pak Aji hanya terdiam dan langsung pergi. Dia memberikan air di gelas itu untuk diminum Alia dan sebagian lagi untuk membasuh mukanya.

Setelah minum air itu dia merasa sedikit pusing dan berpamitan untuk tidur.

Pak Aji lalu kembali ke ruang tamu untuk meminta penjelasan kepada Mbah Arsa.

"Jadi, sebenarnya untuk apa yang itu tadi mbah?" Pak Aji mulai bertanya.

"Alia itu masih kecil, baru 6 tahun. Jadi belum saatnya" Kata Mbah Arsa dengan singkat.

"Maksudnya apa mbah?" Pak Aji masih bingung dan belum bisa mencerna kata-kata Mbah Arsa.

"Dia itu sama seperti nenek buyutnya.! Dia istimewa, dia tau semuanya, dia bisa melihat semuanya. Tetapi ini belum saatnya" Jelas Mbah Arsa sambil mengingat-ingat almarhum kakak perempuan nya.

"Jadi maksud mbah.." mulai memahami.

"Ya!" Kata Mbah Arsa dengan tegas.

"Keluarga kami punya kasepuhan!( tetua atau orang tua dari keluarga yang mempunyai ilmu khusus kebatinan yang tinggi)" Kata Mbah Arsa.

Pak Aji hanya terdiam sambil terus mendengarkan ucapan Mbah Arsa.

"Semua keturunan tau, pasti bisa tau, meskipun tidak semuanya bisa melihat. Tapi mereka semua bisa merasakan, termasuk istrimu itu" Jelas Mbah Arsa.

"Maksudnya Mia juga bisa melihat hal semacam itu mbah?" Pak aji mulai penasaran.

"Tidak, dia tidak bisa melihatnya, tapi bisa merasakan keberadaan nya. Tapi anak mu itu bisa!" Sambil menatap dalam mata pak Aji.

"Jadi, Alia bisa melihat semua itu mbah? termasuk apa yang dialami oleh adiknya itu?" Pak Aji kaget.

"Ya! mata batin nya sudah terbuka, dari sekian banyak keturunan Nyai Wangsa(nenek buyut dari Mbah Arsa), ternyata anakmu itu yang terpilih untuk mendapat kemampuan itu" Nada bicaranya mulai pelan.

"Tapi dia masih sangat kecil mbah, apa dia akan kuat dengan hal semacam itu" Pak Aji mulai resah.

"Kamu jangan khawatir, tadi bukannya saya sudah memberi segelas air untuk anakmu itu" Jelas Mbah Arsa.

"Tapi itu hanya bersifat sementara saja, Aji! jika saya mati kamu harus janji untuk selalu tinggal dirumah ini. Jangan biarkan rumah ini kosong atau tidak berpenghuni, dan kamu juga tidak boleh lagi meninggalkan Alia sendirian lagi" Kata Mbah Arsa.

Pak Aji hanya mengangguk sambil terdiam, dia tau betul apa maksud dari Mbah Arsa.

Sejak saat itu Alia tidak pernah melihat hal aneh lagi, boneka Tiara pun sudah tidak pernah berpindah tempat lagi. Dia menjalani hidupnya layaknya anak normal lainnya, mempunyai banyak teman dan sangat ceria.

Beberapa tahun berlalu, gadis kecil itu sekarang sudah duduk di kelas tiga SMP. Setiap pulang sekolah ia selalu datang ke rumah Mbah Arsa, Alia sangat menyayangi nya, dia berbagi semua kesedihan dan kebahagiaan dengan Mbah Arsa. Baginya hanya mbah Arsa yang bisa merasakan apa yang ia rasakan.

Sekarang Alia sudah mulai menginjak usia remaja, Beberapa tahun berlalu zaman sudah mulai modern, sudah banyak masyarakat di desa itu yang mulai menggunakan telepon genggam termasuk Alia. Dia dibelikan handphone oleh ibunya agar bisa berkomunikasi kapan saja.

Namun suatu hari Mbah Arsa jatuh sakit, dia mulai sakit keras bahkan sudah tidak bisa bangun lagi. Perlahan lahan dia mulai tidak sadar, tidak ingat pada keluarganya bahkan istrinya.

Dalam keadaan sakitnya itu dia terus mengigau memanggil nama Mia, ibunya Alia.

Alia mencoba menghubungi ibunya dengan ponsel yang ia punya,

"Maa mbah Arsa sakit, sudah tidak bisa bangun" Kata Alia ditelpon.

"Astaghfirullah... terus sekarang bagaiman keadaannya" Bu Mia mulai panik.

"Ya! dia terbaring di tempat tidurnya, sambil terus mengigau memanggil nama Mama" Jelas Alia.

"Ya sudah nanti malam juga Mama langsung pulang yah, ya sudah kamu jaga diri baik-baik yah sayang , daah" Ucap Bu Mia dan langsung mematikan telpon.

Malah harinya Bu Mia segera pergi naik bus untuk pulang ke rumahnya. Dia hanya pergi sendiri karena Pak Aji masih harus menyelesaikan pekerjaannya, sementara Sita dititipkan kepada pengasuh dikota.

Pagi harinya Alia dan para keluarga dekatnya berada dikamar Mbah Arsa, dia terus saja memanggil nama Mia, ibunya Alia.

Sementara Bu Mia masih dalam perjalanan pulang.

"Ma, Mama sudah sampai mana?" Tanya Alia ditelpon

"Sebentar lagi sampai nak, ini sudah dekat, kamu tunggu yah" Jelas Bu Mia.

Namun tak lama setelah itu, suara tangis mulai pecah. Alia langsung berlari menuju kamar Mbah Arsa, dan ternyata beliau sudah menghembuskan nafas terakhirnya..

Air mata Alia menetes tanpa sadar, dia hanya bisa diam tak bisa berkata apa-apa...

Jasadnya langsung dimandikan dan dimakamkan saat itu juga. Alia mengikuti semuanya, mulai dari menyolatkan sampai proses penguburan selesai.

Sepulang dari pemakaman, Alia duduk sendirian dibelakang rumahnya. Namun tiba-tiba dia melihat sekilas orang memakai jubah hitam panjang lewat didepannya, dia menatap sambil tersenyum kearah Alia lalu menghilang begitu saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!