NovelToon NovelToon

Seabadi Edelwais..

bab 1 Penerimaan siswa baru

Selamat pagi Palembang....

Kota kelahiranku.

Aku Vina, lengkapnya Ervina Delia, hari ini Aku tepat berusia 12 tahun.

Dan hari ini adalah hari pertamaku masuk di sekolah baru.

Sebuah Smp swasta terbaik di Kotaku.

Selamat datang masa remajaku...

Mulai hari ini, tidak akan ada lagi yang menyebutku anak kecil...😁🤭

Aku tersenyum sendiri, rasanya sudah tidak sabar ingin cepat-cepat berangkat ke sekolah.

Aku masih duduk dibalik selimut, sambil membayangkan betapa indahnya hari ini akan kulalui.

Aku menatap seragam baru yang telah tergantung rapi di handle lemari.

Sepasang seragam impian.

Aku segera turun dari tempat tidur, membuka tirai jendela kamar, lalu meraih seragam putih biru itu kemudian menempelkannya di tubuhku menghadap ke cermin dan tersenyum lebar.

"Vin..."

Tok... Tok... Tok..

Pangilan yang disertai ketukan pintu kamar mengalihkan pandanganku kearah pintu.

Kuletakkan kembali seragam itu pada tempat asalnya. Aku bergegas membuka pintu, kulihat Mama berdiri di depan pintu.

"Selamat ulang tahun Vina sayang"

Mama memelukku dan menyerahkan kotak kecil berwarna merah muda.

"Makasih Ma..."

kukecup pipi Mama sambil membalas pelukannya.

Aku menatap Mama, meyakinkan bahwa kotak itu benar untukku.

Mama mengangguk kan kepalanya, lalu berkata

" Buka aja Sayang"

Aku berjalan masuk kembali ke kamar yang di ikuti Mama.

Kami duduk di tepi tempat tidur.

Aku segera membuka kotak itu, betapa bahagianya Aku melihat isi dari kotak itu.

Sebuah kalung putih, dengan liontin mungil berbentuk hati. Ini kalung impianku.

Dari dulu, Aku begitu sangat ingin memiliki kalung seperti itu, dan Mama tau itu.

Hanya saja, Mama selalu bilang, bahwa kalung itu lebih cocok untuk remaja bukan anak kecil,

dan hari ini, Aku mendapatkannya.

"Makasih banyak Ma... Ini cantik bangettt... Vina suka sekali"

Aku tak dapat membendung lagi air mataku, dan kembali membenamkan kepalaku di dada Mama..

"Ehm..ehm..."

Aku dan Mama menoleh berbarengan ke arah suara itu, ternyata Papa dari tadi mematung memperhatikan kami.

Papa melangkah masuk mendekat.

"Cuma Mama aja yang di peluk vin??"

goda papa, Aku beralih merangkul Papa.

"Selamat ulang tahun sayang"

papa menyodorkan kotak yang berbalut kertas berwarna biru muda.

"Nih... Papa juga ada kado buat kamu"

Aku tersenyum menerimanya, lalu segera kubuka kotak itu...

Sebuah arloji... Kali ini Papa memberikanku jam tangan tanpa embel-embel gambar kartunnya.

Arloji bulat dengan tali berwarna hitam,disisi kiri dan kanannya terdapat aksen berbentuk bunga dan gambar hati pada tengah-tengah jarum jamnya.

Benar- benar berkesan remaja.

"Makasih Papa.."

"Udah,buruan mandi... Nanti telat ikut orientasi siswa barunya"

Mama menarik tanganku seraya menyuruhku bergegas ke kamar mandi.

"Siap Ma"

Ujarku

Setelah semuanya beres, Aku keluar dari kamar dengan kuncir rambut warna warni khas anak baru. Tak lupa membawa kalung permen loli pop dan papan nama di bagian dada.

"Cieee...anak smp.."

Ledek Papa yang menunggu di meja makan.

"Iya donk Pa..."

Aku melangkahkan kaki, sambil sedikit bergaya ala model mendekati meja makan.

Mama hanya tersenyum menatapku.

Tak lama berselang, kami selesai sarapan. Papa berpamitan berangkat kerja, sementara Aku ingin berangkat kesekolah baru ku.

Papa akan mengantarku pagi ini..

Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Aku tak dapat berhenti tersenyum.

Bahagia sekali rasanya hari ini.

Papa melirikku.. sambil tetap berkonsentrasi mengemudikan setir mobilnya.

"Neng, senyum terus ntar keram loch pipinya"

Ledekan papa.. makin membuat ku melebarkan senyuman.

Tak terasa, kami telah sampai di depan gerbang sekolah.

Terdapat spanduk besar disana, bertuliskan selamat datang Siswa/Siswi baru.

Aku turun dari mobil melambaikan tangan pada Papa.

Aku begitu antusias memperhatikan semua yang ada di sekitarku, terlihat ramai sekali anak-anak baru seperti aku.

Mataku berkeliling mencari-cari adakah teman yang kukenal, ternyata tak ada satu pun.

Karena memang aku memilih sekolah yang berbeda dari rayon yang ditentukan dari sekolah SD ku kemarin.

Karena menurut papa, sekolah ini lebih dekat dengan tempat tinggal ku.

Segera Aku melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah. Ketika hendak memasuki lapangan tempat dimana anak baru akan berkumpul, mataku menangkap pemandangan indah yang membuat hatiku berdebar.

Seorang anak laki-laki, berkulit gelap, namun sangat manis menurutku, dengan postur tubuh tinggi dan berisi.Ia tengah duduk dipinggir lapangan, melihat dari penampilannya sepertinya Dia juga anak baru.

Ingin sekali aku menyapanya, tapi rasa maluku lebih besar dibanding rasa penasaranku.

Aku kembali berjalan melihat-lihat sekitar berkeliling, mengamati lokasi, membaca nama-nama ruangan yang ada di sekolah ini.

sungguh hal yang baru buatku.

Tibalah waktu yang kutunggu..

Saat speaker sekolah mengumumkan untuk berbaris di lapangan, untuk pembagian kelas dan lain-lain.

Aku begitu fokus mendengar dan memperhatikan ketika namaku dipanggil.

"Ervina Delia !! ruang 1.1 !"

Aku bergegas berjalan menaiki tangga. Menuju kelas baru, yang ternyata berada di lantai 2.

"Dirgantara Abinata !! ruang 1.1!!"

Aku menoleh, melihat siapakah orang yang di panggil setelah Aku.

Langkahku terhenti ketika kulihat ternyata yang berjalan maju adalah anak yang tadi menggetarkan hatiku.

Aku tersenyum..

"Ohhh..jadi namanya Dirgantara"

gumamku dalam hati..

Aku segera melanjutkan langkahku memasuki kelas yang dimaksud oleh pihak sekolah.

Aku memilih tempat duduk, dan ketika itu telah ada beberapa orang yang lebih dulu di ruangan itu.

Mata ku tertuju pada seorang anak perempuan yang melambaikan tangannya padaku, untuk mengajakku duduk bersamanya. Aku pun mengangguk dan tersenyum.

Ku hampiri Dia yang berada di barisan kedua meja kedua..

"Halo,,,"

Sapanya padaku.

"Kenalin Aku Nina, Nina Saputri !"

Sambung nya.

Anak nya bertubuh bulat,putih dan bermata sipit, rambutnya panjang lebih panjang dariku yang cuma sebahu.

" Halo juga.. Aku Vina"

Balasku sembari menjabat tangannya.

kami lalu saling bercerita tentang sekolah asal.

Saat Dirga masuk, mataku beralih padanya. Kulihat Dia memilih duduk dibarisan ujung meja nomor dua, lurus dengan mejaku.

Seolah dia merasa ada yang memperhatikan nya, Dia pun menoleh kearahku. Aku terjebak olehnya sedang memandanginya.

Aku kaget bukan kepalang lalu segera mengalihkan pandanganku pada tempat lain.

Aku mengernyit kan dahi dan memejamkan mataku, sembari menggigit bibirku sendiri.

Ya Tuhan.... Betapa malu nya aku,

Namun tidak dengan Dirga, dia tetap santai seakan tak terjadi apa-apa.

Saat ada anak lain yang duduk di sebelahnya, Dia semakin terlihat menikmati harinya, Sesekali Aku meliriknya ketika Dia tengah mengobrol seru.

Tak banyak kegiatan untuk hari ini, hanya pengenalan lingkungan sekolah, dan perkenalan diri dan juga asal sekolah.

Selebihnya hanya diisi dengan permainan seru.

Waktu pulang tiba..

Tak lupa petugas Osis yang menjadi panitia mencatat kan barang apa saja yang mesti di bawa besok pagi.

Orientasi siswa ini akan berlangsung 3 hari.

Itu artinya besok adalah hari kedua.

Aku pulang dengan suka cita, berjalan bergerombol, menunggu Bis sekolah, dan ramai-ramai pulang naik Bis.

Pengalaman pertamaku yang sangat indah yang belum pernah kurasakan di masa aku SD dulu.

Hari ke 2,

Aku sedikit berlari ketika memasuki gerbang sekolah, karena agak terlambat dikarenakan mobil Papa yang tiba-tiba bannya kempes.

Sebetulnya Aku sangat ingin pulang dan pergi sekolah naik bis sekolah, karena bagiku itu adalah hal terseru yang sayang sekali untuk di lewat kan.

Akan tetapi Papa melarang, Beliau ingin Dialah yang mengantarkan Aku pergi sekolah setiap pagi.

Tak apalah... Setidaknya, pulangnya Aku bisa naik bis.

Benar saja...

Begitu memasuki halaman semua sudah sepi. Mereka sudah berada di kelas.

Aku berlari cepat menaiki anak tangga hingga tiba didepan kelas.

Kulihat panitia sedang berdiri di depan kelas.

Pintu kuketuk, semua yang ada di dalam menatapku, termasuk Dirga.

"Silahkan masuk!!"

Ucap panitia merespon ketukanku. Aku berjalan pelan menuju tempat duduk.

Namun langkahku terhenti, kala salah seorang panitia menahanku.

"Ervina ya??"

Tanyanya.

"I... iya kak" Aku gugup.

" Kenapa terlambat..??"

Tanyanya lagi.

"Mobilnya bannya kempes kak"

Jawabku mencoba menjelaskan.

"Oke..karena vina terlambat, gimana kalo kita kasih hukuman?"

Seru salah satu panitia yang setelah kulirik nama di seragamnya bernama Agung Pranata

"Setujuuuu!!!!!"

Seru seisi ruangan membuatku semakin deg degan.

"Gimana kalo vina kita suruh berkeliling minta tanda tangan semua yang ada di kelas ini?"

panitia yang satunya menimpali, lagi-lagi kulirik namanya disana tertera Ridwan.

Mereka adalah anggota Osis yang menjadi panitia orientasi siswa baru.

Aku mengangguk sembari meletakkan tas kemudian mengambil buku dan pena untuk mulai berkeliling.

Satu persatu teman kuhampiri untuk meminta tanda tangan mereka.

Tiba di depan meja Dirga.

Aku menatap sekilas mukanya, dan lagi-lagi Aku terjebak, kami beradu pandang.

Dia tersenyum dan aku membalas nya.

"Ohh..sungguh terasa getaran yang lain dihatiku"

Setelah semua selesai, Aku diperbolehkan duduk kembali.

Hari ini pun berjalan lancar meski diawal sedikit bermasalah.

Hari ke 3

Ini adalah hari terakhir orientasiku...

mereka menyebut sebagai penutupan orientasi. Itu artinya hari selanjutnya adalah hari belajar normal.

Dan kata para panitia hari ini akan ada penghargaan kepada peserta orientasi terbaik, dan itu akan diumumkan di akhir orientasi.

Sambutan dari kepala sekolah membuka acara,

dan tibalah saat yang di tunggu.

Saat ketua panitia menyebut kan nama peserta orientasi terbaik.

"Untuk siswa peserta orientasi terbaik diberikan kepada..... Dirgantara Abinata dari kelas 1.1 !!!"

Tepukan meriah dari semua siswa siswi baru meramaikan acara penutupan.

Aku tersenyum menatapnya yang malu- malu melangkah ke depan.

Sementara, seisi lapangan terlihat saling pandang menantikan kelanjutan pengumuman

tentang siapa siswi terbaik nya,

yang jelas pasti bukan Aku, karena terlambat tidak masuk dalam kategori pemilihan.

"Untuk siswi peserta orientasi terbaik diberikan kepada.... Salsadila dari kelas 1.3 !!

Aku menolehkan kepalaku mencari tau siapa orang yang di panggil untuk maju, suasana lapangan riuh, bersatu padu dengan tepuk tangan yang gemuruh.

Terlihat sosok manis dan anggun berjalan maju dengan sedikit menunduk mali-malu berdiri berdampingan dengan Dirga, terlihat mereka saling melempar senyum dan berjabat tangan.

Ada rasa yang lain di hatiku, yang belum pernah Aku rasakan sebelumnya.

Seperti kesal dan ingin marah, tapi Aku sendiri tak tau apa penyebabnya.

Bersambung**

bab 2 Sekolah dimulai

Masa orientasi berakhir..

Itu artinya, sekolah sebenarnya akan dimulai besok pagi.

Aku masih termangu di depan televisi yang menyala, namun mata ini tak menatap nya melainkan menerawang entah kemana, tubuhku saat ini berada difase dimana mata, hati dan isi kepala yang tak sejalan.

Entahlah, Aku sendiri tak memahaminya.

Apakah ini babak baru di usia remaja??

Aku menyeringai sendiri..

Seketika tubuhku bergidik lalu bertanya sendiri apa indah nya semua ini.

Mama menghampiriku..

"Sudah malam Vin, besok kesiangan loh kalo jam segini kamu masih nonton tv.."

Sambil meraih remote dan mematikan tv, Mama memintaku untuk segera masuk kamar.

Aku beranjak masuk kamar dan bersiap untuk tidur.

Namun baru saja mataku terpejam, tiba-tiba otakku mengingat sesuatu, ya

tentang Anak laki-laki itu.

Dirgantara Abinata.

"Kenapa tiba-tiba Aku mengingatnya."

Aku tersenyum sendiri, lalu menutup mukaku dengan kedua belah telapak tangan.

Ahhh... ini sungguh perasaan yang lucu, yang sulit untuk aku fahami apalagi mengerti.

Kutarik selimut tebalku, lalu kututup hampir sebagian tubuhku, tapi bayangannya tak juga pergi.

Beberapa kali kucoba membolak-balik tubuh ku, mengganti posisi tidur namun tetap tak kudapati posisi ternyaman.

Kali ini aku mencoba memilih bertelungkup dengan bantal menutupi kepala ku.

dan sepertinya ini cukup manjur, Aku tertidur😴😴

Aku terjaga kala jam kecil di samping tempat tidurku berdering sangat nyaring.

Aku ingat, semalam Aku menyetelnya pukul 5 pagi.

Masih setengah sadar, Aku meraih jam dan mematikannya.

Aku bangkit dari tempat tidur, mencoba mencari ikat rambut, yang biasa kupakai lalu mengikatkannya di rambutku.

Aku melangkah menuju kamar mandi, memutar kran air lalu mendekatkan tangan ku pada air yang mengucur.

"Brrr...dingin sekali"

Ku urungkan niat ku untuk segera mandi.

aku hanya mencuci muka ku lalu mengambil air wudhu.

Selesai sholat, Aku melirik jam lagi masih pukul 05.15 wib.

"Masih terlalu pagi"

Pikirku. Aku segera merapikan mukena, menggulung nya di dalam sajadah lalu meletak kannya di atas laci kecil di samping meja belajar.

Aku memilih kembali berbaring di tempat tidur, lumayan masih ada sekitar kurang lebih setengah jam untuk leyeh-leyeh.

Tak sampai 5 menit berbaring, tiba-tiba Aku teringat sesuatu, segera Aku beranjak berjalan mendekati lemari. Aku membuka nya..dan meraih sesuatu di bagian paling atas,

Sebuah buku harian.

Aku membelinya sekitar 2 minggu yang lalu di sebuah toko alat tulis.

Sebenar nya Aku membelinya bukan karena Aku ingin menulis buku harian, tetapi justru karena tertarik dengan motif dari cover buku tersebut.

Buku dengan ketebalan sekitar 5cm, bermotif hati, berwarna biru dengan hiasan pita kecil di atas nya.

Lucu dan terlihat menggemaskan.

Aku memandang buku tersebut, membawanya ke tempat tidur, lalu duduk bersila dengan memangku bantal.

Segera kubuka plastik yang membungkus buku tersebut.

Aroma wangi bunga tercium dari lembar demi lembar buku tersebut.

Ternyata tak hanya cover nya saja yang menarik, embaran-lembaran buku ini pun tak kalah cantik,dengan warna-warni indah dan terdapat gambar hati yang bertaburan di tiap lembar nya.

Aku tersenyum...entah kenapa, Aku jadi sangat menyukai gambar hati, inikah yang dinamakan masa puber?? hihihi Aku mengikik dalam hati😍🤭

Rasa nya aku ingin menulis kan sesuatu pada buku tersebut, tapi sepertinya belum waktu yang tepat, saat kulirik jam yang menunjuk kan pukul 06.10 wib.

Aku memilih menyimpan buku tersebut, lalu menyelipkan nya di bawah bantal.

"Saat nya mandi"

Sambil berjalan menuju kamar mandi, Aku bersenandung riang, kuraih handuk yang tergantung di samping pintu kamar mandi kemudian,

JEGERRR !!

Pintu kamar mandi kututup kasar.

Setelah selesai mandi, Aku melanjutkan ritual memakai seragam.

Aku melirik sesuatu di pojok meja, barang yang di belikan Mama beberapa hari yang lalu,

seingatku Mama mengatakan kalau beliau membelikan bedak khusus remaja, karena kata Mama, bedak baby sudah tidak cocok lagi untukku yang memasuki usia remaja.

Tetapi belum sempat Aku buka.

Aku melangkah menuju bungkusan tersebut dan meraih nya.

Aku membukanya, satu persatu barang Aku keluarkan dan kubaca.

Ternyata didalamnya ada bedak, pelembab bibir, cologne,dan deodoran.

Apa remaja mesti seribet ini??

fikirku sembari mengernyitkan dahi.

Aku lalu mencoba semua barang tersebut.

Mulai dari memakai deodoran, memoleskan bedak tipis dimukaku, ketika tanganku memandang pelembab bibir, Aku mengurungkan niatku dan kembali meletakkannya didalam bungkusan, tanganku beralih meraih cologne dan menyemprot kan nya sedikit di seragam ku.

"Ehmmmm..harum nya.."

ucapku pelan sambil menarik nafas dalam-dalam, mencoba menikmati harum cologne perpaduan wangi bunga dan buah khas remaja yang di belikan Mama.

Mama pintar sekali memilihkan colongne.

Lalu aku meraih sisir dan mulai menyisir rambutku, seperti biasa Aku suka sekali mengikat rambut ku model tanduk kambing alias kuncir 2, lalu mengikatkan pita biru muda di tepiannya.

Lama Aku memperhatikan bayanganku di cermin, kenapa hari ini sepertinya Aku tidak percaya diri lagi dengan model rambut seperti ini, kembali Aku membuka ikat rambutku yang telah tertata rapi.

Aku menggerai rambut hitamku, kemudian kembali menyisirnya.

Aku mencari-cari benda yang akan Aku gunakan sebagai accesoris di kepala, mataku tertuju pada jepit rambut mungil berbentuk bunga berwarna silver, Aku meraihnya dan menyematkannya disisi rambutku.

"Ehmm..sempurna"

gumam ku.

Aku melangkah keluar kamar.

Mama dan Papa telah menanti di meja makan.

"Manis nya remaja Mama..."

pujian Mama barusan, langsung kusambut dengan senyum termanis ku.

"Kok kuncirnya hilang?? jadi gak imut lagi dong.."

Ledek papa.

"Tapi sekarang jadi lebih manis.."

Sambung Papa buru-buru..

Mulut ku yang awal nya Aku muncungkan, seketika berubah merekah mendengar kalimat terakhir Papa

Begitulah keluargaku...

selalu hangat, ceria dan penuh suka cita ketika pagi tiba.

Maklum,Aku anak satu-satunya, jadi kalo tidak seperti itu, rumah pasti akan terasa sangat sepi.

Kadang kala, ketika sendiri, Aku sangat ingin sekali punya saudara, seperti teman-temanku yang lain.

Pasti akan sangat seru, bermain bersama, cerita tentang apa saja yang ditemui, tidur bersama dan masih banyak lagi kegiatan yang bisa dilakukan bersama-sama.

"Ehmm..andai saja.."

Aku pernah bertanya pada mereka, kenapa Aku hanya seorang diri, tidak punya saudara?

Mama pernah menjelaskan, seharusnya Aku punya kakak perempuan akan tetapi, meninggal sesaat setelah dilahirkan.

Lalu 2 tahun kemudian Aku hadir dalam rahim mama dan itu penuh perjuangan.

Dalam kondisi rahim yang kurang sehat, Mama mempertahankan Aku.

Kata mama, Aku dilahirkan saat usia kandungan mama baru 7 bulan, karena pendarahan yang hebat.

Sejak itu kata dokter Mama tidak bisa punya anak lagi.

Sarapan selesai..

Sepiring nasi goreng lengkap dengan telur dadar telah habis kulahap, Papa memberiku kode agar segera berangkat. Aku mengangguk.

Aku dan papa beranjak dari kursi, bergantian mendatangi Mama kemudian menghadiahinya dengan kecupan, sebelum akhirnya kami berangkat.

Sesampainya disekolah,

Sepanjang memasuki gerbang sekolah, senyumku tak henti merekah, saling menyapa antar teman-teman baru di hari ke 4 ini.

Sudah banyak yang kukenal, akan tetapi, Aku paling dekat dengan Nina teman satu bangku.

Sepertinya dia akan menjadi sahabatku selama di sekolah ini.

"Tapi...kemana dia ya??"

Gumam ku pelan.

Baru saja memikirkan nya, tiba-tiba saja,

"Vin....vinaaaa"

Terdengar teriakan nyaring melengking dari arah belakang.

Aku sangat mengenal suara itu.

ya, Dialah Nina.

Remaja keturunan cina yang menurutku unik, Asyik dan sangat baik.

Kenapa unik?? Nina itu lucu, sukanya makan segala jenis makanan, kalo ngomong nyerocos udah kayak petasan cina, suaranya nyaring dan agak melengking meski yang diajak ngobrol hanya berjarak sejengkal.

Selama 3 hari duduk bersamanya, sudah cukup membuatku mengenali karakternya.

Nina terlihat ngos- ngosan ketika sampai disebelahku dan berusaha menjajari langkahku.

"Ngapain lari Nin..??"

Sapa ku..

Nina nampaknya masih sangat capek, terlihat dari nafasnya yang belum beraturan.

"Gak pa-pa.. Aku sekalian olah raga kok biar langsing."

Sontak aku tertawa mendengar nya

kemudian Aku menjawab.

"Kurus enggak, ngap- ngapan iya"

Nina mendelik kearah ku, lalu menyenggolkan bahunya padaku..

"Sorry deh"

Balasku.

Kami bergandengan tangan melanjut kan perjalanan menuju kelas.

bersambung**

bab 3 Pemilihan ketua kelas

Aku dan Nina baru saja memasuki kelas.

Ternyata kelas sudah ramai, termasuk Dirga.

Sekilas Aku menatapnya, nampak Dia tengah sibuk bercerita dengan teman-teman nya.

Aku dan Nina meletakkan ransel kami di laci meja, lalu memilih keluar kelas lagi berjalan menuju taman sekolah.

Kami duduk disana, disebuah kursi batu dengan meja, diatasnya di buat payung menyerupai jamur. Tampak juga bunga dengan berbagai macam model dan warna tertata rapi di sekitar taman,di sudut sebelah kanan nya terdapat kantin sehat yang menyediakan berbagai makanan dan minuman, sungguh taman yang indah sekali disekolah ini.

Aku menikmati sekali suasananya.

Nina berdiri dan melangkah menuju kantin meninggalkanku duduk sendiri.

"Ahh..nina..tanpa Dia memberitahu, Aku sudah tau bahwasanya Dia sedang kelaparan🤭🤭"

Batinku membisik yang membuat bibirku tersungging senyum kecil.

Benar saja, tak lama kemudian Nina datang dengan sekantong penuh cemilan. Aku terkekeh melihat nya.

Dia mulai mengeluarkan satu persatu belanjaan nya, dan menyuruhku untuk ikut makan bersamanya.

Aku memperhatikan semua itu dan tanganku meraih kantong keripik kentang dan mulai mengunyahnya, belum habis makanan, tiba-tiba bell berbunyi. Nina buru-buru memasukkan semua cemilannya ke dalam kantong, dan kami pun berlari masuk ke kelas.

Setiba nya di kelas..

kami duduk rapi di tempat duduk masing- masing menunggu apa yang akan di pelajari di awal masuk smp.

Yang pasti, mata pelajaran takkan sama lagi seperti waktu di sekolah dasar.

Tak berselang lama, seorang Guru cantik memasuki ruang kelas kami.

"Selamat pagi semua..."

Sapa nya.

"Pagi Buuuuuu"

Jawab kami kompak.

Terlihat guru tersebut meraih spidol hitam menuju ke papan tulis, kemudian menulis kan namanya disana.

"Perkenalkan anak-anak, nama Ibu YENI.. "

Ujarnya.

"Ibu adalah wali kelas kalian, untuk mata pelajaran Ibu akan memegang pelajaran Biologi"

Ibu yeni terlihat memandang kami satu persatu.

"Oke, Sebelumnya Ibu akan absen kalian terlebih dahulu"

Terlihat Bu Yeni mendekati kursinya dan duduk sembari membuka buku absen siswa.

Beliau memanggil nama kami satu persatu.

Setelah selesai, Bu Yeni kembali berdiri, sepertinya akan ada yang ia sampai kan lagi.

"Hari ini kita akan mengadakan pemilihan ketua kelas serta perangkat kelas lain nya"

Adakah yang bersedia mencalonkan diri menjadi ketua kelas??"

Tanya Bu Yeni terhadap kami.

Hening beberapa saat,

Tak ada yang menyahut, semua hanya saling pandang.

5 menit menunggu akhirnya Bu Yeni memutuskan untuk memilih calon kandidatnya sendiri.

"Baik bagi kalian yang ibu tunjuk, harap kedepan"

Suasana menjadi agak tegang.

Bu yeni menunjuk 3 orang anak laki-laki.

Yang pertama Rizwar, yang kedua Hadi dan yang ketiga adalah Dirga.

Mereka telah berbaris di depan kelas, lalu Bu Yeni terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Sebuah kertas hvs, lalu mengguntingnya kecil-kecil kemudian membagikannya ke seisi kelas kecuali 3 kandidat.

"Kelas ini berisi 28 siswa, berarti akan ada 25 suara disini"

Begitu ucapan Bu Yeni, setelah kertas selesai di bagikan.

Kami diminta untuk menuliskan 1 nama pada kertas tersebut, lalu mengumpulkannya di meja Guru.

Terlihat semua antusias menulis.

Nina nampak kebingungan untuk memilih, Dia bertanya padaku.

" Kamu milih siapa Vin?"

Aku hanya menjawab dengan senyuman dan menutup kertas kecil itu saat Nina berusaha mengintip nya.

"Iih...apa an sich? liat aja masak gak boleh?"

Jawab nina dengan mendengus kesal terhadapku.

"Kamu pasti milih Dirga kan...??"

Sambungnya seraya mentoel pipi ku, Aku tersentak mendengar ucapannya barusan.

"Dari mana Nina tau kalau aku akan memilih Dirga??"

Muka ku bersemu merah jambu, lalu tersenyum malu-malu.

Satu persatu siswa mulai maju kedepan untuk mengumpulkan pilihannya pada Bu Yeni, termasuk Aku dan Nina.

Setelah semua terkumpul..

"Tolong kalian berdua bisa bantu Ibu?"

Lagi-lagi aku di buat kaget ketika Bu Yeni menyuruhku dan Nina kedepan.

Kami di minta untuk menghitung suara. Aku bertugas menuliskan dan Nina akan membaca.

Satu persatu nama dibaca dan Aku menuliskan hasilnya di papan tulis.

Ku lihat perolehan suara Dirga ada 9, Rizwar 11, dan Hadi hanya memperoleh 2 suara, tersisa 3 suara lagi.

Aku melirik ke arah 3 kandidat, mereka nampak sangat tenang. Berbeda dengan teman-teman yang memilih, malah terlihat tegang.

"Selanjut nya..DIRGA !! DIRGA LAGI... DANNN YANG TERAKHIR... DIRGA LAGIII"

Semua bertepuk tangan..

Aku menghitung, dan dapat di pastikan Dirga terpilih menjadi ketua kelasnya.

Ibu Yeni bangkit, dari tempat duduknya dan mendekati 3 kandidat.

"Oke, berarti sudah deal ya, ketua kelas kita adalah Dirga dan Rizwar adalah wakil nya, untuk Hadi silahkan duduk."

Ibu yeni lalu meminta Dirga untuk memilih sendiri perangkat kelasnya yang terdiri dari sekretaris, bendahara dan keamanan kelas.

Tak berpikir lama, Dirga tiba-tiba menunjukku untuk jadi sekretaris kelas,

sorakan dari teman- teman tak dapat di hindari.

Aku dengan tampang yang bingung sekaligus gembira tak dapat menyembunyikan raut muka malu-maluku. Disusul Adisti sebagai bendahara dan Adit sebagai keamanan.

Setelah Dirga memilih, Ibu Yeni kemudian bertanya,

"Dirga, kenapa kamu yakin memilih mereka sebagai perangkat? tolong kamu berikan alasan nya pada ibu''

"Baik bu!"

Dengan lantang Dirga memberitahu alasan nya..

"Untuk sekretaris, Saya memilih Ervina. karena menurut Saya, Dia pantas, Saya melihat dari cara dan penampilannya yang rapi, Dia cocok menjadi sekretaris.

Aku terperangah mendengar alasan nya??masih antara bingung dan bangga..aku tak menyangka dia ternyata memperhatikan penampilanku.

"Cieeeeee cieee....."

se isi kelas menyorakiku, beruntung Bu Yeni dapat mengendalikan suasana agar kembali tenang.

Namun tidak dengan Nina, yang terus-terusan menggodaku, mulai dari menatapku seraya memainkan alis dan mata sipit nya, menyenggolkan bahunya ketubuhku, mentoelkan jarinya ke daguku dan masih banyak lagi.

Aku berkali-kali menghindar dan meletakkan jari telunjuk di depan bibir, isyarat untuk menyuruhnya agar tidak berisik, namun itu sia-sia.

"Untuk bendahara, Saya memilih Adisti, karena menurut Saya Adisti cermat dalam hitungan dan pengelolaan keuangan, Dia juga sangat teliti terlihat bagaimana Dia setiap hari selalu membuat pembukuan setiap ada pengeluaran uang dari dompet nya."

Seketika se isi kelas ramai, semua tertawa mendengar penjelasan Dirga.

Termasuk Adisti yang tersipu malu sambil tertawa menutup mulut nya.

"Astagaaaa... Aku tak pernah menyangka Seorang Dirga bisa sedetil itu memperhatikan orang- orang disekitar nya."

Aku membatin serasa tak percaya.

"Lalu untuk Adit, Saya melihatnya sebagai keamanan karena orang nya sangat mampu mengendalikan keadaan kelas terlihat saat dia menyuruh teman- teman diam untuk memperhatikannya ketika Dia ingin berbicara."

"Sekian penjelasan dari Saya, Saya berharap teman-teman dapat bekerjasama."

Betul- betul luar biasa menurutku.

kami kembali memberikannya tepuk tangan, atas penjelasannya yang masuk akal.

Lalu Bu Yeni menyuruh nya untuk duduk kembali.

"Oke, karena pemilihan telah selesai maka kita akan memulai pelajaran."

Bu yeni mulai mencatatkan beberapa ringkasan, lalu menyuruh kami menyalin nya kemudian beliau menjelaskan.

Tak terasa 3 jam berjalan, saat bell di bunyikan. Itu tandanya saat istirahat telah tiba. Ruang kelas terdengar riuh.

Ibu Yeni yang masih berada di mejanya berdiri lalu meninggalkan kami yang sebelum nya telah mempersilahkan kami beristirahat.

Belum sempat aku dan Nina meninggalkan meja kami, Dirga telah lebih dulu menghampiri..

Deg!!

Tiba- tiba jantungku berdegup tak beraturan, telapak tangan kurasakan basah dan dingin. Dirga pasti melihat mukaku yang gugup.

Terlebih ketika Nina memilih meninggalkanku.

" Vin, Aku duluan ya ketempat tadi, nanti kamu nyusul"

ujar nya cempreng sambil membawa bungkusan yang tadi pagi di belinya.

Aku hanya mengangguk yang entah apakah Nina melihatku atau telah berlalu.

"Vin, nanti kamu coba buat struktur perangkat kelas ya,bisakan??"

Tanya nya padaku.

"Bi..bisa kok"

jawabku gugup.

"Iya nanti besok kasih ke Aku."

Balas nya lagi.

Dia mengucapkan terimakasih sebelum akhir nya berlalu, kemudian kulihat Dia menemui Adisti, sekilas aku mendengar mereka membahas iuran.

Aku meninggalkan kelas menuju taman tempat Nina menungguku.

Nampak dari kejauhan tubuh bulat seorang yang sangat ku kenal, tengah memegang makanan di kedua tangan nya. Setelah lebih dekat baru Aku mengetahui, jika tangan kirinya tengah memegang teh kotak dan tangan kanan nya tengah memegang roti coklat.

Sesekali terlihat Dia menyodorkan roti ke mulut nya. Aku tersenyum menyaksikan sahabatku itu.

Nina yang menyadari kedatangan ku, menggeser duduknya, memberi isyarat agar Aku segera duduk.

Dia belum bisa berkata karena mulut nya tengah penuh dengan roti yang tersumpal.

Setelah dia menelan nya, dan minum teh kotak di tangannya.

Nampak dia menunggu penjelasan dari ku tentang yang terjadi barusan di kelas.

Aku menggeleng, sambil tersenyum penuh rahasia.

Nina cemberut lalu mendarat kan cubitan di lengan ku.

Aku tertawa..

bersambung**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!