NovelToon NovelToon

Suamiku Atasan Kakakku

Part 1

Di sebuah Lapangan sekolah SMA Negeri favorit tempat Kanaya bersekolah sedang mengadakan acara perlombaan antara sekolah. Di sekolahan SMA Negeri tempat Kanaya mencari ilmu merupakan menjadi tempat saingan terberatnya bagi Siswa-siswa di sekolah yang lain.

Lomba antara sekolah yang di adakan di lapangan belakang sekolah, merupakan lomba tahun ke-2 SMA Negeri Surakarta, menjadi tuan rumah perlombaan tahunan yang diselenggarakan setiap tahunnya di SMA se-kota Surakarta.

Kanaya Bhakti merupakan murid berprestasi di bidang akademik, semua bidang mata pelajaran sangat menguasainya, kecuali bahasa Jawa karena Kanaya tidak bisa mengikuti karena menurut Kanaya pengucapan sangat susah untuk di lafalkan, tetapi Kanaya sangat menyukai pelajaran matematika, dan fisika.

Tidak segan-segan Kanaya membantu teman-teman nya yang butuh tambahan mata pelajaran baik di rumahnya maupun di sekolahan. Banyak siswa siswi yang tertarik, dan mengikuti les tambahan dengan Kanaya sebagai gurunya memberikan pelajaran kepada teman-temannya lewat door to door atau jam sepulang sekolah-nya.

Satu bulan terakhir ini Kanaya mengikuti lomba yang diadakan di sekolah, maupun luar sekolah. Kanaya sering mendapatkan uang dari hasil perlombaan yang di menangkan, yang bisa Kanaya tabung untuk masa depannya kelak.

Kanaya sangat bersyukur di berikan ilmu yang lebih, agar bisa berbagi dengan teman-temannya yang susah memahami mata pelajaran di kelasnya.

Dari kecil, dari Kanaya masih Taman kanak-kanak. Kanaya suka bercerita dengan teman-temannya tentang cita-cita yang selama ini ingin di capai nya menjadi seorang dokter.

Menurut Kanaya pekerjaan Dokter itu, pekerjaan yang mulia. Kanaya bisa menolong orang banyak, yang sangat membutuhkan bantuannya dengan kedua tangannya.

Cita-cita dari kecil masih selalu terngiang-ngiang di telinganya, dan menjadi semangat nya untuk mewujudkan keinginan menjadi seorang Dokter Kandungan.

Besar harapan Kanaya untuk mewujudkan cita-citanya. Kanaya dari sekarang sudah mempersiapkan dirinya untuk rajin belajar, biar kelak dapat beasiswa, untuk melanjutkan kuliah kedokterannya di universitas yang sudah dari dulu menjadi impiannya.

Seperti sekarang ini Kanaya menyaksikan pertandingan bola volley antara SMA Negeri A, dan SMA Negeri B yang sedang bertanding dengan hasil yang sangat sengit, dan dewan juri kebingungan untuk memenangkan siapa yang jadi pemenangnya, karena nilainya saling kejar mengejar.

Suara hura-hura.... dan sorak gembira...., dan tepukan tangan memenuhi lapangan pertandingan.

Kanaya duduk paling depan, di sampingnya ada dua sahabatnya yang duduk saling bersisian dengan Kanaya.

"Naya.... " Sapa sahabatnya Andina.

"Iya Dina." Jawab Kanaya yang masih memperhatikan pertandingan yang ada di depan matanya

"Iih kamu! kalau di ajak berbicara malah sibuk memperhatikan cogan yang sedang bertanding." Sahut Andina yang pura-pura memanyunkan bibirnya, dan sedikit cemberut karena sahabatnya lebih suka melihat pertandingan, daripada dirinya yang sedang berbicara

"Sorry! Din, habis pertandingannya sangat seru!" Tutur Kanaya yang merasa bersalah, dan mengabaikan sahabatnya.

"Kamu nyebelin, Nay!" Rengekan Andina membuat kedua sahabatnya menoleh ke arahnya Andina.

"Cita-citamu ingin jadi apa, Nay?" tanya Maldifa Yang lagi serius memperhatikan , pertandingan tanpa menoleh ke arahnya Kanaya.

"Dokter Difa." Jawab Kanaya singkat.

"Kalau kamu, Difa?" tanya Kanaya yang sibuk melihat pertandingan yang lagi-lagi seru-serunya.

"Guru, Nay!" Jawab Maldifa.

Kanaya mempunyai dua sahabat Maldifa, dan Andina. mereka berdua merupakan sahabatnya dari mereka masih duduk di bangku SMP.

Persahabatan mereka terjalin sampai mereka bertiga masuk di SMA yang sama. Mereka bertiga memiliki cita-cita yang berbeda, walaupun banyak orang yang mengira mereka bertiga adalah kembar.

Kanaya Bhakti seorang gadis cantik, pintar, smart, dan tidak pelit ilmu. Bila ada teman yang kesusahan dalam mata pelajaran, Kanaya siap membantu teman-teman yang membutuhkan bantuannya.

Kanaya terlahir dari keluarga yang sederhana, dan serba pas-pasan. Kedua orang tuanya masih aktif mengajar di SMK Satriya, yang sebentar lagi Bapaknya memasuki masa pensiun.

Mulai dari sekarang Kanaya harus rajin belajar, rajin membagi waktu antara sekolah, dan membantu ibunya dengan pekerjaan rumahnya.

Terkadang Kanaya ikut lomba di sekolah, pulang-pulang membawa piala, dan sejumlah uang yang di sediakan panitia pelaksana lomba.

Sebagian uang yang di dapat dari perlombaan, Kanaya tabung, dan di kasihkan ke ibunya untuk tambahan jajan adiknya.

Walaupun orang tuanya tidak pernah meminta uang hasil jerih payahnya selama Kanaya mengikuti lomba.

Tetapi Kanaya sangat ingin membantu ekonomi keluarganya, karena gaji kedua orang tuanya habis untuk mengangsur ke Bank tiap bulannya.

Kakaknya yang pertama bernama Reksa Bhakti, lulusan UNPAD Bandung. Kakak Reksa lulus dengan nilai cumlaude, Setelah di nyatakan lulus dari kampus. Kak Reksa keterima kerja, sebelum wisuda di kampus.

Sekarang kakaknya merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib, dan bekerja di perusahaan Abadi Group yang terbesar di Indonesia.

Kakaknya baru saja lulus dari UNPAD berkat beasiswa berprestasi, karena dari kecil kakaknya selalu juara kelas, dan mendapatkan piala, piagam, dan sejumlah langsung.

Kanaya selalu ingin mengikuti jejak kakaknya, menjadi murid berprestasi, dan yang terbaik, dan yang bisa di banggakan dengan nilai cumlaude.

Karena Kanaya berharap biar kuliahnya bisa mendapatkan beasiswa, dan tidak membayar itu cita-cita Kanaya dari kecil hingga kelas 2 SMA.

Menurut Kanaya, karena kuliah kedokteran itu sangat mahal, dan teruntuk dokter kandungan pasti akan memakan biaya yang tidak sedikit.

Makanya dari sekarang Kanaya sudah sangat rajin belajar, karena sebentar lagi ujian tengah semester. Kanaya mempersiapkan sebaik mungkin untuk menjadi juara kelas dengan nilai yang terbaik.

Drttt drttt drttt......

Ponsel Kanaya yang ada di meja belajarnya bergetar berulang-ulang, akhirnya Kanaya mengalah, dan melihat layar ponselnya yang menampilkan nama kakaknya "Reksa Bhakti" .

"Ada apa kakaknya menelepon pas waktu belajar?" Guman Kanaya yang masih menimbang-nimbang di angkat, dan tidaknya telepon kakaknya.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Kanaya menggeser keatas warna hijau, dan loudspeaker ponselnya, supaya Kanaya lebih jelas mendengar suara kakaknya.

"Assalamu'alaikum, kak. " Sapa Kanaya memberikan senyuman di layar ponselnya, dan mengucapkan salam pertamanya.

"Walaikumsalam, adek kakak yang paling cantik." Jawabnya kak Reksa sedikit tersenyum geli melihat penampilan adiknya yang acak-acakan.

"Adek lagi belajar apa, Dek?" tanya kakaknya Reksa yang sedang melihat gerak-gerik adiknya yang makin tidak bisa diam.

"Belajar ya, dek?" tanya ulang kakaknyaya yang sebelumnya di abaikan Kanaya, karena besok ada ulangan terakhirnya UTS (Ujian Tengah Semester).

"Iya....iy.a Kak,." Jawab Kanaya yang masih fokus dengan buku pelajarannya, dan sesekali melihat kakaknya, yang semakin tampan dengan balutan jas armaninya.

"Memuji kakak, Hmmmm!" Ucap Reksa yang percaya diri, dan geer merasa dirinya di puji Adiknya Kanaya.

Part 2

Drttt drttt......

Ponsel Kanaya bergetar, Kanaya merogoh saku roknya untuk melihat ke layar ponselnya. tertera nama "Kak Reksa" buru-buru Kanaya menggeser warna hijau.

"Assalamu'alaikum, kak." sapa Kanaya yang tersenyum sangat sumringah.

"Kakak sedang dimana? sepertinya bukan di kantor?" tanya Kanaya yang beruntun.

"Walaikumsalam, Dek." Jawab Reksa.

"Kakak lagi di bandara mau ke London, menemani bos kakak." Tutur Reksa.

"Hah? London kak."

"Kanaya, boleh ikut kak?" tanya Kanaya yang ingin pergi berlibur, kebetulan hari ini tanggal merah, dan liburan sekolah

"Kakak, ke London bukan untuk liburan! Kakak ke London untuk bekerja." Jawab Reksa yang sudah terkekeh melihat reaksi adiknya yang semakin cemberut.

Bapak, Ibu kemana, Dek?" tanya Reksa.

"Pergi ke kondangan, Kak." Jawab Kanaya.

"Pantas saja, tadi kakak menelepon tidak ada yang mengangkatnya."

"Bilang Bapak, Ibu kalau kakak pergi ke London untuk menemani bos kakak bekerja." Tutur Reksa.

"Kakak berapa hari di sana?" tanya Kanaya.

"Sepuluh harian, Dek." Jawab Reksa.

"Sudah dulu ya, Dek! Kakak mau bording dulu karena sebentar lagi pesawatnya mau Take On." Tutur Reksa.

"Take care, Kak."

Klik...

Sambungan telepon dimatikan sebelah pihak oleh kakaknya, karena sudah ada pemberitahuan dari petugas bandara, bahwa pesawat tujuan London akan segera Take off.

Setelah menutup teleponnya, dan memasukkan ponselnya ke saku celananya. Reksa berjalan di belakang bosnya dengan menggeret kopernya kanan kiri.

Setelah memasuki kabin pesawat, Reksa mematikan ponselnya, dan merogohnya kembali untuk memasukkan ponselnya ke sakunya.

Setelah menempuh perjalanan 16 jam, mereka tiba di Bandara internasional Heathrow airport di London, Inggris.

Mereka berdua sudah di jemput orang suruhan Ayahnya Tama, sekaligus orang kepercayaan Ayahnya.

Mister Raul melambaikan tangan, dan meletakkan papan nama "Wiratama Abadi Wiratmaja" Nama yang tidak asing bagi pebisnis dunia, karena terkenal keuletannya, dan ketekunan Adi Wiratmaja, perkembangan perusahaannya sangat pesat berkat tangan dingin Adi Wiratmaja, Ayahnya Tama.

Keduanya sudah tiba di apartemen yang jaraknya sangat dekat dengan perusahaannya. mereka berdua tinggal jalan kaki tidak sampai 5 menit sudah sampai kantornya.

Pemandangan apartemen sangat indah di malam hari, setelah menikmati kota London dari balkon kamarnya, mereka merebahkan tubuhnya di atas kasur, dan mulai memejamkan kedua matanya untuk beristirahat, sebelum memulai kesibukan hari esok.

Namanya Wiratama Abadi Wiratmaja, Seorang Ceo perusahaan yang bergerak di bidang properti. Yang sudah melalang buana kemana-mana, dan memiliki anak cabang baik di dalam negeri maupun diluar negeri.

Anak dari pasangan Adi Wiratmaja, dan Annisa Aditama, merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, yang merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga Wiratmaja.

Kakak pertamanya bernama Alda Abadi Wiratmaja berprofesi sebagai pengacara, dan Kakak keduanya bernama Riyana Abadi Wiratmaja berprofesi sebagai pendidik di sekolah negeri Jakarta.

Tama merupakan panggilan akrabnya di keluarga besar Wiratmaja, Tama adalah satu-satunya pewaris yang mau meneruskan perusahaan dari kakeknya yang turun temurun.

Karena kedua kakaknya perempuan, tidak begitu minat memegang perusahaan miliknya ayahnya. Keduanya memiliki profesi yang berbeda, dan melenceng jauh, karena keluarganya seorang pebisnis.

Ayahnya Tama merupakan terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan Kakeknya, dan Neneknya.

Tama terkenal sangat perfeksionis, dingin, dan tidak banyak bicara, orangnya sangat tertutup semenjak beliau batal menikah dengan pujaan hatinya akibat penghianatan, dan perselingkuhan kekasihnya dengan rivalnya Tama di perusahaan.

Negara benua yang berbedaan waktu, tempat , dan jarak antara London, dan Indonesia.

Tengah berdiri pria dewasa, dalam balkon kamarnya menikmati pagi harinya dengan secangkir kopi yang di tangannya.

Dirasakan cukup untuk menikmati udara pagi di London, Tama bergegas menutup pintu balkon kamarnya.

Karena ini pagi pertamanya di London, yang mengharuskan Tama terbang ke London untuk membereskan kekacauan perusahaan cabangnya di negara ini.

Tama memasuki kamar mandinya, untuk membersihkan badannya, sebelum berangkat ke kantor cabangnya di London.

Seorang pria dewasa Sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor cabang yang ada di London, karena perusahaan cabangnya mengalami gangguan masalah, karena tiba-tiba investor dari Inggris menarik sahamnya.

Seorang pria berjas berjalan dengan angkuhnya, dan memakai kacamata hitamnya memasuki perusahaannya tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya.

Semua karyawan menunduk hormat, dan menyapanya sangat ramah, dan tersenyum dengan sangat manis banget seperti manisnya madu.

Tetapi sama saja tidak ada tanggapan darinya, Dia berjalan lurus ke depan menuju ruangannya.

Setelah tiba di ruangan, duduk dengan tegap, dan langsung membuka laptopnya mengerjakan pekerjaan kantornya, yang sedang bermasalah.

Tama mempunyai satu sahabat sejati dari beliau masih SD, yang bernama Reksa Bhakti anak pertama dari tiga bersaudara. Mereka bersahabat hingga sekarang, sekarang dia menjadi orang kepercayaan Tama, dan sekertarisnya.

Mereka berdua terpisahkan jarak, karena Reksa harus melanjutkan sekolahnya di Solo mengikuti orang tuanya pindah, tetapi persahabatan mereka tidak lekang dimakan waktu.

Keduanya menjalin komunikasi sangat baik, walaupun mereka tidak pernah saling bertemu lagi, karena Tama melanjutkan kuliahnya di luar negeri, sedangkan Reksa keterima Di ITB Bandung.

Sekian tahun lamanya mereka di pertemukan kembali, setelah keduanya lulus kuliah, dan Reksa melamar pekerjaan di perusahaan Abadi Group yang merupakan perusahaan milik keluarga Tama.

Pertemuan tidak terduga nya dengan sahabat masa kecilnya, membawanya ke rezeki nya. Reksa langsung ke terima di perusahaan Abadi Group.

Mungkin sudah dari kecil mereka berdua sudah bersahabat, tidak begitu sulit bagi Reksa untuk memahami watak sahabatnya yang terkenal sangat dingin.

Reksa pagi ini berada di ruangan Tama, karena Tama merupakan sekertarisnya yang kemana-mana harus mengikuti bosnya kemana pun dia perginya, bila itu urusan pekerjaan.

"Tam, mau sarapan dengan apa? sekalian saya pesenin." Tanya Reksa yang sudah duduk di depannya.

"Apa saja yang penting jangan pedas." Jawab Tama singkat tanpa menoleh ke Reksa.

Setelah menelepon bagian resepsionis, dan minta dibelikan makanan, minuman. selang 10 menit kemudian pesanannya sudah datang.

Tok!......

"Masuk." Jawab Reksa.

"Ini pak pesanannya."Ucap Mbak resepsionis.

"Makasih, Mbak Tiya." Jawab Reksa.

"Kalau tidak ada yang di pesan lagi, saya pamit undur diri untuk kembali ke bawah." Tutur Mbak Tiya.

"Silahkan!"

"Makan dulu, Tam." Tutur Reksa yang sudah menyiapkan tempat makan bosnya.

Tama beranjak dari kursi duduknya, berjalan menghampiri Reksa yang sudah duduk manis yang siap untuk makan sarapannya.

Keduanya makan sangat khidmat, tidak ada suara yang keluar dari mulut keduanya, mereka sibuk menghayati, menikmati makanannya, yang menurutnya ini sangat enak, tidak kalah masakan di Indonesia.

Selesai sarapan, mereka kembali ke meja kerjanya masing-masing, melalui orang kepercayaan Ayahnya Tama mulai mempelajari seluk beluk perusahaannya.

Part 3

Jangan lupa Rate-nya

Hari Senin, hari yang paling tidak di sukai Kanaya, karena di hari Senin harus bangun pagi, dan upacara bendera.

Lagu Indonesia raya, merupakan lagu kebangsaan Indonesia, bendera merah putih merupakan lambang negara Indonesia.

Di sekolah SMA Negeri Surakarta, suasananya sangat ramai, karena hari ini merupakan hari Senin siswa-siswi sudah berkumpul di halaman depan untuk melaksanakan upacara bendera.

Termasuk Kanaya juga mengikuti upacara, walaupun berjalan tidak semangat, tetapi Kanaya ikut mengikuti jalannya upacara di sekolahnya yang di adakan setiap hari Senin atau hari besar lainnya.

"Kanaya, tunggu!" Teriak kedua sahabatnya, yang sedikit berlari untuk menyamai langkah kaki Kanaya.

Mendengar teriakan kedua sahabatnya, Kanaya berhenti sebentar untuk menoleh ke belakang, dan melihat sahabatnya yang nampak ngos-ngosan.

"Kenapa, kalian mengikuti ku?" tanya Kanaya yang mengedihkan bahunya.

"Ikut upacara lah, masak ikut ke kamar mandi." Celetuk Maldifa.

"Betul kata Difa." Ucap Andina yang ikut menimpali kedua sahabatnya, yang sedikit ada ketegangan

Akhirnya Mereka bertiga berjalan saling bergandengan tangan, menuju tempat upacara bendera di laksanakan.

Mereka menempati barisannya masing-masing, yang sudah akan di mulai upacaranya. Kali ini Kanaya bertugas membawa baki bendera, dan Maldifa sebagai pembawa acara, Andina sebagai pembaca UUD 45.

Setelah melewati serangkaian upacara bendera hari Senin telah usai, mereka kembali ke dalam kelas, mulai mengikuti pelajaran jam berikutnya.

"Alhamdulillah lancar." Ucap ketiganya dengan serempak, dan rasa syukur kehadirat-Nya.

"PR mu kamu gimana? udah di kerjakan belum, Dif?" tanya Kanaya sedikit melirik ke buku Maldifa.

"Udah dong, Maldifa gitu!" Decak Maldifa membanggakan dirinya sendiri.

"Kalau Kamu gimana, Din?" tanya Kanaya.

"Udah juga dong." Ucap Andina tersenyum lebar.

"Kamu, Nay?" tanya kedua sahabatnya bersamaan.

"Belum nich! pinjam dong!" Tutur Kanaya dengan senyum misteriusnya.

"Ogah! salah sendiri nggak mengerjakan!" Jawab kedua sahabatnya dengan menyembunyikan bukunya.

"Katanya sahabat! kok kamu berdua begitu!" Tutur Kanaya yang sudah mengerucut bibirnya.

"Habisnya ka...."

Belum menyelesaikan ucapannya seorang guru Matematika sudah memasuki ruang kelasnya, yang tadi begitu ramai tiba-tiba terdiam sejenak.

"Selamat pagi Anak-anak..." Sapu Bu Hesti guru Matematika.

"Pagi, Buk." Jawab semua murid dengan serempak.

"Keluarkan bukunya, dan kumpulkan PR nya di meja depan." Tutur Bu Hesti sedikit tegas, tetapi sangat humoris.

"Kerjakan halaman 25, kumpulan sekarang! Ibu tunggu 30 menit dari sekarang!" titah Bu Hesti.

"Baik Buk." Jawab serempak murid-muridnya yang sedikit lesu.

"Nay, Kamu gimana kalau di hukum?" tanya Maldifa, Andina dengan berbisik, dan menggoyangkan lengan Kanaya.

"Di hukum ya dijalanin, siapa takut!" Ucap Kanaya tanpa ada rasa takut sama sekali.

"Kan kita kasihan ma kamu, Nay." Tutur keduanya.

"Nay, nggak apa-apa! mukanya kondisikan, Buk!" Sahut Kanaya malah cengengesan.

"Kita kan sayang kamu, Nay." Kata keduanya.

"Maldifa Andina Kanaya! Tugas yang ibu suruh kerjakan udah selesai belum?" Tanya Bu Hesti mengabsen satu persatu namanya.

"Belum Buk!" Jawab ketiganya secara bersamaan.

"Bukannya mengerjakan malah berisik dari tadi, Ibu perhatikan!" Tutur Buk Hesti sedikit kesal, karena muridnya berbicara sendiri dengan tugas yang belum selesai.

Mereka bertiga memilih diam, dan mulai mengerjakan tugas yang di berikan gurunya barusan, karena mereka bertiga tidak mau kalau sampai di hukum.

Dari jauh Buk Hesti memperhatikan murid-muridnya sembari mengoreksi PR yang di kumpulkan.

Senyum Buk Hesti langsung terbit melihat hasil kerja kerasnya Kanaya, Kanaya bisa di banggakan selalu mendapat nilai 100, dan tidak pernah mengecewakan pihak sekolah. Setiap kali ikut lomba Kanaya selalu pulang membawa piala, dan sertifikat.

"Kanaya..." panggil Buk Hesti.

"Saya Buk." Jawab Kanaya dengan mengacungkan jari telunjuknya.

"Ibu bangga sama kamu, Kanaya." Tutur Buk Hesti dengan senyum mengembang, melihat anak didiknya mendapat nilai sempurna.

"Tepuk tangan untuk Kanaya!" Ucap Buk Hesti.

"Kamu bisa dibanggakan, Nay."

"Jawaban kamu benar semua."

Mendengar suaranya Buk Hesti, kedua sahabatnya di buat melongo dengan pujiannya kepada Kanaya.

"Bukankah tidak mengerjakan PR nya?" tanya Maldifa ke Andina.

"Nggak tahu!" Jawab Andina dengan mengedihkan bahunya.

"Kring....kring..

Horreeee.....

Bel istirahat telah berbunyi, semua siswa-siswi merapikan bukunya, dan di masukkan ke dalam tasnya.

"Pertemuan kali ini! Ibu akhiri Selamat istirahat!" Tutur Buk Hesti meninggalkan kelasnya.

"Nay, kamu hutang penjelasan dengan kita-kita." Todong kedua sahabatnya.

"Udah ah! istirahat yuk Kanaya laper." Sahut Kanaya yang tidak mau membahas soal PR kemarin.

Di London

Tama membolak-balikkan kertas yang ada di genggamannya, karena ingin melihat laporan keuangan, dan kinerja para karyawan selama di tinggal ke Indonesia.

Tidak ada yang geser kalau soal keuangan, cuma kinerja karyawannya menurun akhir-akhir ini, membuat investor nya sedikit komplain karena tidak tepat waktu dalam mensuplay barang-barangnya.

Ada yang investor sampai menarik sahamnya, karena telat dalam pengiriman barang. Tama memutar otaknya untuk menentukan langkah selanjutnya, apa saja yang harus di ambilnya untuk menyelesaikan komplainnya para investor.

"Reksa..." panggil Tama.

"Iya Pak! ada yang bisa di bantu?" tanya Reksa yang sudah duduk di depan Tama.

"Siapkan rapat untuk besok pagi." Tutur Tama sedikit tegas, yang masih fokus membolak-balikkan dokumennya.

"Siap Pak! saya laksanakan!" Jawab Reksa berniat meninggalkan ruangan Tama selaku atasannya.

Tama bangkit dari duduknya, dan melihat pemandangan kota London dari ruangannya, nampak indah di lihat, dan di pandangi.

Tama memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, dan menerawang jauh masa lalunya, yang sempat Tama kadang-kadang untuk menikah dengan kekasihnya

Kota London meninggalkan banyak Kisah yang tertinggal di kota ini, kota yang membuat Tama terpuruk karena kekasihnya bermain api dengan rivalnya di perusahaan.

Dulu Tama sangat mencintai kekasihnya, sampai apa-apa yang di minta kekasihnya selalu Tama berikan untuknya.

Bahkan kartu kredit Tama berikan, karena Tama sangat mencintai kekasihnya melebihi uangnya yang tidak akan habis untuk membahagiakannya.

Kini semua tinggal kenangan, Tama berusaha untuk bangkit dari keterpurukan, dan Tama ingin membuktikan bahwa Tama bisa bahagia, dan sukses tanpa dia yang pernah mengkhianati ku.

Di kota London ini Tama kembali bikin untuk dia, tetapi demi para karyawannya yang menggantungkan hidupnya di perusahaan ini. Tama menekan egonya , karena perusahaan lebih penting daripada masa lalu.

Disinilah Tama berdiri untuk membuktikan kepada seseorang yang dulu pernah mengkhianatinya, bisa berdiri tegak membangun perusahaan menjadi lebih baik lagi.

Tama berharap kehidupan masa lalunya, bukan tempat untuk menghentikan langkahnya untuk jadi yang terbaik, karena Tama ingin menikah, dan punya seorang kekasih yang mau menemaninya hingga tangga kesuksesan.

Jangan lupa votenya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!