Pada awal pagi yang cerah, aku menjalani kehidupanku seperti biasa, bangun dipagi hari lalu melaksanakan solat subuh. Dilanjutkan dengan memasak sarapan pagi seperti biasa.
Terkadang aku berfikir, seperti apa kehidupan yang aku jalani sekarang. Masih tidak percaya mengapa jalan kehidupanku seperti ini.
Mau di sesali aku merasa tidak ada gunanya semua sudah terjadi, siap atau pun tidak aku tetap pada keadaan ini.
Tanpa sadar ada sepasang tangan yang memelukku dari belakang
“Pagi sayang, mengapa tidak membangunkan mas seperti biasa?” Tanyanya bingung.
“Pagi mas! maaf aku tidak tega untuk membangunkanmu sepertinya tampak kelelahan,” Ujarku menjelaskan.
“Iya sayang tidak masalah. Mas memang lagi ada sedikit masalah di kantor. Belum lagi harus menghadapi kanaya yang semakin hari curiga terhadap mas,” Katanya terhadapku.
Saat mendengar itu aku merasa hatiku tidak tenang, pada akhirnya aku yang salah di sini. Mungkin kami memang tidak ada harapan untuk bisa bersama \~Batinku berbisik.
“Mas Damar aku takut! seharusnya kita tidak memulai ini dari awal, aku merusak semuanya mas” Ujarku sambil menangis.
“Hei, sayang coba lihat mata mas! kamu percayakan bahwa mas akan melindungi kamu, di mana pun dan kapan pun sudah jangan khawatir ya,” Kata mas Damar mencoba menenangkanku.
“Tapi disini aku yang di anggap perusak rumah tangga kalian mas, aku yang salah datang dalam kehidupan kalian,” Ucapku mencoba menjelaskan padanya agar dia mengerti apa yang aku rasakan saat ini.
“Sayang kamu bukan kesalahan dalam hidup mas, kamu membawa warna yang selama ini kanaya tidak miliki! tidak perlu kamu sesali, sekarang kamu sudah tanggung jawab mas cukup pecaya padaku, mas akan menyelesaikan ini semua,” Ujarnya meyakinkanku.
Aku cuma bisa memeluk dan menenggelamkan kepalaku di dadanya, yang aku rasa begitu nyaman dan melupakan permasalah sejenak yang ada...
***
FLASHBACK ON
Teringat awal mula semua ini tercipta, kurang lebih setahun yang lalu. Di saat Jihan baru lulus SMA pada saat itu
Tanpa sengaja kakak sepupunya kanaya mengajak liburan bersama suaminya, bernama Damar sebagai hadiah kelulusan waktu itu.
“Assalamualaikum Jihan bagaimana kabarmu,paman dan bibi dek?” Tanya kanaya.
“Waalaikumsallam kak! alhamdulillah baik, bagaimana dengan kakak dan abang di sana” Jawabnya.
“Alhamdulillah baik juga, bagaimana dengan sekolahmu dek ” Jawab kanaya.
“Alhamdulillah kak, Jihan lulus dengan nilai terbaik.” Katanya
“Wah! selamat adikku, kamu memang yang terbaik bagaimana sebagai hadiah kelulusan kakak akan mengajakmu liburan,” Ajaknya saat itu.
Jihan yang saat itu merasa kapan lagi bisa liburan, setelah melewati ujian sekolah yang membuatnya cukup lelah langsung mengiyakan ajakan kakaknya.
“Mau kak! Jihan sudah lama tidak pergi untuk berlibur” Ucapnya bahagia.
“Oke kalau begitu akhir pekan ini, kakak dan mas damar akan datang kerumah, untuk menjemputmu“ Jelasnya pada jihan.
“Baik kak” Jawabnya
“Ya sudah kalau begitu kakak tutup telponnya dulu,” Kata Kanaya mengakhiri percakapan.
“Iya kak” Jawabnya.
Setelah mengakhiri percakapan tersebut,
Ibu Jihan yang dari tadi keluar dari kamarnya. Tanpa sengaja mendengar bahwa Kanaya menelepon anaknya seperti membicarakan sesuatu.
“Jihan,” Panggil ibunya.
“Iya Bu!,” Jawab Jihan menghampiri ibunya.
“Tadi ibu mendengar kakak kamu Kanaya menelpon, ada apa nak?” Tanyanya.
“Oh,, itu bu kak Kanaya mengajak jihan liburan, akhir pekan ini.” Jawabnya
“Ooo begitu! Lalu nak,” Kata ibunya.
“Terus jihan ditanya mau tidak untuk ikut lalu Jihan jawab mau kak, kata kak kanaya Jihan akan di jemput nanti,” Ucap Jihan menjelaskan.
“Ibu kira ada apa malam-malam begini menelpon,” Ujar ibunya terseyum.
“Maaf ya bu, Jihan tidak minta izin dulu! Jihan boleh ikut kan bu,” Ucapnya pada ibunya.
“Boleh sayang! Tapi ingat jangan menyusahkan kakak dan abang,” Kata ibunya memberi nasehat.
“Siap ibu!” Jawab Jihan memberi hormat.
“Ya sudah kalau begitu jika tidak ada lagi kegiatan, kamu segera tidur ini sudah larut malam,” Ucap ibunya.
“Baik ibu! ini juga jihan akan ke kamar untuk tidur,” Jawabnya lalu masuk ke kamarnya untuk segera tidur.
**
Tibalah hari akhir pekan tiba, Jihan sudah bersiap-siap menunggu kedatangan Kanaya dan Damar datang untuk menjemputnya.
“Bagaimana nak, jam berapa perginya” Kata ibunya saat melihat jihan menunggu di ruang tamu.
“Tadi kak Kanaya menelpon mereka lagi di jalan menjemput jihan bu, mungkin sebentar lagi mereka akan sampai,” Kata Jihan menjelaskan.
“Yasudah kalau begitu, kamu sarapan dulu sebentar sebelum kakak kamu datang,” Ucap ibunya.
“Tapi bu,,-“ Kata Jihan tidak ingin sarapan, takut bila kanaya dan damar tiba-tiba datang
tapi langsung dibantah oleh ibunya.
“Makanlah walau sedikit kamu akan melakukan perjalanan jauh, bila nanti kamu sakit siapa juga yang akan repot! Kakak kamu Jihan kalau begitu lebih baik tidak ibu izinkan saja kamu pergi,” Omel ibunya.
“Ih,, ibu! Baik-baik jihan akan sarapan” Katanya cepat berlari ke arah dapur.
Ibunya Jihan pun menggeleng melihat tingkah anaknya yang satu itu
“Kalau tidak di ancam pasti tidak mau untuk makan! Heran liatnya,” Katanya melanjutkan aktivitas membersihkan rumah.
Tidak lama, setelah itu suara klakson mobil terdengar dari depan rumah Jihan.
“Assalamualaikum bibi,” Kata Kanaya dan Damar berbarengan memasuki rumah Jihan.
“Waalaikumsallam! masuk nak,” Kata ibunya menyambut kanaya dan damar.
Mereka berdua pun menyalami ibunya Jihan , lalu duduk di ruang tamu.
“Sebentar yaa nak, bibi buat kan minum dulu” Katanya ingin beranjak.
Dengan cepat Kanaya menahan,,
“Sudah bi, tidak usah repot-repot kami baru saja minum dari luar! Lagian kami juga akan segera pergi karena mengejar waktu, takutnya terlalu larut sampai disana” Ucap kanaya menjelaskan.
“Oh, begitu ya sudah! Bibi panggilkan Jihan agar cepat yaa,” Katanya.
“Iya bi” Jawabnya.
Jihan pun segera ke ruang tamu, saat tahu kakaknya sudah datang.
“Kak maaf ya menunggu! Jihan tadi habis sarapan” Katanya menjelaskan.
“Tidak masalah Jihan , ya sudah kamu sudah siap kan” Ucap kanya.
“Sudah kak,” Kata Jihan dengan tas yang akan di bawanya.
“Mas ayo kita berangkat sekarang,” Ajaknya pada damar.
“Yasudah bu, Jihan berangkat dulu ya” Kata jihan menyalami ibunya
“Kami pamit ya bi,” Kata Kanaya menyalami ibunya Jihan .
“Kalian hati hati ya nak! Kanaya tolong jaga jihan ya kalau dia tidak bisa di bilangi, jewer saja kupingnya agar mengerti,” Ucap ibunya bercanda.
Dengan tertawa Kanaya menjawab,
“Baik bibi”.
“Ibu, Jihan malu” Ucapnya menutup muka.
Mereka semua pun tertawa melihat tingkah jihan.
Setelah itu Kanaya, Damar dan Jihan pun masuk ke dalam mobil dan siap untuk berangkat.
**
Tujuan liburan pada saat itu, mereka bertiga akan menginap di daerah puncak.
Sesampainya di hotel, mereka membersihkan diri dan bersiap untuk makan malam..
Pada saat makan malam berlangsung, mereka bertiga terlibat obrolan santai, sambil melihat pemandangan dari restoran hotel.
“Teringatnya Jihan, rencananya kamu ingin melanjutkan kuliah dimana?“ Tanya Kanaya.
“Aku juga belum tau kak, mau melanjutkan dimana masih belum ada yang tepat,” Jawabnya seadanya.
“Bagaimana kamu kuliah di tempat mas Damar bekerja saja! bagaimana mas menurutmu?Tanya Kanaya.
“Aku sih tidak masalah tergantung Jihannya, bersedia atau tidak” Kata Damar cuek yang sibuk pada makan malamnya.
Jihan yang melihat respon Damar pada saat itu merasa canggung sebagai adik. Seharusnya dia tidak merasa tersinggung, dari awal berkenalan dengan Damar pun sikapnya memang dingin dan terkesan cuek terhadap jihan, beda sekali bila dengan sepupu yang lain..
Jihan Pov
Cerita awal mengenal bang Damar, kak Kanaya saat itu mengajak ku untuk berbelanja di salah satu mall di Jakarta.
Aku yang saat itu sangat dekat dengan kakak ku, langsung mengiyakan permintaannya tersebut.
Saat kakak ku Kanaya sibuk memilih pakaian tanpa sadar oleh kami berdua, tiba tiba saja ada yang memeluk kak Kanaya dari belakang.
Aku yang saat itu melihat, sangat terkejut dan ingin berteriak, karena beraninya orang tersebut melakukan hal itu pada kakak ku.
Tapi aku langsung terdiam melihat respon yang di tunjukkan kak Kanaya.
“Mas Damar,” Panggilnya terkejut.
“Hai sayang! Sudah lama di sini” Kata bang Damar, mengecup pipi kakak ku cepat.
“Katanya kamu sedang ada di Bandung, bohong ya” Kata kak Kanaya curiga.
“Siapa yang bohong sayang, mas baru saja sampai dan langsung menyusul kamu” Katanya bersungguh-sungguh.
“Ooo begitu,” Jawab kak Kanaya seadanya dan melepaskan pelukan bang damar.
“Kok begitu sih! Mas rindu tau,” Ucapnya seperti merajuk.
“Hahaha iya-iya mas, Kanaya juga rindu! Kenapa tidak bilang supaya Kanaya bisa menjemput mas,” Kata kak Kanaya
“Kejutan! ” Kata bang Damar terseyum dan memeluk kak Kanaya kembali.
Setelah adegan pelukan itu, kak Kanaya pun melihat kearah ku.
“Oh,, iya mas kenalkan ini adikku Jihan,” Ucap kak Kanaya memperkenalkanku.
“Hai bang! aku Jihan adik sepupu kak Kanaya,” Kataku menyalaminya mencoba untuk akrab.
“Iya-iya saya Damar ,” Jawabnya cuek.
Syukur saja aku belum berteriak, kalau tidak aku hanya mempermalukan diriku sendiri \~ Batinku berkata.
Dari tampangnya memang bang Damar bukan lah orang yang main-main, selain fisik yang menawan dengan tinggi sekitar 180cm.
Cukup tinggi jika di kalangan orang indonesia pujaan setiap wanita yang melihatnya! gayanya yang cuek dan terlihat dingin, membuat para wanita penasaran padanya termasuk aku\~ Batinku berkata lagi.
“Maaf ya dek, mas Damar memang begitu jika berjumpa dengan orang baru” Kata kak Kanaya menjelaskan seakan tau isi pikiran kepalaku.
“Iya kak tidak masalah,” Kataku terseyum.
“Ya sudah sayang! Kamu sudah selesai belanjanya biar mas bayar,” Ucap bang Damar mengalihkan pembicaraan kami.
“Sudah mas ini saja! Jihan punya kamu mana dek, kemarikan biar dibayar oleh calon abang iparmu ini?” Kata kak Kanaya menanyakan.
“Ini kak, apa tidak masalah” Kataku sangat tidak enak.
“Tidak masalah kan mas?” Tanya kak Kanaya
“Selagi kamu senang, apa yang tidak sayang,” Jawab bang Damar terseyum ke arahnya.
“Dasar gombal,” Kata kak Kanaya tertawa lalu segera menuju kasir yang disusul oleh bang Damar dan aku.
Setelah membayar belanjaan kak Kanaya dan diriku, bang Damar mengusulkan untuk makan disalah satu restoran favorit mereka berdua.
“Sayang bagaimana kalau kita makan di tempat biasa, sudah lama rasanya kita tidak berkunjung kesana” Kata bang damar mulai mengusulkan.
“Lah kata siapa, orang aku sering kok makan di sana” Ucap kak Kanaya santai.
“Hayoo, bareng siapa? Mantan kamu pasti,” Ujar bang Damar cemburu.
“Jangan mulai deh mas! Aku kesana bareng rekan kerja aku lah,” Jawab kak Kanaya .
“Cewek apa cowok?” Tanyanya
“Cewek dong mas, memangnya kamu izinkan kalau aku bareng cowok?” Tanya kak Kanaya balik.
“Ya enggaklah jangan coba-coba ya,” Kata bang Damar tidak suka.
“Iya mas! lagian kan kamu sendiri yang larang kemarin, enggak mungkin aku langgar lah” Ucap kak Kanaya .
Bang Damar pun terdiam saja, menanggapi ucapan kak Kanaya.
“Sudahlah mas, tidak perlu cemburu begitu kamu tau sendiri kita sudah sejauh mana, lagian kita juga mau menikah kan jadi buat apa aku cari yang lain” Kata kak Kanaya lagi menenangkan damar.
Dengan terseyum, bang Damar langsung memeluk kak Kanaya.
“Yasudah kalau begitu kita makan saja ya,” Kata Damar menyudahi perdebatan mereka.
Kami bertiga pun berjalan menuju restoran favorit bang Damar dan kak Kanaya,
sesampainya di sana mereka langsung memesan yang mereka inginkan.
“Bagaimana Jihan, suka tidak makanannya?” Tanya kak Kanaya.
“Sangat enak kak,” Kataku sangat menikmati makanan yang tersaji di depan ku.
“Syukurlah kalau kamu suka,” Kata kak Kanaya melanjutkan makan.
Setelah selesai dari restoran tersebut, kak Kanaya pun meminta untuk kami pulang karena kelelahan katanya.
Kalau kurasa juga begitu sudah sangat lama kami mengelilingi mall ini, dari siang sampai waktu sudah menunjukkan malam hari, jadi wajar saja baik aku dan kak Kanaya kelelahan walau pun cuma berjalan- jalan saja\~ Batinku berbicara.
“Ya sudah kamu begitu! kita pulang,” Kata bang Damar setelah kak Kanaya meminta untuk pulang.
Kami pun sudah dalam perjalanan pulang, terlebih dahulu mereka akan mengantarkan aku sesuai dengan perintah kak Kanaya.
Sesampainya di depan rumah aku pun segera turun dan mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih kak bang, tidak mau mampir dulu” Kata ku menawarkan.
“Tidak usah dek, mungkin lain kali saja ya” Jelasnya.
“Iya kak! ya sudah hati hati ya kak, bang” Kataku mengakhiri pembicaraan kami lalu masuk ke dalam rumah.
Begitulah awal pertemuan ku, berjumpa dan mengenal bang damar sebelum menjadi abang iparku.
Jihan Pov End...
Melanjutkan pembicaraan tadi yang sempat tertunda.
Jihan pun berfikir tidak ada salahnya juga melanjutkan pendidikan disana.
Selain tempat yang bagus, universitas tersebut dapat di perhitungkan keberadaannya di karena kan salah satu tempat kuliah favorit dikalangan mahasiswa baru.
Lalu tenaga pengajarnya yang merupakan lulusan terbaik, menjadi pertimbangan yang baik menurut Jihan. Tapi bagaimana ia memberi tahu ibunya jika pada akhirnya dia tidak akan mungkin bisa kuliah karena faktor biaya.
“Apa tidak masalah bang, Jihan berkuliah di sana?” Tanya Jihan merasa segan.
“Tentu tidak masalah Jihan, siapa pun berhak melanjutkan pendidikan disana, termasuk kamu” Ujar Damar sambil menatap Jihan
“ A,,ah baiklah bang, Jihan mau berkuliah disana” Jawabnya terlihat gugup di tatap Damar.
“Yasudah siapkan saja berkas persyaratannya, nanti abang yang akan mengurusnya” Kata Damar memberi instruksi.
“Iya bang akan jihan siapkan, terima kasih bang” Ucap Jihan sambil tersenyum manis di hadapan Damar.
“Hm..sama-sama.” Jawabnya
“Terima kasih ya mas, kamu sudah mau membantu jihan, aku yakin dia pasti jadi mahasiswa terbaik di sana! betul kan dek” Kata kanaya menimpali ucapan Jihan.
“Iya kak itu pasti, Jihan akan sebisa mungkin jadi mahasiswa berprestasi” Ujar Jihan.
Damar dan Kanaya yang mendengarnya tersenyum mendengar ucapan polos Jihan, sambil menikmati makan malam dengan udara malam yang semakin dingin.
Saat semua sudah masuk kedalam kamar masing-masing dan terlelap, berbeda dengan
Damar mencoba untuk masuk ke kamar Jihan sambil mengendap-ngendap.
Lalu ia tersenyum melihat Jihan tidur dengan lelap, Damar pun berjalan menuju ranjang dan duduk di sebelah Jihan.
“Kamu tau sayang sudah lama mas menunggu saat ini tiba,” Ucap Damar sambil mengelus rambut Jihan dan memandangi wajahnya.
“Sihir apa yang kamu buat Jihan sehingga mas jadi seperti ini jawab mas sayang, apa yg membuat mas tergila-gila ingin memiliki kamu,” Katanya sambil mencium kening Jihan.
“Cukup mas menahan ini semua, secepatnya kamu akan menjadi milik mas Jihan! ingat itu, kamu cuma milik mas seorang” Ucapnya posesif.
Takut istrinya kanaya menyadari dia tidak ada di kamar mereka, Damar pun segera bersiap meninggalkan Jihan walau dalam hati dia tidak rela.
“Good night sayang mimpi indah,” Sambil mencium kening Jihan sekali lagi.
Lalu Damar pun kembali ke kamar dirinya dan Kanaya.
**
Keesokan paginya Jihan merasakan ada yang aneh pada dirinya, tapi apa itu dia tidak tau.
“Aku merasa seperti ada yang masuk ke kamar dan mencium keningku tadi malam, tapi siapa”Ucapnya seorang diri.
“ Apa aku hanya bermimpi, tapi mengapa itu terasa begitu nyata” Ujarnya bingung.
“Sudahlah mungkin itu akibat dari aku kelelahan dari perjalan ke puncak kemarin,” Katanya lagi.
Lalu Jihan pun bersiap untuk mandi lalu solat, dan melupakan hal yang mengganjal atas kejadian aneh yang dia rasakan.
Saat Jihan berjalan menuju keluar, tanpa sengaja Damar pun keluar dari kamarnya.
“Hai bang, dimana kak Kanaya apakah belum bangun?” Tanya Jihan memulai pembicaraan.
“Sudah tadi, selesai solat lalu tidur lagi” Jawab Damar.
“Ooo begitu,” Kata Jihan mengangguk paham.
“Mengapa kamu bangun sepagi ini Jihan, apakah tidurmu kurang nyaman?” Bertanya pada Jihan.
“Bukan begitu bang, tidur Jihan nyaman kok! cuma ingin berkeliling melihat-lihat hotel ini saja, merasa sayang saja jika waktu di sini di habiskan untuk tidur” Ujarnya sambil tersenyum kepada Damar.
“Kalau begitu ayo kita berkeliling, udara di pagi hari sangat bagus untuk kesehatan apalagi di daerah puncak jarang ada polusi seperti yang ada di kota” Kata Damar mengajak.
“Tapi bagaimana dengan kak kanaya bang, apa tidak masalah kalau di tinggal sendirian di kamar?” Tanya Jihan.
“Tidak masalah Jihan, kamu tenang saja kakak kamu memang seperti itu, dia akan bangun sampai waktu sarapan tiba” Ucap Damar menjelaskan.
“Baiklah bang kalau begitu,” Jawab Jihan.
Akhirnya Damar pun berhasil meyakinkan kanaya, dan mengajaknya untuk jalan berdua mengelilingi daerah hotel tersebut...
Damar merasa sangat bahagia! Bisa melihat Jihan sedekat ini. Berjalan beriringan bersama berbicara santai hanya berdua, tidak ada dalam rencananya sebelumnya, dia mengira mungkin tuhan merestui keinginannya untuk memiliki jihan secepatnya pikirnya.
“Bang mengapa tersenyum, apa ada perkataanku yang lucu?” Tanya Jihan.
“Eh tidak jihan, abang hanya memikirkan mungkin dengan adanya bayi di tengah keluarga abang. Mungkin akan terasa menyenangkan,” Kata Damar asal menutupi rasa gugupnya yang ketahuan oleh Jihan.
“Ooo begitu! Betul yang abang katakan bayi merupakan ciptaan tuhan yang paling menyenangkan,” Ucap Jihan menanggapi ucapan Damar.
“Lihat bang sepasang suami istri dan anak mereka di sana. Mereka seperti keluarga harmonis apa lagi bayi yang begitu mungil di dalam dekapan sang ayah tampak nyamankan bang. Jika sudah waktunya tiba nanti jihan ingin memiliki keluarga seperti mereka” Kata jihan lagi sambil memandang keluarga tersebut.
Damar bisa melihat ada sumber kebahagian yang terpancar dari mata Jihan, sambil berbicara dengannya.
“Sebentar lagi abang akan mewujudkan ke ingin kamu dan abang sayang, memiliki bayi dan membangun keluarga yang harmonis. Itu janji abang,” Batin Damar berbicara.
“Iya kamu benar Jihan, seharusnya abang sudah harus di posisi itu. Tak tau kapan tuhan akan menitipkan kebahagiaan itu di tengah keluarga abang,” Ujarnya sedih.
Melihat mimik wajah Damar yang terlihat sedih, Jihan merasa dia salah bicara.
“Abang maaf, Jihan tidak bermaksud menyinggung. Jihan nyakin sebentar lagi malaikat kecil akan ada di tengah kebahagiaan abang dan kak Kanaya. Jihan percaya itu,” Ucap Jihan menyemangati.
“Iya abang juga berharap begitu, terima kasih Jihan! Ya sudah ayo kita lanjutkan berkelilingnya,” Kata Damar mengajak Jihan.
“Apa hanya perasaanku saja? Mengapa bang Damar terlihat berbeda kali ini, begitu hangat dan bersahabat pada ku.
Baru kali ini dia mau terseyum dan berbicara panjang lebar dengan ku, biasanya jangankan untuk bicara menatap saja tidak” Pikir Jihan.
“Hai mengapa melamun begitu Jihan! Apa ada yang kamu fikirkan?” Tanya Damar melihat Jihan yang hanya terdiam di tempatnya.
Jihan yang tersadar pun langsung menjawab Damar dengan terkejut
“Eh, iya bang kenapa?” Katanya bertanya balik.
Dengan tertawa, Damad mendekat pada Jihan
“Abang tadi bertanya loh! Mengapa kamu bertanya balik”.
“Memangnya tadi abang ada bertanya ya?” Tanyanya bingung.
“Kamu ini! Tadi abang tanya mengapa kamu melamun. Ada yang Jihan pikirkan,” Kata Damar mengulang pertanyaannya.
Dengan tertawa canggung Jihan menjawab
“Oh kirain Jihan bertanya apa! Jihan tidak ada memikirkan sesuatu kok bang.
“Masa sih, bohong ya sama abang” Kata Damar tidak percaya.
“Iya bang Damar, Jihan tidak berbohong,” Jawabnya menutupi kebohongannya.
“Yasudah kalau kamu belum mau cerita, tapi apa pun masalah kamu jangan sungkan cerita pada abang. Mana tau nantinya abang bisa membantu,” Kata Damar memberi penjelasan.
“Iya bang , makasih” Ucap Jihan.
“Apa aku sedang bermimpi, baru saja aku bertanya-tanya pada sikapnya tadi. Sekarang dia mengulang sikapnya yang bersahabat padaku, semakin membuat bingung saja ” Batin Jihan lagi.
**
Di sisi lain, kanaya sedang berada di kamar hotel. Terbangun dan melihat suaminya tidak ada di sampingnya.
“Mas Damar” Panggilnya.
Segera Kanaya bangkit dari tempat tidur, kerena tidak mendapat jawaban dari panggilannya tadi.
“Mas” Kata Kanaya lagi, sambil mengecek seluruh ruangan yang ada di kamar hotel tersebut.
“Kemana mas Damar, dikamar ini tidak ada. Apa dia sedang ada di bawah ya, tapi mengapa tidak mengajakku. Paling tidak memberi tahu, kalau begini aku yang khawatir jadinya,“ Kata Kanaya kesal.
“Lebih baik aku mandi, dan bersiap- siap pergi ke bawah mencari mas Damar,” Pikir Kanaya.
Tidak membutuhkan waktu lama, setelah Kanaya bersiap. Dia segera keluar dari kamarnya, lalu menghampiri kamar Jihan.
Kanaya pun menekan tombol pintu kamar Jihan.
“Loh mengapa di kunci ya! Berati tidak ada orang di dalam, jangan-jangan jihan dan mas Damar pergi keluar tanpa aku,” Ucapnya semakin marah.
Kanaya pun dengan segera menuju ke bawah, untuk mencari Damar dan Jihan.
Sedangkan Damar dan Jihan kembali ke daerah restoran untuk sarapan, setelah mengelilingi hotel tersebut.
Tetapi belum sampai di sana, Kanaya yang melihat Damar dan Jihan lantas memanggil mereka.
“Mas Damar, Jihan “ Panggil Kanaya berteriak.
Mendengar ada seseorang yang memanggil nama mereka, otomatis Jihan dan Damar pun melihat ke arah sumber suara tersebut.
“Mas Damar Jihan kalian dari mana saja, aku mencari kalian berdua?” Tanya Kanaya terlihat marah.
“Maaf kak, tadi Jihan dan abang tanpa sengaja bertemu. Lalu kami mengelilingi daerah hotel”Jawab Jihan terlihat takut.
“Lalu mengapa tidak mengajakku, aku sampai kebingungan mencari kalian berada. Setidaknya bilang dulu terhadapku, supaya aku tidak kesusahan mencari kalian,“ Jelas Kanaya yang masih terlihat marah.
“Kanaya sudahlah sayang! Tidak usah di perpanjang. Maaf tidak memberitahumu tadi mas melihat kamu sangat kelelahan, maka dari itu mas tidak tega membangunkan. Biasanya kamu juga saat waktu sarapa baru bangun, sudah tidak usah di perpanjang lagi ya,“ Kata Damar menenangkan sambil memeluk kanaya dengan mengusap rambutnya dengan sayang.
“Ya baiklah, lain kali jangan diulangi mas. Bukan aku melarang kamu dan Jihan mengelilingi hotel, tapi setidaknya beritahu aku kalian ke mana, agar aku tidak khawatir” Kata Kanaya tenang.
“Siap bu bos, sekarang masalahnya sudah selesai. Sebaiknya kita sarapan,” Kata Damar mengajak untuk sarapan.
Mereka pun berjalan menuju restoran.
Lalu menikmati sarapan mereka pagi itu, dalam hati Jihan mengucapkan syukur karena kakaknya tidak terlihat marah lagi.
Sesaat mereka sedang sarapan, Kanaya yang moodnya terlihat baik, memulai pembicaraan kembali.
“Mas rencananya kita akan berlibur sampai hari apa?” Tanya nya.
“Senin pagi, kita sudah harus kembali sayang”jawab Damar.
“Mengapa liburan yang begitu singkat mas. Benarkan Jihan terlalu cepat kan,” Kata Kanaya meminta dukungan.
Jihan hanya tersenyum, tanpa berbicara. Dia takut salah bicara bila ikut berkata nantinya.
“Maaf sayang, kamu tahu sendiri bagaimana sibuknya pekerjaan mas. Lain waktu akan mas usahakan, liburan yang panjang berdua denganmu” Kata Damar sambil menggenggam tangan Kanaya.
“Mas janjikan, akan Kanaya tagih lo “ Jawabnya
“Iya, apa yang tidak untuk kamu sayang “kata Damar menyakinkan.
Jihan yang melihat, sepasang suami istri tersebut pun tesenyum. Dan mengucap syukur kakaknya mendapatkan seseorang yang baik, mencintai serta menyanyanginya sepenuh hati menurut Jihan.
“Beruntungnya kamu kak, mendapatkan bang Damar yang mencintaimu, aku harap suatu saat nanti aku juga dapat bertemu laki-laki yang mencintaiku seperti suamimu kak” Ucapnya dalam hati.
Tanpa Jihan sadari, bahwa dari tadi damar sesekali mencuri pandang terhadap Jihan, dan bergumam maaf.
“Maafkan abang Jihan. Abang tidak bermaksud membuat kamu melihat adegan ini depan mu” Batinnya berkata.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!