Zayn seorang dokter spesialis onkologi sekaligus pemilik rumah sakit tempatnya bekerja sekarang. Zayn merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku lalu merubuhkan tubuhnya diatas kursi kerjanya, ya Zayn baru saja menyelesaikan satu operasi besar selama hampir 8 jam untuk melakukan transplantasi sumsum tulang belakang kepada salah satu pasiennya yang mengidap penyakit mematikan, leukemia.
Zayn menengadahkan kepalanya, memijit ringan didahinya sambil menutup kedua matanya. Niat hati ia ingin beristirahat sejenak namun apalah daya, ada saja pengganggunya seperti sekarang ini.
Tok.. tok... tok..
Pintu ruangan Zayn diketuk sebanyak tiga kali, lalu muncul seorang perawat cantik dari balik pintu sambil tersenyum sopan.
"Permisi dok, maaf saya mengganggu waktu istirahat anda." ucapnya sopan.
Zayn membuka kedua matanya, ia melirik ke arah perawat itu lalu berkata "Ada apa?"
"Ada Nyonya Fey diluar dok, apakah saya bisa memberikan izin kepada Nyonya untuk masuk?" tanyanya.
Zayn menghela nafasnya kasar, "Ah mommy selalu saja menggangguku, apa lagi sekarang!" ucapnya geram.
Belum sempat Zayn mengizinkan namun Nyonya Fey sudah lebih dulu menerobos masuk ke dalam ruangan anaknya membuat perawat yang tadinya berdiri di tengah langsung bergeser ke pinggir.
"Apakah mommy memerlukan izin untuk mengunjungi anaknya sendiri, Zayn?" tanya mommy kesal.
Zayn memberikan kode kepada perawat tadi untuk pergi dan melanjutkan kembali pekerjaannya. Begitu perawat tadi pergi, Zayn langsung menatap nyalang kepada mommynya, ia tahu dengan jelas alasan mommynya mendatanginya hingga kerumah sakit seperti ini.
Saat mommy akan duduk, Zayn lebih dulu menyemprotkan cairan disinfektan ke arah mommynya.
"Astaga Zayn, apa kau pikir mommy akan membawa kuman penyakit ke ruanganmu ini?" tanyanya tak percaya.
"Aku hanya berjaga-jaga mom, aku tidak tahu kau habis darimana dan memegang apa saja." ucapnya dengan santai.
Fey menatap kearah Zayn dengan tajam lalu duduk di kursi yang ada di hadapan anaknya itu, ya Fey harus ekstra bekerja keras untuk bisa seperti ini dengan anaknya yang mengidap OCD itu.
"Siapa lagi sekarang mom?" tanya Zayn to the point, ia langsung mengetahui alasan kedatangan mommynya ke rumah sakit.
"Namanya Jessica, dia seorang aktris terkenal dikota ini. Kau pasti mengenalnya bukan?" ucap Fey antusias.
"Aku tidak mengenalnya mom." jawab Zayn jujur.
Fey membelalakkan matanya, "Oh my God Zayn! Jessica sangat terkenal mana mungkin kau tidak mengenal dirinya." ucap Fey tak percaya.
"Aku memang tidak mengenalnya mom, kau tahu sendirikan jadwalku? aku bisa melakukan satu sampai dua operasi sehari itu belum lagi dengan pemeriksaan pasien-pasienku dan penanganan pasien gawat darurat." jelasnya.
Fey menghela nafasnya berat, ia tidak bisa menyangkalnya. "Ya mommy tahu kau sangat sibuk, karena itu mommy membantumu untuk mendapatkan seorang istri, bagaimana?"
"Aku belum mau menikah mom...." kesalnya, bahkan Zayn sampai memijit kepalanya.
"Ayolah Zayn, umurmu sudah 32 tahun apalagi yang kau tunggu?" tanya Fey sedikit emosi dengan anaknya itu.
"Tidak ada hanya saja aku belum tertarik dengan wanita manapun.." bukan! bukan Zayn tidak tertarik, lebih tepatnya ia tidak akan sudi bersama dengan orang lain apalagi harus bermesraan dengannya.
"Bilang saja ini karena OCD mu itu!" Fey tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya sekarang.
"Kalau mommy tahu kenapa masih bertanya lagi? sudahlah mom, lebih baik menyerah saja mom, nanti aku akan menyeret langsung wanita yang kucintai ke Altar jika aku sudah siap." jawabnya.
"Lalu menurutmu kapan kau akan melakukannya?" tanyanya.
"Emm tidak tahu mom, umurku kan masih panjang. Aku menjalani serangkaian hidup sehat jadi aku jamin aku bisa berumur panjang mom." jawabnya ringan, untung saja Fey sudah terbiasa dengan kelakuan anaknya, jika tidak maka...
"Apa kau mau menunggu sampai mommy meninggal Zayn? mommy ingin menggendong seorang cucu.." Fey sekarang terlihat sedih, air mata menggenang di pelupuk matanya.
Zayn mendesah pelan, selalu begini. Mommy punya taktik untuk membuatnya skakmat.
'Yes! semoga Zayn mau.. ini cara terakhirku, aku yakin Zayn tidak akan menolaknya jika melihat aku menangis.' batin Fey tersenyum menang saat melihat wajah gusar anaknya.
"Zayn, mommy mohon temui saja Jessica lebih dulu. Mommy jamin kau akan sangat menyukainya!"
"Baiklah mom, aku akan menemuinya." Zayn mengalah pada akhirnya, membuat Fey tersenyum senang.
"Ahh mommy menyayangimu sayang.."
"Baiklah mom, bisa kau jelaskan tentangnya dulu? aku akan menemuinya jika ia masuk ke dalam kualifikasiku." tanya Zayn.
Ya seperti ini biasanya, Zayn akan bertanyya dulu seperti apa orang yang dijodohkan oleh mommynya dan selama 15 kali penjodohan semuanya gagal karena ada sedikit saja kesalahan atau yang tidak disukai oleh Zayn dan dari itulah mommy belajar untuk mempersiapkan calon yang sesuai dengan tipikal anaknya itu.
"Dia cantik, berkulit putih bersih dan mulus. Rambutnya panjang, hitam dan lurus."
"Lalu? bagaimana dengan tinggi badannya? berat badannya?" tanya Zayn.
"Tinggi Jessica 173 cm, berat badannya yang mommy tahu 50kg. Dan dia memiliki lingkar pinggang hanya 19,6 inch Zayn!" pekik Fey dengan girang.
Zayn mengangkat sebelah alisnya lalu kembali menunjukkan ekspresi datar setelah beberapa detik. "Lalu bagaimana dengan kebiasaan hidupnya? apa dia sering mencuci tangannya? menggosok giginya?" tanya Zayn lagi.
"Dia sangat sesuai dengan kriteriamu Zayn, dia sangat bersih dan rapi! mommy jamin kau pasti akan menyukainya." ucap Fey dengan penuh keyakinan.
"Baiklah kapan aku harus bertemu dengannya?" tanya Zayn.
"Besok Zayn! jangan beralasan pada mommy karena besok itu adalah akhir pekan!" ancamya.
"Baiklah mom, persiapkan saja semuanya." ucap Zayn menyerah, jika memang Jessica sesuai dengan kriterianya maka tidak ada salahnya bukan jika Zayn menerimanya.
Fey keluar dari ruangan anaknya dengan senyum merekah, di bayangannya sekarang ia tengah membayangkan bagaimana jadinya nanti ketika ia mempunyai cucu, menggendong dan mengajak cucunya bermain.
"Yeay, aku akan segera punya cucu dan orang-orang tidak akan menggosipkan bahwa anakku adalah seorang gay!" pekiknya riang.
Selama ini Zayn selalu dianggap gay oleh orang-orang disekitarnya karena selama hidupnya ia tidak pernah berpacaran dengan wanita manapun bahkan bersentuhan tangan saja ia sudah memekik ketakutan dan harus menyemprotkan banyak disinfektan ke seluruh tubuhnya.
Zayn menghela nafasnya tenang setelah kepergian mommynya, "Akhirnya aku bisa beristirahat juga.." gumamnya lalu menutup matanya perlahan.
Tok.. tok.. tok..
"Permisi dokter, pasien yang dokter rawat atas nama Reina harus dokter periksa secepatnya dok."
"Baru saja aku mau tertidur, ck baiklah ini kan memang pekerjaanku." gumam Zayn.
"Apa yang terjadi?" tanya Zayn.
"kemungkinan ada banyak cairan menumpuk di paru-parunya dok karena Reina mengalami sesak, nyeri dan sakit di dadanya. Sepertinya kita harus melakukan rontgen untuk mendeteksinya dok." jawabnya.
Zayn langsung membelalakkan matanya, jika benar maka ada kemungkinan pasiennya itu akan mengalami komplikasi. Reina sudah hampir 3 bulan lamanya berada di rumah sakit ini karena kanker lambung yang dideritanya dan rutin melakukan kemoterapi.
"Kita kesana!" ucap Zayn.
Ia dan perawat tadi langsung berlari menuju ke ruangan Reina, gadis berusia 12 tahun yang malang. Tidak, bagi Zayn Reina harus tetap hidup, ia harus sembuh sehingga kemalangan ini pergi dari hidupnya.
Zayn masuk ke dalam ruangan Reina, disana diatas brankar Reina tengah terbaring sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sakit.
"Dok-dok..ter.. sa..kit..da..da..rei..na..sakit..." Reina merengek kesakitan, ia terus menangis.
"Lakukan rontgen secepatnya!" ucap Zayn.
Dua dokter residen dan perawat yang ada diruangan langsung bergerak membawa brankar milik Reina menuju ke ruangan rontgen dengan bantuan alat pernafasan untuk membantu Reina bernafas.
Setelah proses foto rontgen selesai, Zayn langsung memeriksanya dan ternyata benar ada penumpukan cairan di lobus kiri Reina. Zayn menduga gadis itu mengalami effusi pleura* yang mungkin disebabkan karena berulang kali Reina melakukan kemoterapi yang efek sampingnya bisa menurunkan kekebalan tubuh seseorang, meminum banyak jenis obat dan tinggal dirumah sakit sehingga bakteri dengan cepat dan mudah masuk ke dalam paru-parunya.
*Penumpukan cairan di antara jaringan yang melapisi paru-paru dan dada.
"Kita pasang selang WSD* di paru-paru kirinya!"
Dua orang dokter residen tadi dengan cekatan langsung mengambil selang WSD, mereka membantu Zayn dan memperhatikan dengan baik bagaimana Zayn melakukan tugasnya, memasang selang WSD ke dalam tubuh Reina.
*WSD (Water Seal Drainage) adalah suatu tindakan pemasangan kateter pada rongga thoraks, rongga pleura ,mediastinum dengan tujuan untuk mengeluarkan udara atau cairan dari rongga tersebut.
Begitu selang terpasang dengan baik, cairan berwarna hijau pekat langsung keluar melalui selang bahkan sebagian cairannya muncrat mengenai snelli atau jas dokter yang Zayn gunakan hingga tercium bau menyengat.
Zayn memang pengidap OCD* yang mengakibatkan dirinya selalu membersihkan dirinya berulang kali dan menggunakan disinfektan agar tidak ada bakteri, kuman, ataupun virus yang hinggap bahkan masuk ke dalam tubuhnya. Namun jika sedang bekerja seperti sekarang, Zayn bisa bersikap dengan normal, ia bahkan tidak takut dengan cairan ataupun darah dari pasiennya sendiri.
*Obsessive Compulsive Disorder (OCD) adalah kelainan mental yang membuat seseorang memiliki pikiran atau perilaku yang tidak terkendali (obsesi) untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsif).
"Reputasi nafas pasien meningkat dok 40/menit." ucap salah satu dokter residen.
Zayn langsung mengambil posisi disebelah Reina, "Reina coba duduk ya." ucapnya.
Dengan dibantu Zayn, Reina duduk dengan sedikit kesusahan. "Bungkuk kan badanmu Reina." ucapnya.
Reina membungkukkan badannya, Zayn langsung memukul pelan punggung Reina berulang kali. "Cobalah batuk berulang kali." ucapnya.
Reina terbatuk beberapa kali, dan ada lebih banyak cairan pekat yang keluar dari paru-paru Reina, gadis itu bahkan sampai pucat kesusahan untuk bernafas.
"Reputasi nafas 30/menit dok."
Zayn menghela nafasnya, "Baiklah, kau tetap disini dan awasi kondisi Reina, cepat ambil tindakan jika terjadi sesuatu dan langsung hubungi aku, kau mengerti?" ucap Zayn sambil menunjuk salah satu dokter residen.
"Siap dok." jawabnya.
Zayn keluar dari ruangan Reina diikuti oleh dua orang perawat dan juga satu dokter residen dibelakangnya. Sedangkan satu dokter residen lagi masih menjaga Reina dan memastikan kondisinya sudah stabil karena Reina masih kecil dan banyak harapan yang harus diwujudkan olehnya karena itu Zayn dan para dokter serta perawat menjaga dan mengobatinya dengan semaksimal mungkin.
Zayn melirik ke arah arloji di tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Zayn merasakan perutnya yang keroncongan meminta untuk segera diisi dengan makanan lezat empat sehat lima sempurna.
Zayn masuk ke dalam ruangannya, ia melepaskan snelli yang melekat di tubuhnya, ada cairan dari rongga paru-paru Raina yang terciprat ke snelli nya, disaat seperti inilah kesadaran Zayn akan OCD-nya kembali, ia langsung melemparkan snelli nya ke dalam keranjang dan menelpon toko laundry untuk mengambil dan mencucinya nanti.
Zayn masuk ke dalam kamar mandi yang ada di ruangannya, membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan bau, menggosok tubuhnya berulang kali, menggosok giginya perlahan sebanyak dua kali dan mencuci wajahnya berulang kali memastikan tidak ada satu kuman pun yang menempel di wajah tampannya.
Bahkan kamar mandinya saja bisa dipakai untuk makan dan tidur saking bersihnya, tidak ada debu yang hinggap di peralatan, lantainya mengkilap seperti kaca dan Zayn menjamin tidak akan ada satu pun bakteri dan kuman di dalamnya, bahkan kecoa pun takut untuk masuk.
Zayn menggosok rambutnya dengan handuk kemudian melemparkan handuknya ke dalam keranjang kotor, setelahnya ia memakai kemeja dengan lengan yang digulung hingga ke siku, dipadupadankan dengan celana jeans hitam. Zayn keluar dari kamar mandi, membereskan peralatan kerjanya dan menggenggam ponsel miliknya.
Zayn keluar dari ruangannya, seluruh pekerjaannya hari ini sudah selesai dan Zayn bisa menikmati waktunya sendiri di apartement.
"Selamat malam dokter, sudah mau pulang?" sapa salah satu perawat yang bekerja di satu divisi dengan Zayn.
Zayn menganggukkan kepalanya, "Ya, sudah dua hari saya menghabiskan waktu dirumah sakit." jawabnya.
Perawat itu menganggukkan kepalanya, ya kemarin pagi ada kecelakaan beruntun di persimpangan dekat rumah sakit, karena para korban mengalami luka yang cukup parah dan dokter yang kewalahan mau tak mau Zayn ikut turun tangan mengambil alih salah satu pasien dengan luka parah dan tangan yang putus karena kecelakaan itu.
"Kalau begitu selamat beristirahat dokter, semoga malam anda menyenangkan." ucapnya kemudian menundukkan sedikit tubuhnya hormat kepada Zayn.
Zayn menganggukkan kepalanya, tanpa menjawab ia langsung berlalu menuju ke arah parkiran rumah sakit dimana mobilnya terpakir. Saat Zayn keluar, ia melihat seorang gadis duduk meringkuk dibawah pohon dekat dengan mobilnya, namun Zayn tidak memperdulikannya sama sekali dan langsung mengeluarkan sebuah tisu sebagai alas untuk membuka pintu mobil miliknya.
"Dokter tunggu!!" pekik gadis itu.
Zayn menahan tangannya di pintu mobil, ia melirik ke arah gadis tadi yang kini berdiri di sampingnya dengan senyum cerah mengembang bak bolu kukus mekar.
Gadis itu berjalan mendekat kearah Zayn dan Zayn langsung membolakan kedua matanya, tubuhnya secara refleks memberikan sinyal danger ke otaknya.
"Tidak jangan mendekat tetap disitu!" pekiknya.
Zayn menatap gadis itu dari atas ke bawah dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, rambutnya acak-acakan dan ada daun yang menempel di rambut atasnya, Zayn mengira gadis itu tidak mencuci rambutnya lebih dari seminggu!
'Astaga makhluk macam apa dirinya!'
Kembali lagi Zayn melirik ke arah wajah gadis itu, ada bekas iler yang masih menempel di dekat bibirnya, kotoran matanya menumpuk di ujung matanya dan bibirnya yang kering pecah pecah. Gadis itu hanya diam ditatap oleh Zayn, tidak bersuara sama sekali hanya sesekali menguap menahan kantuknya.
Baju gadis itu terlihat kotor, ada bekas kuah makanan disalah satu lengannya, ah Zayn tidak bisa membayangkan berapa banyak kuman bakteri yang ia rawat dan ia kembang biakkan di tubuhnya.
"Dokter! aku mengantuk!" ucapnya, ia menguap dengan lebar membuat Zayn terkejut dan langsung mundur menjauh.
"Lalu jika kau mengantuk apa urusannya denganku?" tanya Zayn ketus.
"Aku tidak punya tempat tinggal dokter, izinkan aku tinggal dirumahmu sementara waktu." ucapnya dengan enteng.
"APAAAA?!" Pekik Zayn terkejut dengan apa yang diucapkan oleh gadis didepannya itu.
Nara Prameswari gadis dengan nasib malang yang harus kehilangan kedua orang tuanya karena insiden kecelakaan pesawat dan setelah itu tidak ada satupun sanak saudara yang mau mengulurkan tangannya untuk membantu dan merawat Nara, hingga ia dirawat oleh panti asuhan hingga usianya menginjak 18 tahun.
Setelah Nara keluar dari panti, ia bekerja disebuah cafe kecil sebagai pramusaji dengan gaji yang tidak terlalu besar namun cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Hingga kejadian malang menimpanya, ia dituduh mencuri ponsel seorang pengunjung dan akhirnya harus kehilangan pekerjaannya dan ibu kos mengusirnya karena tidak bisa membayar uang kos selama 4 bulan terakhir.
Nara berjalan melewati sebuah rumah sakit besar, ia memegangi perutnya yang terasa lapar pagi ini karena sejak kemarin malam ia tidak mengkonsumsi makanan apapun demi menghemat uangnya yang tinggal sedikit.
Nara berjalan masuk ke dalam rumah sakit, bertanya kepada salah satu OB yang tengah mengepel lantai.
"Permisi, apa aku boleh bertanya?" ucap Nara.
OB tersebut menganggukkan kepalanya "Mau bertanya apa?"
"Apa disini ada lowongan pekerjaan?" tanyanya.
OB itu tampak terdiam sejenak, berpikir sebelum ia berbicara sambil memperhatikan penampilan Nara dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
"Maaf kau tidak termasuk kriteria untuk mendapatkan pekerjaan disini." ucapnya.
Nara mengerjapkan kedua matanya, kriteria apa yang tidak ia penuhi? tanyanya dalam hati.
"Tunggu, apa kriteria yang tidak aku punya? bisakah kau memberitahuku? aku sangat membutuhkan pekerjaan saat ini dan aku akan melakukan appaun untuk bisa bekerja disini." ucapnya dengan tatapan memohon.
OB tersebut menghela nafasnya, ia menurunkan masker yang digunakannya sejak tadi.
"Kau harus bersih dan rapi! dan kau bisa melihat kau akan diterima atau tidak nanti saat menemui pemilik rumah sakit ini." ucapnya.
Bersih? rapi? Nara melirik penampilannya, rambutnya yang agak kusut dan bajunya juga bau karena ia belum mandi namun Nara menggelengkan kepalanya, tidak! aku bersih hanya saja aku baru diusir dari kos-kosan dan tidak bisa merawat tubuhku dengan baik gumamnya.
"Kenapa aku harus bertemu langsung dengan pemilik rumah sakit ini?" tanya Nara keheranan.
"Pemilik rumah sakit ini mau setiap pekerjanya terseleksi dengan baik karena itu kau harus bertemu langsung dengannya." jawab OB tersebut.
"Baiklah aku mau menemuinya, dimana pemilik rumah sakit ini?" tanya Nara.
OB tersebut mengedarkan pandangannya lalu menunjuk seorang pria muda tampan yang baru keluar dari instalasi gawat darurat.
"Itu pemiliknya!" ucap OB itu.
Nara memperhatikannya, "Dia seorang dokter?" tanya Nara dan OB itu menganggukkan kepalanya.
Nara menarik nafasnya kuat, "Baiklah aku akan menemuinya!" ucapnya namun belum ada lima langkah Nara melangkahkan kakinya, OB itu sudah mencegatnya dan menarik tangannya kuat.
Nara melirik OB itu kesal, ia melihat dokter tampan itu sudah berlalu masuk ke dalam lift dan membuat Nara menghela nafasnya berat.
"Kau akan diusir jika berani masuk ke dalam rumah sakit apalagi ke ruangannya jika seperti ini." ucap OB itu.
Nara menatap nyalang ke OB itu, menurutnya itu sebuah penghinaan atas dirinya namun balik lagi Nara tidak bisa menyangkalnya, siapa yang mau menerima pelamar yang belum mandi? jawabannya tidak ada!
"Lalu bagaimana aku bisa menemuinya?" tanya Nara.
OB tersebut menunjuk sebuah mobil mewah yang ada diparkiran rumah sakit, "Itu mobilnya, tunggu saja disana."
Dan karena itulah Nara menghabiskan waktunya duduk dan menunggu pemilik rumah sakit di bawah pohon, ia mengganti bajunya dan mmembersihkan tubuhnya di kamar mandi rumah sakit menikmati makanan yang ia beli dari kantin rumah sakit yang tergolong cukup mahal untuk dirinya sendiri karena itu Nara sengaja menggabungkan jam sarapan dan makan siangnya menjadi satu demi berhemat.
Nara memakan makanannya dengan lahap, rasa masakan kantin di rumah sakit ini sangat enak menurutnya, perutnya yang lapar membuat Nara tidak bisa memakan makanannya dengan perlahan hingga bajunya terkena noda makanan dan melupakan ucapan OB tersebut.
'Bersih dan rapi'
Demi tidak kecolongan, Nara tidak tertidur bahkan saat tengah malam pun ia tetap terjaga disana menunggu disamping mobil dengan tenang walau gusar dihatinya menggebu sampai akhirnya penantiannya berbuah manis saat yang pria ditunggunya datang, muncul di depan matanya setelah tak kelihatan batang hidungnya selama dua hari. Pria itu melangkah dan akan membuka pintu mobilnya namun Nara langsung mencegahnya, ia tak ingin kesempatan hidupnya lenyap begitu saja
"APA YANG KAU LAKUKAN?" Bentaknya.
Nara tergelak mendengar bentakan Zayn, beberapa perawat dan orang yang berlalu lalang memperhatikan mereka sambil berbisik namun Nara tetap pada pendiriannya.
Demi bertahan hidup!
"Aku tidak akan minggir kecuali kau membawaku pulang!"
Nara pikir, besok saja ia mengatakan niatnya untuk bekerja karena rasa kantuknya yang sudah tak tertahankan lagi. Biarkan saja dokter ini berpikir aneh yang penting aku ingin mengistirahatkan tubuhku dulu pikirnya.
Zayn menatap tak percaya dengan gadis di depannya itu, mereka baru saling mengenal-ah tidak lebih tepatnya baru saling bertemu beberapa detik namun dengan beraninya ia meminta untuk menginap diapartement miliknya.
"Tidak! Aku tidak akan mengizinkan! Apa kau tidak mempunyai rumah?" Sindir Zayn.
Nara tergelak, ada rasa sakit dihatinya namun memang itu kebenarannya, ia saja tidak tahu harus tinggal dimana sekarang.
"Ck! Aku memang tidak punya tempat tinggal, aku baru saja di usir dari kos-kosanku. Tapi kau tidak perlu berkata seperti itu juga." Ucap Nara.
Zayn menghedikkan bahunya, "Minggir! Aku mau pulang!" Ucapnya sambil menggerakkan tangannya mengusir Nara agar menjauh dari jangkauannya.
Nara membelalakkan matanya, buru-buru ia berdiri dengan merentangkan kedua tangannya di depan pintu mobil membuat Zayn menatap kaget tak percaya.
Zayn menghela nafasnya kasar, "Minggirlah.. aku lelah dan tidak ingin berdebat apalagi dengan gadis kotor seperti dirimu!" Katanya malas.
"Aku mohon, aku tidak tahu harus tinggal dimana.. tolong berikan aku tempat tinggal sampai aku mendapatkan tempat sewa yang baru.." lirihnya.
Zayn menghela nafasnya lagi, "Bagaimana bisa kau memintaku untuk membawamu ke apartementku? Kau tidak mengenalku dan sepercaya itu dirimu? Bagaimana jika aku mengambil kesempatan dalam kesempitan?" Cercah Zayn.
Kumohon jangan ikut, aku malas berdekatan dengan wanita, bahkan bernafas pun sulit untuk kulakukan, batin Zayn.
Nara menelan salivanya susah payah, benar Zayn adalah seorang pria dan bagaimana bisa Nara sepercaya itu? Namun melihat Zayn yang terlihat jijik dengannya membuat Nara berpikir Zayn tidak akan mengambil kesempatan apapun dengannya.
"Aku percaya padamu! Jadi tolong izinkan aku menginap ditempatmu!" Nara memohon dengan sepenuh hatinya, ah tidak seperempat hati lebih tepat.
Zayn memijat pelipisnya frustasi, namun akhirnya ia menganggukkan kepalanya membuat Nara memekik senang bukan main.
Terima kasih! Ya sudah ayo!" Nara terlihat sangat senang dan semangat.
Zayn mengeluarkan cairan disinfektan yang ada di dalam tas kerja miliknya, menyemprotkan cukup banyak ke arah Nara hingga tinggal tersisa setengah.
"Uhuukk.... Uhukk... Apa ini?" Tanya Nara keheranan, bau dari cairan disinfektan tersebut membuat Nara tidak nyaman.
"Disinfektan, untuk membunuh kuman peliharaanmu." Ucapnya menohok membuat Nara terdiam mematung di tempat.
"Hei! Siapa yang memelihara kuman? Aku bersih!" Pekik Nara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!