Nesa Mazaya Hilmi
Gadis muda cantik dan baik hati. Dia baru saja menyelesaikan penugasan wajibnya selama satu tahun menjadi dokter internship.
Nesa sudah pintar sejak kecil. Dia selalu duduk dikelas akselerasi. Itulah sebabnya diumur Nesa yang masih 21 tahun,dia sudah berhasil menyelesaikan tahap demi tahap pendidikannya untuk menjadi seorang dokter.
Nesa merupakan anak tunggal dari Tuan Gunawan dan Nyonya Widia. Dan Nesa mewarisi bakat ibunya yang juga seorang dokter.
Sejak kecil Nesa tak merasa kekurangan apapun dalam hidupnya. Dia mendapatkan limpahan materi dan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Hanya saja Gunawan sangat melarang Nesa untuk berpacaran. Nesa tak ambil pusing. Dia menurut saja karena waktunya memang hanya habis untuk belajar. Dia berpikir papanya ingin melihatnya sukses terlebih dulu.
Tapi dihati kecilnya, Nesa ingin mempunyai laki-laki yang bisa menjadi teman hidupnya,laki-laki yang mencintainya dan bisa membuatnya merasakan jatuh cinta.
Adam Nugraha
Laki-laki dewasa yang mempunyai segalanya. Adam merupakan presiden direktur Nusantara Group menggantikan posisi ayahnya beberapa tahun yang lalu.
Adam mempunyai wajah tampan dan postur tubuh yang sempurna,membuatnya menjadi idola dikalangan karyawan wanita di kantornya.
Adam juga mempunyai kemampuan bisnis yang luar biasa,membuat Nusantara Group semakin cemerlang dibawah pimpinannya.
Tapi sikapnya yang cuek dan dingin, membuatnya tak pernah tersentuh oleh kasih sayang seorang wanita. Sampai saat ini belum ada satupun wanita yang mampu menakhlukkan hati Adam. Dan mereka yang mengaguminya tidak pernah Adam berikan kesempatan untuk bisa dekat dengannya.
Sebenarnya,Adam bukan tidak ingin untuk mempunyai pendamping hidup,tapi semua wanita yang mencoba mendekatinya tidak ada yang bisa membuat Adam tertarik.
Sampai suatu ketika,secara tidak sengaja Adam melihat gadis cantik yang mampu membuatnya kagum dan Adam terus saja memikirkan gadis itu.
Nesa duduk di depan cermin meja riasnya. Dia menyisir rambutnya yang memiliki bentuk ikal alami di ujung. Kemudian dia memoles wajahnya dengan make up tipis dan masih terlihat natural. Setelah dirasa cukup,dia menyudahi kegiatannya di meja rias.
Dengan memakai dress selutut berwarna pastel,Nesa terlihat semakin anggun. Tak lupa juga dia mengambil sepatu berwarna senada yang memiliki sedikit heels dan memakainya.
Nesa kembali memantulkan dirinya didepan cermin,memperhatikan penampilannya sendiri dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Sempurna, tidak ada yang kurang dari penampilannya. Nesa mengambil tasnya di nakas dan bergegas keluar dari kamarnya.
Hari ini dia akan bertemu dengan sahabatnya Dea di sebuah cafe yang sudah mereka sepakati. Setelah beberapa lama mereka tidak bertemu karena kesibukan Nesa sebagai dokter internship di luar kota,tampaknya sudah banyak yang akan mereka saling ceritakan.
Dea yang saat ini juga sedang sibuk dengan magangnya di kantor hanya bisa mempunyai waktu senggang di weekend saja. Dan kebetulan hari ini adalah hari libur,makanya mereka menyempatkan diri untuk bertemu.
Nesa melihat papa dan mamanya sedang duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi dan menikmati makanan kecil yang sudah tersedia disana. Nesa pun menghampiri mereka untuk berpamitan.
"Mau pergi kemana sayang?" Tanya Widia melihat Nesa sudah berdandan rapi
"Mau jalan sama Dea ma,sudah lama kami tidak bertemu" Jawab Nesa sambil mendudukkan tubuhnya di samping Widia
"Memangnya kalian mau pergi kemana?" Tanya Widia lagi
"Pergi makan saja ma" Jawab Nesa sekenanya
"Kalau hanya pergi makan,kenapa tidak Deanya saja yang kamu suruh kesini" Widia berkomentar
"Mana seru ma,kami ingin melepaskan penat setelah menjalani kesibukan kami masing-masing" Kilah Nesa
"Baiklah terserah kamu saja" Balas Widia pasrah
"Ya sudah ya ma,Nesa berangkat dulu. Sudah hampir siang nih" Ucap Nesa berpamitan
"Nesa..." Gunawan yang sedari tadi hanya diam mendengar obrolan Nesa dengan Widia,akhirnya mengeluarkan suara
Nesa yang tadinya sudah beranjak dari tempat duduknya menoleh dan membalas sapaan Gunawan.
"Iya pa"
"Jangan pulang kemalaman" Pinta Gunawan dengan nada tegas
Entah makna lain apa yang tersirat dalam perintahnya,yang jelas selama ini Gunawan memang selalu tegas pada Nesa terkait pergaulannya.
"Siap pa" Nesa juga menjawab yakin sambil berlalu begitu saja meninggalkan Widia dan Gunawan
Nesa keluar dari rumah menuju garasi tempat mobilnya terparkir. Kemudian laki-laki muda berperawakan bule menghampirinya,dia adalah Alex sopir pribadi keluarganya.
"Nona mau kemana biar saya antar?" Tanya Alex menawarkan diri
"Tidak usah Alex. Aku ingin membawa mobil sendiri hari ini" Tolak Nesa sambil membuka pintu mobilnya
"Baik nona" Ucap Alex tanpa bertanya lagi
Nesa kemudian melajukan mobilnya keluar dari gerbang rumahnya.
Nesa mengendarai mobil spot yang merupakan hadiah dari papanya tepat disaat usianya 20 tahun. Dan dihari itu juga dia baru saja diambil sumpah menjadi seorang dokter. Karena hari ini cuacanya agak mendung,Nesa membiarkan atap mobilnya terbuka. Lagipula jalan yang akan dilaluinya bukanlah jalanan yang padat.
Mobilnya terhenti sesaat karena lampu merah menyala di ujung jalan. Bersamaan dengan itu,berhenti juga sebuah mobil mewah berwarna hitam tepat disamping mobil Nesa.
Sementara itu,ada anak kecil menghampiri mobil Nesa dan memainkan gitar yang dibawanya sambil bernyanyi. Dengan cepat Nesa merogoh satu lembar uang 50.000 didalam tasnya dan memberinya pada pengamen kecil itu.
"Terimakasih kak" Ucap pengamen itu dengan wajah yang terperangah melihat nominal uang yang diberikan Nesa
"Sama-sama anak manis" Jawab Nesa sambil tersenyum
Tak disangka ada sepasang mata yang tengah memperhatikan Nesa dari dalam mobil mewah yang tadi berhenti tepat disamping mobilnya.
Adam yang sedari tadi memperhatikan,tak memindahkan pandangannya dari Nesa. Adam menatapnya sambil mengerutkan kening seakan mengenali gadis yang dilihatnya itu.
Adam memutar ingatannya ke belakang,dan samar-samar Adam mulai mengingat gadis itu. Gadis yang tak sengaja pernah dia lihat beberapa waktu yang lalu.
"Gadis itu kan gadis yang waktu itu aku lihat sedang membagi-bagikan makanan pada anak jalanan di kolong jembatan" Gumam Adam
Ya,beberapa waktu yang lalu saat Adam terjebak macet hendak pulang kerumahnya,tak sengaja dia melihat Nesa dari kejauhan sedang membagikan makanan pada anak-anak jalanan. Dan hari ini Adam melihatnya lagi,apa yang dilakukan Nesa berhasil membuat rasa kagum menyelinap ke dalam hatinya.
"Sungguh pemandangan yang sangat langka. *G*adis cantik yang baik hati" Gumamnya lagi
Tanpa sadar Adam sudah memujinya dan ini kali pertamanya Adam memuji seorang perempuan.
Nesa memang suka menolong. Disaat ada kesempatan dan sedang tidak sibuk, Nesa selalu berbagi makanan pada anak-anak yang dia temui di jalanan. Kebiasaan itu sudah Nesa lakukan sejak Nesa remaja.
Setelah menempuh 30 menit perjalanan, akhirnya Nesa sampai di sebuah cafe yang sudah dia sepakati bersama Dea tadi. Nesa memarkirkan mobilnya lalu masuk ke dalam cafe. Disana sudah ada Dea yang sedang menunggunya.
Nesa menghampiri dan duduk didepan Dea.
"Sudah lama ya nunggunya?" Tanya Nesa sambil meletakkan tasnya di atas meja
"Lumayan lama. Bahkan hampir saja aku pulang" Jawab Dea agak sedikit kesal
"Minuman yang aku pesan saja sudah hampir habis nih" Sambung Dea sambil menunjukkan isi gelasnya
"Iya maaf-maaf. Biasa tadi masih ada drama berpamitan dulu sama papa dan mama" Terang Nesa sambil tersenyum simpul
"Dasar anak kesayangan" Maki Dea
"Iya lah, aku kan anak satu-satunya mama dan papa" Ucap Nesa dengan bangganya sambil menyungging sebuah senyum yang mengembang
Setelah itu mereka memesan makanan sambil terus melanjutkan obrolannya.
"Bagaimana kabar ibumu?" Tanya Nesa kemudian
"Ibuku baik-baik saja tapi dia seringkali menanyakanmu. Sepertinya dia lebih menyayangimu daripada aku anaknya sendiri" Jawab Dea dengan sedikit protes
Nesa tergelak.
"Itu karena aku sudah lama sekali tidak kesana. Lagipula buat apa juga ibumu masih menanyakanmu. Kalian kan tinggal serumah,dan setiap hari kalian bertemu"
"Ya... mungkin" Balas Dea sambil mengangkat bahunya
Nesa dan Dea bersahabat sejak lama. Nesa yang tidak mempunyai saudara bisa sedikit terhibur dengan kehadiran Dea. Sejak saat itu,Nesa tidak merasa sendiri lagi karena mempunyai sahabat baik seperti Dea.
Hubungan keduanya semakin dekat tatkala ayah Dea meninggal karena sebuah kecelakaan lalu lintas,meninggalkan ibu dan adik semata wayangnya.
Ayahnya yang hanya seorang PNS biasa membuat ibu Dea kesulitan membiayai hidup mereka bertiga. Mereka hanya bertahan hidup dengan uang pensiunan ayahnya.
Bersyukurlah waktu itu papa Nesa datang membantu. Gunawan berjanji akan membiayai pendidikan Dea dan adiknya sampai lulus perguruan tinggi nanti. Tentu saja itu semua juga atas bujukan Nesa pada papanya. Mengingat selama ini hubungan Nesa dan Dea baik,Gunawan tak segan untuk membantu.
Karena mendengar ibu Dea yang juga pintar membuat kue,Gunawan kemudian memberikan modal kepada ibu Dea untuk membuka toko kue agar mereka masih bisa hidup dengan layak kedepannya.
Dan sekarang kehidupan Dea dan keluarganya sudah semakin baik berkat bantuan Nesa dan keluarga. Dea sangat banyak berhutang budi pada Nesa. Oleh sebab itu,sebisa mungkin Dea akan selalu ada jika Nesa membutuhkannya. Hanya itu yang mampu Dea lakukan untuk membalas semua kebaikan keluarganya.
Bersambung...
Nesa dan Dea masih menghabiskan waktunya di cafe. Mereka saling melepas rindu setelah setahun belakangan tidak pernah bertemu karena Nesa harus menjalani penugasan wajibnya sebagai dokter internship di luar kota. Selama itu juga,mereka hanya saling bertanya kabar dan mengobrol melalui sambungan telpon. Itu pun hanya singkat-singkat saja.
"Dea bagaimana magangnya di kantor,seru tidak?" Nesa bertanya sambil mengunyah makanannya
"Ya pasti seru lah. Aku kan diterima magang di perusahaan ternama. Kalau bukan karena keberuntungan mana bisa aku diterima magang di perusahaan sebagus itu. Kamu kan tahu sendiri otak aku pas-pasan tidak sepintar kamu, sedangkan yang diterima disana hanya mereka yang pandai saja dengan seleksi yang cukup ketat" Ujar Dea bercerita panjang lebar
"Aku mendapatkan tantangan setiap harinya. Pengalaman yang tidak akan pernah aku dapatkan di tempat lain. Sampai detik ini aku masih tidak percaya bisa diterima magang di perusahaan itu" Tambah Dea
Nesa terlihat sedang fokus mendengarkan cerita dea sambil terus menikmati makanannya.
"Kamu itu pintar Dea! kamu hanya tidak percaya diri saja. Perusahaan besar dengan seleksi yang ketat tidak mungkin menerima mahasiswa magang dengan asal-asalan. Kamu diterima disana itu karena kerja keras kamu,karena usaha kamu dan karena kamu pintar" Ucap Nesa meyakinkan
"Kamu selalu punya cara untuk menghiburku Nesa" Balas Dea sambil menghela nafas panjang
Nesa tertawa kecil sambil menyesap minumannya.
"Terus bagaimana rupa bosnya?" Tanya Nesa dengan antusias
"Aku ini hanya mahasiswa magang. Aku magang disana baru dua minggu,jadi mana mungkin aku bisa berpapasan langsung dengan bos perusahaan" Jawab Dea
"Tapi nih ya aku dengar dari karyawan disana,bosku itu memiliki wajah yang sangat tampan. Tapi dia tidak pernah mau disentuh wanita. Menurut mereka bosku itu orangnya cuek dan dingin" Ucap Dea dengan nada yang serius
"Jangan-jangan bosmu itu penyuka sesama jenis" Nesa menyela begitu saja sambil tergelak
"Mudah-mudahan saja aku tidak akan pernah bertemu dengan laki-laki seperti dia" Ucapnya lagi sambil menampakkan wajah tidak suka
"Awas kualat loh,nanti kamu bisa termakan omongan kamu sendiri. Jika dia jodohmu bagaimana?" Dea asal menanggapi sambil ikut tertawa
Nesa tercengang mendengar apa yang baru saja diucapkan Dea,yang menurutnya sangat asal dan tidak masuk akal.
"Ah bicaramu itu ngawur Dea!" Seru Nesa kemudian
Mereka berdua akhirnya sama-sama tertawa tanpa memperdulikan pengunjung cafe yang lain. Setelah suasana kembali hening,berganti Dea yang bertanya.
"Kalau kamu bagaimana Nesa? Pengalaman apa saja yang kamu dapatkan selama menjadi dokter di luar kota? kamu bahkan sangat sibuk sampai-sampai tidak sempat bercerita apapun jika aku menelpon?" Protes Dea dengan memasang wajah sebal
"Aku sedikit kesulitan beradaptasi disana. Di tempat yang benar-benar baru dan diluar zona nyaman aku. Aku benar-benar belajar menjadi dokter profesional disana" Jawab Nesa
"Hebat ya sahabatku ini. Masih muda sudah jadi dokter" Puji Dea dengan gemas
Nesa tersenyum tipis mendengar Dea sedang memujinya.
"Apa kamu tidak bertemu pria tampan disana? Berkenalan gitu!" Dea menatap Nesa sambil mengedipkan matanya
"Tentu saja aku berkenalan dengan pria tampan disana. Kami berteman,lalu saat aku akan kembali lagi kesini dia mengutarakan perasaannya. Dia mengatakan jika dia mencintaiku" Ucap Nesa gamblang
Dea tergelak mendengarnya. Dia sangat tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nesa. Dea menganggap sahabatnya itu hanya sedang ingin mengerjainya saja,karena selama ini Nesa memang tidak pernah mau dekat dengan laki-laki.
Nesa memandangi wajah Dea sambil menunggu Dea berhenti tertawa.
Melihat Nesa hanya diam dengan wajah datar,Dea akhirnya menghentikan tawanya.
"Baiklah,sudah puas kan tertawanya. Sekarang dengarkan aku baik-baik" Pinta Nesa dengan nada yang lebih serius
"Mungkin kamu akan menganggap kata-kataku yang tadi hanyalah sebuah lelucon tapi kenyatannya itu memang benar adanya Dea" Ujar Nesa
Seketika mata Dea membulat. Dea menatap Nesa dengan tatapan tak percaya.
"Kamu serius kan?" Tanya Dea kemudian
"Aku sangat serius Dea" Jawab Nesa
"Lalu?" Dea meminta Nesa melanjutkan ceritanya
Sebulan setelah aku menjalankan tugasku di Surabaya,aku bertemu dengan seorang laki-laki. Pertemuan kami berawal dari sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan.
Nesa melanjutkan ceritanya sambil mengingat-ingat kembali kejadian yang memilukan itu.
Flashback on
"Tolong selamatkan ibu saya" Suara seorang pemuda memecah keheningan rumah sakit pada dini hari
"Dokter,suster tolong ibu saya" Teriakan pemuda itu semakin keras
Nesa yang kebagian shif malam berjaga di IGD rumah sakit tersentak mendengar suara gaduh di luar ruangan.
Nesa berjalan tergopoh-gopoh melihat apa yang sedang terjadi di luar.
Tampaklah seorang pemuda dengan membopong tubuh wanita paruh baya yang sudah terkulai lemas tak bergerak.
Nesa menghampirinya dengan wajah tegang.
"Tolong ibu saya,selamatkan ibu saya" Ucap pemuda itu lagi dengan wajah cemas
"Mari ikut saya" Pinta Nesa dengan suara yang agak gemetar
Nesa melangkahkan kakinya keruang IGD dengan setengah berlari diikuti pemuda itu yang masih membopong tubuh ibunya.
Dengan dibantu perawat yang berjaga, pemuda itu membaringkan tubuh ibunya di atas brankar rumah sakit.
"Silahkan anda tunggu di luar. Kami akan memeriksa ibu anda" Nesa menyuruh pemuda itu untuk menunggunya di luar
Nesa mengambil stetoskop yang dikalungkan di lehernya dan memeriksa detak jantung wanita paruh baya itu.
Nesa menggeleng-gelengkan kepalanya. Selanjutnya Nesa menempelkan dua jarinya di pergelengan tangan ibu itu untuk mengecek denyut nadinya.
Nesa kembali menggeleng-gelengkan kepalanya dengan raut wajah putus asa.
"Suster tolong panggil pemuda yang tadi" Pinta Nesa pada perawat yang menemaninya
"Baik dokter" Jawab perawat itu
Tak lama Pemuda itu masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang lebih tegang.
"Nama anda siapa?" Tanya Nesa
"Firman" Jawab Firman sambil memandangi wajah ibunya dengan perasaan yang bercampur aduk
"Maaf mas firman,ibu anda terlambat ditangani. Nyawanya tidak tertolong" Ujar Nesa memberitahu. Wajahnya terlihat sendu karena tanpa sadar Nesa juga ikut hanyut dalam suasana
"Dokter tidak bercanda kan?" Tanya Firman dengan tatapan tajam. Matanya juga sudah mulai berkaca-kaca
Nesa menggeleng sedih tanpa bersuara.
"Tolong periksa lagi dokter. Ibu saya tidak mungkin meninggal" Pinta Firman dengan suara yang agak mengeras
"Saya sudah memeriksanya dengan benar dan sudah saya pastikan juga kalau ibu anda memang sudah tak bernyawa" Ucap Nesa dengan yakin
"Tidak mungkin. Ibu tidak mungkin meninggal" Ucap Firman lagi tak percaya
Seketika tubuh Firman melemas. Bibirnya bergetar menahan tangis. Firman merengkuh tubuh ibunya ke dalam pelukannya. Airmata yang tadinya tertahan kini tumpah begitu saja,membanjiri pipinya. Firman menggoyang-goyangkan tubuh ibunya seolah masih tak percaya jika ibunya sudah tak bernyawa.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!