Imma Anjani namaku, berumur 20 tahun dan tinggi badan 160 cm, rambut lurus sepinggang kulit kuning langsat hidung mancung dan memiliki lesung pipi di kanan kiri bibirnya yang tipis.
Ibu Imma berasal dari suku Jawa dan ayah berasal dari suku Jawa Tengger, tinggal di daerah pegunungan dan bekerja sebagai pemetik daun teh.
Saat umurnya 9 tahun dan duduk di kelas 3 SD ayah kandungnya bernama Hariyanto meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas.
Setelah 5 tahun berlalu dan duduk di kelas 8 SMP ayah Hariyanto meninggal dunia, ibu Lestari menikah lagi dengan seorang laki-laki anak pengusaha perkebunan dengan menikah siri.
Ayah tiri Imma bernama Dona Sanjaya, menikah dengan ibu Lestari secara diam-diam, karena sebetulnya ayah Dona memiliki istri sah bernama Ameera Safitri.
Ayah Dona tidak di karuniai seorang anak dengan istri Syah nya, maka ayah Dona menikah secara siri dengan ibu kandungku, ibu Lestari.
Ayah Dona hanya seminggu sekali mengunjungi keluarga kecil kami, itupun dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan istri dan orang tua ayah.
Ibu Lestari menikah dengan ayah Dona berumur 35 tahun, sedangkan ayah Dona berumur 48 tahun.
Walaupun ibu Lestari sudah menikah dengan ayah Dona tetapi ibu Lestari tetap bekerja sebagai pemetik daun teh walaupun tanpa persetujuan ayah Dona.
Ibu Lestari mempunyai ibu asuh yang sejak kecil merawat nya, namanya Bibi Sumi. Bi Sumi tidak mempunyai keluarga, suami dan anaknya meninggal kecelakaan saat bersama ayah Hariyanto.
Waktu Imma masih kecil juga Bi Sumi yang mengasuh nya sampai dewasa. ibu Lestari sudah mengganggap nya sebagai ibu kandungnya sendiri.
Kehidupan kami sangat sederhana cuma memiliki rumah tipe 36 dengan dua kamar tidur, ruang keluarga, ruang tamu, dan ruang dapur yang disekat menjadi ruang makan serta satu kamar mandi.
Satu kamar di tempati ibu Lestari dan ayah Dona, satu lagi jadi kamar Imma, sedangkan Bi Sumi dibuatkan satu kamar susulan di samping dapur yang seharusnya untuk tempat jemuran.
Ibu Lestari memiliki hobi membuat kue basah ataupun kue kering, selain memetik daun teh ibu Lestari sering menerima pesanan kue dari teman-temanya baik untuk acara ataupun hari raya.
Sebetulnya ibu Lestari mempunyai cita-cita membuka toko kue kecil-kecilan, tapi belum cukup modalnya, ibu Lestari tidak berani meminta model kepada ayah Dona.
Sebetulnya ayah Dona ingin membuatkan toko tersebut, tetapi ibu Lestari menolaknya karena tidak mau membebaninya, takutnya ketahuan keluarga besar Sanjaya.
Ibu Lestari mempunyai teman akrab dari kecil bernama Winda Hamidah, tetapi setelah mereka menikah ibu Winda pindah ke ibukota Jakarta mengikuti suaminya yang seorang CEO perusahaan multinasional di Jakarta.
Keluarga ayah Dona tinggal di tengah perkebunan teh dengan rumah yang besar dan megah, sangat kontras dan seperti bumi dan langit jika di bandingkan rumah Imma.
Ayah Dona mempunyai adik perempuan yang cantik dan anggun bernama Tante Dini dan dikaruniai dua anak.
Orang tua ayah Dona adalah orang yang sangat terkenal dan berpengaruh serta disegani bernama Tomy Sanjaya dan Nadia Sanjaya.
Istri sah ayah Dona adalah wanita cantik tapi sombong yang berasal dari keluarga kaya, tetapi sayangnya tidak bisa memberikan keturunan kepada ayah Dona karena rahimnya terpaksa diangkat karena penyakit kanker rahim.
Ameera Safitri tidak pernah mau diceraikan oleh ayah Dona karena tidak mau nantinya warisan dari keluarga Sanjaya akan jatuh kepada adik kandung ayah yaitu Tante Dini.
Perkebunan teh yang dimiliki keluarga Sanjaya sekarang di pegang oleh ayah Dona sehingga semakin jarang ayah berkunjung ke rumah.
Apabila ayah Dona keluar kota untuk urusan bisnis baru leluasa mengunjungi kami, karena keluarga Sanjaya tahunya ayah Dona lagi di luar kota, padahal nginap di rumah untuk beberapa hari.
Imma juga tidak terlalu dekat dengan ayah tiri nya itu, disamping ayah Dona sibuk Imma juga banyak kegiatan sekolah nya, tapi bukan berarti ayah Dona tidak sayang dengan Imma.
Karena ayah Dona tidak mempunyai anak kandung, sebetulnya dia sangat sayang dengan Imma, tetapi mereka tidak terlalu akrab karena jarak dan waktu.
Saat Imma duduk di kelas 10 SMU pertengahan semester, ibu Lestari mengandung lagi, tetapi belum di ketahui oleh ayah Dona, karena ayah Dona sedang training selama tiga bulan di Jakarta.
Saat usia kehamilan ibu Lestari 4 bulan, pernikahan siri itu mulai di tercium keluarga Sanjaya, ayah Dona sangat panik.
Keluarga Sanjaya mulai menyelidiki keberadaan kami, terpaksa ayah Dona membeli rumah kecil di pinggiran Jakarta dan menyembunyikan kami disana.
Ayah Dona sangat bahagia setelah mengetahui akan mempunyai anak kandung, tetapi sisi lain dia harus menutup rapat-rapat pernikahan sirinya.
Orang tua ayah Dona mengancam akan menghancurkan keluarga kami karena di anggap sebagai pengganggu ketenangan dan nama baik keluarga Sanjaya.
Akhirnya keluarga kami pindah ke Jakarta, menempati rumah yang lebih besar dari rumah yang dulu, Imma juga terpaksa harus pindah sekolah.
Ayah Dona juga mendirikan toko kue kecil di halaman depan rumah kami, sebagai penopang keuangan kehidupan keluarga kami sehari-hari.
Toko kue itu bernama Imma bakery, awalnya bu Lestari hanya memandu cara membuat kue dan di Bi Sumi serta Imma yang membuat adonan dan memanggangnya.
Lama kelamaan Imma yang menghandle toko kue nya, karena seiring bertambahnya waktu usia kandungan ibu Lestari semakin besar.
Semenjak kami pindah ke Jakarta ayah Dona hanya mengunjungi kami tiga kali, karena masih dalam pengawasan keluarga Sanjaya.
Pada usia kehamilan Bu Lestari 7 bulan keluarga kami mendengar bahwa ayah Dona meninggal dunia terkena serangan jantung.
Keluarga kami sempat goyah karena meninggal nya ayah Dona, keluarga Sanjaya tidak pernah mengetahui keberadaan kami sama sekali, keluarga Sanjaya juga tidak tahu bahwa akan ada lahir darah daging Dona Sanjaya.
Kami betul-betul putus dengan keluarga Sanjaya, hanya saja ibu Lestari shock setelah meninggal nya ayah Dona.
Hari demi hari dilalui ibu Lestari dengan melamun dan murung, Imma sudah berusaha sekuat tenaga agar ibu Lestari mempunyai semangat hidup dan menerima takdir ilahi.
Setelah 9 bulan 10 hari adik laki-laki kecilku lahir ke dunia, sebelum ayah Dona meninggal berpesan akan di berikan nama Faro Sanjaya.
Tapi takdir seakan-akan tidak begitu berpihak kepada kami, ibu Lestari meninggal dunia setelah melahirkan Faro.
Sebelum meninggal ibu Lestari memberikan amanah jagalah adik mu dengan baik, Imma tidak boleh menyebutnya adik, tetapi seorang anak laki-laki.
Akhirnya Imma membuat akta kelahiran Faro Sanjaya dengan menggunakan Imma Anjani sebagai ibunya tanpa seorang ayah kandungnya.
_____________________
mohon dukungan ya..............
like, vote dan komentar nya
trims untuk semua pembaca semua
Imma duduk termenung di ruang keluarga rumahnya, pikirannya masih terbayang bayang bagaimana saat terakhirnya bersama ibu Lestari.
flashback on.
"Imma..... perut ibu mulai sakit" ucap lirih Ibu Lestari sambil mengelus perutnya.
"Apakah sudah waktunya adik kecil lahir, Bu?" jawab Imma panik.
"Sepertinya iya nak, mulesnya sebentar hilang, sebentar datang lagi" ucap ibu Lestari sambil meringis menahan sakit.
"Ayo Bu kita ke rumah sakit" jawab Imma lagi.
"Bi..... Bi Sumi, tolong persiapan keperluan ibu ya, jangan lupa buku yang sering ibu bawa waktu ibu periksa kehamilan ke dokter" kata Imma lagi dengan panik.
"Iya Mbak Imma, ini sudah dari kemarin kok persiapannya" jawab bibi Sumi.
"sebentar Bu, Imma pesan mobil online dulu" ucap Imma sambil mengambil HP di atas nakas samping televisi.
" Bibi Sumi tunggu di rumah aja dulu ya sementara, tutup toko kue dulu, baru nanti nyusul kerumah sakit" kata Imma lagi.
" Baik mbak, nanti kalau ada apa-apa, cepat telpon bibi yaaa" jawab bibi Sumi dengan raut wajah yang khawatir.
"Sabar ya Bu, masih mules lagi kah" tanya Imma dengan mengelus perut ibunya.
"Iya nak, tapi tidak apa-apa kok ini biasa ibu pernah mengalaminya waktu kamu lahir" jawab ibu sambil tersenyum.
"Itu Bu mobilnya sudah datang" kata Imma sambil memapah ibunya keluar dari pintu rumah dan membuka pintu mobil.
"Pelan-pelan aja Bu, awas kepala agak menunduk" ucap Imma sambil memeluk ibunya dari samping membantu nya duduk dengan nyaman.
"Langsung UGD rumah sakit ya Pak" perintah Imma kepada sopir online nya.
" Baik mbak" jawab sopir online singkat.
Mobil online meluncur dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit yang kebetulan jalanan sepi karena hari libur nasional.
Sesampainya di depan UGD rumah sakit Imma memanggil petugas jaga rumah sakit, kemudian membawa kursi roda untuk membantu ibu Lestari masuk kedalam UGD tersebut.
Sopir online membantu membawakan barang yang dibawa Imma.
"Terimakasih ya pak" ucap Imma sambil berlari menyusul ibunya yang sudah didorong oleh petugas jaga itu.
"Eeeee mbak ongkos nya belum" teriak sopir online itu.
"Oya lupa maaf pak, ini uangnya, buat bapak aja kembaliannya" jawab Imma sambil kembali lari dengan membawa tas di tangan nya.
Sesampainya di dalam ruang UGD ibu diperiksa oleh dokter jaga, kemudian di pindahkan lagi ke ruangan khusus bersalin.
"Mbak tolong daftarkan ibunya dulu ya di tempat pendaftaran" ucap suster rumah sakit.
"Baik sus, terimakasih" jawab Imma singkat.
"Memang kemana ayahnya mbak, kok mbaknya yang mendampingi ibunya?" tanya suster itu kembali.
"Ayah sudah meninggal dunia dua bulan yang lalu, sus" jawab Imma dengan raut wajah sedih.
"Oooo maaf ya mbak" ucap suster lagi dengan merasa bersalah.
"Tidak apa-apa sus, sebelah mana ya ruang pendaftaran nya?" tanya Imma lagi.
"Itu mbak lurus aja nanti ada apotik belok kanan" jelas suster kembali.
"Terimakasih suster" jawab Imma sambil berjalan kearah depan.
Setelah mendaftarkan ibunya Imma kembali ke ruang bersalin, menunggu di ruang tunggu dan duduk di bangku panjang dengan gelisah.
"Keluarga ibu Lestari" panggil suster dari dalam ruangan bersalin.
"Iya saya anaknya sus" jawab Imma singkat.
" Masuk saja ya mbak, baru pembukaan dua, kemungkinan tiga sampai empat jam lagi lahirannya, temani ibunya" kata suster itu lagi.
"Baiklah suster terimakasih" jawab Imma sambil berdiri dan berjalan mengikuti suster itu masuk kembali ke ruang bersalin.
" Bu.... gimana masih sakit kah?" tanya Imma sambil memeluk ibunya.
" Lumayan nak, sini duduk samping ibu" jawab ibu Lestari sambil menunjuk kursi yang ada di samping nya.
Betul saja kata suster tadi sekitar tiga jam kemudian baru Imma di minta keluar ruangan bersalin karena ibunya sudah pembukaan sepuluh.
Dalam waktu tiga jam menunggu ibu Lestari di ruang bersalin Imma menangis melihat ibunya yang kesakitan.
Imma menggenggam tangan ibunya dengan erat hanya sekedar untuk memberi dukungan agar ibu kuat.
tak lama kemudian ada suara tangisan bayi yang sangat kencang dari dalam ruangan bersalin. Imma tersenyum dan mengucapkan syukur.
"Ooekk..... ooekk.....ooekkk......"
"Selamat datang adikku semoga kau menambah kebahagiaan di keluarga kita" ucap Imma dalam hati.
"Keluarga ibu Lestari" panggil suster sambil menggendong bayi mungil.
"Ya saya sus" jawab Imma sambil berlari kecil
"Baby nya mau di Azani kah, mana ayahnya" kata suster nya lagi.
Seketika Imma berhenti melangkah dengan mata yang berlinang tanpa bisa di bendung lagi.
"Lho... kenapa malah menangis mbak " jawab suster itu.
"Lihatlah baby nya tampan sekali" ucapnya lagi.
"Maaf mbak, ayah kami sudah meninggal dunia" jawab Imma dengan melihat adik kecilnya yang tidur dengan damai nya.
Betul saja kata suster itu, adikku tampan sekali pipinya merona merah, putih bersih dan rambut lebat berdiri jabrik.
"Maaf ya mbak, atau begini saja biar petugas jaga laki-laki aja yang membantu meng-azani Beby ganteng nya" saran suster lagi.
Imma mengangguk setuju dan mengikuti suster itu kearah pegawai rumah sakit laki-laki.
"Mas tolong Azan dan Iqomah Beby ganteng ya, karena ayah nya sudah meninggal, naaah mbaknya yang gendong, mas ini yang akan membantu azan." ucap suster sambil mengulurkan tangannya kepada Imma.
Setelah selesai di Azani oleh petugas jaga rumah sakit Imma membawa adik kecilnya ke ibu Lestari yang sudah menunggu nya.
"Sini nak biar ibu menggendongnya untuk yang pertama dan terakhir kalinya" kata ibu.
"Ibu ini ngomong apa to lah, jangan ngawur" jawab Imma kesal.
"Sudahlah lupakan saja" kata ibu lagi.
"Jadi Bu diberi nama Faro Sanjaya" tanya Imma.
"Iya nak, kamu setuju kan" tanya ibu lagi.
"Iya Bu nama yang bagus" jawab Imma singkat.
Tetapi sangat aneh menurut ibu Lestari karena Faro tidak mau disusui oleh ibunya. asalkan mau disusui Faro menangis sangat kencang.
Tetapi setelah di gendong Imma Faro kecil diam dan tidak menangis lagi, untuk sementara di berikan susu formula sampai Faro mendapatkan ASI.
Setelah sore menjelang bibi Sumi datang dan Ibu Lestari di pindahkan di ruang rawat inap, adik kecil Faro diletakkan di box bayi samping tempat tidur ibu.
Imma pulang ke rumah sebentar untuk mandi dan membelikan pembalut dan popok sekali pakai serta susu formula yang di minta oleh suster.
Setelah Imma pulang, tanpa sepengetahuan Imma ibu Lestari mengucapkan hal yang tidak masuk akal lagi.
Ibu Lestari berpesan agar bibi Sumi menjaga Faro dan Imma dengan baik, Bibi Sumi tidak boleh meninggalkan mereka sampai bibi Sumi di panggil yang kuasa.
Bibi Sumi terheran heran dengan apa yang di katakan ibu Lestari.
"Bibi Sumi tolong jaga Imma dan Faro dengan baik ya" ucap Bu Lestari sambil menggenggam kedua tangannya.
"Ngomong apa to nak kamu tuuuuh, jangan bikin bibi bingung" jawab Bibi Sumi singkat.
"Jangan tinggalkan mereka ya Bi, sampai bibi di panggil yang maha kuasa" ucap ibu Lestari.
"Saya tidak percaya kepada siapapun selain pada bibi, foto-foto saya bersama mas Dona tolong nanti di turunkan ya Bi, ganti saja foto saya bersama mas Hariyanto saja" ucap ibu Lestari lagi.
"Kenapa begitu to nak, Bibi sudah menganggap mu seperti anak ku sendiri, kita akan membesarkan mereka berdua jangan khawatir" kata Bibi Sumi cemas.
"Ingat Bi, jangan sampai ada jejak sedikit pun tentang mas Dona demi kebaikan anak-anak, cukup nama belakang Faro aja ditinggalkan mas Dona" kata ibu Lestari penuh harap.
"Ayo lah Bi, berjanjilah padaku tolong jaga mereka demi aku" minta ibu Lestari lagi.
"Baiklah, akan Bibi jaga mereka dengan segenap jiwa dan raga ku" jawab Bibi Sumi dengan yakin.
"Terimakasih ya Bi" ucap ibu Lestari sambil memeluk nya.
"Satu lagi Bi, setelah selesai urusan ku nanti, tolong urus akta kelahiran Faro, jangan lupa untuk membuat akta kelahiran Faro dengan nama Imma sebagai ibu kandungnya, tidak usah ada nama ayahnya, jangan seorang pun tahu masalah ini, agar semua aman kedepannya nanti" pesan ibu Lestari lagi.
Setelah itu Imma datang dengan membawa bobok bayi dan susu formula untuk Faro.
"Bibi Sumi pulang aja ya, ada Imma kok yang menjaga ibu dan Faro disini" ucap Imma.
"Iya baiklah, Bibi Sumi akan pulang, Bibi juga akan mempersiapkan kamar untuk Beby Faro"
jawab Bibi Sumi berpamitan sambil memeluk ibu Lestari.
Setelah bibi Sumi pulang Imma menggendong baby Faro yang sedang menangis dengan penuh kasih sayang.
"Kenapa sayang, kok nangis haus kah sebentar ya dibuatkan susu dulu?" ucap Imma sambil menggendong nya.
"Kamu sudah pantas menjadi seorang ibu nak" goda ibu Lestari.
"Ibu ada-ada saja, Imma masih kecil Bu, SMU saja belum lulus" jawab Imma sambil tersenyum.
"Ingat nak, tolong jaga adik mu dengan baik, anggaplah Faro seperti putramu sendiri, hilangkan semua jejak tentang ayah Dona" pesan ibu Lestari.
"Kelak akan ada orang yang bisa menerima mu apa adanya" pesen ibu Lestari lagi.
"Bu, sudahlah jangan bicara yang macam-macam" ucap Imma dengan hati yang tidak menentu.
"Satu lagi nak, kamu harus ikhlas atas apa yang akan orang lain katakan padamu, jangan sampai membuat hatimu goyah, demi apapun belajar lah ikhlas" pesan ibu Lestari kembali.
"Ayolah nak berjanji lah pada ibu" ibu memohon kepada Imma.
"Baiklah Bu, Imma janji" jawab Imma.
"Ayo ibu makan dulu ya, mumpung baby Faro tidur dengan pulas setelah menghabiskan susunya" kata Imma kembali.
Imma menyuapi ibu Lestari dengan sabar, sampai habis makan yang ada di piring, kemudian Imma membantunya ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Imma sedikit melamun mencerna apa yang dikatakan ibunya tadi, apakah maksud ibu sebenarnya, kenapa ibu berkata seperti itu.
Seperti nya tidak ada yang masuk di akalnya semua pesan ibu Lestari.
"Ada apa nak, kok melamun?" tanya ibu Lestari sambil duduk disebelahnya.
"Tidak Bu, Imma hanya ingat ayah Dona saja" jawab Imma berbohong.
"Ayah mu sudah tenang disana nak, tidak usah disesali yang sudah terjadi, kewajiban mu hanya mendoakan nya saja, baik ayah Hariyanto ataupun ayah Dona" nasehat ibu Lestari.
"Iya Bu, semoga beliau selalu diterima disisi Allah SWT Aamiin" doa Imma.
"Aamiin ya rabbal Alamin" jawab ibu Lestari.
"Sini nak, sudah malam ayo tidur bersama ibu , ibu ingin memelukmu erat-erat malam ini" kata ibu sambil membaringkan tubuhnya.
Malam ini ibu Lestari tidur dengan memeluk putrinya, sangat damai rasanya tidur dalam pelukan ibunya, sudah lama Imma tidak merasakan ini.
Pukul tiga pagi baby Faro terbangun dan menangis, Imma bangun dari tempat tidur nya, ibunya sudah tidak memeluknya lagi saat dia bangun, sehingga Imma langsung turun dari tempat tidur.
" Kenapa nak haus kah ayo kita buat susu dulu?" kata Imma sambil menggendong baby Faro.
"Lho ..... kok aku manggilnya nak ya, dia kan adikku bukan anakku mulutku kenapa ya kok aneh kayak ibu?" gumam Imma sendiri.
Imma menggendong baby Faro dan mengayunkan badannya sedikit sambil memberikan susu.
Lama kelamaan baby Faro tertidur lagi dengan lelap setelah setengah jam Imma menggendong nya.
Setelah Imma membaringkan baby Faro di box bayi. Imma duduk di kursi sambil melihat ibunya yang tertidur pulas di atas tempat tidur.
Imma memegang tangan ibunya sangat dingin, kemudian memegang kaki dan berpindah ke kepala nya juga sama dingin dan kaku, tetapi mulutnya tersenyum.
Akhirnya Imma memanggil suster agar bisa memeriksa ibunya, kemudian datang lah suster memeriksa ibunya.
"Jam berapa mbak bangun tadi?" tanya suster kepada Imma.
"Sekitar jam tiga pagi sus, karena baby Faro terbangun jadi saya tidak begitu memperhatikan ibu" jawab Imma.
"Ada apa dengan ibu saya sus?" jawab Imma dengan khawatir.
"Maaf mbak, seperti nya ibu anda sudah meninggal dunia sekitar dua jam yang lalu" kata suster dengan kata bergetar.
Saat itulah dunia seakan runtuh, kaki ini serasa terkena gada berton ton beratnya lemas tak berdaya bersimpuh di lantai di bawah tempat tidur ibu.
Imma menangis tanpa henti, hati nya hancur berkeping keping, seperti nasib tidak pernah berpihak pada nya, bersembunyi, pindah rumah, kehilangan ayah dan sekarang kehilangan ibu kandungnya.
Imma baru menyadari bahwa semua yang di ucapkan ibunya adalah amanah terakhirnya. bahwa tidur dalam pelukan ibunya juga yang terakhir kalinya.
"Ibu ibu ibu..... akan Imma laksanakan semua amanah mu Bu, seberat apapun nanti perjalanan hidup Imma tidak akan mengeluh" janji Imma dalam hati.
"Bibi hu huh hu cepat kesini, ibu Bi,... hu ...hu hu" kata Imma menelpon bibi Sumi.
" Ada apa nak, ini baru jam lima pagi, mengapa menangis?" tanya Bibi Sumi bingung.
"Ibu .....Bi...... ibu sudah menyusul ayah Hariyanto dan ayah Dona Bi hu...hu..hu" jawab Imma sambil menangis.
"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un, iya bibi kesana sekarang juga" kata bibi Sumi gugup.
Setelah selesai Imma mengabari Bibi Sumi, tidak lama beliau datang dan memeluk Imma dengan erat.
Imma mengurus pemakaman ibu Lestari, Bibi Sumi membawa baby Faro pulang ke rumah dengan hati yang hancur.
Inilah perjalanan hidup, tidak ada yang tahu akan kemana dan bagaimana masa depan ini, satu persatu orang yang di sayangi nya pergi tanpa bisa di dicegah nya, inilah takdir.
___________________
Hai......... guys.....
jangan lupa like vote dan komentar nya
terimakasih banyak.
I love you all
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!