NovelToon NovelToon

Love In Venice

Episode 1 Syaha

Aku adalah Syaha, staff creatif design di salah satu perusahaan besar di Indonesia. Perusahaan yang aku naungi sekarang adalah perusahaan multinasional yang punya banyak cabang diseluruh dunia. Fyi, perusahan ini bergerak dalam bidang aksesoris dan fashion. Storenya telah menyebar diseluruh dunia. Aksesoris dan fashion dari store ini adalah buatan pabrik sendiri, handmade. Maka tidak ayal jika brand dari perusahaanku sangat diperhitungkan di kalangan atas sampai para kaum sosialita. “Lucas” itulah nama brand perusahaan tempatku bekerja, nama perusahaan ini juga sama dengan nama brandnya “Lucas Company”. Para karyawan tentunya tahu jika nama Lucas diambil dari nama pendiri perusahaan ini Lucas Syahardian Putra yang sekaligus menjadi CEO perusahaan. Desas desus mengatakan jika kursi CEO baru-baru ini sudah diwariskan kepada anak sulungnya setelah Tuan Lucas meninggal, sudah lewat beberapa tahun. Tapi sampai hari ini kami para karyawan belum pernah sekalipun bertemu dengan CEO baru itu yang digadang-dagang bertangan dingin dan katanya sih tampan rupawan mempesona ulala.

“Sya..” Panggil seseorang dibelakangku.

“Ya?” Sontak aku menoleh kaget. Pasalnya saat ini aku sedang menonton drama korea di komputer kantorku.

“Kamu ini ya kebiasaan lama.. kita sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan peluncuran produk baru kamu malah asyik nonton orang-orang suka oplas itu..” Mala mengomel panjang lebar sambil menunjuk-nunjuk idolaku.

“Eeehhh... maafkan aku.. aku kan sudah menyerahkan drafku ke Mas Seto.. jadi pekerjaanku kelar deh..” Celaku pada Mala.

“Enak aja.. ini revisi dari Mas Seto.. katanya CEO baru itu tidak suka..” Celetuk Mala.

“Apa? CEO baru? Kapan dia sampai disini? Bukannya dia ada di cabang London ya?” Ucapku penasaran. Setahuku CEO misterius itu sedang berada di London, kenapa tadi Mala bilang dia tidak suka designku.

“Mana ku tahu.. itu yang dikatakan Mas Seto.. kamu disuruh menyelesaikannya hari ini juga..” Mala menyampaikan pesan kepada Syaha dari Seto kepala bagian design.

“Hah? Sekarang? Yang benar saja..” Protesku keras pada Mala.

“Memang benar.. sekarang tutup drakormu itu dan kerjakan ini sekarang juga..” Malam mencubit pipiku pelan kemudian memberikan draft milikku.

“Ah.. bisa gila aku..” Teriakku frustasi.

“Hahahahahaha.. selamat ya Syaha sayang.. selamat lembur..” Ledek Mala lari meninggalkanku.

“Dasar CEO sialan.. kenapa juga dia harus tidak setuju.. tunggu, tapi kenapa designku bisa langsung masuk ketangannya? Bukannya ini adalah urusan produksi? Ah tidak tahulah.. rasanya mau mati saja aku..” Aku benar benar bisa gila jika begini, banyak sekali list drakor yang mau aku lihat tapi nasib mengatakan lain, aku harus mengerjakan ini segera jika aku memang tidak ingin lembur.

Syaha sejak tadi masih berkutat dengan draftnya, tidak sempat makan siang bahkan kekamar mandipun tidak sempat. Yang dikerjakannya sekarang adalah sebuah rancangan tiara atau mahkota yang baru-baru ini sedang ngetren dikalangan para sosialita. Dengan prinsip “siapapun bisa menjadi ratu” itulah yang membuat orang-orang terobsesi untuk mengenakan aksesoris seperti mahkota ini dengan ukuran yang kecil dan mewah tentunya. Syaha mendesain ulang rancangan tiaranya, dengan output yang simpel kemudian dihiasi diamond berjulah 20 butir yang mengelilingi setiap bagiannya menampakkan kesan klasik dan elegan. Warna yang dipilihnya adalah putih, jadi terlihat super mewah.

“Akhirnya selesai juga..” Aku melirik jam di mejaku ternyata sudah jam sebelas.

“Hoammm..” Hawa ngantuk menyerangku. Bergegas aku mematikan komputerku kemudian melangkah keluar kantor untuk segera jumpa kangen dengan kasurku yang sudah ku tinggal seharian ini.

Bersambung...

Episode 2 Bertemu

Ahhhh Syaha kesiangan.. bisa-bisanya dia lupa menyetel alarm. Bodoh bodoh, runtu Syaha dalam hati. Karena Syaha sadar kalau telat makanya dia langsung inisiatif menelpon Malaika Ratnasari teman kantornya untuk mengijinkan telat. Jelas-jelas ini telat, sekarang pukul 08.30 WIB padahal jam masuk kantor adalah pukul 08.00 WIB tepat.

“Halo Mal.. aku masih terjebak macet, tolong ijinkan ke Mas Seto ya..” Rengek Syaha pada Mala.

“Okay.. okay.. hati-hati dijalan..” Jawab Mala.

Fiuh.. syukurlah, bisa mati dipotong gaji jika Syaha ketahuan sengaja telat. Tapi ini memang jelas tidak disengaja sobat. Tapi bangun kesiangan lebih tidak logis jika dijadikan alasan. Bisa-bisa Syaha di ceramahi lima SKS sama Mas Seto kepala divisinya jika telat karena bangun kesiangan.

Lima belas menit kemudian Syaha sudah sampai dikantor, nafasnya terengah-engah. Dengan segenap kekuatan bulan, eh.. dengan segenap kekuatannya Syaha masuk ke dalam ruangan divisi dan langsung berlari menuju meja kemudian secepat kilat membuka komputer dan langsung memencet tombol print untuk mencetak draft revisi miliknya kemarin.

“Sya.. “ Panggil Mala. “Sudah sampai?” Lanjutnya.

“Baru saja.. aku baru mau ngasih draft revisiku ke Mas Seto..” Jawab Syaha dengan nafas yang belum teratur.

“Tenang dulu.. atur dulu nafasmu, rapikan penampilanmu.. kucel gitu..” Mala memandangi penampilan Syaha yang sungguh mengenaskan. Rambut acak-acakan dan keringat bercucuran di pelipis.

“Aku lari tau ga dari halte kesini, bagaimana aku tidak berantakan..” Jelas Syaha sambil merapikan penampilannya.

“Tadi ketika kamu telpon kami semua sedang ada upacara penyambutan CEO baru loh Sya..” Mala menimpali perkataan Syaha.

“Apa? Kok ga ada kabar apa-apa sih di grup WA? Tahu gitu kan aku berangkat lebih pagi, mana aku tahu jika hari ini tuh Jakarta macet banget..” Kelit Syaha sedikit berbohong pada Mala. What? Penyambutan CEO baru.. wah Syaha kelewatan nih. Padahal Syaha juga penasaran dengan wajah CEO baru itu yang katanya bisa melehkan hati para wanita dalam waktu tiga detik saja. Impossible.

“Orang dia memang sengaja ga bilang-bilang mau kemari kok Sya kita aja kaget pagi-pagi disuruh kumpul di Lobby.. tau ga Sya.. orangnya ganteng banget loh Sya.. masih muda, kaya, dan sukses.. aku dengar dia baru 30 tahun loh Sya.. keren banget kan..” Mala nyerocos panjang lebar yang tidak Syaha hiraukan sama sekali, karena dia masih berkutat dengan acara print-ngeprint draft rvisian, kalau tidak segera diserahkan sekarang bisa digantung sama atasan diktatornya, Mas Seto.

“Ya ya ya.. sayang aku tidak melihatnya langsung ya Mal..” Syaha pura-pura kecewa biar Mala seneng deh.

“Mal aku tinggal ke Mas Seto dulu ya.. mau ngasih draft revisi..” Pamit Syaha pada Mala.

“Eh tunggu Sya.. tadi Pak CEO baru bilang kamu suruh nyerahin langsung ke ruangannya..”

“What?” Teriak Syaha. “The Hell” Lanjutnya dalam hati.

“Iya tadi dia tahu kamu belum datang terus dia nyuruh kami untuk menyampaikan padamu..” Jelas Mala. “Apa kamu kenal Pak CEO baru itu Sya?” Tanya Mala.

“Tidak.. aku aja belum pernah ketemu dengannya..” Jawab Syaha singkat. Bodo amat, pikirnya.

“Tapi kok dia tahu namamu ya, Aisyaha.. ga banyak orang pangil nama depanmu lengkap loh..” Mala mengutarakan rasa penasarannya.

“Ah bodoh amat Mal.. kenal atau tidak kenal aku juga tetap jadi staff bukan jadi Nyonya Lucas atau istri CEO baru itu...” Racau Syaha sembarangan.

“Hahahahah.. Syaha kau dasar... sana keruang CEO baru.. minta maaf biar ga dipecat..”

“Baiklah...” Dengan malasnya Syaha menyeret kakinya menuju lift.

Syaha memencet tombol lantai sepuluh yang artinya ruang CEO. Kantor ini hanya memiliki sepuluh lantai dan ruang kerjanya ada di lantai 5. Setiap lantai berisi divisi masing-masing. Memang kantor ini sederhana tapi fasilitasnya coy.. mantap surantaplah ya.. bahkan kamar mandinya saja berAC coba.. nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan coba! Selain gajinya besar, Syaha betah kerja disini karena antar pekerja tidak ada kompetitif, yang ada semua karyawan dituntut untuk kerjasama dan kerja keras. Sudah lima tahun Syaha kerja di Lucas Company, dimulai dari tahun 2014 dan sekarang sudah 2019. Duh kok Syaha jadi inget tahun 2014 sialan itu sih.. jadi mengingatkan mantan terindah dulu pas di Venice, mantan yang ninggalin Syaha pas dia lagi sayang-sayangnya.

Ting

Suara lift berbunyi artinya sudah sampai ke lantai sepuluh.

Dengan gontai Syaha berjalan menuju meja sekretaris.

“Mbak Ira, katanya CEO baru itu mencariku..” Tanya Syaha pada Ira Ayuni Putri, salah satu sekretaris CEO.

“Iya Sya.. Tuan Muda Lucas sudah menunggumu daritadi.. masuklah..” Jawab Mbak Ira seraya mengantar Syaha masuk.

“Persimi Tuan, ini Nona Syaha sudah datang..” Ucap Mbak Ira lirih. Syaha mencoba mencuri pandang ke arah depan tapi wajah CEO itu tidak terlihat. Sepertinya dia sedang menghadap ke jendela.

CEO baru itu tidak menjawab sama sekali ucapan Mbak Ira, hanya dengan lambaian tangan saja yang Syaha lihat.

“Sya.. masuklah, Tuan menyuruhmu masuk..” Titah Mbak Ira kemudian pergi meninggalkan Syaha dan tidak lupa menutup pintu.

Kok Syaha jadi merinding gini ya, berdua saja dengan bos diruangannya. Apa Syaha akan dipecat karena terlambat tadi pagi? Oh Tuhan aku mohon jangan, pinta Syaha dalam hati.

“Ehem ehem.. selamat pagi Tuan.. aku dengar anda menacari saya..” Syaha membuka suara. Dia tampilkan suara dan senyuman paling manis yang dia punya padahal sebenarnya Syaha gugup setengah mati loh coy..

“Ais...”

Glek

Mata Syaha menatap lurus pada sosok laki-laki yang baru saja memutar kursinya dan sekarang dia bisa melihat jelas wajahnya.

“Mas Ray..” Ucap Syaha spontan, sontak saja Syaha menutup mulutnya. Sumpah ini refleks.

Jadi.. jadi.. jadi.. CEO baru itu adalah Ray. Bagaimana mungkin.. Syaha kalut. Hatinya pilu. Seketika pikirannya melayang pada peristiwa lima tahun lalu di Venice, Italia.

Bersambung...

Episode 3 Anna

“Ais...”

Mendengar nama itu dipanggil tubuh Syaha langsung bergetar hebat, hanya laki-laki dimasa lalunya yang memanggil "Ais" padanya. Sekarang dia terpampang nyata didepan Syaha, duduk di kursi CEO tempatnya bekerja. Syaha masih bergelut dengan kekagetan, keterkejutan, dan ketidakpercayaan, tanpa dia sadari jika laki-laki itu berjalan mendekatinya.

Mata Syaha menatap lurus kearahnya, langkah kakinya pelan tapi pasti mendekati tubuhnya yang mematung. Ketika tatapan mata Syaha bertemu dengan tatapan mata laki-laki itu, tiba-tiba saja perut Syaha terasa diaduk-aduk.

Hoek..

Syaha menutup mulutnya, mual, dia ingin muntah. Terlepas sudah draft revisi dari tangan Syaha. Tanpa melihat laki-laki itu dia tergesa-gesa keluar dari ruangan CEO menuju kamar mandi.

Cairan bening kekuningan tumpah ke westafel, Syaha memegangi perutnya. Rasa nyeri dan sakit lima tahun lalu tiba-tiba muncul kembali. Tubuh yang masih bergetar, air mata Syaha satu demi satu menetes. Dengan tangan yang masih bergetar dia mengambil ponsel di kantong celana, Syaha mencari nomor telpon Anna Joana Putri kemudian dia memencet call.

“Halo.. Syaha?” Sapa orang yang Syaha telpon.

“Anna.. dia kembali..” Syaha menangis sejadi-jadinya, dia menumpahkan rasa sedihnya pada Anna. Badan Syaha lemas hingga dia terduduk di lantai kamar mandi. Anna hanya diam saja mendengarkan Syaha menangis, Anna sangat tahu sekali dengan apa yang Syaha ceritakan. Anna adalah salah satu saksi hidup dari masa lalunya yang kelam lima tahun lalu di Venice.

Setelah puas menangis, Syaha keluar kamar mandi dengan mata merah dan wajah yang sembab.

“Sya.. kamu kenapa?” Mala kaget melihat Syaha masuk ruangan dengan wajah sembab dan pucat. Syaha tidak sempat berkaca.

“Kamu sakit? Kamu pulang aja.. biar aku yang ijin ke Mas Seto..” Ucap Mala mengelus pundak temannya.

“Aku pulang dulu ya Mal..” Ucap Syaha lirih pada Mala seraya mengambil tasnya.

Syaha benar-benar tidak sehat sekarang. Badannya menggigil hebat, potongan-potongan memori lima tahun lalu terputar seperti rekaman video. Dia menangis sejadi-jadinya. Luka itu, luka yang sangat membuatnya hancur kembali terbuka, Syaha yang selama ini sudah berusaha melupakannya dengan baik tiba-tiba dipaksa untuk mengingatnya lagi. Dia rapuh, dia sedih, dia yang bodoh.

Anna is calling.

“Sya..” Sapa Anna ditelpon.

“Aku baik-baik saja..” Jawab Syaha serak karena habis menangis.

“Yakin?” Anna mencoba bertanya pada Syaha, Anna khawatir.

“Aku akan mengudurkan diri besok Ann.. aku tidak akan sanggup bertemu dengannya.. terlalu sakit untukku..” Tangis Syaha tumpah juga. Seharian ini entah sudah berapa liter air mata yang dia keluarkan.

“Lakukan apapun yang terbaik.. aku yakin Syaha pasti bisa.. aku dan Nando mendukungmu.. kamu punya kami Sya.. jangan takut lagi..” Ucap Anna menguatkan Syaha. Selain Anna, Mas Nando adalah saksi hidup lainnya yang tahu betapa kelam masa lalunya.

Setelah pulang dari Venice lima tahun lalu masing-masing dari mereka berpisah. Anna pulang ke Medan dan Mas Nando pulang ke Surabaya, sedangkan Syaha memilih untuk menetap di Jakarta, mencari penyembuhan. Entah kenapa dulu dia memilih Jakarta, mungkin karena disana Syaha akan ditakdirkan bertemu dengan laki-laki di masa lalunya. Tuhan memang senang bercanda.

Setelah mematikan telpon dari Anna, Syaha langsung menyalakan komputer. Dia mengetik surat pengunduran diri, dipastikan laki-laki itu akan menerimanya besok pagi tepat didepan wajahnya. Bukannya Syaha menghindarinya, tapi Syaha sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak sudi bertemu laki-laki itu lagi.

Padahal setiap hari Syaha selalu memikirkan bagaimana jika mereka bertemu kembali? Tapi hati Syaha selalu menepisnya karena informasi yang dia dapat laki-laki itu ada di London. Tapi hari ini laki-laki itu ada tepat didepan matanya. Ketika Mala cerita CEO yang datang dari London Syaha harusnya curiga, tapi dia  sama sekali tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah pewaris dari Lucas Company. Jika Syaha tahu itu dari awal, adia tidak akan sudi mengijakkan kaki di kantor Lucas Company.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!