NovelToon NovelToon

CAHAYA JINGGA

01

Seorang gadis kecil yang sangat cantik berlarian di sebuah taman di kota kecil. Tawa riang dan senyuman manisnya tak pernah luntur ia tunjukkan untuk orang yang dianggapnya sebagai malaikat tanpa sayap.

Jingga, gadis kecil berumur 11 tahun dan imut itu sangat bahagia bisa terus menikmati liburan akhir sekolah bersama orang tuanya.

"Sayang, jangan lari!" teriak Linda.

Namun Jingga tak menghiraukan ucapan bundanya, dia terus berlari kesana kemari sambil menyentuh apapun yang dia jumpai di taman itu, sambil sesekali dia tersenyum jahil kala mendapatkan polototan dari Bundanya.

"Sudah lah sayang, Jingga kan udah besar lagian kan ini liburan sekolahnya, biarkan dia menikmati liburannya," ucap Dimas, ayah Jingga.

"Mas kamu gimana sih, kalo Jingga jatuh gimana?" ucap Linda kesal lantaran suaminya itu membiarkan anak semata wayang mereka berlari terus.

Dimas pun hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala, karena dia tahu bahwa sang istri selalu mencemaskan sang putri tercinta. Kemudian telapak tangan nya mengelus pucuk kepala istrinya dengan lembut.

"Mas tahu sayang, tapi coba liat betapa riang nya putri kita sekarang, biarkan dia bereksplorasi dengan alam. Udah lama kan kita jarang berduaan kaya gini," ucap Dimas sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang istri.

Linda hanya tersenyum geli melihat betapa manjanya sang suami kala mereka berdua tanpa direcoki putri semata wayangnya itu.

"Mas kamu tuh gak inget sama umur ya, udah tua juga masih manja," ucap Linda.

"Aww... sakit tau sayang," ucap Dimas pura pura kesal, saat pinggangnya dicubit pelan oleh sang istri.

Linda hanya tertawa melihat ekspresi suami.

Beberapa meter jarak dari mereka, Jingga hanya tersenyum melihat keharmonisan orang tuanya. Dia berharap apa yang dia lihat dan dia rasakan sekarang akan seterusnya mengisi kehidupannya.

Jingga pun berjalan ketempat orang tuanya berada.

"Ayah, Bunda. Jingga juga mau ikut peluk pelukan," rengek Jingga sambil merentangkan kedua tangannya, saat dia melihat ayah bundanya saling berpelukan.

"Sini sayang, Bunda peluk," ucap linda sambil meraih tubuh mungil sang putri.

Namun Jingga melepaskan pelukan sang bunda, karena dia hanya ingin dipeluk oleh ayahnya.

"Hahahha..." tawa Dimas pecah kala Jingga memeluk lehernya dan sang istri hanya mengerucutkan bibirnya.

"Sayang, sudahlah jangan ngambek. Sifat putri mu ini kan diturunkan oleh kamu," canda Dimas

"Mas kamu tuh ya, ak,,,,, " ucap Linda terpotong kala sang putri menempelkan jari telunjuk ke bibir merahnya.

"Ssttt, Bunda jangan marah sama Ayah. Jingga kan cuma bercanda, lagian Jingga sangat sayang Ayah sama Bunda. Jingga berharap Ayah Bunda selalu ada di samping Jingga sampe Jingga sukses," ucap Jingga.

Linda hanya diam, namun dalam hati dia bangga. Putri kecilnya berbicara seolah dia telah dewasa.

"Putri Ayah memang cerdas. Sudah sekarang kita makan siang, liat makanannya udah dingin," ucap Dimas.

Mereka pun mulai memakan bekal yang mereka bawa dari rumah, sambil tertawa riang dengan tingkah lucu Jingga dan menghabiskan hari hingga petang di taman itu.

Jingga sangat bahagia berada di tengah tengah orang tua yang sangat menyayanginya, walaupun hidup mereka sederhana tapi tidak mengurangi rasa kebahagiaan keluarga kecil mereka. Dia berdoa terus kepada tuhan agar kebahagiaan ini tak pernah berakhir.

Hal yang sama dirasakan juga oleh Dimas dan Linda selaku orang tua Jingga.

...----------------...

Kehidupan terus berputar mengikuti alur takdir masing-masing. Begitupun kehidupan Jingga yang dulu gadis kecil yang imut sekarang telah menjadi gadis remaja yang sangat cantik dengan balutan jilbabnya.

Linda dan Dimas selalu mendidiknya dengan baik, yang sangat ingat betul sebagai seorang muslimah harus memakai jilbab. Kini Jingga bersekolah si sebuah SMA Negeri yang ada di kota Malang.

Siang itu Jingga sedang mengikuti pelajaran terakhir.

"Aduh kepala aku mau meledak kali yah. Sumpah ini materi gak ada satupun yang masuk," ucap Dina frustrasi dengan pelajaran fisika yang sangat dia benci, hanya saja dia mengikuti pelajaran itu karena gurunya seperti oppa korea yang dikaguminya.

"Nih aku kasih saran, mau enggak? Biar mendapat nilai gede dari bapak guru oppa mu itu," ucap Jingga kala melihat sahabatnya itu uring uringan.

"Hah ah iya apa apa, ayo buruan apaan Jingga cantik ku," ucap Dina semangat 45

"Nanti tulis materinya terus kertasnya di blender, tinggal minum aja deh, gampang kan," ucap Jingga sambil tersenyum jahil.

"Yah, itu mh bukan nambah pintar yang ada aku masuk rumah sakit, ih gimana sih kamu," kesal Dina lantaran menjadi bahan guyonan sahabatnya itu.

Sedangkan Jingga hanya tersenyum geli melihat betapa imutnya Dina saat memonyongkan bibirnya kedepan pertanda dia sangat kesal.

"Udah dong Dina sayang, kamu kalo ngambek itu jelek kaya bebek," ucap Jingga sambil terus menulis

Dina hanya memutar bola matanya malas, dia kesal lantaran sahabatnya itu tidak peka. Akhirnya saking kesalnya dia mencubit pinggang Jingga yang terus fokus pada materi yang disampaikan pak budi.

"Aww,,,, kamu kena...... " Jingga sedikit berteriak karena kaget tapi ucapan nya terpotong kala mendengar deheman sang guru kilernya.

"Jingga kamu tahu kan bapak paling tidak suka saat pelajaran berlangsung mendengar keributan kaya kamu tadi," ucap Budi.

"I---iya pak, saya minta maaf soalnya tadi ada nyamuk gigit kaki saya," bohong Jingga sedikit menunduk karena semua mata menuju padanya.

"Ya sudah jangan ulangi lagi. Kalian semua lanjutkan menulis materi yang bapak sampaikan karena sebentar lagi jam mata pelajaran ini akan berakhir," ucap Budi.

Jingga hanya mengelus dadanya pelan, rasanya lega pak budi tak menghukumnya. Ini semua salah Dina awas saja nanti pulang sekolah pikirnya.

Dina hanya cuek sambil sesekali tersenyum, dia senang melihat raut kesal Jingga yang jarang-jarang ditunjukkan nya itu.

"Oh iya bapak lupa satu hal lagi. Sekarang kan kalian sudah kelas XII semester akhir, bapak harap kalian belajar sungguh-sungguh untuk Ujian Nasional nanti," ucap Budi sambil menutup mata pelajaran siang itu.

"Baik pak," ucap semua siswa serentak.

Mereka pun pulang satu persatu dari sekolah dimana mereka tinggal beberapa bulan lagi menimba ilmunya.

"Jingga nanti kamu mau kuliahnya dimana? Di Universitas Swasta atau Negeri?" tanya dina penasaran.

"Hah, entahlah aku belum ada gambaran. Kamu tau sendiri kan keluarga ku sangat sederhana sedangkan biaya kuliah itu kan mahal. Ya kalo rezekinya mungkin aku bisa kuliah kalo enggak ya kerja dulu paling," ucap Jingga setengah lesu.

"Udah jangan sedih gitu, aku yakin kamu bisa dapat beasiswa kuliah secara kamu kan pinter," ucap Dina sambil merangkul sahabatnya itu.

"Hehe, kamu tuh paling bisa ya nyemangatin aku, makasih udah jadi sahabat aku yang nerima kekurangan aku," ucap Jingga sambil memegang kedua pipi sahabatnya.

"Ih kamu apaan? Jangan cium aku! Yang pertama itu buat oppanya aku," canda Dina.

Jingga hanya tertawa dan mereka pun menaiki bus. Di perjalanan pulang mereka hanya bercerita satu sama lain, sampai bus pun berhenti di dekat rumah Jingga.

Jingga pun berjalan kecil ke rumahnya, namun alangkah dia kaget rumahnya itu di kerumuni tetangganya. Pikirannya pun kalangkabut.

"Bundaaaaa....... " teriak Jingga kala melihat sang Bunda tak sadarkan diri dengan dahi yang penuh darah.

02

Tangis histeris Jingga membuat orang yang melihatnya pilu. Bagaimana tidak, orang yang sangat Jingga sayangi kini tergeletak tak berdaya dengan darah mengalir dari kepalanya.

"Bundaa, Bunda bangun.... Buka mata Bunda jangan tinggalin Jingga..... " Tangis Jingga pecah kala sang bunda tak membuka matanya. Di peluknya Linda sang bunda dengan erat seolah dia tak akan membiarkan bundanya pergi.

Sedangkan tetangganya membantu membawa Linda ke rumah sakit terdekat. Didalam ambulans Jingga terus memegang erat tangan Linda yang mulai terasa dingin. Air matanya terus membasahi pipi putihnya, pikirannya kosong, sampai dia tak ingat dari pulang sampai bundanya di bawa ke rumah sakit dia tak melihat siulet ayahnya.

Sesampainya di rumah sakit, Jingga hanya menangis dan melantunkan doa untuk sang Ibunda.

Dia berharap pikiran buruk tentang yang akan terjadi pada bundanya tidak akan pernah jadi kenyataan.

Dia hanya berjongkok, menangis tanpa mengeluarkan suara.

Srettt!

Suara decitan pintu yang di geser membuyarkan lamunan Jingga. Dia segera berdiri dan mendatangi dokter tersebut.

"Dokter bagaimana keadaan bunda saya?" tanya Jingga sambil mengusap air matanya.

Dokter itu menghela nafas sebelum berbicara, sungguh dia tak tega mengatakan yang sebenarnya.

"Maaf tapi saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun cidera kepala pasien sangat parah, juga pasien kehabisan darah, jadi..... " ucap dokter itu sedikit ragu mengatakannya.

"Jadi apa dok? Bu,, Bunda saya selamat kan? Bunda udah bangun kan?" tanya Jingga sedikit tersekat karena sesak didadanya menduga-duga hal yang tidak ia inginkan.

"Saya sangat menyesal tetapi pasien tak bisa di selamatkan," ucap dokter itu.

Deg

Deg

Bagai disambar petir di siang hari. Ucapan dokter itu bagai melumpuhkan saraf dan melemaskan otot tubuhnya.

Brukkk

Jingga ambruk ke lantai. Dia menangis sejadi- jadinya. Tangisannya begitu pilu, menyayat hati siapapun yang mendengarnya.

Dia tak percaya bundanya yang ceria yang selalu membanggakannya yang selalu ada di sisinya kini telah menutup mata untuk selamanya.

Orang orang yang melihatnya mencoba menyadarkan Jingga.

"Nak, sabar. semua sudah di atur sama Tuhan. Ini takdir yang harus kamu terima," ucap seorang Nenek sambil mengelus pelan pundak Jingga.

"Bunda, bundaaaa... Jangan tinggalin Jingga." Hanya kata itu yang mampu dia ucap ditengah pikirannya yang kosong. Akhirnya dia tersadar ada yang mengelus pundaknya, dia lihat dan ternyata seorang Nenek paruh baya yang tersenyum padanya mencoba menguatkan Jingga.

Akhirnya dia sadar dari pikiran kosongnya bahwa dari pertama bundanya dibawa ke rumah sakit dia tak melihat ayahnya.

Dia mengambil polselnya dan mencoba menghubungi sang ayah.

Tuuuuuuut.....

Nomor ayahnya tak bisa di hubungi. Akhirnya dia berdiri dan berlari menuju ke tempat bundanya.

Saat pintu di buka tampaklah sang bunda yang terbaring dengan wajah yang sudah pucat dan tak bergerak.

Jingga mencoba menguatkan hati, mencoba menghalau air mata yang siap turun. Dia berjalan perlahan menuju ranjang bundanya. Tangis nya kembali pecah saat dia memeluk bundanya untuk yang terakhir. Dilihatnya wajah yang selama ini memberikan dia senyuman hangat penuh kasih sayang. Di cium dari sang bunda sampai air matanya membasahi wajah bundanya.

Namun dia tersentak kala telapak tangan besar menyentuh pelan pundaknya. Di lihat siapa pemilik tangan itu dan segera memeluknya.

"Hiks hiks hiks Ayah,,,, Bunda, Bu Bunda udah meninggal." Tangis Jingga dipelukan sang ayah.

Dimas hanya mengelus pelan pundak sang Putri. Dia pun tak bisa membendung air matanya. Dia merasa gagal menjadi suami yang baik pikirnya.

"Kamu harus tabah sayang, Tuhan lebih menyayangi Bunda," ucap Dimas.

Setelah lama menangis dipelukan ayahnya, dia melepaskan pelukannya.

Jingga membeku melihat dibelakang ayahnya ada seorang wanita cantik tengah tersenyum licik.

...----------------...

Langit yang mendung seolah mewakili hati Jingga yang dipenuhi kabut kesedihan. Hari ini sang bunda tercinta dikebumikan. Semua pelayat telah pulang, begitu pula Jingga dan Dimas telah kembali kerumahnya.

Namun yang menjadi rasa penasaran Jingga, siapa wanita yang bersama ayahnya dan apa penyebab Bundanya sampai kepalanya terluka. Semua kejadian itu dihubungkan Jingga dalam lamunannya.

Namun suara ketukan dari luar pintu membuyarkan lamunannya.

"Masuk aja Yah! Pintunya enggak dikunci," ucap Jingga setengah berteriak.

Srettt ! Suara pintu di buka memunculkan sosok Pria yang menjadi cinta pertama Jingga.

"Sayang makan dulu yuk. Kamu belum makan dari tadi siang. Ayah tahu ini cobaan berat tapi kita harus ikhlas menerimanya. Bukan hanya kamu yang kehilangan, Ayah pun sangat kehilangan Bunda mu sayang," ucap Dimas sambil mengelus pucuk kepala Jingga.

"Iya Yah Jingga mencoba ikhlas, Jingga yakin Bunda mendapat tempat yang indah disana," ucap Jingga pelan.

Hati siapa yang tidak teriris melihat orang yang sangat kita cintai tidak lagi disamping kita. Namun penyesalan Dimas yang kini sedang dirutuki didalam hatinya.

Dia menyesal dengan apa yang telah terjadi dan bagaimana cara menjelaskan semuanya pada Jingga.

"Yah,,,Ayah. Kenapa Ayah melamun?" tanya Jingga sedikit menepuk nepuk pelan lengan Ayahnya.

"Ah eh iya sayang. Ayah enggak melamun kok, Ayah cuma lagi inget sama Bunda aja," jawab Dimas sedikit tersentak.

"Oh iya Yah, ada yang mau Jingga tanyain sama Ayah," ucap Jingga.

"Kamu mau tanya apa sayang?" tanya Dimas.

"Pas kejadian tadi siang, Ayah kemana? Kok gak ada di rumah? Terus wanita yang tadi di Rumah Sakit sampe sekarang ada di rumah kita, itu siapa?" tanya Jingga penasaran.

Dimas hanya diam. Sungguh dia bingung bagaimana cara menjelaskan semua yang telah terjadi pada putri semata wayangnya itu. Dia yakin Jingga pasti marah, dan Dimas takut Jingga membencinya.

Setelah sekian menit Dimas hanya diam saja akhirnya dia menceritakan semua kejadiannya dari awal. Jingga hanya diam mematung tak percaya dengan apa yang Ayahnya jelaskan.

"Ayah tega, kenapa Ayah tega menyakiti Bunda?" tanya Jingga dengan suara meninggi.

"Sayang tenang dulu, Ayah tidak melakukan nya dengan sengaja. Ini hanya sebuah kecelakaan," jelas Dimas.

"Apa? Ayah bilang ini hanya sebuah kecelakaan sedangkan Ayah dan wanita itu yang sudah membuat Bunda meninggal," ucap Jingga masih dengan suara meninggi.

Seumur umur dia tak pernah berbicara kasar apalagi dengan nada tinggi pada orang tuanya. Namun apa yang dilakukan ayahnya sungguh keterlaluan.

"Hikhiks,,, Ayah tega, Ayah tega menghancurkan semuanya. Ayah tega menghancurkan impian Jingga. Jingga benci sama Ayah." Teriak Jingga.

"Sayang ini tidak sepe...." ucapan Dimas terpotong kala Jingga mendorongnya keluar kamar. Dan Dimas hanya bisa pasrah karena memang ini kesalahannya. Sekarang dia akan memberi waktu Jingga untuk tenang dulu.

Sedangkan didalam kamar Jingga menangis sejadi-jadinya. Dia tak menyangka bundanya sampai terluka gara-gara melihat ayahnya membawa seorang wanita ke rumahnya. Dan ayahnya malah pergi dengan wanita itu disaat bundanya terluka dan meregang nyawa.

Sungguh alasan apapun yang diberikan ayahnya seolah menutup mata hati seorang Jingga. Sekarang Jingga sangat membenci ayahnya itu.

Di ruang tamu Dimas duduk bersama wanita yang tadi siang dia bawa kerumah, dia tidak menyangka awal petaka ini dimulai dari kesalahannya.

"Mas kamu udah jelasin sama anak kamu tentang kita?" tanya Syeli. wanita yang sebentar lagi akan dinikahi Dimas.

Namun Dimas hanya diam tak menggubris pertanyaan Syeli. Pikirannya benar-benar kosong akibat semua yang terjadi.

Dari pintu kamar diam diam Jingga mengintip apa yang dilakukan dua orang yang menyebabkan bundanya meninggal. Dia berjanji akan membalas perbuatan mereka.

03

Setelah berjuang melewati Ujian Nasional, kini semua siswa merayakan kelulusan dengan wajah yang ceria. Terutama bagi siswa yang mendapatkan nilai tertinggi, kepuasan dan kebanggaan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang tua mereka.

Begitupun Jingga, dia salah satu dari siswa yang mendapatkan nilai tertinggi. Beberapa bulan terakhir dia mencoba setenang mungkin menghadapi masalahnya. Walaupun dia tak membalas apapun atas perbuatan ayah dan istri barunya, bukan berarti dia sudah menerima semuanya. Hanya saja dia mencoba bertahan sampai rencananya tepat waktu.

Setelah kelulusan ini Jingga akan bekerja keluar kota dan menunda rencana kuliahnya. Biarlah ayah dan istri barunya hidup di kota ini namun tekad Jingga sudah bulat untuk pindah demi menata kehidupan barunya.

Hari ini dia akan merayakan kelulusannya dengan hati yang bahagia.

"Jingga selamat ya kamu mendapatkan nilai tertinggi," ucap Dina bahagia.

"Iyah Alhamdulillah. Makasih yah Din atas semua bantuan kamu selama ini,aku berharap persahabatan kita tak berakhir disini walaupun mungkin kita akan berjarak jauh," ucap Jingga sedih.

"Ih kamu jangan ngomong kaya gitu, kita tetap sahabatan kok. Pokoknya aku selalu dukung apapun keputusan kamu, semoga semuanya berjalan sesuai keinginan kamu dan semoga kedepannya hidup kamu selalu bahagia. Aku juga berharap kamu maafin ayah kamu, dan melupakan semua masalah yang telah terjadi." Pesan Dina sambil memegang tangan Jingga, sahabat terbaiknya.

"Iyah Din makasih," ucap Jingga sambil memeluk Dina.

"Udah jangan melow gini. Hari ini, hari kebahagiaan kita," ucap Dina yang tak mau terbawa suasana.

Akhirnya mereka berjalan ketempat acara yang akan segera berakhir.

Semua siswa benar benar bahagia sekaligus lega karena sebentar lagi mereka akan menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

...----------------...

Hari ini Jingga berada di kamar nya untuk segera bersiap siap pindah ke kota Bandung sesuai rencananya.

"Sayang, kamu mau kemana bawa koper?" tanya sang ayah.

Namun Jingga hanya diam dan terus membawa koper nya sampai keluar rumah.

"Sayang,,, Ayah mohon kamu jangan pergi kaya gini. Kamu satu satunya harta Ayah yang paling berharga, kalo kamu pergi Ayah gak bisa lanjutin hidup Ayah Nak," ucap Dimas yang menahan tangan Jingga agar mengurungkan niatnya.

"Stop. Ayah gak berhak atur Jingga, setelah kepergian Bunda, hidup kita masing-masing dan jangan mencampuri urusan Jingga," ucap Jingga kesal.

"Tapi kamu mau kemana sayang? Kamu kan udah tahu yang sebenarnya. Kamu belum maafin Ayah?" tanya Dimas sedih.

Jingga hanya menghela nafas. Memang dia sudah tahu bahwa ayahnya dipaksa menikahi Syeli lantaran balas budi dan dia pun sudah memaafkan ayahnya. Hanya saja tekadnya sudah bulat untuk memulai kehidupan yang baru.

"Ayah, Jingga udah maafin Ayah kok. Jingga juga akan melupakan kejadian yang telah terjadi. Tapi tekad Jingga udah bulat untuk memulai hidup Jingga yang baru, Jingga akan menata ulang kehidupan Jingga. Jadi biarkan Jingga pergi kalo Ayah memang sayang sama Jingga," ucap Jingga mantap.

Dimas hanya menatap Jingga sendu. Dia sudah kehilangan istri tercintanya dan sekarang putri semata wayangnya pun akan meninggalkannya. Sungguh dia tak akan kuat menghadapi semuanya tanpa Jingga pikirnya.

"Tapi Ayah minta kamu berjanji akan terus mengabari Ayah ya sayang. Ayah tidak mau terjadi sesuatu sama kamu. Kamu mau kan berjanji sama Ayah, karena ayah sangat sayang kamu Jingga," ucap Dimas sambil menarik Jingga kedalam pelukannya.

Jingga pun hanya membalas pelukan ayahnya dengan sesekali mengusap pelan punggung ayahnya. Karena bagaimana pun dia tetap menyayangi ayahnya, walaupun kini dia akan menyandang status sebagai seorang kakak karena Syeli, ibu tiri nya itu tengah mengandung.

"Baiklah. Jingga akan tetap mengirimkan kabar. Ayah jaga diri Ayah baik-baik, jaga kesehatan Ayah. Jangan sedih atas kepergian Jingga ini, bukan Jingga tak sayang Ayah lagi namun Jingga perlu waktu dan perlu kehidupan yang baru untuk melupakan semua yang menyakitkan bagi Jingga," ucap Jingga sambil melepas pelukan ayahnya.

Dan setelah berpamitan, bus yang akan mengantarkan Jingga ke kota Kembang pun sudah menunggu.

Sebelum Jingga menaiki busnya, dia pun menatap rumah sederhananya, tempat yang dulu menjadi tempat bermuaranya kasih sayang antara dirinya, bunda dan juga ayahnya. Dan kini dia harus ikhlas melepaskannya, bukan untuk melupakannya tetapi hanya tidak ingin terjebak dengan rasa sakit dan kepahitan yang teramat.

Dalam hati Jingga berdoa, semoga langkahnya ini tidak salah dan akan mengantarkan dirinya pada kehidupan yang penuh kebahagiaan.

...----------------...

Keringat dingin membasahi seluruh tubuh Jingga, dia sangat gelisah dengan mata terpejam.

"Hahh,,, mimpi lagi," ucap Jingga langsung terduduk sambil mengusap peluh didahinya.

Kejadian 2 tahun silam seolah menghantui Jingga dalam tidurnya. Gambaran tentang kematian bundanya sampai dia pergi meninggalkan ayahnya selalu muncul dalam mimpinya.

"Bunda, maafin Jingga yang udah ninggalin Bunda dan Ayah disana," ucap Jingga frustrasi sambil mengusap kasar wajahnya.

Akhirnya dia bangun dan segera membersihkan tubuhnya untuk kembali memulai rutinitasnya sebagai seorang pegawai restoran yang ada di kota Bandung.

Beruntungnya Jingga saat dia pindah dari Malang, dia mendapat pekerjaan dan juga teman yang peduli padanya. Sehingga kepindahannya itu tak sesulit yang ada dipikirannya.

"Morning Ratu sejagad raya yang paaaaling cantik," goda Ken salah satu rekan kerja yang juga merupakan kekasih Jingga.

"Pagi pagi udah ngegombal. Belajar dari mana tiba-tiba jadi budak cinta kaya gitu? Hahaha," canda Jingga tersenyum senang.

Bola mata Ken berotasi malas kala sapaannya tak digubris Jingga. Sungguh Ken kesal, kekasihnya itu sangat sulit untuk diajak romantis.

"Ayolah Chagi, sekali kali buat kekasih mu yang tampan ini senang, ya walau bukan dengan kiss morning setidaknya balas kata kata ku yang romantis ini," ucap Ken dengan kedua mata dikedip-kedip bagai mata kucing yang berharap diberi makan ikan.

Jingga hanya tersenyum geli melihat tingkah kekasihnya itu. Dia sudah berulang kali memberitahu Ken untuk tidak memanggil Jingga dengan sebutan sayang orang korea itu, sungguh Jingga merasa geli mendengarnya. Tetapi Ken mana peduli omelan Jingga karena dia seorang fanboy sejati.

"Sudahlah Ken. hari ini, hari kita sibuk jadi ayo bergegas, " ucap Jingga seraya menarik tangan Ken masuk kedalam restoran.

Sungguh rasanya Ken ingin menenggelamkan wajahnya ke kolam ikan piranha, kekasihnya itu sungguh tidak peka. Akhirnya dia hanya pasrah ditarik masuk dengan wajah cemberut dan bibir yang dimonyongkan ke depan.

Walau banyak karyawan yang menyapa Ken sebagai manager restoran tersebut, dengan mood Ken yang seperti itu dia membalas sapaan karyawan dengan menganggukan kepalanya.

"Pagi pak," sapa Citra salah satu rekan kerja yang paling dekat dengan Jingga.

"Pagi," balas Ken malas.

"Itu si bos kenapa pagi pagi mukanya udah kusut gitu kaya baju yang belum di setrika 1 bulan?" tanya Citra.

"Hahaha,,, gak tau, mungkin dia lagi PMS," ucap Jingga sangat senang melihat ekspresi kekasihnya itu.

"Kadang-kadang aku suka bingung sama kamu ga, kamu suka dari mananya coba sama pak Ken. Dia itu menurut aku ya, punya mood kaya cewek, dikit-dikit cemberut atau enggak, ya mudah marah," ucap Citra dengan bingung.

"Udahlah Cit, jangan bahas soal itu. Hari ini kan pasti resto nya ramai jadi siap siap kita berperang hahaha," canda Jingga.

"Eh iya, kamu tau gak kalo hari ini bakal ada karyawan yang magang?" tanya Citra lagi.

"Entahlah,aku tidak tahu," jawab Jingga cuek.

"Dih kamu tuh monoton banget sih ga. Fokusnya hanya kerja, masa gak tau sih secara kamu kan pacarnya manager kita," Citra heran dengan sikap Jingga yang sangat cuek.

Akhirnya restoran mulai dibuka, pengunjung pun berdatangan dan membuat restoran sangat ramai.

Setelah semua karyawan melaksanakan tugas mereka masing-masing, Ken pun meminta semua karyawan berkumpul untuk memperkenalkan karyawan magang restoran tersebut.

"Hari ini ada karyawan yang magang disini. Untuk itu mohon kerja sama semuanya, saling membantu dan bimbing dia dengan baik," ucap Ken sebagai manager restoran.

"Resti, ayo perkenalkan diri kamu pada semua karyawan!" perintah Ken.

"Siang semuanya, perkenalkan nama saya Resti Adriani. Mohon bimbingan semuanya," ucap Resti.

Dan semua karyawan memberi tepukan sebagai salam perkenalan mereka.

Resti adalah seorang mahasiswi yang sedang ditugaskan untuk magang di restoran ini. Dengan wajah yang cantik bak artis korea, dan sikap yang ramah, dia mudah beradaptasi dan dikagumi terutama karyawan laki-laki.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!