Disebuah restoran yang terlihat asri dan suasana yang nyaman terlihat Marwah duduk dengan wajah kecewanya. Ia kehilangan banyak kata ketika Dimas meminta Marwah mengurungkan niatnya untuk segera menghalalkan jalin cinta mereka.
Dimas/"bisakan?? kita tunda dulu, aku masih butuh waktu"
Marwah/"berapa lama??" ujarnya kecewa.
Dimas/"5 tahun!!"
Marwah terperanjah mendengar perkataan Dimas.
Marwah/"tapi, tapi jika harus menunggu 5 tahun lagi itu suatu yang berat, mas tau?? jika Marwah harus menunggu 5 tahun usia Marwah nyaris sudah 31 tahun!!" ujarnya kecewa.
Dimas hanya menghela nafas panjangnya. Ia tau wanita didepannya ini benar-benar butuh kepastian. Tapi ada hal yang Dimas sembunyikan, dan dia takut untuk berkata jujur.
Jatuh cinta pada Marwah adalah hal yang sangat ia banggakan. Bagaimana tidak, dulu Marwah adalah mahasiswa pintar dan memiliki wajah rupawan. Begitu banyak saingan untuk mendapatkan primadona kampus ini. Dimas sebagai senior Marwah pun merasa kepicut dengan paras cantik Marwah.
Namun di tahun ke dua kuliah dijurusan Kedokteran Gigi. Marwah malah keluar dari kampus itu dan pergi bersekolah tataboga diprancis hingga 2 tahun lamanya. Banyak para mahasiswa pria yang kecewa dengan keputusan gadis cantik itu yang berputar haluan jauh. Berbeda dengan Safa kembaran Marwah yang terus melanjutkan studi kedokteran hingga kini ia menjadi seorang Dokter Spesialis Anak.
Jalinan cintanya keduanya pun cukup unik. Kala itu Dimas yang baru mengambil studi spesialis di Prancis tak sengaja bertemu dengan Marwah yang saat itu sedang sakit dan tengah berobat dirumah sakit di Prancis. Dimas benar-benar tak percaya bahwa ia akan bertemu adik leting Primadona kampusnya dulu.
Dan entah sejak kapan keduanya dekat hingga akhirnya ketika Marwah akan kembali ke Indonesia. Dimas memberanikan diri untuk menyatakan cintanya pada Marwah. Dan sungguh diluar dugaan, cinta Dimas pun diterima oleh Marwah. Dan seiring waktu jalinan cinta mereka pun berjalan selama 4 tahun.
Namun entah mengapa Dimas belakang berubah. Marwah kehilangan sosok Dimas yang dulu perhatian. Ini kali ketiga Marwah meminta kejelasan hubungan mereka yang sudah terjalin lama. Bahkan keluarga Marwah sudah beberapa kali bertanya calon suami dari Marwah.
Marwah/"maaf, jika aku terus memaksa" ujanya pelan seolah tak ingin berlama-lama dalam suasana tak enak dengan kekasihnya yang semakin sulit untuk ditemui.
Dimas/"seharusnya mas yang minta maaf, maaf yaa aku jadi buat kamu terus-trusan menunggu. Karena, karir ku sedang dalam masa yang bagus jadi ada banyak hal yang tak bisa ku pikirkan sekaligus." jelasnya dengan wajah khawatir.
Lagi, Marwah terdiam, entah kenapa ia tak bisa menyangah perkataan Dimas. Kadang kala ia melawan egonya sendiri untuk tak membuat hubungannya dengan Dimas tak enak. Seperti hari sore ini, jawaban Dimas benar-benar tak berperasaan. "Bagaimana bisa Dimas meminta untuk menunggu 5 tahun lagi?? 5 tahun??" sungguh batin Marwah menjerit kesal dan marah.
Namun karena terlalu cinta dengan sosok Dimas yang telah membuat Marwah nyaman, akhirnya ia kembali menurunkan egonya.
Dimas/"bisakah kita kembali?? sebentar lagi mas ada jadwal praktek"ujarnya berlahan dengan melihat jam tangannya.
Marwah hanya bisa tersenyum kecut.
Marwah/"ya, mas bisa balik duluan aja" ucapnya pelan.
Dimas/"kamu??"
Marwah/"hhhmmm, ada beberapa hal yang akan Marwah urus disini" ucapnya berbohong.
Dimas/"kamu yakin???"
Marwah mengangguk pelan.
Dan Dimas pun bangun seraya mengambil jas kerja, dan seketika berjalan ke arah Marwah dan menjatuhkan ciuman hangat dikening Marwah yang terlihat lesu.
Dimas/"mas pergi dulu yaa, kalo kamu sudah ditoko kabarin mas!!" perintahnya yang kemudian berlalu meninggalkan Marwah sendiri yang melihat punggung Dimas dengan wajah kecewa.
Dan terdengar sayup-sayup lagu yang mewakili perasaan Marwah.
Mawar De Jongh - Lebih Dari Egoku.
Sulit bagiku
Menghadapi kamu
Tapi ku takkan menyerah
Kau layak kuperjuangkan
Perih bagiku
Menahan marahku
Tapi ku akan lakukan
Bahkan lebih dari itu
Aku yang minta maaf walau kau yang salah
Aku kan menahan walau kau ingin pisah
Karna kamu penting
Lebih penting
Dari semua yang ku punya
Jika kamu salah aku akan lupakan
Walau belum tentu kau lakukan yang sama
Karna untukku kamu lebih penting dari egoku.
Sesaat Marwah menarik nafas panjangnya ketika memahami lirik lagu tersebut.
Marwah/"kali ini asalan apa lagi??" ucapnya pelan seraya menutup matanya yang terlihat benar-benar kecewa.
🍃🍃🍃🍃
Kehidupan keluarga Evan Sandres sangat bahagia. Ketika memasuki pensiun dr. Evan dan istrinya Wulan memilih untuk pindah domisili ke Bandung. Mereka ingin menikmati masa tua mereka ditempat yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan jakarta yang seolah tak pernah tidur.
Safa Marwah yang beranjak dewasa pun kini telah memilih jalan hidup masing-masing. Safa yang kini menjadi seorang dokter spesialis Anak, dan telah menikah dengan anak dari teman baik papanya yaitu dr. Wayu. Dan dari pernikahannya kini ia telah dikaruniai seorang bayi mungil bernama Mecca yang baru berumur 3 bulan.
Berbanding terbalik dengan kembarannya, Marwah yang kini menjadi ahli roti dan cake, sehingga ia menjadi penerus usaha toko dr. Dessert milik mama tirinya Wulan. Dan bahkan ia memperdalam ilmunya dengan bersekolah tataboga dan perhotelan di Prancis. Namun sayang kisah cintanya bersama Dimas masih trus belum memiliki arah untuk segera kepelaminan.
Dan dari pernikahan dr. Evan dan Wulan lahir seorang anak laki-laki bernama Brian Sandres. Yang kini tengah menjalani pendidikan Akpolnya.
Pagi itu seperti biasa, kegiatan dipagi hari toko dr. Dessert telah dimulai jam 5 dini hari. Marwah yang sendiri terjun langung untuk membuat roti-roti di tokonya. Namun tepat di pukul 8 pagi para karyawan yang berjumlah 6 orang, satu persatu berdatangan dan langsung dengan job des masing-masing.
Marwah mempunyai seorang asisten yang dapat ia percayai, yaitu Lily. Lily telah lama ikut Marwah, ia anak dari pegawai terdahulu yang bekerja bersama mama Wulan.
Pagi itu Marwah tengah menghitung-hitung bahan yang akan ia belanja untuk stok bahan toko. Namun ditengah keseriusannya Lily datang mendekat.
Lily/"mbak marwah??"
Marwah hanya menoleh sekilas.
Lily/"mbak udah dengar info gak?? kalo ada pengembang yang memugar hotel yang udah lama itu loh mbak??"
Marwah/"???"
Marwah tak begitu respon dengan pertanyaan Lily.
Lily/"ikh mbak ini!!" ujarnya geram.
Marwah hanya mendegus pelan, dan ia pun menatap Lily.
Marwah/"trus??"
Lily/"kata mbak sisil ini bakal jadi hotel berbintang loh mbak??"ujarnya semangat.
Marwah/"ooh, ya bagus kalo gitu" ujarnya seraya melanjutkan kembali mencatat bahan-bahan kue.
Marwah tak heran jika info itu datang dari Sisil, karena sahabatnya ini memang bekerja di konsultan kontraktor yang memang selalu beurusan dengan para pengusaha yang akan membangun gedung baru.
Sesaat Marawah berhenti, dan meraih handphonenya dan membuka layar smartphonenya itu dengan cepat. Dan mencari nama sahabatnya Sisil yang hampir 2 minggu tak mengunjungi tokonya.
Namun dari sebrang sana ia tak mendapat jawaban dari sahabatnya itu.
Marwah/"huuufft, kemana sih anak itu?? apa segitu sibuknya ya??" gumamnya sendiri. Lalu ia melihat kearah luar kaca jendela tokonya yang terlihat suasana pagi kota Jakarta yang pasti macet dijam-jam pagi begini.
🍃🍃🍃🍃
Disisi lain, disebuah kediaman keluarga Aritama suasana pagi tetap hening. Nyonya rumah sudah sedari tadi pagi mondar mandir di meja makan dengan menghidangkan sarapan pagi bersama bibik Tun.
Nyonya Aritama/"bik, Erwin belum bangun??"
Bik tun/"belum nyah, apa bibik bangun??"
Nyonya Aritama/"JANGAN bik!! biarin aja anak itu terlambat, biar dia tau kalo punya istri itu penting!!" gumannya yang geram dengan anak laki-laki pertamanya yang masih betah melajang.
Erwin Aritama (37) anak pertama dari keluarga Aritama ini adalah seorang pengusaha muda yang tengah mengembangkan sayap ke dunia perhotelan. Keluarga Aritama memiliki 3 anak, pertama Erwin Aritama, yang kedua Edwin Aritama dan yang ketiga Eza Aritama.
Sebagai anak tertua dari tiga bersaudara, ibunda Erwin ingin putranya memiliki istri. Karena diusia yang cukup matang Erwin masih betah melajang dengan berbagai macam alasan sehingga membuat geram ibunda Erwin yang sudah ingin menimbang cucu lebih banyak. Karena dari ketiganya hanya Eza yang baru menikah dan itu pun tinggal jauh dijepang.
Bik Tun/"tapi nyah, tar tuan Erwin bisa marah!!" ucapnya cemas karena tau tiap tipikal ketiga anak majikannya yang ia rawat dari kecil.
Nyonya Aritama/"bibik takut sama saya apa Erwin??" ucapnya ngancam.
Bik tun reflek kaget ketika kalimat pertanyaan itu keluar dari mulut majikannya.
Bik tun/"yaah sama nyonyah" jawabnya menyerah.
Nyonya Aritama/"bagus!! kali ini kita liat, apa lagi alasannya untuk tidak menikah!!" gumannya yang tak sabar ingin berdebat dengan putra tertuanya.
Dan benar saja, Erwin keluar dari kamarnya jam setengah sembilan pagi dengan wajah masam. Dan ia pun berjalan menuju meja makan yang terlihat nyonya Aritama tengah mengobrol hangat dengan bibik tun.
Erwin/"kenapa mama tak bangunkan Erwin!!" marahnya kepada wanita paruh baya yang menyambutnya dengan senyum puas.
Nyonya Aritama /"pagi sayang!! kamu mau sarapan??" ujarnya santai seraya mengambil roti bakar dan menaruh selai coklat disana.
Erwin mencoba mengontrol emosi, dan ia terjebak dipermainan mamanya sendiri yang membuat ia untuk bangun terlambat lagi.
Erwin/"erwin kekantor mah" ucapnya kesal seraya melewatkan meja makan meninggalkan wanita dua wanita paruh baya itu.
Nyonya Aritama/"Erwin!!"panggilnya tegas.
Sontak langkah Erwin terhenti. Lalu nyonya Aritama mendekat dan meraih tangan anaknya dan meletakkan roti yang telah teroles selai coklat.
Nyonya Aritama/"cari kan mama menantu!! biar dia yang akan mengurus segala kebutuhan kamu, bahkan kamu pun akan bisa bangun lebih pagi lagi jika kamu memiliki istri!!" ucapnya datar namun ada penekanan disana yang harus anaknya patuhi. Dan seketika wajah lembut nyonya Aritama pun tersenyum hangat kepada anaknya dan membenarkan dasi yang tersemat disana yang terlihat asal dikaitkan.
Erwin hanya bisa menghela nafas. Lagi dan lagi permintaan ibundanya untuk menyuruhnya menikah akhir-akhir ini gencar digaugkan semenjak Edwin adiknya telah menetapkan tanggal pernikahan dengan Soraya kekasihnya.
Dengan wajah menahan kesal Erwin pun berjalan keluar rumahnya meniggalkan ibundanya begitu saja. Ia berjalan kegarasi mobil yang terlihat pak Doyok tengah mengelap mobil putih sedan mewah miliknya.
Pak Doyok/"mau jalan tuan??" ujanya seraya berlari kecil untuk membuka pintu mobil sedan mewah itu. Namun tangan Erwin menolak pelan.
Erwin/"gak pak, mau naik motor aja!!" ujarnya meraih helm di rak helm miliknya yang tersusun rapi di rak helm yang berjejer helm keren disana. Dan tanpa ragu Erwin menaiki motor Ninja besar.
Dan seketika halaman rumah megah itu mengelegar suara motor besar milik Erwin dan seketika motor itu melaju keluar dari halaman rumah dan mulai menyusuri jalan obu kota yang lengang.
Dan ketika sampai di kantornya, ia langsung menuju meja sekertarisnya Chandar.
Erwin/"kau!! cepat carikan aparteman diseputaran sini!!"
Sekertaris cha/"hah?? kenapa?? kalo nyonya marah gimana??" gumannya heran pada sahabat sekaligus atasannya ini.
Erwin/"hhhmm, jadi selama ini kau hanya makan gaji buta pada ku, tapi tetap patuh pada ibu ku?? pengkhianat!!" tukasnya kesal lalu masuk kedalam ruangannya yang terlihat beberapa dokumen telah berjejer disana. Sekertaris Chandra pun ikut masuk kedalam ruangan atasannya itu.
Sekertaris Chandra/"hey!! ayo laah erwin, ibumu hanya ingin kau menikah, apa susahnya sih?? sebegitu banyak wanita yang tergila-gila padamu apa tak satupun yang kau suka??"
Erwin/"apa kau mau aku mutasi ke NTT??" ancamnya.
Dan seketika Sekertaris Chandra ciut, ia tau betul sifat sahabat nya ini paling benci urusan pribadi masuk keranah kantornya. Bagi Erwin kerja no. 1 dan akan tetap no. 1.
Erwin yang dulu pernah merasakan bagaimana Ayahnya bangkrut hingga mereka sekeluarga harus keluar dari Jakarta untuk melarikan diri dari rentenir dan tak berselang lama Ayahnya pun jatuh sakit dan meninggalkan segala urusan dipundak Erwin yang baru selesai menamatkan SMA. Sungguh tak mudah untuk Erwin bangkit dari keterpurukannya.
Sehingga kini tak terlintas dibenaknya soal wanita apa lagi menikah.
Seminggu kemudian, disiang hari Marwah menunggu seseorang dengan santai di cafe Sepetak. Dan tak perlu menunggu lama seorang wanita cantik datang dengan tergesa-gesa kemeja Marwah, yang membuat Marwah terkaget.
Sisil/"maaf..maaf gw telat!!" ujarnya seraya menghempaskan tubuhnya disofa meja itu.
Marwah/"ckckck, lagi lo ngaret!!" celetuk Marwah yang tak heran dengan tipikal temannya ini. Ya teman sedari SMA, namun setelah lulus mereka pun sempat berpisah karena harus melanjutkan kuliah diuniversitas berbeda, namun jalinan persahabatan mereka tetap terjalin baik.
Sisil yang sukses dengan statusnya sebagai brand manajer di perusahaan kontruksi pun membuat ia benar-benar sibuk.
Marwah/"lo mau makan apa??"
Sisil/"seperti biasa!! tapi tolong pesan double ya" tukasnya seraya mengeluarkan handphonenya dari tas.
Marwah/"double?? Sil? lo sebaiknya kontrol makan deh, gue liat lo udah berperut tuh" ujarnya seraya memajukan bibirnya seolah menunjuk kearah perut Sisil yang sedikit agak buncit. Dan sontak hal itu membuat Sisil kaget dan reflek menutup perutnya. Namun ia kembali melihat ke arah layar handphonenya
dan seketika terpaku dan wajahnya sedikit menegang.
Marwah yang menyadarinya merasa aneh pada temannya ini.
Marwah/"kenapa?? apa sesuatu sudah terjadi??"
Sisil dengan sedikit kelabakan menjawab pertanyaan Marwah.
Sisil/"ah!! hhmm, gak? gue free untuk 3 jam kedepan!!" jawabnya cepat seraya memasukkan kembali handphonenya kedalam tas.
Marwah hanya mengangguk paham. Lalu ia menlanjutkan memanggil pelayan untuk memesan menu mereka.
Dan sesaat setelah itu keduanya asyik dalam obrolan ringan.
Marwah/"bukan kah itu aneh?? kenapa trus menunda??" curhatnya pada sisil yang terlihat dengan serius mendengarkan curhatan Marwah tentang pacarnya yang tak kunjung meresmikan hubungan ke pelaminan.
Sisil/"hhmm, lo pernah tanya sesuatu tentang dia??"
Marwah/"???"
Sisil/"mungkin dia ada rahasia !!"
Marwah terkejut dan tertawa seolah tak percaya ucapan Sisil. "rahasia ???"gumamnya.
Marwah/"gue?? gur gak yakin kalo dia main rahasiaan dalam hubungan ini!! karena sejauh ini... yaa..ya komunikasi kita masih baik-baik aja"
Sesaat raut wajah Sisil berubah datar menatap Marwah yang tengah menyerut pure jusnya.
Sisil/"lo benar-benar gak akan tau sisi lain dari Dimas, lo terus beranggapan kalo dia masih seperti dulu!!"
Marwah terdiam. Ia seolah tersadar, apa yang salah sebenarnya??. Kalo memang tak cinta cukup jujur dan semua selesai. Pikiran Marwah terus berputar-putar dengan ucapan Sisil yang ambigu.
Marwah/"trus gue harus gimana??" kerutnya lagi.
Sisil/"gue nyerah sama masalah kalian, yaa gue gak ngerti juga siih, kenapa Dimas gak mau jujur sampai saat ini??"
Lagi, Marwah bingung dengan ucapan Sisil yang seolah mengandung arti tersendiri.
Sisil/"sorry gue bukan teman yang baik buat lo untuk soal ini" ucap Sisil sembari mengeluarkan kertas diatas meja.
Marwah/"kok lo ngomong gitu siih?? lo udah baik banget mau dengarin curhatan alay gue aja, gue udah senang!!" ujarnya yang memukul manja pundak sahabat itu. Lalu ia tersadar Sisil tengah menyodorkan sebuah kertas dihadapannya.
Marwah/"???"
Sisil/"lo sekolah perhotelan kan?? bantu gue dengan klien ini"
Marwah melihat dengan wajah tak senang.
Marwah/"hey, lo suruh gue kerja kantoran?? ogah!!"
Sisil/"ayo laaah, gue tau lo males banget soal beginian, tapi kan kasian ilmu lo gak kepakek, kalo ini aja ya!!" pintanya.
Marwah/"trus toko roti gue gimana?? tutup gitu?? gak deh makasih!!"
Sisil/"ayolah, kali ini aja. hhm!! mau yaa?? otak aku tuh gak sanggup lagi mencari pakar lain yang ahli soal ini, dan belum lagi mereka meminta harga gila" ujarnya berat.
Marwah/"Sisil!!" panggilnya geram padan sahabatnya ini.
Sisil/"lo punya jam fleksibel!! gue jamin itu, jadi dapur roti lo tetap mengepul dengan baik" ujarnya yang tetap memaksa Marwah dengan senyum.
Marwah hanya diam sesaat.
Sisil/"kali ini saja, aku janji!! dan mungkin ini yang terakhir"
Marwah/"wuuuss!! lo ngomong apa sih" ucap marwah menyela perkataan Sisil yang seolah-olah akan pergi jauh.
Sisil/"gue mau pindah!!"
Marwah/"Apa?? maksud lo apa sih?? pindah??"
Sisil/"gue bakal pergi!! bego banget sih lo!!" ujarnya seraya menoyor kepala Marwah yang masih terkejut.
Marwah/"lo serius?? waaah lo kalo bercanda kelewatan deh, ini gak lucu tau!!" ujarnya yang masih tak percaya seraya menyerut kembali pure jusnya yang tinggal sedikit.
Sisil/"hhhmm"
" ya intinya memang gue bakal pergi, jadi tolong kali ini aja buat kerjaan gue jadi mulus oke!!" ucap sisil seraya memberikan pulpen kepada Marwah untuk menandatangani kontrak kerjanya.
Marwah tak percaya dengan Sisil yang mulai tak terbuka soal masalahnya. Namun ia memilih menyerah untuk kali ini membanu Sisil. Lalu ia meraih pulpen itu ditangan Sisil.
Marwah/"inget!! kalo lo berubah pikiran, lo bisa certia semua ke gue" ujarnya serius pada Sisil.
Sisil hanya bisa tersenyum getir. Bagaimana bisa ia menceritakan hal fatal ini pada sahabatnya Marwah.
🍃🍃🍃🍃
Malam harinya, toko dr. Dessert tutup lebih cepat. Karena besok hari libur yang dijatah oleh Marwah setiap 1 bulan sekalian Marwah memberi libur ditokonya selama dua hari sebagai ganti lembur di hari minggu mereka yang terpakai untuk kerja di toko.
Marwah yang tengah bermalasan dikasurnya pun sedang melihat-lihat pesan dari mas Dimas yang selalu dibalas telat.
Marwah/"sesibuk itu kah??" gumamnya sendiri yang membolak balikkan layar handphonenya tapi tak kunjunh mendapat balasan pesan dari mas Dimas.
Tiba-tiba nada dering handphonenya berbunyi, yang dengan antusias Marwah ambil tanpa melihat nama si penelfon. Dan ternyata suara wanita muda menyambut hallonya.
Safa/"Marwah??"
Marwah/"kak safa???"ujarnya kecewa.
Safa/"apa-apa sih kok kamu jawabnya kayak kecewa gitu??"
Marwah/"hehehe, maaf, ada apa kak?? mecca mana??"
Safa/"kamu ini yaaa?? kalo gak ditelfon gak akan ada kabar dari kamu!!" jelasnya geram pada Marwah.
Marwah/"ah, maaf"
Safa/"kamu kemari yaa,nginap disini, kan besok toko liburkan??"
Marwah/"hhhmm"
Safa/"gak pakek mikir, mama papa udah dirumah nie"
Marwah/"serius??" ucapnya tak percaya.
Safa/"iyya, makanya kemarin yaa, kita kumpul"
Marwah/"oke!!" jawabnya senang seraya memutuskan komunikasi itu.
Namun sesaat Marwah sadar. " kalo tar ditanyak soal Mas Dimas lagi gimana??" rutunya sendiri yang baru teringat akan janjinya 4 bulan lalu untuk memperkenalkan mas Dimas pada mama papa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!