NovelToon NovelToon

I Love You Tante..!

Prolog

Sebelum author mulai kisah dari novel ini, di harap reader membaca novel author sebelumnya yang berjudul H-

Karena cerita ini berkisah tentang Nia tokoh yang ada di dalam novel H-

Biar nyambung ya reader. 🙏🏼

Lima tahun yang lalu, Nia melangkahkan kakinya menuju badan pesawat. Ia sudah bertekad meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan kuliah nya di Inggris.

Sebenarnya, mengambil kuliah di luar Negeri bukan lah tujuan utama Nia. Ia lebih menghindari teman-teman nya karena ia merasa malu dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan kepada Fathur, yang kini sudah menikah dengan Rara sahabat nya.

Dan kini, setelah lima tahun berlalu. Nia kembali menjejakkan kaki nya di Indonesia. Selain kuliah nya yang sudah selesai, Nia kembali ke Indonesia karena ia merasa sudah waktu nya ia pulang. Karena ia merasa sangat merindukan keluarga dan Negara tercinta nya, Indonesia.

Kepulangan nya ke Indonesia lah menjadi awal dari kisah cinta segitiga yang di hadapi oleh Nia yang sampai saat ini masih single.

bagaimana kisah Nia?

Tentunya di novel ini ada unsur komedi, romantis dan baper nya 😁✌️

Nah, bila yang sudah membaca novel berjudul H- , yuk kita mulai kisah cinta segitiga Nia.

❤️ De'rini ❤️

1# Kembali ke Indonesia

Nia melangkahkan kakinya keluar dari terminal kedatangan penumpang di Bandara Soekarno Hatta. Hari ini ya baru saja tiba di Indonesia, setelah lima tahun ia tinggal dan berkuliah sambil bekerja di Inggris.

Nia menghirup dalam-dalam udara Negara tercintanya yang sudah bertahun-tahun ia rindukan.

"Akhirnya sampai juga gue di Indonesia." Ucap Nia sambil tersenyum sendiri. Lalu Nia masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan sebelumnya dan dengan perlahan taksi itu pun beranjak meninggalkan bandara menuju rumah orang tuanya.

Macetnya lalu lintas di Ibukota, menyambut kedatangan Nia di Jakarta. Seperti biasa, ia harus bersabar dengan lamanya waktu yang harus ia lalui menuju rumahnya.

"Dari mana mbak?" Tanya supir taksi itu kepada Nia. Itulah kelebihan dari rakyat Indonesia, sikap yang ramah kepada siapa saja sudah menjadi budaya bagi rakyat kita.

"Sorry?" Tanya Nia dengan aksen Inggris ala Cinta Laura.

"Oh mbaknya bule ya, saya kira orang Indonesia." Ucap sopir taksi itu.

"Of course, saya orang Indonesia cuma sudah terlalu lama di Inggris." Ucap Nia menyombongkan diri.

"Oh orang Indonesia, saya kira tadi orang Inggris." Ucap sopir taksi itu lagi, sambil melirik Nia dari spion tengah mobil nya. Nia membalas tatapan sopir taksi itu lalu mencebikkan bibirnya.

"Iya mas saya orang Indonesia, udah lama jadi TKI di Inggris." Ucap Nia, merasa sebal.

"Oh begitu." Ucap supir taxi itu.

Lalu, Nia menggunakan headset dan mendengarkan lagu-lagu dari ponselnya. Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lain dari sopir taksi itu.

Satu jam setengah kemudian, akhirnya Nia sampai di rumah orangtuanya.

"Mas sebentar ya, saya minta duit dulu sama Emak. Nggak ada uang rupiah soalnya." Ucap Nia, lalu ia mengetuk pintu rumahnya.

"Assalamualaikum!!!! Mak! Emak! Nia pulang Mak! Ini Nia Mak! Mak! Buka pintunya Mak!" Panggil Nia sambil mengetuk pintu rumahnya.

"Kemana sih Emak. Ck! Malah harus bayar taksi lagi." Gumam Nia.

Supir taksi mengeluarkan barang-barang Nia dari bagasi. Lalu, menunggu gadis itu untuk membayar tagihan taksinya.

"Mas sebentar ya, Emak saya nggak tahu kemana nih."

"Emang nya Mbak nggak punya uang apa?" Tanya supir taksi itu, tak sabar.

"Bukan nggak punya uang, saya belum menukar uang dolar ke rupiah, sabar kenapa." Ucap Nia sambil menatap supir taksi itu dengan kesal.

"Niaaaaaa! anak Emak sudah pulang!" Seru Emak, yang baru saja tiba sehabis belanja.

"Emakkkkkk! I miss you..!" Ucap Nia sembari menghampiri Emak nya dan memeluk tubuh Emak dengan erat.

"Ya Allah anak gue, sehat-sehat lu kan?" Ucap Emak sambil membalas pelukan Nia.

"Sehat Mak, Emak dari mana aja sih? Dari tadi Nia panggil-panggil juga." Ucap Nia.

"Gue beli jengkol sama pete kesukaan lu. Karena tahu lu mau datang, makanya gua beli pete sama jengkol."

"Ih Emak so sweet memang." Ucap Nia sambil mengecup kedua pipi Emak.

"Ehemmmm!"

Sopir taksi itu pun berdahem, mengisyaratkan agar Nia segera membayar tagihan taksinya. Nia melirik supir taksi tersebut. Lalu, ia pun mulai merengek kepada Emak nya.

"Mak bagi duit, buat bayar taksi." Ucapnya sambil mengedipkan matanya, dengan manja.

"Ya Allah, lu jauh-jauh ke Inggris pulang-pulang minta duit sama emak lu. Berapa sih?" Ucap Emak sambil mengeluarkan dompetnya.

"Tiga ratus ribu Bu." Ucap sopir taksi itu.

"Mahal amat!" Emak menggerutu.

"Pinjam dulu Mak, nanti Nia ganti deh satu juta."

"Bener lu ya."

"Iya."

Ucap Nia mencoba meyakinkan Emak.

Dengan berat hati, Emak mengeluarkan uang pecahan seratus ribu sebanyak tiga lembar. Lalu, memberikan nya kepada sopir taksi tersebut.

"Nih, makasih ya."

"Sama-sama Bu." Ucap sopir taksi tersebut sambil meraih uang dari tangan Emak.

"Ya sudah, yuk masuk. Bawa oleh-oleh apa lu buat emak?" Tanya Emak dengan antusias.

"Celana dalam V*ct*ria secret Mak, biar Emak tambah seksi di depan Bapak." Ucap Nia, sambil tertawa.

"Ngawur aja lu, gua udah kendur sana sini juga, pakai yang seksi segala. Daster gitu kek, kerudung gitu kek atau apa kek."

"Yaelah Mak, mana ada yang jual di sana." Ucap Nia sambil menatap Emak dengan sebal.

"Lagi elu ada-ada aja sih. Eh, tapi ada renda-rendanya nggak? Warna apa?" Tanya Emak sambil tersipu malu.

"Et dah...!" Ucap Nia. Lalu, ia tertawa terbahak-bahak.

Emak membuka pintu rumah. Lalu, mempersilahkan Nia untuk masuk.

"Bapak kemana Mak?" Tanya Nia.

"Biasa, Bapak lu lagi nagih kontrakan.

"Oh." Nia mengangguk-angguk paham.

"Lu istirahat dulu di kamar, biar Emak yang masak. Luruskan dulu badan lu biar fresh." Ucap Emak. Nia pun memandang wajah Emak dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih ya Mak." Ucap Nia. Lalu, ia memeluk tubuh Emak sekali lagi sebelum ia beranjak ke kamarnya.

"Iya, lu pasti capek di pesawat." Ucap Emak sambil tersenyum.

Nia membuka pintu kamarnya. Lalu, ia melihat ke sekeliling kamarnya yang terlihat bersih dan rapi.

"Pasti Emak membereskannya sebelum Gue pulang." Gumam Nia.

Nia menghampiri meja belajar nya. Lalu, ia menatap foto-foto dirinya bersama kelima sahabatnya yang terpajang di atas meja belajar.

"Apa kabar kalian semua? sudah lama sekali tidak bertemu, gue kangen tahu."

Ucap Nia sambil mengusap kaca pigura tersebut.

Selama ini Nia tidak pernah lagi berkomunikasi dengan sahabat-sahabatnya. Ia sengaja menghindari sahabat-sahabatnya. Hal itu karena ia mencoba melupakan Fatur cinta pertamanya sekaligus sahabatnya yang menikah dengan Rara yang juga sahabatnya.

Selama di Inggris Nia sudah banyak melupakan Fatur. Perlahan ia sudah mulai bisa menerima bahwa Fatur lebih memilih Rara. Nia juga sempat mempunyai hubungan dengan seorang lelaki di Inggris. Tetapi, hubungan mereka gagal karena berbeda prinsip dan kultur.

Nia merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia mencoba memejamkan kedua matanya. Lalu, Nia tertidur dengan pulas.

...

"Noh Nia sudah bangun..!" Emak menunjuk Nia dengan bibirnya yang di majukan. Saat Nia muncul di ruang makan setelah selesai mandi.

"Eh, anak Bapak sudah pulang." Ucap Bapak nya Nia. Nia pun menghampiri Bapak nya lalu mencium tangan Bapak.

"Sehat pak? Nia kangen." Ucap Nia.

"Sehat Alhamdulillah, lu gimana sehat?"

"Alhamdulillah, Nia sehat Pak." Ucap Nia sambil tersenyum.

"Ya sudah makan dulu, nanti saja kangen-kangenan nya. Ini Emak sudah memasakkan semur jengkol sama lalapan pete, kesukaan Nia." Ucap Emak sambil menyendokkan sepiring nasi untuk Nia.

"Terimakasih ya Mak. Emak memang the best." Ucap Nia sambil menerima sepiring nasi dari tangan Emak.

"Siapa dulu dong, Emak nya elu." Ucap Emak dengan bangga.

Nia menatap kedua orangtuanya, ia begitu merindukan suasana kekeluargaan seperti ini. Sudah lama Nia tidak merasakan suasana seperti ini dan sudah lama ia tidak merasakan masakan Emak.

Nia menyendok kan semur jengkol dan lalap pete. Lalu, Nia menaruh nya ke piring dan Nia pun dengan segera menyantap masakan emak dengan lahap.

"Rasanya mantap Mak..!"

Ucap Nia sambil mengacungkan kedua jempol nya.

Emak pun tersenyum senang melihat Nia menyantap masakannya dengan lahap.

2# Interview kerja

"Mau kemana lu Nia? Pagi-pagi begini sudah rapi banget." Tanya Emak kepada Nia yang sedang menggunakan high heels nya.

"Mau interview kerja, Mak." Ucap Nia. Lalu, ia berdiri dan menyandang tasnya dan bersiap-siap untuk pergi interview.

"Lu kan baru sampai kemarin, kok udah mau kerja saja. Memangnya kapan melamar kerja nya?" Tanya Emak penasaran.

"Zaman sekarang melamar pekerjaan mah gampang Mak, tinggal ngirim email, tunggu balasan, terus interview deh." Terang Nia.

"Oh begitu, ya sudah hati-hati ya." Nia mengangguk dan mencium tangan emak. Lalu, ia bergegas menuju ke garasi. Saat Nia membuka garasi, ia terkejut saat melihat mobilnya tidak ada di dalam garasi.

"Mak, sini deh Mak! mobil Nia hilang!" Seru Nia, panik.

"Enggak hilang, mobil lu dijual sama Bapak." Ucap Emak, cuek.

"Lah, kenapa dijual? Nia pergi pakai apaan? Nggak ada mobil lagi kan." Ucap Nia, panik.

"Kata Bapak lu, dibiarin lama-lama rusak tuh mobil. Lagian, Bapak lu kan tidak bisa menyetir. Terus, siapa yang mau menjalankan mobilnya?" Ucap Emak.

Nia mendengus kesal.

"Ya sudah deh, Nia berangkat. Assalamualaikum."

"Lu naik apaan?"

"Gampang lah, taksi banyak." Ucap Nia. Lalu, ia bergegas pergi menuju jalan raya.

"Duh, malah belum ada internet lagi. Gak bisa memesan taksi online deh." Gumam Nia.

Nia berdiri di tepi jalan raya di depan perumahan nya. Lalu, ia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk melihat taksi yang melintas di jalan itu. Tetapi, tidak ada satupun taksi yang kosong.

Nia melirik jam tangannya, waktu sudah sangat mepet. Kurang dari satu jam dari sekarang, interview akan segera dimulai. Nia sangat takut terlambat. Karena, ia sangat membutuhkan pekerjaan ini.

Tiba-tiba saja ia melihat seorang lelaki muda menepikan sepeda motornya. Lelaki itu tampak sedang menerima telepon dari seseorang. Setelah bercakap-cakap melalui sambungan telepon beberapa saat, lelaki itu kembali memasukkan ponselnya kedalam kantong jaket nya dan berniat untuk melajukan kembali perjalanan nya.

"Stop!" Seru Nia sambil menghalangi motor lelaki itu dengan merentangkan kedua tangannya.

Dengan sigap, lelaki itu langsung kembali menghentikan sepeda motornya.

"Duh..! hampir saja ketabrak. Ini mbak-mbak kenapa sih." Gumam lelaki itu.

"Abang nya ojek bukan? anterin saya ke gedung L di daerah Jakarta Pusat ya." Ucap Nia.

Tanpa basa-basi Nia naik ke boncengan sepeda motor lelaki tersebut. Lelaki itu tampak kebingungan saat orang yang tak di kenal nya naik ke boncengan motornya.

"Tunggu apa lagi? buruan Bang! Saya sudah terlambat." Ucap Nia, panik.

"Tetapi saya bukan ojek, Mbak!" Ucap lelaki itu sambil menoleh ke belakang menatap wajah Nia.

"Ah, terserah mau ojek apa bukan, yang penting anterin gue ya!" Ucap Nia sambil menepuk bahu lelaki itu.

"Tetapi saya nggak bawa helm satu lagi, bisa kena tilang nanti." Ucap lelaki itu.

"Sudah, Nanti mampir ke toko helm. Buruan jalan! Cepat! gue sudah terlambat ini." Ucap Nia dengan gemas.

Lelaki itu menoleh ke belakang dan menatap wajah Nia sekali lagi.

"Memangnya mau ngapain sih buru-buru?" Tanya lelaki itu.

"Sudah jalan saja cepat!" Perintah Nia.

"Tetapi saya mau sekolah lho Mbak, Nanti terlambat." Ucap lelaki itu dengan gusar.

"Sudah lu bolos saja, nanti gue traktir mie ayam. Terserah lu mau makan berapa mangkok, gerobaknya pun nggak apa-apa lu makan. Ntar gue yang bayar!" Ucap Nia sambil kembali menepuk pundak lelaki itu lagi.

Lelaki itu tersebut tersenyum kecil mendengar ucapan Nia. Lalu, ia menyalakan sepeda motornya dan bergegas mengantar Nia ke tujuannya.

"Gue kira lu tukang ojek, ternyata pelajar." Ucap Nia saat mereka berhenti di lampu merah.

"Sembarangan amat di kira tukang ojek." Ucap lelaki itu.

"Lah, mana gue tahu, seragam lu nggak kelihatan." Ucap Nia sambil bersungut-sungut.

"Pakai jaket, panas, ntar item." Ucap lelaki muda tersebut. Lalu, ia kembali menjalankan motornya setelah lampu hijau menyala. Nia mencebikkan bibirnya saat mendengar ucapan lelaki itu.

Lelaki itu menepikan kendaraannya didepan sebuah toko helm murah. Lalu, ia menatap Nia mengisyaratkan Nia untuk turun dari motornya. Nia membalas tatapan lelaki itu sambil mengernyitkan dahinya.

"Kok berhenti? gue buru-buru." Ucap Nia, kesal.

"Katanya mau beli helm, Nanti kalau ke tilang, motor saya disita. Memangnya Mbak mau menebus motor saya?" Nia terdiam mendengar ucapan lelaki itu.

"Oh iya." Ucap Nia sambil tersenyum salah tingkah. Lalu, Nia pun turun dari motor lelaki itu.

Dengan cepat, Nia masuk kedalam toko helm dan menyambar helm yang tergantung di pajangan. Lalu, dengan terburu-buru ia membayar helm tersebut.

"Ya sudah, ayo berangkat." Ucap Nia, sambil mengenakan helmnya. Lelaki itu menggelengkan kepalanya saat melihat Nia bersusah-payah mengancingkan helmnya.

"Pakai helm saja nggak bisa." Ucap lelaki itu. Lalu, ia mengulurkan tangannya untuk membantu Nia mengancingkan tali helmnya. Nia terdiam mendapatkan perlakuan tersebut dari lelaki itu. Nia memberanikan diri untuk menatap mata indah lelaki mudah tersebut.

"Boleh juga nih cowok, cuma sayang nya masih pelajar." Gumam Nia.

"Boleh juga nih Mbak-mbak. Wajahnya cantik, kelakuan nya koplak, kayak masih anak muda." Gumam lelaki itu.

Setelah itu, mereka kembali bergegas menuju kantor tujuan Nia. Lelaki itu mengendarai motornya dengan cepat. Sehingga mau tidak mau, Nia memeluk pinggang lelaki itu dari belakang.

Empat puluh menit kemudian, akhirnya mereka sampai di gedung perkantoran tujuan Nia. Dengan tergesa-gesa, Nia membuka helmnya. Lalu, merapikan rambutnya yang sedikit terlihat berantakan. Nia mendorong tubuh lelaki itu, demi untuk dapat berkaca di spion motor milik lelaki itu.

"Ampun deh Ini Mbak-Mbak." Gumam lelaki itu sambil memperhatikan Nia yang sibuk merapikan rambutnya.

"Gimana gue sudah cantik belum?" Tanya Nia kepada lelaki itu.

"Sudah." Ucap lelaki itu dengan malas.

"Ya sudah, nih buat jajan. Helmnya buat lu aja, makasih!" Ucap Nia sambil menyerahkan selembar uang seratus ribu rupiah kepada lelaki muda itu.

Dengan ragu, lelaki itu menerima uang dari Nia. Setelah uangnya diterima oleh lelaki muda itu, Nia pun berlari menuju pintu masuk gedung kantor tersebut.

Dengan tergesa-gesa Nia menuju meja resepsionis yang berada di depan pintu masuk gedung perkantoran itu.

"Selamat pagi Mbak, Mbak interview belum dimulai kan.?" Tanya Nia sembari mengatur nafasnya.

"Selamat pagi Mbak sebentar lagi interview akan segera dimulai. Atas nama Mbak siapa ya? absen dulu nanti baru dipanggil." Ujar resepsionis tersebut.

"Saya Nia Mbak."

"Oke Mbak Nia, silakan tunggu di lantai sepuluh, di sana interview nya di adakan." Ucap resepsionis tersebut.

"Terima kasih Mbak." Ucap Nia. Lalu, ia bergegas menuju lift yang ada di lobby tersebut.

Sesampainya di lantai yang ia tuju, Nia melihat ada beberapa kandidat yang juga menunggu interview dimulai. Setelah sekian menit berlalu akhirnya interview pun dimulai. Satu per satu kandidat dipanggil, masuk dan keluar silih-berganti dari ruangan interview.

Walaupun saat ini bukanlah interview pertama bagi Nia. Tetapi, ia tetap merasa gugup setiap akan menghadapi interview.

Hingga akhirnya, Na pun dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.

Nia menarik napas. Lalu, menghembuskan nya dengan perlahan sebelum ia masuk ke dalam ruangan dimana dirinya akan di interview.

"Saudari Nia?"

Nia memandang lelaki yang duduk di balik meja di ruangan tersebut. Lalu, ia membaca papan nama di atas meja lelaki itu.

"Roy hartawan. CEO."

Nia tercengang, Ia tidak menyangka bahwa interview langsung menghadap pemilik perusahaan tersebut.

"Iya saya Nia, Pak." Ucap Nia.

"Silakan duduk."

CEO yang bernama Roy itu mempersilahkan Nia untuk duduk di depannya. Roy memperhatikan wajah Nia, lalu ia membaca profil Nia di selembar kertas yang diprint oleh sekretaris nya.

"Berarti baru menyelesaikan study S2 ya di Inggris?" Tanya Roy.

"Iya Pak." Jawab Nia. Lalu, lelaki itu kembali membaca selembar kertas di tangannya itu.

Setelah beberapa saat, Roy pun tersenyum dan kembali menatap Nia.

"Sepertinya Anda adalah orang yang saya cari. Apakah Anda bersedia untuk bekerja di perusahaan saya mulai besok?"

Nia terkejut dan menatap Roy dengan tak percaya.

"Saya diterima Pak?" Nia mencoba memastikan apa yang baru saja ia dengar.

"Iya, besok mulai kerja ya." Ucap Roy.

"Terima kasih Pak! saya berjanji akan bekerja dengan baik di perusahaan Bapak." Ucap Nia sambil tersenyum sumringah.

"Kalau begitu buktikan janjimu."

"Baik Pak, saya permisi dulu."

"Silakan."

Nia menjabat tangan Roy. Lalu, ia meninggalkan ruangan Roy dengan perasaan yang sangat gembira.

"Alhamdulillah..!" Seru Nia di dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!