Alarm berbunyi.
Tring... Tring.... Tring....
Asillya terbangun dari tidurnya, dengan gelagapan mencari alarm dan segera mematikan alarm yang berdering keras.
Lalu Asil bangun setengah tersadar dan duduk, agar nyawanya segera kembali yang berlarian entah kemana berkumpul lagi.
Ia anak dari Pak Hasyim yang bekerja sebagai sopir pribadi Pak Hendra. Namanya Asillya Putri Az Zahra gadis pintar, cantik dan baik.
Aku 2 bersaudara, anak pertama dan adik ku adelya putri Zuhriyah.
Ia melihat jam masih pukul sangat pagi. Asil segera pergi ke kamar mandi karena hari ini sangat berharga.
Seperti biasa di dalam kamar mandi aku menyanyi dengan lantang.
"Mencintaimuuuu lebih dari apapun, ku menyayangimu lebih dari seribu sayang."
Tiba tiba ada yang menggedor pintu dari luar kamar mandi.
"Kak Asil... Cepetan kalau mandi! Nanti aku telat ke sekolah dan juga telinga Adel rasanya sakit nih, kalau kakak mandi sambil konser." seloroh Adel berteriak dari balik pintu.
"Iya-iya, bentar lagi selesai nih mandi sama konsernya." sahut ku tertawa kecil.
Setelah selesai mandi, Asil masuk ke kamar memakai kemeja putih dan rok panjang warna hitam dan tidak lupa dengan memakai hijab hitam. Menatap bayangan di meja rias terlihat sudah siap dan rapi.
"Bismillah... Semoga lancar interviewnya dan di terima di perusahaan besar itu. Amiiien." gumam ku pelan berharap di terima di perusahaan itu.
Lalu aku mengambil tas dan amplop coklat yang berisi lamaran kerja. Aku segera keluar kamar menuju meja makan untuk sarapan bersama Ibu dan Adel.
"Sarapan dulu, Nak." Seru Ibu sambil memberikan sepotong roti utuh pada ku.
"Bu, punyaku mana?" tanya Adel sambil menyodorkan piring di depan Ibu.
"Iya, Del. Sudah ibu buatin sarapan nasi goreng." jawab ibu menaruh nasi goreng di piring Adel.
"Bapak kemana, Bu? Gak ikut sarapan." tanya ku sedari tadi tidak melihat Bapak.
"Bapak tadi dapat telfon dari Pak Hendra. Jadi berangkat dulu, tidak bisa ikut sarapan bersama kita." terang Ibu sambil menaruh lauk di piring Adel.
"Padahal Asil pengen memberi tahunya bahwa ada yang ingin aku sampaikan pada Bapak." ucap ku sambil menyuap sepotong roti.
Bu Siti hanya tersenyum dan melanjutkan sarapan bersama.
Setelah selesai sarapan Asil dan Adel berpamitan pada Bu Siti. Keduanya mencium punggung tangan ibunya secara bergantian.
"Assalamualaikum, Bu!" ucapku dan Adel bersamaan.
"Wa'alaikumsalam, Nak. Hati hati dijalan." balas salam ku.
"Asil, ibu doakan semoga interviewnya lancar." imbuh Bu Siti pada ku.
"Iya, Bu. Makasih doanya." sahut ku sambil memeluk Ibu.
Adel sudah menunggu di depan rumah. Mereka berdua berjalan ke halte bus karena rumah mereka lumayan dekat dengan halte.
Selang waktu 10 menit berlalu.
Asil dan Adel menunggu bus datang. Para penumpang yang lain masuk beserta Asil dan Adel karena satu arah dengan adeknya, mereka berangkat bersama.
Asil dan Adel duduk bersebelahan.
"Dek, nanti sepulang sekolah cepet pulang ya soalnya kakak pengen buat cake coklat buat ulang tahunnya ibu." pinta Asil pada adeknya agar tidak pulang terlambat.
"Iya kak, aku kan gak lupa ulang tahunnya ibu." jawab Adel seraya tersenyum.
Setelah mereka berbincang cukup lama, Pak Sopir memberhentikan busnya tepat di halte yang dekat dengan sekolahan Adel.
"Kak, aku turun duluan ya. Hati-hati dijalan. Good luck." ucapnya sambil berjalan keluar bus.
"Pak, nanti di bayar sama kakak yang di belakang ya." tambah Adel pada Pak Sopir bus.
"Iya, Mbak." jawab Pak Sopir.
Melihat punggung adeknya menjauh, Asil tersenyum teringat masa-masa kecil bersama.
"Saat masih kecil ketika aku dan Adel bermain tidak mau memberikan mainan yang sudah Adel pegang, kalau tidak merayu atau memohon dulu. Sekarang sudah mau dewasa saja." gumam ku seraya tersenyum mengenang.
Entah berapa jam perjalanan menuju kantor perusahaan itu, Asil baru tersadar kalau dirinya mau interview. Ia segera melihat jam di tangannya menunjuk arah jam setengah 8 lebih 5 menit, 10 menit bus berhenti di halte. Asil segera berdiri dan membayar lalu turun.
Asil berjalan setengah berlari sampai di depan gedung yang besar dan tinggi. Asil segera masuk menuju resepsionis dengan nafas tersengal-sengal.
"Permisi Mbak, mau tanya interviewnya disebelah mana ya?" tanya ku pada resepsionis itu.
"Disebelah lobi lalu lurus ada ruang yang bertuliskan ruang pelatihan." jawab resepsionis itu.
"Terimakasih, Mbak!" seru ku lalu pergi ke lobi.
"Iya, Mbak." jawab resepsionis.
Sampai depan ruang pelatihan jantung Asil berdetak gugup dan tangannya berkeringat dingin.
"Kenapa jantungku tiba tiba berdetak kencang dan gugup. Tenang-tenang dan tenanglah jantung, kamu nggak bertemu dengan presiden hanya interview saja." gumam ku mengusap dada.
Saat membuka pintu masuk dalam ruang pelatihan Asil kaget.
Seperti apakah ruang pelatihan itu???
Yuk, dukung terus novel karya saya dan berikan vote kalian para readers😍😍
Karena tanpa dukungan, kritik, dan saran readers.
Author kurang semangat untuk membuat karangan novel lagi😿😿😔😔.
Maaf ya, penulisan dan kata kata yang menyimpang atau kurang dipahami karena Author T.hamizan masih pemula banget.
Jadi butuh bantuan para author lain dan komentar para readers.
Tetap semangat...
정신을 유지
Jeongsin-Eul Yuji
Keep spirit ...
Aku tersentak bercampur senang melihat di dalam ruang pelatihan ada salah satu teman sekolah ku juga mengikuti interview. Aku segera masuk lalu menuju tempat duduk samping teman sekolah.
Sambut teman ku namanya Novi.
"Asillya. Kamu ikut interview juga?" tanya Novi sambil memegang tangan.
"Iya, Nov. Kebetulan sekali bertemu disini.
Sudah lama tidak bertemu." balas ku karena novi teman sekolah dan sebangku waktu SMA dulu.
"Jadi kangen setelah lulus, kita tidak bertemu dan saling kontak lagi." seru bersamaan mereka berdua dengan tawa pelan.
Novi setelah lulus SMA melanjutkan ke Universitas di luar kota. Sedangkan aku melanjutkan ke Universitas di dekat sini.
"Bagaimana kabarmu?" tanya ku padanya.
"Aku baik dan sekarang tinggal di Perumahan Jingga Jl.Melati No.8. Kalau kamu gimana?" tanyanya.
"Alhamdulillah, Nov. Kabarku baik." sahut ku.
"Wah! Dekat dengan rumahku dong. Kalau aku No.12 Jl.Duku nama Perumahannya sama denganmu. Tinggal dengan siapa ?" imbuh ku seraya tersenyum.
"Dengan mama, Sil." lirih Novi lalu menunduk.
Lalu Novi menceritakan tentang papanya yang meninggal saat Novi ada di luar kota.
Belum selesai melanjutkan ceritanya, aku dipanggil oleh karyawan wanita untuk melakukan interview.
"Nov, aku duluan ya. Nanti kita ketemuan di taman dekat sini." pamit ku sambil berjalan mengikuti karyawan itu.
Aku masuk bersama karyawan tadi.
"Silahkan, Mbak Asillya!" suruhnya lalu berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Seorang pria muda tampan tinggi,
"*P**okok e perfect sak kabeh-kabeh e wes*."
Masuk lalu duduk di sofa, saling berhadapan dengan ku yang jaraknya agak lumayan jauh sih dari ku.
Dengan tatapan dingin pria itu meminta CV padaku. Lalu aku berikan CV tersebut kepada pria itu. Pria itu menerima CV dariku dan mengamati setiap detail tulisan.
"Pengalaman kerja dimana sebelum melamar disini?" tanya seorang pria itu.
"Masih fresh graduate, Pak." jawab ku seraya tersenyum.
"Untuk magang pernah dimana?" tanya pria itu tetap dengan tatapan tajam dan dingin. Bagiku pria ini tipikal orang yang cuek dan dingin.
"Di Perusahaan Distribusi Anima, Pak." jawab ku seraya tangan mulai berkeringat dingin.
Menatapnya saja aku takut, apalagi kalau bekerja di sini. Batin ku.
"Nanti akan dihubungi lagi dengan Sekretaris saya!" jelas pria itu. Sepertinya dia ini seorang CEO perusahaan ini.
"Baik, Pak. Terimakasih!" balas ku berdiri dan mengangguk sebentar.
Aku berjalan keluar dari ruangan tersebut karena aku ada janji dengan Novi di taman yang dekat dengan gedung tersebut. Sebelum ke taman aku membeli 2 jus karena terik panas hari ini sangat menyengat saat siang hari.
Sesampai di taman, aku duduk di bawah pohon yang rindang meminum jus sambil menunggunya.
Novi datang melambaikan tangan memanggil ku dari kejauhan. Novi menghampiri ku lalu aku memberikan jus buah yang ku beli di dekat taman.
"Waaah!!! Tau aja nih kalau aku kehausan." kekeh kecil Novi sambil meneguk jus.
"Tau dong! Panas-panas gini enaknya minum jus." seru ku dan mulai berbincang dan saling bertukar nomor.
Begitu serunya bertemu dengan teman SMA, aku sampai lupa kalau ada janji dengan Adel untuk membuat kue kejutan di hari ulang tahun ibu.
"Aaah! Aku lupa, Nov. Kalau hari ini ulang tahun ibuku dan ada janji sama Adel mau buat kue juga. Apa masih bisa buat ya." putus ku padanya.
"Udah sore banget, Sil. Tidak mungkinkan kalau buat kue pasti lama. Bagaimana kalau kita beli aja di toko kue langganan aku sama mamaku?" sarannya.
Tanpa berpikir panjang aku mengiyakan karena hari semakin sore dan berganti malam.
Tiba di toko kue aku dan Novi masuk memilih kue ulang tahun.
"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" sambut pelayan toko kue.
"Sore juga. Mau kue yang ini Red Velvet." balas ku dengan menunjuk kue tersebut.
Pelayan toko mengambilkan kue yang ku oesan dan memberi hiasan nama serta lilin. Setelah menerima kue aku membayarnya dan berlalu pergi dari toko kue.
Sambil berjalan menuju halte, aku mengajak Novi untuk ikut merayakan ulang tahun ibu di rumah.Novi pun mengiyakan ajakan ku karena kangen sudah lama tidak bertemu ibu. Waktu masih SMA Novi sering main ke rumah, aku dan Novi sangat dekat layaknya saudara kandung. Bus pun tiba aku dan Novi naik serta duduk bersama melanjutkan perbincangan.
Sesampai di depan rumah sudah malam, aku segera masuk.
"Assalamualaikum!" salam ku membuka pintu.
"Wa'alaikumsalam!" sahut Adel dari dalam rumah.
"Kenapa baru datang? Aku nungguin kakak dari tadi. Ini siapa, Kak?" tanya Adel sambil melirik di sebelah ku.
"Oooh... Ini Kak Novi temen kakak SMA dulu, Dek. Masak kamu lupa, padahal sering main ke rumah waktu kakak masih SMA dulu." jelas ku tersenyum.
"Masak sih, Kak!" sahut Adel sambil mengamati wajah Novi. Novi hanya tersenyum melihat tingkah Adel.
"Wah! Bener nih, Kak Novi. Makin cantik aja. Maaf ya, Kak. Adel lupa soalnya lama nggak bertemu." imbuhnya di iringi tawa kecil.
"Iya gak apa-apa. Kak Novi juga lupa sama Adel makin gede makin cantik aja kayak kakakmu." sambung Novi lalu mereka tertawa bersama.
Lalu Pak Hasyim sama Ibu Siti menghampiri mereka bertiga.
"Siapa yang datang, Del?" Tanya Pak Hasyim.
"Ini Pak, Mbak Asil dateng sama temennya Mbak Novi." jawab Adel.
"Loh, nak Novi temen SMA nya Asil." Seru Bu Siti.
"Iya, Bu." Jawab Novi sambil mencium punggung tangan Bu Siti dan Pak Hasyim secara bergantian.
"Ayo, masuk dulu." suruh Bu Siti pada mereka.
Bu Siti pergi ke dapur untuk membuatkan minum. Aku yang berada di ruang tamu menaruh dan membuka kue sambil menata lilin mempersiapkan acara kecil untuk ulang tahun ibu.
Ibu datang dengan membawa teh lalu menaruh di meja.
"Asil, siapa yang ulang tahun hari ini ?" tanya Bu Siti antusias.
"Selamat ulang tahun Ibu." Seru ku bersamaan.
"Bu, maaf ya Asil tidak bisa memberikan apa-apa hanya kejutan dan kue saja." ucap ku seraya memeluk ibu secara bergantian dengan Adel.
"Iya, Nak. Ibu sangat bahagia dan suka kejutannya. Terimakasih!" balas ibu senang sambil memeluk ku dengan Adel.
Mereka melanjutkan acara ulang tahun Bu Siti dan tidak lupa dengan hadiah yang dibeli tadi saat pulang ke rumah.
Walaupun acara ulang tahun yang sangat sederhana masih belum selesai, aku tidak tahu kalau ada pesan dan panggilan masuk.
*W**aaah !!!! Kira-kira pesan dan panggilan dari siapa ya*?
Yuk dukung terus novel saya dan berikan vote kalian para readers😍😍
Karena tanpa dukungan, kritik dan saran readers.
Author kurang semangat untuk membuat karangan novel lagi😿😿😔😔
Maaf ya, penulisan dan kata kata yang menyimpang atau kurang dipahami karena Author T.hamizan masih pemula banget.
Jadi butuh bantuan para author lain dan komentar para readers. Terimakasih. 🙏🙏🙏
Tetap semangat...
정신을 유지
Jeongsin-Eul Yuji
Keep spirit ..
Saat acara ulang tahun Bu Siti belum selesai, Asil tidak tahu kalau ada pesan dan panggilan masuk.
Waaaah !!! Kira-kira pesan dan panggilan dari siapa ya?
Ponsel Asil berdering sampai 3 panggilan masuk 1 pesan dan 1 email. Namun acara selesai hampir jam 9 lebih.
"Aku pamit pulang dulu ya soalnya sudah malam kasihan mama." pamit Novi pada semua.
"Kok tidak tidur di sini saja, Nak Novi?" tanya ibu.
"Iya, Nak Novi sepertinya Asil sama Adel masih kangen kamu." imbuh Pak Hasyim.
"Maaf Bu Siti, Pak Hasyim. Lain waktu saja saya menginap di sini. Rumah saya dekat dengan rumah Asil, cuma beda jalan saja." jawab Novi seraya menuju ke teras.
"Kalau gitu minggu depan ajak mamamu main ke sini ya, Nak Novi." pesan ibu mengikuti Novi keluar dan akan pulang.
"Iya, Bu. Saya pamit dulu. Assalamualaikum." seru Novi.
"Wa'alaikumsalam." sahut salam Novi bersamaan.
"Hati-hati dijalan. Sampai rumah hubungi aku ya." imbuh ku seraya melambaikan tangan.
"Oke, siap!" balasnya melambaikan tangan.
"Novi, di sini tinggal dengan siapa?" tanya bapak padaku sambil memasuki ruang tamu.
"Sama mamanya, Pak. Papanya Novi sudah meninggal." jelasku seraya merapikan kue.
"Innalilahi wainnailaihi rojiun." Sahut ibu dan Adel.
"Kasihan Mbak Novi." Imbuh Adel membantu.
"Iya, Del. Saat Novi kuliah di luar kota papanya meninggal. Entah sakit atau nggak aku belum tahu karena tadi Mbak beli kue buat ibu." terangku sambil berjalan ke dapur.
Selesai menaruh di dapur aku kembali lagi ke ruang tamu dengan Adel.
"Nak, sudah malam tidur lah dulu Adel. Besok sekolah sama Asil juga beristirahatlah." Suruh bapak padaku dan Adel untuk tidur.
"Iya, Pak. Bapak juga harus istirahat." balas ku beranjak pergi ke kamar.
"Iya, Nak." kata bapak. Lalu Pak Hasyim berbicara sebelum tidur.
"Bu, ada yang ingin saya bicarakan sama ibu." bapak berucap berjalan ke taman belakang di susul Bu Siti.
"Bapak mau membicarakan apa? Sudah malam Pak lebih baik kita bicarakan besok." pinta ibu dengan bingung. Tidak seperti biasanya bapak ini. Batin ibu.
"Sekarang saja, Bu. Ini sangat penting karena Pak Hendra, ingin mencarikan jodoh buat anaknya yang melajang sudah lama. Karena umur anak Pak Hendra sudah 30 tahun ke atas masih belum mau menikah." jelas Pak Hasyim.
"Pak Hendra mau menjodohkan dengan Asillya namun bapak bilang ke Pak Hendra kalau mau berdiskusi dengan ibu dulu, gimana Bu?" Tanya Pak Hasyim pada Bu Siti.
Bu Siti setengah kaget dan bingung karena Asil baru wisuda dan lulus baru 2 bulanan.
Masak sudah mau disuruh nikah.
Asil pun pernah bilang kalau pengen bekerja dulu dan ingin membahagiakan kedua orang tuanya. Batin Bu Siti ragu.
"Apa besok bapak bilang sama Pak Hendra kalau ibu sama bapak belum bertanya sama Asil ?" Tanya Pak Hasyim pada Bu siti karena Bu Siti masih belum memberi jawaban.
"Iya Pak, bapak bilang seperti itu saja." jawab Bu Siti.
"Baik Bu, sudah malam kita tidur." Ajak Pak Hasyim pada ibu untuk masuk beristirahat.
**Flashback Asil.
Dalam kamar Asil merebahkan tubuh di ranjang**.
"Lelahnya!" gumam ku pelan.
Aku mengambil ponsel yang masih berada di dalam tas dan melihat ada 3 panggilan yang tak terjawab 2 pesan dan 1 email. Dengan sigap aku membuka 3 panggilan dari nomor yang tidak diketahui.
Message dari Novi.
"Asil, aku udah sampai rumah." Pesan Novi.
Message ke 2 pemberitahuan diterimanya aku di perusahaan yang tadi siang interview. Email pun juga sama pemberitahuan dari perusahaan tersebut. Sangat senangnya aku loncat - loncat di kamar sampai lupa kalau sudah malam.
"Alhamdulillah... Aku diterima, besok sudah bekerja. Kasih tau ibu nggak ya, tapi udah malam." seruku.
"Em. Besok aja deh!"
"Untung saja gak ada yang bangun!" Gumamku terkekeh.
Novi mengirim pesan lagi.
"Aku diterima kerja di perusahaan yang bareng interview sama kamu." pesannya.
"Kamu gimana, Asil?" Tanya Novi lewat pesan.
Pesan diterima.
Asil dengan terburu membuka pesan.
"Waah! Sama Nov, aku juga diterima." Balasku senang.
Percakapan mereka lewat pesan berakhir tidak lama. Asil segera tidur lanjut tarik selimut.
( *I**ni tarik selimut yaaa* b****ukan tarik ses semongko ) He... He... He...😁
Flashback off.
*K**e esokan hari*.
"Selamat pagi Bu, Asil bantu buat sarapan ya." Seraya memeluk Bu Siti.
"Selamat pagi juga sayang, kayaknya anak ibu sedang bahagia, ibu pengen tau bahagia karena apa?" balasnya.
"Oh ya, ibu lupa gimana kamu interview kemarin ?" imbuh Bu Siti antusias.
"Nah! Bu, Asil mau kasih tau ibu kalau aku di terima di Perusahaan Ritel yang kemarin Asil interview. Jadi hari ini aku udah mulai kerja." ucap ku tersenyum seraya merangkul ibu.
"Kenapa tidak bersiap untuk berangkat kerja? Hari pertama masuk kerja tidak boleh telat." tutur Bu Siti menepuk bahu asik pelan, ia terlihat sangat bersyukur karena aku sudah dapat pekerjaan.
"Masih pagi banget, Bu." seru ku melanjutkan membantu membuat sarapan.
Selesai membantu membuat sarapan, aku bergegas mandi dan bersiap-siap lalu sarapan bersama bapak, ibu, dan Adel.
"Asil hari ini sudah mulai kerja, Nak? Kok berpakaian rapi?" Tanya Pak Hasyim sambil meminum kopi.
"Iya, Pak. Hari ini pertama masuk kerja. Bapak tahu darimana?" jawab ku seraya tersenyum senang.
"Dari ibu. Pertama masuk kerja jangan telat dan fokus bekerja. Kalau begitu bapak berangkat kerja dulu." pamit bapak.
"Assalamualaikum." salam Pak Hasyim sambil mengecup kening ibu.
"Iya, Pak. Wa'alaikumsalam." balas semua bersamaan.
"Hati-hati dijalan, Pak." aku dan Adel mencium punggung tangan bapak bergantian.
Setelah menghabiskan sarapan aku dan Adel pamit untuk berangkat.
"Assalamualaikum, Bu." salam ku dan Adel pada ibu.
"Wa'alaikum salam, hati-hati." Sahut Bu Siti tak lupa mencium punggung tangan ibu secara bergantian.
Sampai di halte bus aku menunggu cukup lama
20 menit kemudian.
Asil tiba di depan perusahaan besar ritel berjalan ke pintu utama ada seseorang yang memanggilnya. Dia Menoleh ke arah suara tersebut ternyata teman SMA nya, Novi. Aku seketika berhenti dan menunggunya, kami masuk bersama layaknya karyawan baru.
Aku dan Novi menunggu di lobby beberapa menit, ada 2 karyawan wanita menghampiri ku dan menjelaskan kalau aku di tempatkan di bagian keuangan sedangkan Novi di bagian marketing.
Akhirnya aku dan Novi terpisah di lobi karena yang di butuhkan sesuai dengan jurusan akhir universitas.
Aku mengikuti *karyawan (1) tadi menuju ruang bagian keuangan.
Tiba di ruang tersebut aku di persilahkan memperkenalkan diri dengan karyawan lain.
Sedikit kikuk dan gugup, batin ku.
Selesai memperkenalkan diri, aku duduk di sebelah wanita yang terlihat baik dan ramah.
"Halo, Asil. Kenalin namaku Dea Kaila." sapa Dea menjabat tanganku.
"Halo, Mbak Dea. Salam kenal, mohon bantuannya ya." Balas ku menjabat tangannya.
"Siap. Kalau butuh apa-apa bilang aja aku bantuin." seloroh Dea sambil meringis.
Karyawan yang membawaku tadi namanya Bu Indah, karyawan paling lama di perusahaan ini. Hari ini dia memberikan beberapa lembaran untuk di rekap. Bergegas aku mengerjakan rekapan tadi, belum selesai pekerjaan ku ada salah satu karyawan yang memanggil.
Namanya Pak Doni, dia humoris dan suka jahil pada karyawan wanita di kantor.
Pak Doni menyuruh ku untuk memberikan hasil "Laporan Laba Rugi" ke ruangan CEO.
Aku menurut saja karena masih karyawan baru. Okelah...
Sampai di depan ruang CEO ku ketuk pintunya.
*T**ok ... Tok ... Tok* ...
Sahut yang ada di dalam ruangan, "Masuk!"
Aku membuka pintu dan masuk berjalan mendekat, memberikan laporan yang ku bawa.
Tak berani melihat ke arah CEO karena wajah dingin dan tegas.
Apa yang terjadi sampai Asil takut melihat atasannya sendiri?
Yuk, dukung terus novel saya dan berikan vote kalian para readers😍😍
Dukung lewat vote kalian readers, kritik dan saran readers jangan lupa klik favorit ♥️♥️♥️
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!